• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5. HASIL PENELITIAN

2. Pembahasan

Menurut Kozier, dkk (1995) peningkatan TD, HR, RR dan meningkatnya ketegangan otot pada ibu persalinan kala I terjadi akibat respon tubuh terhadap nyeri persalinan yang merangsang saraf otonom simpatis, dapat terjadi diaporesis dan wajah pucat. Apabila tidak segera diatasi maka akan meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut dan stress (Bobak, 2004). Untuk mengantisipasi peningkatan TD, HR, RR tersebut perlu diatasi nyerinya secara umum.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode penangan nyeri secara non farmakologi, yakni menggunakan aromaterapi lavender yang diberikan secara inhalasi. Terdapat 13 orang ibu bersalin yang menjadi responden pada penelitian ini yang dilakukan pada Klinik Bersalin Sumiariani dan Klinik Bersalin Martini.

2.1 Karakteristik demografi ibu kala I persalinan

Sebagian besar ibu bersalin merupakan multipara, ibu multipara adalah ibu yang sudah pernah mengalami persalinan lebih dari satu kali. Persalinan sebelumnya mempengaruhi respon ibu bersalin terhadap nyeri persalinan dalam hal ini wanita nulipara secara umum lebih merasakan nyeri persalinan selama awal persalinan, sedangkan wanita multipara lebih merasakan nyeri persalinan selama akhir kala I dan kala II persalinan sebagai akibat dari penurunan kepala bayi yang cepat (Bobak, 2005). Pada penelitian ini sebanyak 8 orang ibu bersalin adalah multipara (lihat table 1).

Dalam penelitian ini sebagian besar ibu bersalin telah berada pada fase aktif dilatasi maksimal. Lawence (2003), mengatakan bahwa persalinan kala I fase aktif intensitas nyeri yang dirasakan adalah sedang sampai berat. Hal ini disebabkan oleh kontraksi uterus yang semakin kuat dengan frekuensi yang lebih sering dan menjelang akhir fase aktif, kontraksinya muncul setiap dua sampai 3 menit yang berlangsung sekitar 60 detik dan mencapai intensitas nyeri kuat (Varney, 2007) dan dalam penelitian ini sebagian ibu bersalin sudah berada pada fase aktif dilatasi maksimal, yaitu pembukaan 4 cm-9 cm (tabel 1).

Menurut Le Mone (1997), reaksi pasien terhadap nyeri juga dipengaruhi oleh budaya. Kebudayaan mempengaruhi bagaimana seseorang belajar untuk bereaksi dan mengekspresikan nyeri budaya juga mempengaruhi bagaimana seseorang menginformasikan nyerinya kepada orang lain (Reeder & Martin, 1987) . Menurut Potter & Perry (2005) pengkajian kebudayaan mempengaruhi cara wanita merespon dan bereaksi terhadap pertolongan nyeri persalinan dan tindakan yang efektif dalam mengurangi intensitas nyeri. Dewi (2003) melakukan penelitian mengenai perbedaan intensitas nyeri antara suku jawa dengan suku batak terhadap nyeri setelah operasi dan diperoleh bahwa toleransi nyeri suku batak lebih rendah disbanding dengan suku jawa hal ini yang menyebabkan suku batak lebih ekspresif mengungkapkan nyerinya. Pada penelitian ini terdapat hampir setengah besuku batak sebanyak 8 orang (lihat tabel1).

2.2 Karakteristik TD, RR, HR Ibu kala I persalinan

Pada penelitian ini tekanan darah sistole, takanan darah diastole dan denyut nadi kontrol rata-rata meningkat dari kontraksi kedua ke kontraksi ketiga

ketiga sedangkan kondisi ini secara fisiologis dapat terjadi sebagai respon tubuh terhadap nyeri persalinan yang akan merangsang saraf simpatis kontraksi uterus meningkat (Rosemary Mander, 2003).

2.3 Perubahan TD, HR, RR ibu kala I persalinan yang mendapat aromaterapi lavender

Berdasarkan perhitungan hasil penelitian dari 13 orang ibu bersalin mengenai pengaruh aromaterapi lavender terhadap perubahan TD, HR, RR ibu didapatkan perbedaan yang signifikan antara TD, HR, RR kontrol dengan TD, HR, RR perlakuan (p<0,05). Penelitian mengenai aromaterapi terhadap nyeri persalinan sudah banyak dilakukan diantaranya penelitian oleh Norflok dan Lynne Reed, aromaterapis/bidan pada Ipswich hospital pada tahun 1993 didapatkan hasil bahwa sesudah pasien dilakukan mandi rendam dengan menggunakan aromaterapi lavender, lebih dari separuh wanita mendapatkan bahwa minyak lavender dapat membantu mengurangi rasa nyeri selama proses persalinan (Price, 1997) tetapi penelitian terkait aromaterapi khususnya untuk perubahan TD, HR, RR belum pernah dilakukan tetapi.

Penelitian mengenai aromaterapi lavender juga telah dilakukan mahasiswa fakultas keperawatan yaitu efektifitas aromaterapi lavender terhadap penurunan intensitas nyeri pada kala I persalinan. Penelitian ini dilakukan oleh serly (2007) mendapatkan bahwa 18 ibu bersalin yang menjadi responden dan mendapat intervensi aromaterpi mengalami penurunan intensitas nyeri dengan nilai mean difference = 2.19. Penelitian ini tidak melihat pengaruh aromaterapi terhadap tanda-tanda vital ibu. Adanya perubahan pola tanda vital dapat menandakan adanya perubahan fungsi atau penyimpangan kondisi fisiologis.

Berbagai sistem tubuh ibu beradaptasi selama proses persalinan. Selama proses persalinan terjadi perubahan pada sistem kardiovaskular, perubahan ini dipengaruhi oleh nyeri, rasa cemas, posisi dan anastesi, serta aktivitas otot uterus itu sendiri serta peningkatan drastis produksi katekolamin selama proses persalinan, Kontraksi uterus yang secara progresif meningkatkan curah jantung karena aliran balik vena dan volume sirkulasi meningkat. Setiap kontraksi dapat memberi konstrusi 500 ml darah ke dalam sirkulasi (Sullivan & Ramathan, 1985), yang mempengaruhi curah jantung dan tekanan darah. Pada posisis terlentang, isi sekuncup dan curah jantung cenderung lebih rendah dan kecepatan denyut jantung meningkat (Coad, 2006).

Katekolamin mempengaruhi tonus vaskular dan meningkatkan tekanan darah, efek ini berkurang pada anastesi. Nyeri dan rasa cemas menyebabkan takikardia (peningkatan kecepatan denyut jantung) dan mempengaruhi tekanan darah. Saat Perubahan hemodinamik paling besar terjadi pada wanita yang melahirkan per vagina sehingga hal ini perlu dipertimbangkan pada wanita yang menderita penyakit jantung (Coad, 2006). Tekanan darah yang tidak ter kontrol dapat menyebab kan naiknya TD ibu

Sewaktu kontraksi, tekanan darah sistolik meningkat 10-20 mmHg dan tekanan darah diastolik meningkat antara 5-10 mmHg (Blackburn & Loper, 1992). Peningkatan tekanan darah mendahului setiap kontraksi dan turun ke basal di antara kontraksi (Varney, 2007).

Curah jantung meningkat 12 persen setelah persalinan. Peningkatan curah jantung ini dipengaruhi oleh peningkatan isi sekuncup dan frekuensi denyut jantung. Tekanan arteri rata-rata meningkat 10 persen dan lebih tinggi dari pada

kala II. Selanjutnya perubahan ini sebagai respon terhadap kontraksi uterus. Setelah melahirkan terjadi peningkatan curah jantung lebih tinggi lagi (Derek Liewellyn - Jones, 2002).

Persalinan juga mempengaruhi sistem pernapasan karena kerja otot meningkatkan laju metabolisme dan konsumsi oksigen. Kecepatan dan kedalaman pernapasan meningkat. Rasa cemas, obat, dan pemakaian masker gas semuanya dapat mempengaruhi kecepatan pernapasan. Terdapat kecendrungan pada wanita yang sedang melahirkan untuk melakukan hiperventilasi. Hiperventilasi adalah respon alamiah terhadap nyeri. Kontraksi yang terjadi dengan frekuensi tinggi dapat mempengaruhi oksigen yang menyebabkan hipoksia otot dan asidosis. Hipoksia dapat meningkatkan sensasi nyeri yang dirasakan (Coad, 2006).

Peningkatan ventilasi menyebabkan penurunan nyata dan progresif tekanan parsial karbon dioksida (menjadi sekitar 25 mmHg), terutama apabila kontraksi menimbulkan nyeri. Pada awal persalinan, hiperventilasi dapat menyebabkan alkalosis respiratorik dan peningkatan pH darah. Hal ini dapat menyebabkan wanita yang bersangkutan merasa pusing dan kesemutan di jari tangan dan kaki, dan kemungkinan mengalami spasme otot. Pada Pa CO2 darah yang sangat rendah, aliran darah dapat terpengaruh dan kurva disosiasi oksigen- hemoglobin bergeser ke kiri sehingga pembebasan oksigen terganggu (Coad, 2006).

Pada akhir kala I, kemungkinan besar asidosis ibu akibat kontraksi otot isometrik dan dekompensasi, sampai tahap tertentu, oleh alkalosisis respiratorik. Kontraksi otot mengurangi aliran darah ke otot uterus, yang menjadin hipoksia dan mengalami metabolisme anaerobik. Aliran darah ke ruang antar vilus juga

menurun sehingga kadar CO2 janin menigkat dan janin cendrung mengalami asidosis. Sewaktu mengejan, saat otot pernapasan tambahan ikut bekerja, kemungkinan besar terjadi asidosis respiratorik ringan (Coad, 2006).

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan TD, HR pada kontraksi pertama ke kontraksi kedua dan dari kontraksi kedua ke kontraksi ketiga sementara untuk RR ibu kontrol mengalami penurunan frekuensi pernapasan dari kontraksi yang pertama ke kontraksi yang kedua dan dari kontraksi yang kedua ke kontraksi yang ketiga dan pada kelompok perlakuan didapat perubahan atau penurunan TD, HR ibu dari kontraksi pertama ke kontraksi kedua dan dari kontraksi kedua ke kontraksi ketiga sebaliknya dengan frekuensi pernapasan ibu yang mendapat perlakuan mengalami peningkatan pada kontraksi pertama ke kontraksi ke dua dan dari kontraksi ke dua ke kontraksi ketiga.

Hipotesa penelitian dapat dijawab dimana Ha diterima karena terdapat perubahan TD, HR, RR sesudah diberikan aromaterapi lavender, sehingga dapat disimpulkan bahwa aromaterapi lavender memberi pengaruh pada TD, HR, RR ibu dalam batas normal pada kala I persalinan dan implikasi penelitian ini memberikan suatu pemahaman bahwa pemberian aromaterapi yang dikatakan tidak memiliki efek samping perlu dikaji ulang. Tanda vital ibu pada penelitian ini masih dalam batas normal dan hanya dilakukan pada 3 kali kontraksi sementara selama persalinan akan terjadi 2-3 kali kontraksi selama 10 menit.

Dokumen terkait