BAB IV HASIL PENELITIAN
C. Pembahasan
1. Persepsi guru terhadap implementasi kurikulum 2013
a. Perencanaan implementasi kurikulum 2013 dalam mata pelajaran sejarah Berdasarkan hasil penelitian para guru mengatakan bahwa tidak ada masalah dengan berubahnya kurikulum 2006 (KTSP) ke kurikulum
65
2013. Pernyataan ini sesuai dengan teori persepsi diamana proses terbentuknya persepsi ini terjadi dalam diri seseorang, namun persepsi ini juga dipengaruhi oleh pengalaman, proses belajar, dan pengetahuannya terhadap sesuatu.60 Di sini para guru sudah mengalami sendiri bagaimana melaksanakan kurikulum 2013 tersebut di sekolah dan mereka pernah merasakan, mengalami sehingga terjadi persepsi atau anggapan menurut masing masing guru terhadap pendapat mereka tentang perubahan kurikulum.
Ketika membahas masalah alasan berubahnya kurikulum guru mengatakan bahwa itu adalah kewenangan dari pemerintah yaitu Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan hal ini juga sesuai dengan Landasan yuridis kurikulum yaitu Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.61
Dan juga ditambahkan oleh guru bahwa seharusnya mereka dilibatkan dalam penyusunan kurikulum karena mereka menganggap mereka mengerti dengan pendidikan karena status mereka sebagai seorang pengajar sekaligus pendidik.
60Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, Jakarta : Rineka Cipta,
hlm.102.
61Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kurikulum 2013; Rasional, Kerangka
66
Pernyataan ini juga diperkuat oleh teori konsep kurikulum dimana kurikulum sebagai bidang studi merupakan bidang kajian para ahli hukum dan ahli pendidikan dan pengajaran dan tujuannya sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum.62Dari pernyataan ini terungkap bahwa para guru mengikuti program yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam hal ini adalah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan namun mereka berharap bahwa mereka juga ikut dilibatkan karena orang yang setiap hari bertatap muka dengan peserta didik adalah guru sehingga mereka mengetahui kebutuhan pembelajaran siswa.
Untuk masalah tujuan pemerintah dengan berubahnya kurikulum para guru menjawab bahwa itu semua demi peningkatan kualitas pendidikan sehingga nantinya menghasilkan output siswa atau peserta didik yang bagus hal ini juga didukung oleh penjelasan Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 pasal 35 bahwa “Kompetensi lulusan merupakan
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati”.63
Yang artinya bahwa pemerintah punya tujuan untuk meningkatkan daya saing sehingga para peserta didik nantinya mampu menghadapi tantangan ke depan dan juga Kurikulum 2013 dirancang untuk menghasilkan peserta didik yang mempunyai produktifitas dan penuh
62 Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013 Kajian Teoritis dan Praktis, (Bandung :
Interes Media, 2014), hal 3
63Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 Tentang
67
inovasi melalui penguatan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang terintegrasi. Dilihat dari pemaparan para guru ini mereka mendukung tujuan pemerintah yaitu untuk memperbaiki kualitas pendidikan dan siap untuk mengikuti apapun tujuan dari pendidikan yang ditetapkan oleh pemerintah dalam hal ini Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Untuk masalah diklat ( pendidikan dan pelatihan ) para guru mengaku sebenarnya belum mendapatkan pelatihan yang cukup bagaimana melaksanakan kurikulum 2013, mereka memamparkan bahwa mereka hanya mendapatkan pelatihan sebanyak 2 sampai 3 kali dengan durasi 4 sampai 5 hari yang di rasa kurang cukup untuk persiapan mengimplementasikan kurikulum 2013, padahal Mulyasa mengatakan bahwa Sosialisasi kurikulum dilakukan terhadap pihak yang terkait dalam implementasinya, serta terhadap seluruh warga sekolah, bahkan terhadap masyarakat dan orang tua peserta didik. Sosialisasi ini penting terutama agar warga sekolah mengerti tentang kurikulum yang akan diimplementasikan.64
Dari pernyataan diatas para guru mengakui bahwa sebenarnya mereka menginginkan lebih banyak pelatihan lagi untuk melaksanakan kurikulum 2013 karena hal tersebut menjadi salah satu cara yang digunakan untuk menunjang keberhasilan kurikulum 2013 dan juga para tutor yang mendampingi guru harus orang –orang yang menguasai secara
64E.Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung : PT Remaja
68
utuh tentang kurikulum agar dapat mengajari mereka sehingga ada kepastian penafsiran.
Ketika ditanyakan tentang langkah-langkah penyusunan RPP para guru menjawab bahwa pada dasarnya hampir sama seperti KTSP hanya saja dalam RPP kurikulum 2013 ada tambahan berupa KI ( Kompetensi Inti ). Hal ini sesuai dengan karakteristik kurikulum 2013 yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran dimana kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti.65
Para guru sudah mulai memahami cara penyusunan RPP paling tidak tentang penambahan Kompetensi Inti yang merupakan salah satu bagian dari penyusunan RPP kurikulum 2013.
Sementara dalam hal modul dan sumber guru mengatakan bahwa dalam kurikulum 2013 sejarah dibagi menjadi 2 yaitu sejarah wajib dan peminatan, buku wajib sudah ada sebagai sumber, tetapi justru yang peminatan tidak ada sampai ditutupnya kurikulum 2013 di SMA N 1 Depok, padahal menurut Mulyasa yang perlu dikembangkan dalam mendukung kurikulum 2013 adalah laboratorium, pusat sumber belajar, perpustakaan.
65Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 Tentang
69
Fasilitas dan sumber belajar tersebut perlu digunakan, dipelihara, dan dioptimalkan sebaik mungkin.66Sehingga pada akhirnya
implementasi nya tidak optimal karena sumber belajar masih kurang. Untuk masalah modul ada 2 modul yang diberikan pada guru tetapi ada 1 modul yang tidak cocok digunakan karena ditulis oleh pemerhati sejarah bukan ahli di bidang sejarah atau orang yang berkompeten padahal teori konsep kurikulum mengatakan kurikulum sebagai bidang studi merupakan bidang kajian para ahli hukum dan ahli pendidikan dan pengajaran dan tujuannya sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum.67Artinya bahwa masalah modul haruslah ditangani oleh para ahli atau orang-orang yang berkecimpung dalam bidang pendidikan. Hal ini membuktikan bahwa para guru hanya menerima apa yang di berikan oleh pemerintah terutama masalah sumber yang pada kurikulum 2013 disediakan oleh pemerintah tetapi pada akhirnya kekurangan pedoman untuk siswa menjadi keluhan para guru.
Berkaitan dengan evaluasi yang digunakan berdasarkan data penelitian para guru menilai aspek kognitif sama dengan pada saat mereka menggunakan kurikulum 2006 (KTSP) dengan menggunakan pre
test dan post test saja, padahal menurut Lampiran Permendikbud 104
Tahun 2014 ada beberapa cara yang bisa digunakan yaitu tes tertulis, observasi terhadap diskusi, tanya jawab, percakapan, dan
66 E.Mulyasa,op.cit, hlm .7. 67 Abdul Majid, op.cit., hlm .3.
70
penugasan.68Dan untuk penilaian afektif dan psikomorotik digunakan
sesuai penilaian dari kurikulum 2013.
Sebagai contoh adalah metode diskusi dimana guru menilai siswa dari segi keaktifan dengan parameter keaktifan siswa dalam hal bertanya dan menjawab hal ini dikuatkan oleh Sagala bahwa salah satu kelebihan diskusi adalah dapat menumbuhkan parsitipasi aktif peserta didik. Dari pernyataan ini disimpulkan bahwa para guru belum sepenuhnya memahami tentang implementasi kurikulum 2013 karena penilaian kognitif hanya terbatas pada pre test dan post test saja padahal ada penugasan dan tanya jawab yang bisa dilakukan dan juga para guru sudah berusaha dengan menambahkan metode diskusi untuk memasukkan unsur pembelajaran seperti di kurikulum 2013.
b. Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam implementasi kurikulum 2013 Berdasarkan hasil penelitian tentang langkah-langkah yang digunakan dalam pembelajaran sejarah maka didapatkan data bahwa para guru tidak murni menggunakan langkah - langkah yang ada dalam kurikulum 2013 yang berbasis siswa dan guru hanya sebagai fasilitator sehingga guru memutuskan untuk memberikan ceramah bervariasi padahal menurut Hosnan bahwa Salah satu prinsip pembelajaran Kurikulum 2013 adalah berpusat pada peserta didik.69 Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk aktif mencari, mengolah,
68Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar
dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. hlm 3-4
69Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21, Bogor : Ghalia
71
mengkontruksi dan menggunakan pengetahuan, Sehingga hal yang perlu dilakukan oleh guru adalah merangsang anak untuk menjadi aktif dan membuat pembelajaran dengan kurikulum 2013 menjadi berjalan dengan lancar dan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh kurikulum 2013 tersebut.
Ini membuktikan bahwa kekurangan diklat berimplikasi pada pelaksanaan kurikulum terutama dalam langkah-langkah pengajaran guru yang masih mengambil langkah –langkah yang digunakan dalam kurikulum KTSP.
c. Perbedaan mendasar antara kurikulum 2013 dengan kurikulum yang sebelumnya
Berdasarkan hasil penelitian tentang landasan pelaksanaan kurikulum 2013 para guru mereka tahu bahwa salah satu dasar pelaksanaan kurikulum 2013 adalah Peraturan Menteri tetapi lupa akan isi keseluruhannya. Landasan yuridis dari kurikulum 2013 yaitu Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.70
Dari pernyataan di atas sesungguhnya para guru tidak benar-benar mengerti tentang landasan kurikulum 2013 karena menurut mereka itu tidak terlalu penting dalam pengajaran, ini membuktikan bahwa para guru masih perlu bimbingan untuk memahami tentang kurikulum 2013.
70Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kurikulum 2013; Rasional, Kerangka Dasar,
72
Untuk aspek orientasi para guru menjawab bahwa dalam kurikulum KTSP orientasinya hanya mencapai KKM saja ( Kriteria Ketuntasan Minimal) sementara dalam kurikulum 2013 orientasinya adalah membentuk karakter peserta didik dan juga untuk membuat para siswa berpikir kritis. Hal ini diperkuat pernyataan Fadillah bahwa kurikulum 2006 atau KTSP belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional dan juga belum diakomodasinya kompetensi yang dibutuhkan sesuai perkembangan yaitu pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft
skills and hard skills.71
Para guru sudah mengerti tentang orientasi kurikulum 2013 yaitu untuk pembentukan karakter peserta didik sehingga ini bisa menjadi modal dalam melaksanakan kurikulum 2013.
Untuk metode yang digunakan sama atau tidak dengan KTSP pada saat menggunakan kurikulum 2013 para guru menjawab bahwa terkadang bisa sama atau tidak tergantung dari siswa terkadang ada kelas yang belum siap sepenuhnya menggunakan metode kurikulum 2013 maka guru harus memberi ceramah dengan durasi agak lama agar para siswa mengerti.
Dalam metode pembelajaran 2013 ada 3 tiga metode yang bisa dipakai yaitu Discovery Learning, Problem-Based Learning, dan
71 M. Fadillah Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTs, & SMA/MA,
73
Inquiry.72 Sementara ketika ditanya tentang metode yang paling cocok digunakan untuk menerapkan pembelajaran sejarah para guru menjawab bahwa metode Inquiry yang paling cocok, hal ini didukung dengan teori tentang model pembelajaran kurikulum 2013 dengan metode Inquiry.73 Dari pernyataan diatas dapat dilihat bahwa guru belum sepenuhnya menggunakan metode yang ada di kurikulum 2013 karena ketidaksiapan guru dan siswa dengan implementasi kurikulum 2013 ini, belum bisa melakukan kegiatan pembelajaran seperti yang dikurikulum 2013.
Dalam hal perbedaan pengelolaan KTSP dan kurikulum 2013 berkaitan dengan penyusunan hingga evaluasi para guru menjawab bahwa hanya pada bagian penilaian saja yang agak berbeda karena pada kurikulum 2013 lebih rinci dan detail pada bagian penilaiannya. Hal ini diperkuat pernyataan Hosnan bahwa dalam penilaian kurikulum 2013 dilakukan penilaian menyeluruh mulai persiapan siswa, proses pembelajaran, dan hasil belajar siswa.Penilaian ini membantu guru untuk mengetahui pencapaian siswa yang meliputi sikap, pengetahuan dan keterampilan.74
Untuk masalah Kelebihan dan kekurangan dari kurikulum 2006 atau KTSP dibandingkan dengan kurikulum 2013 para guru menjawab bahwa kelebihan daripada kurikulum 2013 adalah membuat siswa aktif dan berpikir kritis namun dari segi kekurangan kurikulum 2013 adalah tugas yang banyak pada siswa, penilaian yang idealis tetapi tidak
72Hosnan, op.cit., hlm. 282. 73 E.Mulyasa, op.cit., hlm. 234. 74 Hosnan, op.cit., hlm. 279.
74
realistis, serta juga adanya kesalahpahaman dari guru yang sebagai fasilitator sehingga siswa juga dilepas sendiri dan tidak dibimbing..
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Imas Kurinasih dan Berlin Sani tentang kelebihan kurikulum 2013 yaitu Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif, dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi di sekolah. Sementara kelemahan nya adalah guru tidak banyak yang menguasai penilaian autentik, beban belajar siswa dan termasuk guru terlalu berat, sehingga waktu belajar di sekolah terlalu lama, guru banyak salah paham, karena beranggapan dengan kurikulum 2013 guru tidak perlu menjelaskan materi kepada siswa di kelas, padahal banyak mata pelajaran yang harus tetap ada penjelasan dari guru.75
Untuk kelemahan kurikulum 2006 atau KTSP adalah kurikulum tersebut hanya menekankan pada pencapaian KKM saja dan untuk kelebihan nya adalah penilaian yang tidak terlalu merepotkan guru. Hosnan berpendapat bahwa Kurikulum 2006 atau KTSP belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remidiasi secara berkala.76
dari pernyataan tentang kelemahan dan kelebihan kurikulum KTSP atau 2006 terlihat bahwa kurikulum ini penilian nya tidak serumit
75
Imas Kurinasih dan Berlin Sani,Implementasi Kurikulum 2013 Konsep & Penerapan Surabaya:Kata Pena, 2014, hlm. 33.
75
penilaian pada kurikulum 2013 dan juga dari segi kelemahan nya adalah hanya menargetkan peserta didik untuk mencapai KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal ) saja karena itu dikatakan kurikulum ini beum sepenuhnya memenuhi tujuan pendidikan.
d. Efektivitas kurikulum 2013 dalam pembelajaran sejarah
Untuk masalah efektifitas para guru mengatakan bahwa implementasi kurikulum 2013 belum efektif karena penerapan nya yang terlalu mendadak dan juga para siswa belum siap dengan perubahan kurikulum ini karena terlalu tiba-tiba dan juga pada SMA N 1 Depok baru berjalan selama 1 semester dan masih banyak kekurangan dari segi diklat dan persiapan lainnya yang akhirnya membuat para guru menjadi belum paham sepenuhnya dengan apa yang akan dilakukan.
Hal ini berhubungan dengan teori belajar yang diungkapkan oleh Muhibbinsyah dalam Sugihartono yang mengatakan faktor -faktor dalam proses belajar yaitu : faktor internal yang meliputi keadaan jasmani dan rohani siswa, dan faktor eksternal yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa.77 Faktor-faktor proses belajar ini berhubungan dengan efektifitas kurikulum 2013 karena para dikatakan para siswa belum siap untuk menerima karena sebelumnya mereka menggunakan kurikulum KTSP selain itu untuk masalah guru belum paham dengan apa yang harus dilakukan berkaitan dengan sosialisasi yang kurang.Padahal Mulyasa
76
mengatakan perlunya sosialisasi tentang kurikulum 2013 untuk warga sekolah agar mereka mengerti dengan kurikulum 2013.78
3. Berdasarkan pernyataan guru diatas dapat terlihat bahwa guru memiliki persepsi negatif terhadap implementasi kurikulum 2013 karena kurangnya pembekalan ( diklat ) serta tidak digunakan nya metode di Kurikulum 2013. Hal ini di perkuat dengan pengertian persepsi negatif yaitu penilaian individu terhadap objek atau informasi tertentu dengan pandangan yang negatif, berlawanan dengan yang diharapkan dari objek yang dipersepsikan atau dari aturan yang ada.79
2. Persepsi siswa terhadap implementasi kurikulum 2013
a. persiapan dalam menghadapi pembelajaran dengan Kurikulum 2013 Berdasarkan data penelitian yang telah didapat maka sebanyak 7 orang atau 25,9% siswa kelas XI IPS yang mengatakan bahwa mereka mempersiapkan diri dalam menghadapi pembelajaran dengan kurikulum 2013 sementara sisanya yaitu 20 orang atau 74,1% mengatakan tidak mempersiapkan diri untuk pembelajaran dengan kurikulum 2013.
Untuk kelas XII IPS jumlah siswa yang mempersiapkan diri untuk pembelajaran dengan Kurikulum 2013 adalah sebanyak 3 orang atau 15% dan sisanya 17 orang atau 85% mengatakan tidak mempersiapkan diri dikelas XI dan XII mempunyai alasan yang sama, para siswa yang mengatakan bahwa mereka mempersiapkan diri karena di dalam
78E.Mulyasa,op.cit., hlm. 46.
77
kurikulum 2013 mereka dapat mengekplorasi diri mereka sehingga membuat mereka berkembang dalam bidang kognitif, psikomotorik, dan afektif. Hal ini sesuai dengan landasan konseptual dari kurikulum 2013 dimana Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Karakter dan juga pembelajaran yang aktif.80 Hal ini dibuktikan dengan kesenangan para siswa menerima kurikulum 2013.
Selain itu juga hal ini sesuai dengan karakteristik kurikulum 2013 yang mengatakan bahwa kurikulum 2013 mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik.81 Sementara pada siswa kelas XI dan XII yang menjawab mereka tidak mempersiapkan diri dalam pembelajaran sejarah dengan kurikulum 2013 berpendapat bahwa pelaksanaan kurikulum 2013 serba mendadak, tidak ada sosialisasi, sulit dilaksanakan karena kurikulum 2013 yang siswa sentris mengharuskan siswa aktif. Padahal Mulyasa mengatakan bahwa perlunya sosialisasi kepada warga sekolah tentang kurikulum 2013 agar para warga sekolah dapat memahami tentang kurikulum 2013 dan juga para siswa yang menjawab bahwa mereka belum siap dengan model pembelajaran siswa sentris atau pembelajaran berbasis kepada siswa.82
80 E.Mulyasa, op.cit., hlm. 64.
81Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar
dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. hlm 3-4
78
Landasan konseptual dari kurikulum 2013 dimana diharapkan para peserta didik menjadi siswa yang aktif dan tidak hanya mengharapkan dari guru saja.83 karena hakekat dari kurikulum 2013 menuntut siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Mayoritas siswa tidak mempersiapkan diri dan cukup mengkhawatirkan karena dalam kategori yang tidak baik dalam implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran sejarah.
b. Pembelajaran sejarah dengan kurikulum 2013
Berdasarkan hasil penelitian siswa yang merasa senang dengan pembelajaran sejarah menggunakan kurikulum 2013 untuk kelas XI IPS adalah 16 orang atau 59,3%, sementara yang tidak merasa senang adalah sebanyak 11 orang atau 40,7%, untuk kelas XII IPS yang merasa senang adalah sebanyak 8 orang atau 40% dan sisanya 12 orang atau 60% mengatakan pembelajaran sejarah kurikulum 2013 tidak menyenangkan. Kelas XI IPS dan XII IPS yang mengatakan pembelajaran sejarah menyenangkan mengungkapkan alasan bahwa mereka bisa mencari materi bukan hanya dari buku saja tetapi bisa dari internet dengan melakukan browsing sehingga ada pembelajaran baru bagi siswa. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Mulyasa bahwa fasilitas yang harus dikembangkan dalam mendukung kurikulum 2013 adalah laboratorium,
83Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar
79
pusat sumber belajar, perpustakaan dan itu perlu digunakan serta dioptimalkan sebaik mungkin.84
Maurice Dalton juga mengatakan bahwa kurikulum dipahami sebagai pengalaman – pengalaman yang didapatkan oleh pembelajar dibawah naungan sekolah.85 Sementara untuk kelas XI IPS yang tidak menyenangi pembelajaran dengan kurikulum 2013 mengatakan bahwa masalah gangguan jaringan yang menghambat mereka dalam pembelajaran sehingga mereka tidak optimal dalam belajar. Hal ini justru bertentangan dengan apa yang dikatakan oleh Mulyasa seperti diatas bahwa fasilitas perlu untuk mendukung kurikulum 2013 itu sendiri.86
Pada siswa kelas XII IPS yang tidak menyenangi pembelajaran sejarah dengan kurikulum 2013 mengatakan bahwa para siswa dituntut untuk mempresentasikan hasil yang didapat namun dengan frekuensi yang cukup banyak sehingga membuat siswa agak sedikit bosan. Hal ini berhubungan dengan kelemahan kurikulum 2013 yaitubeban belajar siswa dan termasuk guru terlalu berat, sehingga waktu belajar di sekolah terlalu lama.87 Hal ini membuktikan bahwa mayoritas para siswa senang dengan pembelajaran sejarah dan ini cukup baik dan menjadi salah satu indikator bahwa metode kurikulum 2013 bisa diterima oleh siswa dan disenangi oleh siswa.
84 E.Mulyasa, op.cit., hlm. 64.
85Mudlofir, Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dan Bahan Ajar
Dalam Pendidikan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 1-2.
86E.Mulyasa, op.cit. , hlm . 64.
87Imas Kurinasih dan Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013 Konsep & Penerapan
80
c. Metode mengajar guru membuat siswa berpikir analitis
Berdasarkan hasil penelitian maka sebanyak 25 orang atau 92,6% dari kelas XI IPS mengatakan bahwa metode guru mereka sudah membuat mereka berpikir analitis, sementara sebanyak 2 orang atau 4,7% mengatakan sebaliknya, sementara sebanyak 15 orang atau 75% siswa kelas XII IPS mengatakan bahwa metode guru mereka sudah membuat mereka berpikir analitis dan sisanya sisanya 2 orang atau 25% mengatakan hal sebaliknya.
Alasan siswa kelas XI IPS mengatakan bahwa metode mengajar guru membuat mereke berpikir kritis adalah karena pada pembelajaran sejarah di kurikulum 2013 peran guru lebih banyak sebagai fasilitator dan membuat siswa berusaha untuk memecahkan masalah sehingga dari sini para siswa mampu merangkai pemikiran mereka yang analitis untuk mencari solusi dari permasalahan yang mereka temukan dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan salah satu karakteristik kurikulum 2013 yaitu mengembangkan kemampuan intelektual dan psikomotorik.88 Dalam hal ini pengembangan intelektual salah satunya adalah berpikir kritis dimana ini termasuk ranah kognitif diharapkan dengan pemikiran yang kritis para siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya untuk peningkatan kemampuan mereka sendiri.
selain itu juga mereka mengatakan bahwa cara guru mereka mengajar cukup baik dan enak sehingga mereka bersemangat dalam