• Tidak ada hasil yang ditemukan

n Persyaratan Analisis dan Pengujian Hip n Persyaratan Analisis

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan sebanyak 9 kali pertemuan dengan rincian 8 kali pertemuan untuk memberikan perlakuan dan 1 kali pertemuan untuk Selama proses pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini pada pokok bahasan relasi dan fungsi, peneliti menggunakan dua kelas untuk dijadikan sebagai sampel penelitian, diawal sebelum penelitian kedua sampel ditetapkan sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Kelas VIII"8 terpilih sebagai kelompok eksperimen yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konstruktivisme tipe Novick. Pada kelompok eksperimen setiap pertemuan masing"masing kelompok siswa diberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang didalamnya memuat langkah"langkah model pembelajaran konstruktivisme tipe Novick yaitu mengungkap konsepsi awal siswa, menciptakan konflik konseptual, dan mengupayakan terjadinya akomodasi kognitif. Masalah yang terdapat dalam LKS harus diselesaikan dengan cara berdiskusi kelompok. Setelah mengerjakan LKS siswa secara individu menyelesaikan latihan pada “Asah Pemahaman”

Pembelajaran dengan model pembelajaran konstruktivisme tipe Novick membuat siswa sangat antusias dan tertantang dalam menyelesaikan konflik yang diberikan. Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Hapsari (2011). Penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan siswa merasa antusias dalam bekerja sama bersama teman"temannya. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Lasati (2007) yaitu

!"

# $ dimana dalam penelitian ini menunjukkan bahwa siswa merasa tertantang dengan masalah yang diberikan dan merasa senang bertukar

pendapat dengan teman ketika menyelesaikan masalah. Akan tetapi masih ada beberapa siswa yang kaku dengan model pembelajaran konstruktivisme tipe Novick dan pada saat presentasi menunjukkan bahwa siswa masih kesulitan mengungkapkan ide dan gagasannya. Hal ini karena siswa belum terbiasa dengan diskusi kelompok dan pembelajaran yang menuntut siswa menemukan sendiri konsep matematikanya. Karena sebelumnya diperoleh informasi bahwa pada setiap pembelajaran matematika guru selalu menjelaskan materi kemudian memberi contoh dan siswa hanya diberikan latihan"latihan soal yang penyelesaiannya serupa dengan contoh"contoh soal yang diberikan guru serta tidak pernah diadakan diskusi kelompok. Selain itu juga ada beberapa siswa yang tidak menguasai materi prasyarat seperti materi himpunan, karena sebelum mereka mempelajari relasi dan fungsi mereka harus memahami terlebih dahulu materi himpunan sehingga pada pertemuan pertama sangat menghabiskan energi dan waktu untuk membimbing mereka.

Setelah siswa sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran konstruktivisme tipe Novick, walaupun siswa merasa kesulitan dan bingung dengan konflik yang terdapat dalam LKS tetapi siswa sangat antusias dan merasa tertantang dalam mengerjakan LKS yang dibuat oleh peneliti. Walaupun masih ada beberapa siswa yang belum berpartisipasi aktif dalam kelompoknya. Hal ini merupakan tugas guru untuk selalu memotivasi mereka agar bisa terlibat dalam diskusi kelompok.

Pada awal pertemuan di kelas eksperimen siswa belum dikelompokkan, kemudian pembelajaran siswa di setting secara berkelompok setelah guru memberikan apersepsi mengenai penggunaan"penggunaan mempelajari relasi dan fungsi dalam kehidupan sehari"hari. Mereka terlihat begitu sangat tertarik dan senang di hari pertama mempelajari relasi. Namun mereka masih kesulitan ketika mengerjakan LKS. Hal ini disebabkan karena siswa masih dalam proses adaptasi dengan lingkungan belajar yang baru

Siswa melakukan diskusi bersama kelompoknya setelah diberikan LKS yang di dalamnya terdapat soal"soal yang penyelesaiannya menggunakan langkah"langkah model pembelajaran konstruktivisme tipe Novick kemudian

mengerjakan latihan secara individu pada bagian Asah Pemahaman yang terdapat dalam LKS setelah itu mendiskusikannya bersama kelompoknya masing"masing. Setelah berdiskusi, masing"masing perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.

Proses pembelajaran pada kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran konstruktivisme tipe Novick lebih berpusat pada siswa, siswa belajar dalam kelompok untuk menyelesaikan soal"soal yang terdapat dalam LKS sesuai dengan langkah"langkah model pembelajaran konstruktivisme tipe Novick sehingga siswa terlatih untuk mengembangkan kemampuan pemahaman matematiknya.

Adapun langkah"langkah model pembelajaran konstruktivisme tipe Novick yang dapat mengembangkan kemampuan pemahaman konsep matematik diantaranya pada langkah awal yaitu mengungkap pengetahuan awal siswa, siswa dalam kelompoknya menulis apa yang diketahui dan ditanya dari soal, siswa mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya, langkah awal ini bertujuan untuk menganalisis sampai seberapa jauh siswa mengetahui dan memahami materi. Langkah selanjutnya adalah menciptakan konflik konseptual, disini siswa diberi pertanyaan yang tidak sesuai dari apa yang diketahuinya, sehingga akan menimbulkan konflik konseptual dalam pikiran siswa, maka dari itu siswa dapat menyelesaikan soal"soal dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Dapat dilihat pada tabel 4.6 bahwa sebanyak 67,01% siswa pada kelompok eksperimen dapat menyelesaikan soal"soal pada aspek ekstrapolasi dan sebanyak 60,65% siswa pada kelompok eksperimen dapat menyelesaikan soal"soal pada aspek interpretasi, artinya sebagian besar siswa pada kelompok eksperimen dapat menerapkan konsep fungsi dalam kehidupan sehari"hari, menjelaskan pengertian fungsi, menjelaskan pengertian korespondensi satu"satu dan menghitung nilai fungsi. Sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 16,22% siswa dapat menyelesaikan soal"soal pada aspek ekstrapolasi dan 32,66% pada aspek interpretasi, artinya sebagian kecil siswa pada kelompok kontrol dapat menerapkan konsep fungsi dalam kehidupan sehari"hari, menjelaskan pengertian fungsi, menjelaskan pengertian

korespondensi satu"satu dan menghitung nilai fungsi. Kemudian langkah terakhir dari model pembelajaran konstruktivisme tipe Novick yaitu menyeimbangkan pengetahuan siswa, dimana siswa membuat kesimpulan dari apa yang dipelajarinya. Pada langkah ini siswa terlatih untuk menemukan konsep"konsep lainnya yang dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah.

Selain itu juga pada bagian asah pemahaman yang terdapat dalam LKS, peneliti selalu memberikan soal yang sesuai dengan langkah pembelajaran konstruktivisme tipe Novick dan siswa diminta menuliskan kesimpulan terhadap proses penyelesaian yang dikerjakannya sehingga siswa bisa menyeimbangkan pengetahuannya dan semakin memahami materi yang diberikan. Berikut ini contoh hasil kerja siswa pada LKS dalam mengungkap pengetahuan awal siswa.

Gambar 4.5

Hasil kerja siswa dalam mengungkap konsepsi awal siswa

Pada langkah pertama model pembelajaran konstruktivisme tipe Novick siswa dapat menuliskan konsep yang dimilikinya. Disini siswa terlibat langsung dalam pembentukkan pengetahuannya. Siswa secara berkelompok

menuangkan pengetahuan yang dimilkinya dan mengerjakan langkah pertama pada model pembelajaran konstruktivisme tipe Novick, kemudian pada langkah kedua siswa diberi pertanyaan yang dapat menimbulkan konflik konseptual. Tujuannya yaitu jika pengetahuan awal siswa benar dan sesuai dengan konsep yang seharusnya maka langkah kedua ini untuk meningkatkan kemampuan pemahaman siswa, tetapi jika pengetahuan awal siswa tidak sesuai maka langkah kedua ini untuk meluruskan pengetahuan siswa menuju konsep yang sebenarnya. Secara visual, hasil kerja siswa pada langkah kedua yaitu menciptakan konflik konseptual dapat dilihat pada gambar 4.6 sebagai berikut:

Gambar 4.6

Hasil kerja siswa dalam menyelesaikan konflik konseptual

Kemudian pada langkah ketiga, siswa menuliskan contoh dan kesimpulan dari apa yang didapatnya dalam pembelajaran, pada tahap ini pengetahuan siswa sudah mulai seimbang dan dapat meningkatkan pengetahuan siswa. secara visual hasil kerja siswa pada tahap keiga yaitu mengakomodasikan pengetahuan siswa dapat dilihat pada gambar 4.7 sebagai berikut:

Gambar 4.7

Hasil kerja siswa dalam mengupayakan terjadinya akomodasi kognitif

Di kelas pembandingnya yaitu Kelas VIII"7 sebagai kelas kontrol. Pada kelas kontrol, pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu guru menjelaskan materi kemudian memberikan contoh" contoh soal, melakukan tanya jawab, memberikan latihan soal di papan tulis, siswa mengerjakan latihan dan mendiskusikannya dengan teman sebangkunya. Selama pembelajaran berlangsung siswa tidak dikelompokkan, guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan, siswa diberi kesempatan untuk menuliskan hasil pekerjaannya di papan tulis dan guru mengoreksi kemudian membahasnya bersama"sama. Materi dan tes akhir yang diberikan kepada kelompok kontrol sama dengan materi dan tes akhir yang diberikan kepada kelompok eksperimen bedanya pada model pembelajaran yang digunakan dikelas.

Tes akhir kemampuan pemahaman konsep matematik siswa pertama kali dilakukan pada kelas kontrol, sementara kelas eksperimen melaksanakan tes akhir satu hari setelah kelas kontrol. Soal tes yang diberikan sebanyak 5 soal berbentuk essay. Dari hasil pekerjaan siswa, sebagian besar pada kelas eksperimen dapat menjawab semua soal, berbeda dengan kelas kontrol hanya

sebagian kecil yang dapat menjawab kelima soal tersebut, hal ini disebabkan karena pada kelas eksperimen setiap proses pembelajaran siswa selalu diberi soal untuk melatih tingkat pemahaman siswa dan soal"soal yang diberikan cukup sulit karena salah satu tahap pada model pembelajaran konstruktivisme tipe Novick yaitu menciptakan konflik konseptual pada pikiran siswa sehingga siswa sudah cukup terbiasa dengan tingkatan soal yang lebih tinggi .

Berikut ini perbandingan tes akhir kemampuan pemahaman konsep matematik antara kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan indikator pemahaman konsep matematik yaitu , dan

dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Hasil tes pemahaman konsep matematik kelas eksperimen dan kontrol pada aspek translasi

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Hasil tes pemahaman konsep matematik kelas eksperimen dan kontrol pada aspek interpretasi

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Hasil tes pemahaman konsep matematik kelas eksperimen dan kontrol pada aspek ekstrapolasi

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Gambar 4.8

Perbandingan hasil tes kemampuan pemahaman konsep matematik siswa antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdasarkan

indikator pemahaman

Terlihat adanya perbedaan dari cara menjawab siswa pada tes akhir kemampuan pemahaman konsep matematik siswa. Siswa pada kelompok eksperimen sebagian besar mengerjakan soal lebih lengkap dan tepat, sebaliknya siswa pada kelompok kontrol sebagian besar siswa hanya bisa menjawab setengah jalan (seperti yang terlihat pada gambar 4.8). Hal tersebut menunjukan adanya perbedaan perlakuan pada saat pembelajaran dikelas antara kelompok eksperimen yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konstruktivisme tipe Novick dengan kelompok kontrol yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional. Akan tetapi masing"masing kelompok dapat memahami setiap aspek yaitu translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi.

Dari uraian di atas, jelas terlihat bahwa model pembelajaran konstruktivisme tipe Novick pada pokok bahasan relasi dan fungsi yang diterapkan pada proses pembelajaran dalam penelitian di SMP Negeri 13 Tangerang Selatan memberikan dampak yang positif yaitu siswa mampu memahami dan menerapkan konsep relasi dan fungsi dalam kehidupan sehari" hari. Dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme tipe Novick, siswa lebih percaya diri pada saat menyelesaikan soal relasi dan fungsi, terlihat lebih bersemangat sehingga mampu meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematik siswa.

Dokumen terkait