BAB IV HASIL PENELITIAN
F. Pembahasan
1. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Dispensasi Perkawinan Dibawah Umur Di Pengadilan Agama Sijunjung
Perkara-perkara yang timbul dibidang perkawinan dalam umat Islam merupakan wewenang dari Pengadilan Agama, sesuai dengan ketentuan pasal 49 Undang-Undang No 7 Tahun 1989 yang diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 serta perubahan kedua Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 dan salah satunya adalah perkara dispensasi perkawinan. Dalam hal pembahasan penulis dalam penelitian ini yaitunya berkaitan dengan perkara dispensasi perkawinan terhadap pasangan yang masih sama-sama belum cukup umur untuk melaksanakan
perkawinan. Bagi pasangan yang belum cukup umur untuk
melangsungkan perkawinan haruslah terlebih dahulu mendapat izin dari Pengadilan Agama dimana tempat domisili mereka masing-masing Di Pengadilan Agama Sijunjung, Penulis melakukan penelitian terhadap
perkara-perkara dispensasi perkawinan yang telah di tetapkan
penetapannya oleh Pengadilan Agama Sijunjung.
Adapun dari perkara-perkara yang penulis dapatkan setelah menganalisa penetapan serta melakukan wawancara bersama Hakim yang menyidangkan perkara dispensasi tersebut dan wawancara dengan pihak pemohon dispensasi itu sendiri yang juga penulis mintai keterangan. Penulis mendapatkan informasi mengenai hal-hal yang menjadi faktor-faktor utama dispensasi perkawinan terhadap pasangan di bawah umur di Pengadilan Agama Sijunjung adalah sebagai berikut:
a. Faktor pergaulan bebas
Faktor pergaulan bebas yang terjadi pada kalang remaja dan anak-anak dibawah umur pada hari ini merupakan salah satu faktor dispensasi perkawinan dibawah umur karena banyak orang tua yang khawatir dengan pergaulan anaknya pada saat sekarang ini sehingga dari kekhawatiran tersebut orang tua lebih memilih untuk menikahkan anaknya dengan segera. Sebab melihat pergaulan anak mereka yang
berpasang-pasangan pergi kesana-kemari dan hubungan mereka yang semakin dekat membuat rasa khawatir dari orang tua takut anak-anak mereka terjerumus ke dalam perbuatan yang tidak di bolehkan oleh agama Islam. Penulis mendapatkan keterangan dari beberapa perkara dispensasi terhadap pasangan dibawah umur di Pengadilan Agama Sijunjung yang disebabkan faktor pergaulan bebas ini antara lain terdapat dalam perkara dispensasi Nomor 107/Pdt.P/2015/PA.Sjj dan perkara dispensasi Nomor 108/Pdt.P/2015/PA.Sjj. Yang mana dalam penetapan perkara dispensasi terhadap pasangan di bawah umur tersebut dan wawancara yang juga penulis lakukan dengan para pihak pemohon dispensasi ini, Pasangan yang dimintakan dispensasi perkawinan tersebut memang sama-sama masih belum cukup umur. Sesuai ketentuan yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 7 bahwa umur bagi pasangan yang akan melakukan perkawinan tersebut adalah 19 tahun untuk calon suami dan 16 tahun untuk calon istri. Dan yang menjadi faktor mereka mengajukan dispensasi perkawinan ke Pengadilan Agama Sijunjung memang benar karena adanya kekhawatiran para orang tua dengan pergaulan anak-anak mereka yang memang sudah sangat dekat dengan pasangannya masing-masing.
Adapun wawancara yang penulis lakukan dengan para pihak dalam perkara tersebut diatas yang pertama yaitu dengan Bapak Syahrul, yang mana beliau merupakan pemohon dispensasi terhadap anaknya yang bernama HF. Saat wawancara tersebut penulis menanyakan beberapa hal kepada Bapak Syarul antara lain:
Apakah Bapak pernah mengajukan Dispensasi Perkawinan untuk anak bapak ke Pengadilan Agama Sijunjung?
“Saya pernah mengajukan dispensasi tersebut ke Pengadilan Agama Sijunjung sekitar 3 tahun yang lewat”
Apa yang melatar belakangi bapak sehingga bapak mengajukan dispensasi tersebut?
“Karena pada saat itu anak saya yang bernama HF pada saat itu ingin menikahi seorang perempuan namun anak saya masih belum cukup umur sehingga untuk dapat dinikahkan kata bapak KUA anak saya dan calon istrinya harus terlebih dahulu mengajukan izin dispensasi ke Pengadilan Agama, setelah mendapat penetapan baru mereka dapat dinikahkan.dan alasan saya ingin menikahkan anak saya dengan calon istrinya ini karena selama ini mereka sudah berhubungan sangat dekat yang mana calon istrinya ini juga merupakan kemenakan kontan saya sendiri, mereka sempat ditangkap warga sedang berduaan ditempat sepi. Sehingga dari pada perbuatan ini terulang kembali oleh mereka lebih baik dinikahkan secepatnya karena nantinya bisa jadi aib bagi keluarga.Sayapun pada saat itu jugas sudah membuat kesepakatan dengan orang tua calon istri anak saya dan mereka setuju, meskipun keadaan anak kami pada saat itu masih sama-sama dibawah umur dan baru tamatan dari SMP”.
Bagaimana bapak selama ini dalam mengawasi keseharian anak Bapak?
“selama ini dalam mengawasi anak mungkin saya bisa dikatakan lalai kerana terkadang anak mau pergi kemana saya jarang sekali menanyakannya kemana dia pergi, dengan siapanya dan kemana pergi mainnya. motor saya yang plat merah pun sering dibawa nya pergi main tanpa izin sama saya”.
Sekarang ini setelah menikah bagaimana hubungan rumah tangga mereka pak?
“Alhamdulillah setelah beberapa tahun menikah anak saya dan istrinya tersebut rumah tangganya aman-aman saja meskipun dulunya mereka manikah dalam masa umur yang belum cukup seperti yang dinyatakan dalam undang-undang seperti yang dibilang hakim pada saat persidangan waktu itu.Dan sekarang anak saya sudah bisa bekerja dan mencarikan nafkah untuk keluarganya meskipun hanya sebagai pekerja proyek-proyek dikampung ini”. (Wawancara dengan
bapak Syahrul Pemohon dispensasi perkawinan terhadap pasagan dibawah umur di tempat tinggalnya di Jorong Koto Tanjung Lolo, Kenagarian Tanjung Lolo pada hari Kamis 15 Agustus 2019)
Begitu pun wawancara yang penulis lakukan dengan orang tua dari pihak perempuan istri dari anak bapak Syahrul yang ayahnya benama Sapirman yang mana beliau pada saat penulis wawancarai juga menjelasakan dan menjawab pertanyaan penulis tidak begitu berbeda dengan jawaban bapak Syahrul.
b. Faktor terlanjur melakukan hubungan suami istri
Faktor ini juga menjadi faktor yang mendominasi perkara dispensasi perkawinan terhadap pasangan dibawah umur di Pengadilan Agama Sijunjung. Karena adanya hubungan di luar pernikahan yang sah yang masih saja dilakukan oleh para remaja hari ini menjadi penyebab yang dominan terjadi dalam perkara dispensasi perkawinan di Pengadilan Agama Sijunjung karena pasangan perempuan dari beberapa dispensasi perkawinan yang di ajukan sudah ada yang dalam keadaan hamil pada saat di ajukan permohonan dispensasi perkawinan Sesuai dengan perihal faktor tersebut, akibatnya mereka yang hamil diluar nikah ataupun mereka yang tertangkap melakukan hubungan layaknya suami istri diluar pernikahan yang sah sehingga untuk menutupi aib keluarga mereka maka harus dinikahkan segera.
Adapun dalam beberapa perkara dispensasi yang penulis temukan dilapangan, perkara dispensai yang faktornya diakibatkan karena hubungan diluar pernikahan yang sah ataun dalam hal pasangan calon sudah dalam kadaaan hamil beberapa bulan. Penulis mendapatkan penetapan perkara dispensasinya di Pengadilan Agama Sijunjung antara lain:
1) Perkara nomor 16/Pdt.P/2018/PA.Sjj, Perkara Nomor
Yang mana dalam perkara tersebut pihak perempuan dalam permohonan dispensasi tersebut dari pengakukannya baik dalam persidangan ataupun dari hasil wawancara penulis lansung bersama pelaku dalam perkara tersebut, mereka mengakui bahwa mereka telah melakukan hubungan layaknya suami istri sebanyak lima(5) kali. Dikarenakan hal tersebut menurut persepsi hakim, mudharatnya di takutkan hubungan mereka tersebut akan terus terulang kembali sehingga mereka harus segera dinikahkan.
Adapun wawancara yang sempat penulis lakukan dengan salah satu pihak yang mengajukan permohonan dispensasi terhadap pasangan dibawah umur tersebut yaitunya pihak pemohon dari perkara Nomor 16/Pdt.P/2018/PA.Sjj, yang mana perkara ini di ajukan oleh bapak Toto Iswanto, beliau bekerja sebagai tukang bengkel di rumahnya. Pada kesempatan wawancara tersebut penulis menanyakan beberapa hal terkait pembahasan penulis, yaitu:
Apakah bapak pernah mengajukan dispensasi perkawinan ke Pengadilan Agama Sijunjung?
“Ia saya mengajukan dispensasi ke Pengadilan Agama Sijunjung pada tahun lalu, untuk anak laki-laki saya yang bernama IK, anak saya ini hanya tamatan SMP dan dia tidak melanjutkan sekolahnya karena sudah sibuk dengan pekerjan kadang sibuk dengan saya kerja di bengkel ini dan sekarang sudah bekerja dengan mertuanya”.
Kalau saya boleh tau, kenapa Bapak mau mengajukan dispensasi ini sedangkan pada saat itu anak bapak masih belum cukup umur?
“saya pada saat itu mendapat aduan dari anak saya yang karena dia dan pasangannya sudah beberapa kali melakukan hal yang dilarang agama islam, karena mendapati hal yang seperti itu saya memutuskan untuk lebih baik segera menikahkan mereka,
yang saat itu pun orang tua pihak perempuan pun juga sudah mengetahui hal itu jadi kami sepakati saja untuk segera menikahkan mereka. Dikarenakan pada saat itu mereka masih sama-sama belum cukup umur jadi untuk menikahkan mereka kami harus menempuh jalur persidangan terlebih dulu untuk mendapatkan penetapan izin dispensasi dari pengadilan, sebab saat mengajukan nikah ke KUA kami tolak oleh pihak KUA karena anak kami belum cukup umur dan anak ini sudah melakukan hubungan diluar nikah terlebih calon istrinya anak saya juga sudah hamil beberapa bulan. jadi saya orang tua pihak perempuan mengikuti persidangan dulu di Pengadilan Agama Sijunjung”
Bagaimana selama ini Bapak dalam mengawasi anak-anak bapak terutama anak bapak yang diajukan dispensasi ini?
“kalau pengawasan saya selama ini kepada anak rasanya sudah cukuplah tapi dalam hal-hal seperti ini kadang diluar perkiraan saya karena saya juga sudah terlalu percaya sama anak saya, dan mungkin hal ini terjadi karena pengaruh pergaulan dengan teman-teman semanya”.
Adapun wawancara yang penulis lakukan dengan pelaku dari pada perkara tersebut yaitu anak dari Bapak Toto Iswanto yaitu Abang Iqrar Kurniawan, pada kesempatan itu penulis mewawancarai beberapa hal yakni:
Sudah berapa lama Abang kenal dengan istri abang sekarang sebelum abang melakukan pernikahan?
“saya kenal dengan istri saya semenjak saya SMP yang kebetulan kami satu SMP dan tinggal pun tidak berjauhan hanya beda blok, dia di blok A sungai tambang dan saya di blok B nya.
Kenapa abang mau untuk menikah diusia mudah, sedangkan berdasarkan Undang-Undang belum di bolehkan?
“iya pada saat itu saya dan istri saya tidak sengaja melakukan hal yang dilarang agama, namun karena dia yang jadi pasangan saya waktu itu umur kami yang masih belum cukup kami tetap ingin menikah, karena di takutkan perbuatan itu terulang lagi”.
Lalu bagaimana hubungan rumah tangga abang hari ini setelah satu tahun menikah?
“Allhamdulillah sampai pada hari ini hubungan kami dalam rumah tangga baik-baik saja dan telah dikaruniai seorang anak”.
Bagaimana abang sampai hari ini dalam menafkahi istri dan anak abang?
“Sekarang saya buka counter hp di simpang Kiliran Jao sebagai sampingan saya dan kadang saya bekerja dengan ayah di bengkel,kira-kira cukup lah untuk menafkahi keluarga dari pengahasilannya”.(Wawancara dengan Abang IK salah seorang yang di mohonkan dispensasi, wawancara di counternya pada 15 Agustus 2019 di Simpang terminal Kiliran Jao)
2) Perkara nomor 102/Pdt.P/2015/PA.Sjj, perkara Nomor
103/Pdt.P/2015 /PA.Sjj dan perkara Nomor 37/Pdt.P/2015/PA.Sjj Dalam perkara ini para pihak pemohon dispensasi perkawinan dibawah umur anak dari pemohon dispensasi sudah hamil 2 bulan lebih dan umur anaknya pun masih berada dibawah umur yaitu berumur 15 tahun 2 bulan sehingga harus diajukan izin dispensasi ke Pengadilan Agama Sijunjung dan bisa segera dinikahkan serta pasangan tersebut bisa mempertangungjawabkan perbuatan mereka.
Dari beberapa penjelasan faktor berdasarkan perkara-perkara diatas dapat penulis simpulkan bahwa yang menjadi faktor dispensasi perkawinan di Pengadilan Agama Sijunjung adalah:
a. Faktor pergaulan bebas anak yang menjadi kekhawatiran orang tua yang sebagai pemohon dalam perkara dispensasi terhadap pasangan dibawah umur di Pengadilan Agama Sijunjung, karena hubungan pergaulan anak mereka yang sudah sangat dekat dengan pasangannya masing-masing sehingga pemohon ini khawatir anak mereka melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama Islam. Sehingga orang tua mereka bersepakat untuk menikahkan mereka segera meskipun umur mereka belum cukup berdasarkan Undang-Undang yang berlaku.
b. Faktor terlanjur melakukan hubungan suami istri dan hamil diluar pernikahan sehingga karena faktor ini mereka yang telah terlajur melakukan hubungan tersebut harus segera dinikahkan.
2. Tinjauan Dispensasi Perkawinan Terhadap Pasangan di bawah umur menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dan menurut Hukum Islam
a. Menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang
Perlindungan Anak
Anak dalam Undang-Undang No. 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak perubahan atas Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak pada Pasal 1, poin (1) bahwa “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Perkawinan bagi anak sebagaimana yang diuraikan dalam pasal 26 poin (1) huruf (c) Undang-undang perlindungan anak bahwa “Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak.(Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak)
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Nuzul Lubis, S.H.I,.M.A selaku Hakim yang menyidangkan perkara dispensasi perkawinan terhadap pasangan dibawah umur, mengatakan bahwa perkawinan pada usia anak jika dilihat dari aspek perlindungan anak dianggap merupakan tindakan melanggar hukum karena tindakan tersebut dianggap suatu perampasan terhadap hak-hak anak. Dalam menetapkan pertimbangannya majelis Hakim Pengadilan Agama Sijunjung tetap merujuk kepada Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Pada dasarnya perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya dua hal yaitu hak-hak anak dan kesejahteraan anak. Adapaun perbuatan yang dilakukan oleh orang tua harus memperhatikan dua tujuan tersebut terutama dalam dispensasi nikah harus memperhatikan dengan sungguh- sungguh hak-hak anak dan juga kesejahteraan anak baik lahiriyah maupun bathiniyah, baik fisik maupun psikis karena orang tua merupakan pemegang peranan yang penting terhadap terwujudnya perlindungan anak dan kesejahteraan anak. Meskipun Undang-Undang perkawinan telah mengatur batasan usia minimal perkawinan bagi laki-laki berumur 19 tahun dan bagi perempuan berusia 16 tahun, orang tua tidak boleh serta merta mengizinkan atau merestui terutama mendorong anak untuk melangsungkan perkawinan. Orang tua harus berpikir jernih dan bijaksana dalam mengambil keputusan terkait perkawinan bagi anak-anak mereka. Namun apabila ditinjau dari sudut pandang yang lain, penyebab terjadinya perkawinan dibawah umur atau alasan hakim mengabulkan permohonan dispensasi nikah dikarenakan kondisi pihak perempuan telah hamil diluar nikah dan telah mempertimbangkan kepentingan terbaik bagi anak, selain itu Pengadilan Agama diberikan kewenangan dalam hal ini dispensasi nikah sebagai jalan keluar untuk mengatasi timbulnya kerusakan yang lebih besar.(Wawancara dengan Bapak Nuzul Lubis, S.H.I,.M.A Hakim Pengadilan Agama Sijunjung Pada Tanggal 2 Mei 2019)
Menurut Bapak Armen Gani S.Ag,.MA, sebagai salah satu Hakim Pengadilan Agama Sijunjung yang juga penulis wawancarai beliau menyampaikan, salah satu prinsip yang dianut oleh Undang-Undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan adalah prinsip kematangan calon mempelai. Kematangan calon mempelai ini diimplementasikan dengan batasan umur perkawinan. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan Pasal 7 ayat 1 menyatakan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun. Pada usia tersebut, baik pria maupun wanita nyatakan telah mencapai usia minimal untuk melangsungkan perkawinan dengan segala permasalahannya. Selain itu, Undang-undang perkawinan juga menentukan batas umur selain ketentuan 16 tahun bagi wanita dan 19 tahun bagi pria. Undang-Undang perkawinan Pasal 6 ayat (2) menyebutkan bahwa untuk melangsungkan seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mendapat izin kedua orang tua. Sedangkan dalam kompilasi hukum Islam (KHI) Pasal 15 Ayat (1) dijelaskan bahwa untuk kemaslahatan keluarga dan rumah tangga, perkawinan hanya boleh dilakukan calon mempelai yang telah mencapai umur yang ditetapkan dalam Undang-Undang nomor 1 tahun 1974 Pasal 7 ayat (1) yakni calon suami sekurang-kurangnya berumur 19 tahun dan calon isteri sekurang-kurangnya berumur 16 tahun. (Wawancara bersama Bapak Armen Gani, S.Ag,.M.A pada tanggal 1 Juni 2019)
Pada dasarnya penetapan batas usia perkawinan memang bertujuan demi kemaslahatan dan kebaikan terutama bagi calon mempelai. Dalam penjelasan umum Undang-Undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan nomor 4 huruf (d) dijelaskan bahwa prinsip calon mempelai harus masak jiwa raganya dimaksudkan agar dapat mewujudkan tujuan perkawinan secara baik tanpa berakhir pada
perceraian dan mendapat keturunan yang baik dan sehat. Olehnya itu, perkawinan di bawah umur harus dicegah, dengan ketentuan ini maka penetapan batas usia perkawinan dalam Undang-undang perkawinan bersifat kaku. Artinya, tidak memberikan peluang bagi siapapun untuk melakukannya. Meskipun telah ditetapkan batasan umur namun masih terdapat penyimpangan dengan melakukan perkawinan di bawah umur. Terhadap penyimpangan ini, Undang-Undang Perkawinan memberikan jalan keluar berupa dispensasi kawin kepada pengadilan. Berdasarkan peraturan Menteri Agama No. 3 tahun 1975 bahwa dispensasi Pengadilan Agama ialah penetapan yang berupa dispensasi untuk calon suami yang belum mencapai umur 19 tahun dan atau calon istri yang belum berumur 16 tahun yang dikeluarkan oleh Pengadilan Agama.
Untuk mengetahui kelayakan calon mempelai yang akan melangsungkan perkawinan di bawah umur, maka dilakukanlah persidangan dengan acara singkat. Dalam penetapan dispensasi kawin, hakim mempertimbangkan antara lain kemampuan, kesiapan, kematangan pihak-pihak calon mempelai sudah cukup baik mental dan fisik. Hakim menetapkan dispensasi kawin harus didasarkan atas pertimbangan yang rasional dan memungkinkan untuk memberikan dispensasi kawin kepada calon mempelai. Pengadilan Agama setelah memeriksa dalam persidangan dan berkeyakinan bahwa terdapat hal-hal yang memungkinkan untuk memberikan dispensasi tersebut, maka Pengadilan Agama memberikan dispensasi kawin dengan suatu penetapan.
Menurut analisis penulis ditinjau berdasarkan Pasal 26 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 pemberian izin dispensasi perkawinan oleh Hakim terhadap pasangan dibawah umur memang sudah sesuai pertimbangan-pertimbangan undang-undang tersebut. Namun jika dari segi efek jerah terhadap pemohon-pemohon dispensasi perkawinan yang akan mucul setelahnya belum ada dan tidak banyak orang tua yang menjadikan hal yang terjadi pada perkara
permohonan dispensasi perkawinan tesebut sebagai pelajaran dan peningkatan pengawasan terhadap anaknya. Sehingga disini orang tua secara tidak lansung melanggar Pasal 26 ayat (1) poin c Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak karena disitu diatur bahwa peran orang tua adalah sebagai tokoh utama yang memberikan perlindungan terhadap anak serta mencegah terjadinya perkawinan dibawa umur. Contohnya perlindungan dan pengawasan orang tua pada hari ini sudah jauh berkurang terhadap anak. Sehingga dalam pergaulan anak pun sudah tak lagi menjadi perhatian bagi orang tua. Pengawasan orang tua terhadap pengunaan alat komunikasi, media sosial, dan pergaulan anak yang hari ini tak begitu jadi perhatian orang tua yang terkadang tanpa pengawasan tersebut membuat anak terjerumus kedalam perbuatan yang dilarang oleh agama Islam. Sehingga adanya anak yang hamil diluar nikah, sebab itu perkara dispensasi perkawinan bagi mereka harus dikabulkan untuk menyelamatkan masa depan dan mental anak. Hal ini merupakan suatu pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak pasal 26 ayat (1) poin c. karena adanya kelalaian orang tua dalam perlindungan dan pengawasan terhadap anak-anaknya.
Dari hal tersebut diatas belum tercapainya upaya perlindungan anak sesuai yang diatur dalam Undang-Undang No 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak itu sendiri. Yang mana dalam Undang-Undang Perlindungan Anak pada pasal 1 ayat 2 menjelaskan bahwa “Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi Anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Serta dalam hal pemenuhan hak-hak anak setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan diskriminasi, ekploitasi, baik ekonomi
maupun seksual, penelantaran, kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan, ketidak adilan dan perlakuan salah lainnya.
b. Menurut tinjauan Hukum Islam
Hukum Islam adalah peraturan yang dirumuskan dengan merujuk kepada wahyu Allah swt (al-Qur’an) dan sunnah Rasulullah saw tentang tingkah laku mukallaf yang diakui dan diyakini serta mengikat bagi semua pemeluk agama Islam.(M.Tahir Maloko : 2012)
Dalam pandangan Islam, pernikahan merupakan salah satu sunnah kauliyah yang tidak bisa dihindari oleh manusia, hewan serta tumbuh-tumbuhan. Manusia adalah makhluk yang lebih diutamakan oleh Allah swt., dibandingkan dengan makhluk lainnya. Allah swt., telah menetapkan adanya aturan tentang pernikahan bagi manusia dengan adanya aturan-aturan yang tidak boleh dilanggar sehingga manusia tidak boleh berbuat semaunya, seperti binatang kawin dengan lawan jenisnya atau seperti tumbuh-tumbuhan yang kawin dengan perantara angin. Sebagaimana firman Allah swt., dalam QS al-Hijr/15: