3. Uji Statistik t
5.2. Pembahasan Hasil Penelitian
5.2.1 Pengaruh kualitas aparatur daerah terhadap kualitas pengelolaan barang milik daerah
Pengujian pengaruh variabel kualitas aparatur daerah terhadap variabel kualitas pengelolaan barang milik daerah menggunakan uji t dan diperoleh hasil nilai t hitung sebesar 3,727lebih besar dari t tabel 1,988 dan tingkat signifikansi sebesar 0.000 yang lebih kecil dari α = 0,05 dan koefisien regresi sebesar positif 0,750 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kualitas aparatur daerah
berpengaruh positif signifikan terhadap variabel kualitas pengelolaan barang milik daerah. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya kualitas aparatur daerah akan meningkatkan kualitas pengelolaan barang milik daerah. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian lain terkait kualitas pengelolaan barang milik daerah, seperti hasil penelitian Inayah (2010) menunjukkan bahwa faktor kualitas staf yang menjadi pelaksana pengelola barang milik daerah akan mempengaruhi efektivitas implementasi kebijakan pengelolaan aset daerah.
Begitu juga dengan hasil penelitian Darno (2012) dan Haryanto (2013) menemukan bukti empiris adanya pengaruh kemampuan sumber daya manusia terhadap kualitas laporan barang kuasa pengguna. Namun penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Azhar (2013), yang menunjukkan bahwa kualitas aparatur daerah tidak berpengaruh terhadap manajemen aset dikarenakan banyak pengurus barang yang belum memenuhi syarat pendidikan tertentu, kurangnya sosialisasi terhadap pengelola barang, pengurus barang tidak mengetahui tugas dan fungsinya terkait dengan pengelolaan barang milik daerah, dan peraturan daerah tentang pengelolaan barang milik daerah belum disusun secara rinci dan disesuaikan dengan kondisi daerah dalam mengatur pengelolaan barang milik daerah di Pemerintah Kota Banda Aceh.
5.2.2. Pengaruh kepatuhan pada regulasi terhadap kualitas pengelolaan barang milik daerah
Pengujian pengaruh variabel kepatuhan pada regulasi terhadap variabel kualitas pengelolaan barang milik daerah menggunakan uji t dan diperoleh hasil
nilai t hitung sebesar 2,686 lebih besar dari t tabel 1,988 dan tingkat signifikansi sebesar 0,009 yang lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kepatuhan pada regulasi berpengaruh signifikan terhadap variabel kualitas pengelolaan barang milik daerah pada SKPD Pemerintah Kota Tebing Tinggi. Kepatuhan pada regulasi dalam pengelolaan barang milik daerah merupakan pelaksanaan dari azas kepastian hukum dan agar implementasi suatu kebijakan pengelolaan barang milik daerah berhasil secara efektif dan efisien, para pelaksana (implementors) harus mengetahui apa yang harus dilakukan dan mempunyai kemampuan untuk melakukan kebijakan itu.
Pengaruh kepatuhan pada regulasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas pengelolaan barang milik daerah dimungkinkan karena Pemerintah Kota Tebing Tinggi telah menerbitkan Peraturan Walikota Tebing Tinggi Nomor 12 tahun 2013 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah yang memuat pedoman tata tertib administrasi dalam pengelolaan barang milik daerah di Pemerintah Kota Tebing Tinggi. Selain itu juga pada Peraturan Walikota Tebing Tinggi Nomor 23 Tahun 2015 tentang Kebijakan Akuntansi Kota Tebing Tinggi, memuat kebijakan akuntansi aset tetap yang mengatur perlakuan akuntansi untuk aset tetap meliputi pengakuan, penentuan nilai tercatat, serta penentuan dan perlakuan akuntansi atas penilaian kembali dan penurunan nilai tercatat aset tetap batasan jumlah kapitalisasi perolehan awal aset tetap.
Pengaruh kepatuhan pada regulasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas pengelolaan barang milik daerah sesuai dengan penelitian terdahulu dari Azhar (2013) yang membuktikan adanya pengaruh yang signifikan antara regulasi dengan manajemen aset daerah, karena regulasi merupakan alat
bagi aparatur dalam menjalankan tugas dan fungsinya untuk mendukung pelaksanaan manajemen aset daerah. Menurut Nancy (2015), diperlukan sikap para impelementor yang konsisten bertanggung jawab dalam mendukung pencapaian sebuah kebijakan pengelolaan barang milik daerah, karena sikap ini menjadi sangat penting untuk menentukan berhasil tidaknya sebuah impelementasi kebijakan.
5.2.3. Pengaruh sistem informasi manajemen terhadap kualitas pengelolaan barang milik daerah
Pengujian pengaruh variabel sistem informasi manajemen terhadap kualitas pengelolaan barang milik daerah menggunakan uji t dan diperoleh hasil nilai t hitung sebesar 2,47 lebih besar dari t tabel 1,988 dan tingkat signifikansi sebesar 0,016 yang lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel sistem informasi manajemen berpengaruh positif signifikan terhadap variabel kualitas pengelolaan barang milik daerah pada SKPD Pemerintah Kota Tebing Tinggi. Hal ini terjadi dikarenakan Kota Tebing Tinggi telah menggunakan SIMDA-BMD sesuai pasal 30 pada Peraturan Walikota Tebing Tinggi Nomor 12 tahun 2013 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah. Aplikasi SIMDA-BMD digunakan untuk memudahkan pendaftaran dan pencatatan serta pelaporan barang milik daerah secara akurat dan cepat. Program aplikasi ini digunakan untuk pengelolaan barang daerah meliputi perencanaan, pengadaan, penatausahaan, penghapusan dan akuntansi barang daerah. Akuntansi barang daerah terdiri dari daftar barang yang masuk Neraca (intracomptable), daftar barang extra comptable, lampiran neraca, daftar penyusutan aset tetap, dan daftar aset lainnya
(barang rusak berat), serta rekapitulasi barang per SKPD yang dibutuhkan dalam penyusunan laporan keuangan daerah.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Darno (2012) dan Haryanto (2013) yang menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara pemanfaatan teknologi informasi terhadap kualitas pelaporan aset daerah. Juga sejalan dengan penelitian Azhar (2013) yang menyatakan bahwa sistem informasi berpengaruh signifikan terhadap manajemen aset pada Kota Banda Aceh. Aplikasi SIMDA-BMD merupakan program aplikasi yang digunakan untuk pengelolaan barang daerah meliputi perencanaan, pengadaan, penatausahaan, penghapusan dan akuntansi barang daerah. Menurut Yusuf (2010: 189), agar penarikan informasi menjadi lebih cepat,akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, diperlukan suatu sistem informasi yang dapat menggantikan pekerjan manual menjadi pekerjaan yang dikerjakan secara elektronik yaitu dengan Sistem Informasi Manajemen Barang Milik Daerah (SIMDA-BMD) untuk memudahkan pendaftaran dan pencatatan serta pelaporan barang milik daerah secara akurat dan cepat.
5.2.4. Pengaruh komunikasi terhadap kualitas pengelolaan barang milik daerah
Pengujian pengaruh variabel komunikasi terhadap kualitas pengelolaan barang milik daerah menggunakan uji t dan diperoleh hasil nilai t hitung sebesar 0,933 lebih kecil dari t tabel 1,988 dan tingkat signifikansi variabel komunikasi sebesar 0,354 yang lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel komunikasi tidak berpengaruh terhadap variabel kualitas pengelolaan barang
milik daerah. Komunikasi formal yang terjadi di antara pelaksana pengelolaaan barang milik daerah merupakan komunikasi formal yang melalui garis kewenangan yang telah ditetapkan. Dari kewenangan ini bisa menyediakan saluran-saluran prosedur kerja, instruksi, dan gagasan dan umpan balik mengenai pelaksanaan pekerjaan bawahan disampaikan ke bawah dari pimpinan yang lebih tinggi ke karyawan di bawahnya. Komunikasi formal juga menetapkan saluran komunikasi ke atas berlangsung, dimana bawahan bisa menyampaikan permasalah pekerjaannya dengan atasan, ide-ide, sikap dan perasaan mereka sendiri. Sehingga variabel komunikasi sangat diperlukan dalam pengelolaan barang milik daerah.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Inayah (2010) menunjukkan adanya pengaruh signifikan antara variabel komunikasi dalam memengaruhi implementasi kebijakan pengelolaan barang milik daerah Kota Tanggerang. Namun penelitian Munaim menunjukkan bahwa salah satu faktor penghambat implementasi kebijakan pengelolaan barang milik daerah di Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah karena minimnya koordinasi di internal Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) antara penyusun laporan keuangan dengan pengurus barang selaku pelaksana teknis pengelolaan barang milik daerah.
Pada Pemerintahan Kota Tebing Tinggi variabel komunikasi tidak berpengaruh terhadap kualitas pengelolaan barang milik daerah dimungkinkan karena kurangnya kelancaran aspek transmisi dan koordinasi pada pelaksana pengelolaan barang milik daerah pada setiap SKPD. Aspek transmisi dan aspek koordinasi masih terkendala dimungkinkan karena belum maksimalnya proses rekonsiliasi antara pengurus/ penyimpan barang dengan pejabat penatausahaan
keuangan di setiap SKPD pada Pemerintah Kota Tebing Tinggi serta belum terdapat jadwal pertemuan atau rapat secara berkala terkait dengan pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah di setiap SKPD untuk membahas secara internal permasalahan-permasalan yang dihadapi pengurus/ penyimpan barang di setiap SKPD tersebut.
5.2.5. Pengaruh komitmen pimpinan sebagai variabel moderasi terhadap kualitas pengelolaan barang milik daerah
Pada hasil penelitian ini, komitmen pimpinan merupakan variabel moderating yang mampu memoderasi hubungan antara kualitas aparatur daerah, kepatuhan pada regulasi, sistem informasi manajemen dan komunikasi dengan kualitas pengelolaan barang milik daerah. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji residual pada tabel 5.14. Komitmen pimpinan mampu memoderasi hubungan kualitas aparatur daerah dengan kualitas pengelolaan barang milik daerah, dan hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Yusuf (2010: 47), bahwa pengelolaan barang milik daerah selain membutuhkan kompetensi sumber daya manusia yang memadai, juga sangat memerlukan komitmen pimpinan untuk mendorong aparat di bawahnya agar mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan. Pimpinan SKPD wajib menciptakan kriteria yang memadai tentang pendidikan dan pengalaman dalam mengisi posisi pengurus/penyimpan barang di lingkungan SKPD dan pimpinan SKPD wajib memfasilitasi pengurus/ penyimpan barang untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan sesuai dengan ketentuan.
Komitmen pimpinan memoderasi hubungan kepatuhan pada regulasi dengan kualitas pengelolaan barang milik daerah, dan hal ini sejalan dengan Hal ini
bertentangan dengan hasil penelitian Munaim (2012), bahwa adanya komitmen pimpinan dalam pelaksanaan peraturan dan petunjuk teknis pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah merupakan faktor pendukung terlaksananya
kebijakan pengelolaan barang milik daerah di setiap SKPD pada Pemerintah
Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Komitmen pimpinan memoderasi hubungan sistem informasi manajemen dengan kualitas pengelolaan barang milik daerah. Menurut Yusuf (2010: 190), keberhasilan suatu organisasi menggunakan teknologi informasi sangat bergantung pada sumber daya manusia yang mengoperasikannya, dan komitmen pimpinan dibutuhkan untuk melaksanakan investasi sumber daya dalam bidang pelaksanaan penggunaan teknologi informasi agar menyediakan peralatan dari hardware,software dan jaringan yang memadai untuk kelancaran proses penatausahaan barang milik daerah.
Komitmen pimpinan dapat memoderasi hubungan komunikasi dengan kualitas pengelolaan barang milik daerah, hal ini sejalan dengan penelitian Pasaribu (2008), bahwa komitmen pimpinan yang didukung oleh semua anggota organisasi secara berkelanjutan, akan memberikan dukungan terhadap perubahan penerapan kualitas manajemen kearah yang lebih baik. Para pimpinan berperan penting mengkomunikasikan aktivitas organisasi yang akan dilaksanakan sesama, demikian juga yang harus diteruskan kepada bawahan. Komunikasi yang terjadi diantara para pimpinan maupun kepada bawahan, sangat dipengaruhi oleh persepsi masing-masing pimpinan tersebut tentang informasi mengenai kualitas manajemen yang diterima dari atasannya.