D. Pembahasan Hasil Penelitian
4. Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis Keempat
Pengujian hipotesis keempat dilakukan dengan membandingkan rerata pada masing-masing perlakuan (model pembelajaran Learning Cycle 7E dan model pembelajaran Learning Cycle 5E) secara signifikan.Hasil uji Scheffe’ menunjukan nilai Fobs > Ftabel (11,3506 > 3,07). Berdasarkan perbandingan tersebut maka keputusan yang diambil adalah H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar peserta didik yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E. Berdasarkan skor hasil belajar peserta didik diketahui bahwa Kelas Eksperimen 1 (Kelas XI IPS 5) yang diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E memiliki rerata skor hasil belajar sebesar 73,37 sedangkan Kelas Eksperimen 2 (Kelas XI IPS 7) yang diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E memiliki rerata skor hasil belajar sebesar 66,55 dan beda rerata skor hasil belajar kedua model sebesar 6,82. Hal ini menunjukkan rerata skor hasil belajar Geografi peserta didik yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E lebih baik daripada hasil belajar Geografi peserta didik menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang lebih kelas yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E dibandingkan dengan kelas yang menggunakan model Learning Cycle 5E. Hal tersebut dikarenakan model pembelajaran Learning Cycle 7E memiliki tahapan-tahapan yang sangat kompleks dibandingkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E. Model Learning Cycle 7E dikatakan sangat kompleks karena model ini merupakan perkembangan dari model pembelajaran Learning Cycle 5E, yang dirasa masih belum sempurna. Eisenkraft (2003; 1) menganggap bahwa model pembelajaran Learning Cycle 5E perlu disempurnakan dengan menambahkan fase Elicit dan Extend. Eisenkraft menganggap bahwa pengetahuan awal peserta didik penting, sehingga guru dapat menyesuaikan materi yang akan diajarkan dengan pengetahun awal peserta didik. Selain itu, memperluas
commit to user
pengetahuan peserta didik pada fase Extend juga sangat diperlukan, karena dengan demikian peserta didik dapat memecahkan berbagai maslah yang ada dilingkungan sekitar dengan bekal materi ataupun konsep yang telah mereka pelajari.
Keputusan akhir setelah dilakukan pengujian hipotesis kedua, ketiga dan keempat dengan metode Scheffe’ menghasilkan keputusan bahwa model pembelajaran Learning Cycle 7E lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E dan model pembelajaran Ekspositori, sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga model pembelajaran tersebut memiliki kualitas yang berbeda.
Rerata hasil belajar peserta didik yang diberikan perlakuan dengan model pembelajaran Learning Cycle 7E lebih tinggi dibandingkan perlakuan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E dan model Ekspositori. Hal ini dipengaruhi oleh karakteristik metode pembelajaran yang digunakan.
Model pembelajaran Learning Cycle merupakan model pembelajaran mandiri, peserta didik dituntut untuk menemukan konsep dari materi sendiri melalui kegiatan eksperimen sederhana sehingga pembelajarannya akan lebih bermakna karena peserta didik memperoleh konsep langsung dari pengalaman belajarnya. Peserta didik berperan aktif sepenuhnya dalam kegiatan pembelajaran, guru hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator. Dalam model pembelajaran Learning Cycle 7E guru berusaha untuk menggali pengetahuan awal peserta didik, peserta didik dituntut pula untuk belajar mandiri menggali menemukan sendiri konsep dari materi yang dipelajari melalui kegiatan eksperimen maupun studi kasus, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna jika dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran Ekspositori yang sifatnya adalah teacher centered. Peserta didik dituntut aktif berdiskusi untuk menemukan konsep, kemudian mengaplikasikan konsep yang telah ditemukan untuk memcahkan permasalahan, sehingga pembelajaran Geografi tidak akan hanya sekedar hafalan tetapi juga sampai kepada pemahaman. Selain itu dalam pembelajaran ini peserta didik dituntut pula untuk menghubungkan konsep yang telah ditemukan dan dipelajarinya
commit to user
untuk menghubungkan konsep yang telah mereka pelajari dengan konsep lain yang sudah atau belum mereka pelajari.
Karakteristik model pembelajaran Learning Cycle 5E hampir sama dengan model pembelajaran Learning Cycle 7E yaitu peserta didik dituntut untuk belajar mandiri menggali pengetahuannya sendiri, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna jika dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran Ekspositori yang sifatnya adalah teachercentered. Perbedaan utama kedua model pembelajaran tersebut terletak pada penerapan konsep yang telah ditemukan pada permasalah/ kasus lain. Model pembelajaran Learning Cycle 7E menuntut guru agar dapat membimbing peserta didik untuk menerapkan konsep yang telah ditemukan peserta didik pada permasalahan lain, sedangkan model Learning Cycle 5E tidak. Model pembelajaran Learning Cycle 5E hanya sebatas pada penemuan konsep dan pengaplikasian konsep tersebut pada satu permasalahan saja, sehingga peserta didik akan kesulitan memahami jika diberikan tugas untuk memcahkan permasalahan yang lain.
Sedangkan dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Ekspositori, peran guru sangatlah dominan sehingga peserta didik cenderung pasif dalam pembelajaran jika guru tidak dapat menguasai kelas dengan baik. Peserta didik cepat bosan bahkan banyak yang mengantuk. Dalam pembelajaran ini peserta didik dituntut memahami materi yang disampaikan oleh guru. Untuk menjembatani kebosanan peserta didik terhadap pelajaran peneliti memadukan ceramah dan tanya jawab, namun ceramah memiliki dominasi yang lebih tinggi.
Dalam penerapan model pembelajaran Learning Cycle terdapat beberapa kendala yang dapat menghambat keefektifan pembelajaran.Kendala yang utama yang dihadapi peneliti adalah karakteristik peserta didik di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar yang agak sulit dikondisikan sehingga waktu pembelajaran tersita banyak untuk mengkondisikan peserta didik. Padahal fase-fase dalam model pembelajaran Learning Cycle sangat banyak dan membutuhkan partisipasi peserta didik dalam setiap fasenya. Pada kegiatan
commit to user
diskusi guru harus aktif berkeliling untuk membantu. Peserta didik yang tidak aktif dalam diskusi akan kesulitan dalam memahami materi, karena poin utama pembelajaran dengan model ini berada pada kegiatan diskusi, yaitu saat peserta didik menemukan konsep dari materi yang sedang dipelajari.
Berdasarkan pembahasan diatas dapat diketahui bahwa model pembelajaran Laerning Cycle 7E lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E, model pembelajaran Learning Cycle 7E lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran Ekspositori, dan Learning Cycle 5E lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran Ekspositori. Dapat dikatakankan bahwa ketiga model pembelajaran tersebut memiliki kualitas yang berbeda. Model pembelajaran yang paling baik dari ketiga model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran Learning Cycle 7E disusul model pembelajaran Learning Cycle 5E dan model pembelajaran Ekspositori. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7E lebih berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik kelas XI IPS SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar tahun ajaran 2015/ 2016 pada sub pokok bahasan Pengelolaan Sumber Daya Alam Berwawasan Lingkungan.