commit to user BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data 1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang digunakan adalah SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar. Secara astronomis, SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar terletak antara 70 36’ 11” LS dan 1100 57’ 02” BT dengan ketinggian 226 mdpl. Secara administratif SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar terletak diJalan Brigjen Slamet Riyadi No. 12 Kelurahan Tegalgede, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar berbatasan dengan :
Sebelah Barat : SMK N 1 Karanganyar Sebelah Timur : SMA N 1 Karanganyar
Sebelah Utara : SMP Daarul Arqam Karanganyar Sebelah Selatan : MI Karanganyar
Jalan Brigjen Slamet Riyadi dikenal dengan lingkungan pendidikan karena selain SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar, terdapat beberapa sekolah lain yang berada di lingkungan ini seperti MAN 1 Karanganyar, SMK N 1 Karanganyar, SMA N 1 Karanganyar, SMP Daarul Arqam Karanganyar, MI Karanganyar dan SMK Wikarya. Lokasi SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Lokasi SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar sangat strategis, mudah dijangkau oleh sarana transportasi (aksesbilitas mudah) serta berada di lingkungan yang kondusif (berada pada kompleks sekolahan) mendorong kegiatan pembelajaran peserta didik dapat berjalan efektif dan lancar. Pada tahun 2015/ 2016 per bulan Juli SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar memiliki jumlah peserta didik sebanyak 1480. Rincian mengenai jumlah peserta didik pada bulan Juli tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 4.1.
commit to user
61
commit to user
Tabel 4.1 Jumlah Peserta Didik SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar Bulan Juli Tahun 2015
Kelas Jml. Kelas Jumlah Peserta Didik
L P Jumlah
X 14 216 342 558
XI 13 237 323 550
XII 9 114 248 362
Jumlah 36 567 913 1480
Sumber : Profil SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar Tahun 2015
Setiap kelas dilengkapi dengan meja kursi untuk setiap peserta didik, meja kursi guru, whiteboard, spidol, penghapus, speaker dan CCTV.Berikut ini adalah sarana dan prasarana penunjang kegiatan belajar mengajar secara umum yang disajikan dalam Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Daftar Sarana dan Prasarana SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
No. Jenis Ruang
Milik Baik Rusak Jml Luas (m2) Jml Luas (m2) 1. Ruang Teori/Kelas 25 2025 6 480 2. Laboratorium IPA 3. Laboratorium Biologi 1 56 1 56 4. Laboratorium Kimia 1 56 1 56 5. Laboratorium Fisika 0 6. Laboratorium Bahasa 1 160 7. Laboratorium IPS 0 8. Laboratorium Komputer 1 49 1 49 9. Ruang Perpustakaan 1 112 10. Ruang Keterampilan 1 72
11. Ruang Serba Guna 1
12. Ruang UKS 1
13. Ruang Praktik Kerja 1
14. Ruang Printing 1
15. Ruang Sablon / Roti 1
16. Kantin 2
17. Ruang Gambar 0
18. Koperasi/Toko 1 28
19. Ruang BP/BK 1 49
20. Ruang Kepala Sekolah 1 35
commit to user No Jenis Ruang Milik Baik Rusak Jml Luas (m2) Jml Luas (m2) 22. Ruang TU 1 72 23. Ruang OSIS 1 72
24. Kamar Mandi/WC Guru 2 17 1 6
25. Kamar Mandi/WC Murid 10 60 5 30
26. Gudang 0
27. Ruang Ibadah 1 112
28. Rumah Dinas Kepala Sekolah 0
29. Rumah Dinas Guru 0
30. Rumah Penjaga Sekolah 1
31. LCD 6 3
32. Komputer 20
33. Asrama Murid 1 28
34. Unit Produksi 0
Sumber : Profil SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar Tahun 2015
2. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Sesuai dengan silabus pembelajaran Geografi pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), materi Pengelolaan Sumber Daya Alam Berwawasan Lingkungan merupakan materi terakhir di kelas XI pada semester ganjil. Silabus dan materi ajar pada penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2. Selama proses pembelajaran guru menggunakan Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang terlampir pada Lampiran 9. Berikut adalah deskripsi pelaksanaan penelitian setiap model pembelajaran.
a. Pelaksanaan Kelas Model Learning Cycle 7E
Kelas Eksperimen 1 menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E. Perlakuan (treatment) dilaksanakan pada hari Senin, 9 November 2015 di Kelas XI IPS 5 SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2015/ 2016 dengan alokasi waktu 2 x 45 menit pada jam pelajaran ke 7 – 8 (13.00 – 14.30 WIB). Pelaksanaan treatment pada kelas ini disesuaikan dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3.
commit to user
Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam, mengecek kehadiran peserta didik, dan menanyakan absensi kelas. Jumlah peserta didik yang hadir pada hari itu sejumlah 42 peserta didik dan 2 peserta didik tidak hadir tanpa keterangan. Guru menyiapkan peralatan yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, setelah itu guru menyampaikan Kompetensi Dasar dan indikator yang akan dicapai pada pertemuan ini, serta menyampaikan tujuan dari pembelajaran yang ingin dicapai.
Guru mengondisikan peserta didik, kemudian untuk mendatangkan pengetahuan awal peserta didik guru memberikan pertanyaan mengenai perpanjangan kontrak Indonesia dengan perusahaan Freepot yang mengeksploitasi emas di Papua, dari pertanyaan tersebut ada 2 peserta didik yang memberikan respon yang baik, kedua peserta didik tersebut menjawab serta mengomentari keputusan pemerintah mengenai hal tersebut.
Untuk membangkitkan minat peserta didik terhadap pembelajaran pada saai itu guru menampilkan video eksploitasi emas di Papua untuk diamati bersama-sama dan selanjutnya guru mengajukan beberapa pertanyaan guna menggugah rasa penasaran peserta didik terhadap kasus yang sedang diamati dan kemudian mengaitkan jawaban peserta didik dengan pengelolaan Sumberdaya Alam Berwawasan Lingkungan disela-sela kegiatan tersebut guru juga menyampaikan sedikit materi yang berkaitan dengan Pengelolaan Sumberdaya Alam yang Berwawasan Lingkungan sebagai pengantar untuk melakukan eksperimen sederhana.
Kemudian guru mengintruksikan peserta didik untuk membentuk 7 (tujuh) kelompok diskusi. Setelah mengkondisikan suasana kelas, guru membagikan lembar kerja kelompok yang didalamnya berisis petunjuk pengerjaan, serta beberapa pertanyan yang dapat dijadikan bahan diskusi peserta didik sembari menjelaskan kepada setiap kelompok tentang tugas yang diberikan kepada peserta didik. Setelah peserta didik memahami tugas yang diberikan, guru mempersilakan peserta didik berdiskusi,
commit to user
bertukar pendapat, dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber sesuai dengan tugas yang diberikan. Peserta didik diperbolehkan menggunakan telepon seluler, laptop maupun mencari buku di perpustakaan sekolah. Ada beberapa kelompok yang mengalami kesulitan dalam menganalisis sebab dan akibat dari kasus yang ditampilkan oleh guru, sehingga guru membimbing kelompok yang bersangkutan sampai kelompok tersebut paham. Di kelas ini kegiatan diskusi berjalan dengan kondusif, ada kegaduhan akan tetapi kegaduhan diakibatkkan oleh peserta didik yang sangat antusis bertanya mengenai hal yang mereka belum pahami dan meminta guru untuk menjelaskan pada kelompoknya.
Setelah kegiatan diskusi selesai, guru tanpa menunjuk mempersilakan kelompok pertama yang ingin mempresentasikan hasil diskusinya dan disusul kelompok lain yang ditunjuk oleh guru dengan cara melempar koin. Beberapa peserta didik dari kelompok lain memberikan respon atau tanggapan terhadap hasil diskusi kelompok yang presentasi, baik dalam bentuk pertanyaan, sanggahan maupun saran. Ketika ada kelompok yang presentasi, peserta didik yang lain dengan seksama meperhatikan dan menghargai temannya yang sedang menjelaskan, namun ada satu dua peserta didik yang tidak memperhatikan bahkan pasif saat kegiatan diskusi. Setelah presentasi kelompok selesai, guru juga menyampaikan tanggapannya pada setiap kelompok, dan mempertegas konsep materi. Guru mempersilahkan peserta didik untuk menyelesaikan tugas pada lember kerja kelompok jika belum selesai, dan kemudian mengumpulkan semua hasil diskusi kelompok setelah peserta didik selesai mengerjakannya.
Untuk mengakhiri pembelajaran guru memberikan beberapa pertanyaan secara lisan untuk mengetahui sejauhmana pemahaman peserta didik kemudian meminta peserta didik untuk mengaitkan konsep atau materi yang telah dipelajari dengan kasus eksploitasi batu bara di Kalimantan maupun eksploitasi pasir di lereng Gunung Merapi, memberikan umpan balik pada jawaban peserta didik, dilanjutkan dengan
commit to user
menyimpulkan secara bersama-sama materi dan mengakhiri pembelajaran sengan mengucapkan salam.
Berdasarkan pelaksanaan model pembelajaran Learning Cycle 7E yang telah diterapkan pada kelas Eksperimen 1 (Kelas XI IPS 5) dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan model tersebut memiliki presentase kesesuaian sebesar 92,5% antara lembar observasi dengan pelaksanaan dikelas. Hasil observasi dan perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 6.
b. Pelaksanaan Kelas Model Learning Cycle 5E
Kelas Eksperimen 2 menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E. Perlakuan (treatment) dilaksanakan pada hari Selasa, 10 November 2015 di Kelas XI IPS 7 SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2015/ 2016 dengan alokasi waktu 2 x 45 menit pada jam pelajaran ke 3-4 (09.45 – 11.15 WIB). Pelaksanaan treatment pada kelas ini disesuaikan dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.
Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam kepada peserta didik dan mengecek kehadiran peserta didik dengan menanyakan absensi kelas. Jumlah peserta didik yang hadir pada hari itu sejumlah 40 peserta didik, 1 peserta didik yang tidak hadir karena sakit dan 3 peserta didik tidak hadir tanpa keterangan. Kemudian guru menyiapkan peralatan yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, setelah itu guru menyampaikan Kompetensi Dasar dan indikator yang akan dicapai pada pertemuan ini, serta menyampaikan tujuan dari pembelajaran yang ingin dicapai.
Guru mengondisikan peserta didik, kemudian untuk membangkitkan minat peserta didik terhadap pembelajaran pada saai itu guru menampilkan video eksploitasi emas di Papua untuk diamati bersama-sama dan selanjutnya guru mengajukan beberapa pertanyaan guna menggugah rasa penasaran peserta didik terhadap kasus yang sedang diamati dan kemudian mengaitkan jawaban peserta didik dengan
commit to user
pengelolaan Sumberdaya Alam Berwawasan Lingkungan disela-sela kegiatan tersebut guru juga menyampaikan sedikit materi yang berkaitan dengan Pengelolaan Sumberdaya Alam yang Berwawasan Lingkungan sebagai pengantar untuk melakukan eksperimen sederhana.
Kemudian guru mengintruksikan peserta didik untuk membentuk 7 (tujuh) kelompok diskusi. Setelah mengkondisikan suasana kelas, guru membagikan lembar kerja kelompok yang didalamnya berisis petunjuk pengerjaan, serta beberapa pertanyan yang dapat dijadikan bahan diskusi peserta didik sembari menjelaskan kepada setiap kelompok tentang tugas yang diberikan kepada peserta didik. Setelah peserta didik memahami tugas yang diberikan, guru mempersilakan peserta didik berdiskusi, bertukar pendapat, dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber sesuai dengan tugas yang diberikan. Peserta didik diperbolehkan menggunakan telepon seluler, laptop maupun mencari buku di perpustakaan sekolah. Ada beberapa kelompok yang mengalami kesulitan dalam menganalisis sebab dan akibat dari kasus yang ditampilkan oleh guru, sehingga guru membimbing kelompok yang bersangkutan sampai kelompok tersebut paham. Guru tidak hanya membimbing kelompok yang belum paham, tetapi guru juga tetap memantau kelompok yang sudah paham agar tetap sesuai dengan tugas yang diberikan. Karena jumlah peserta didik di kelas ini sangatlah banyak maka guru sedik kewalahan dalam mengondisikan peserta didik, pada saat pembelajaran ada beberapa peserta didik yang tidak mengikuti proses diskusi dan mengganggu peserta didik yang lain. Guru mengondisikan peserta didik tersebut, namun tidak lama kemudian beberapa peserta didik kembali mengganggu peserta didik yang lain.
Setelah kegiatan diskusi selesai, guru tanpa menunjuk mempersilakan kelompok pertama yang ingin mempresentasikan hasil diskusinya dan disusul kelompok lain yang ditunjuk oleh guru dengan cara melempar koin. Beberapa peserta didik dari kelompok lain memberikan respon atau tanggapan terhadap hasil diskusi kelompok yang presentasi,
commit to user
baik dalam bentuk pertanyaan, sanggahan maupun saran. Ketika ada kelompok yang presentasi, beberapa peserta gaduh sehingga jalannya presentasi sedikit terganggu namun setelah diberikan pengertian peserta didik kembali tenang meskipun ada beberapa peserta didik yang tidak memperhatikan dan sibuk bermain sendiri. Setelah presentasi kelompok selesai, guru juga menyampaikan tanggapannya pada setiap kelompok, dan mempertegas konsep materi. Guru mempersilahkan peserta didik untuk menyelesaikan tugas pada lember kerja kelompok jika belum selesai, dan kemudian mengumpulkan semua hasil diskusi kelompok setelah peserta didik selesai mengerjakannya.
Untuk mengakhiri pembelajaran guru memberikan beberapa pertanyaan secara lisan untuk mengetahui sejauhmana pemahaman peserta didik, dmemberikan umpan balik pada jawaban peserta didik, dilanjutkan dengan menyimpulkan secara bersama-sama materi dan mengakhiri pembelajaran sengan mengucapkan salam.
Berdasarkan pelaksanaan model pembelajaran Learning Cycle 5E yang telah diterapkan pada kelas Eksperimen 2 (Kelas XI IPS 7) dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan model tersebut memiliki presentase kesesuaian sebesar 94,44% antara lembar observasi dengan pelaksanaan dikelas. Hasil observasi dan perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 7.
c. Pelaksanaan Kelas Model Ekspositori
Kelas Kontrol menggunakan model pembelajaran Ekspositori. Permbelajaran dilaksanakan pada hari Selasa, 10 November 2015 di Kelas XI IPS 5 SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2015/ 2016 dengan alokasi waktu 2 x 45 menit pada jam pelajaran ke 5 – 6 (11.15 – 12.45 WIB). Pelaksanaan pembelajaran pada kelas ini disesuaikan dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.
Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam kepada peserta didik dan mengecek kehadiran peserta didik dengan menanyakan
commit to user
absensi kelas. Jumlah peserta didik yang hadir pada hari itu sejumlah 39 peserta didik dan 3 peserta didik tidak hadir tanpa keterangan. Kemudian guru menyiapkan peralatan yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, setelah itu guru menyampaikan Kompetensi Dasar dan indikator yang akan dicapai pada pertemuan ini, serta menyampaikan tujuan dari pembelajaran yang ingin dicapai.
Guru mengondisikan peserta didik, kemudian guru menjelaskan materi tentang pengelolaan SDA yang berwawasan lingkungan, media yang digunakan dalam belajar sama dengan kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2. Pada saat guru menerangkan kelas sangatlah tidak kondusif karena banyak peserta didik yang ramai, mengobrol bersama teman dan asyik bermain handphone. Guru berusaha mengkondisikan kembali agar pembelajaran tetap terlaksana dengan baik, namun kegaduhan tersebut terulang kembali. Setelah guru selesai menyampaikan materi, guru memutarkan video eksploitasi emas di Papua, seluruh peserta didik langsung memperhatikan video ini dengan seksama. Peserta didik sangat tertarik dengan media pembelajaran yang berupa video maupun gambar animasi, karena guru matapelajaran Geografi hampir tidak pernah menggunakan media pembelajaran saat menjelaskan materi. Setelah mengamati video bersama-sama, guru memperlihatkan hubungan antara konsep yang dipelajari dengan konsep lain (materi yang dipelajari saat ini dengan materi yang dipelajari pada Kompetensi Dasar selanjutnya) dan guru memberikan penekanana terhadap hal-hal yang dianggap penting oleh guru (penguatan materi). Peserta didik dipersilakan mengajukan pertanyaan apabila masih belum dapat memahami materi yang dijelaskan oleh guru, dan guru memberikan tanggapan mengenai pertanyaan yang diajukan. Peserta didik dikelas ini cenderung pasif, dan malu untuk bertanya. Karena karakteristik peserta didik yang demikian, akhirnya guru berkeliling kelas dan menanyakan pada beberapa peserta didik apakah ada materi yang belum jelas, dan apakah ada hal yang perlu ditanyakan. Setelah kegiatan ini, guru dan peserta didik bersama-sama menyimpulkan
commit to user
materi yang dibahas, melakukan evaluasi dengan memberikan tugas pada peserta didik dan menutup pembelajaran pada hari ini dengan mengucapkan salam.
Berdasarkan pelaksanaan model pembelajaran Ekspositori yang telah diterapkan pada kelas Kontrol (Kelas XI IPS 8) dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan model tersebut memiliki presentase kesesuaian sebesar 90,26% antara lembar observasi dengan pelaksanaan dikelas. Hasil observasi dan perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 8.
3. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Data hasil penelitian diperoleh dari data hasil belajar peserta didik ranah kognitif pada sub pokok bahasan Pengelolaan Sumber Daya Alam Berwawasan Lingkungan. Data hasil belajar ranah kognitif diperoleh dari tes tertulis yang berbentuk uraian (essay) yang dilakukan pada pertemuan kedua setelah diberikan perlakuan pada pertemuan pertama. Soal tes terdiri dari 7 soal yang mencakup aspek C1 sampai dengan C5. Data tersebut diperoleh dari tiga kelas dengan jumlah sampel total sebanyak 130 peserta didik yang terbagi kedalam 44 peserta didik kelas XI IPS 5, 44 peserta didik kelas XI IPS 7 dan 42 peserta didik kelas XI IPS 8 SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar tahun ajaran 2015/ 2016. Kelas XI IPS 8 sebagai kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran Ekspositori, kelas XI IPS 7 sebagai kelas eksperimen 2 yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E dan kelas XI IPS 5 sebagai kelas eksperimen 1 yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E. Data hasil penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 22 – 24.
a. Deskripsi Data Hasil Belajar Kelas Learning Cycle 7E
Data hasil penelitian yang berupa data hasil belajar peserta didik kelas Learning Cycle 7E disajikan pada Tabel 4.3 berikut.
commit to user
Tabel 4.3 Data Hasil Belajar Peserta Didik Kelas Learning Cycle 7E Interval Nilai Tengah Frekuensi Persentase (%)
49 – 55 52 2 4,55 56 – 62 59 6 13,64 63 – 69 66 6 13,64 70 – 76 73 12 27,27 77 – 83 80 12 27,27 84 – 90 87 6 13,64 Jumlah 44 100 % Mean 73,37 Median 75 Skor Minimum 50 Skor Maksimum 89,29
Sumber: Hasil Perhitungan Data, 2015 (Lampiran 22)
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.3 dapat dibuat histogram distribusi frekuensi hasil belajar peserta didik kelas Learning Cycle 7E pada Gambar 4.2 berikut ini.
Gambar 4.2 Histogram Distribusi Data Hasil Belajar Peserta Didik Kelas Learning Cycle 7E
2 6 6 12 12 6 0 2 4 6 8 10 12 14 49 – 55 56 – 62 63 – 69 70 – 76 77 – 83 84 – 90 Fr e ku e n si
Skor Hasil Belajar Kelas Learning Cycle 7E
commit to user
Tabel 4.3 dan Gambar 4.2 menunjukkan distribusi data hasil belajar peserta didik Kelas Learning Cycle 7E. Dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E di kelas XI IPS 5 dapat diketahui bahwa skor hasil belajar geografi terbanyak terdapat pada interval 70 – 76 dan 77 – 83, yaitu sebanyak 12 peserta didik. Kelas Learning Cycle 7E memiliki rerata sebesar 73,37 dengan nilai tengah 75, serta memiliki skor minimum sebesar 50 dan skor maksimum sebesar 89,29. Perhitungan hasil belajar peserta didik pada kelompok Learning Cycle 7E kelas XI IPS 5 selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 22.
Melalui perhitungan pada Lampiran 22 dapat diketahui hasil belajar peserta didik telah mencapai KKM atau belum. Presentase ketuntasan hasil belajar peserta didik kelas Learning Cycle 7E disajikan dalam Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas Learning Cycle 7E
Kriteria Jumlah Presentase
Mencapai KKM 24 54,55
Belum mencapai KKM 20 45,45
Sumber: Hasil Perhitungan Data, 2015 (Lampiran 22)
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat dibuat histogram presentase ketuntasan hasil belajar peserta didik kelas Learning Cycle 7E pada Gambar 4.3 berikut ini.
commit to user
Gambar 4.3 Histogram Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas Learning Cycle 7E
Tabe 4.4 dan Gambar 4.3 menu njukan presentase ketuntasan hasil belajar peserta didik kelas Learning Cycle 7E, dari tabel dan gambar tersebut dapat diketahui bahwa presentase ketuntasan hasil belajar peserta didik yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E sebesar 54,55%, sedangkan sisanya yaitu 45,45% belum mencapai ketuntasan. b. Deskripsi Data Hasil Belajar Kelas Learning Cycle 5E
Data hasil penelitian yang berupa data hasil belajar peserta didik Kelas Learning Cycle 5E disajikan pada Tabel 4.5 berikut.
Tabel 4.5 Data Hasil Belajar Peserta Didik Kelas Learning Cycle 5E Interval Nilai Tengah Frekuensi Persentase (%)
42 – 48 45 1 2,27 49 – 55 52 2 4,55 56 – 62 59 8 18,18 63 – 69 66 14 31,82 70 – 76 73 17 38,64 77 – 83 80 2 4,55 54,55 % 45,45 %
commit to user Jumlah 44 100 % Mean 66,55 Median 67,85 Skor Minimum 46,43 Skor Maksimum 78,57
Sumber: Hasil Perhitungan Data, 2015 (Lampiran 23)
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.5 dapat dibuat histogram distribusi frekuensi hasil belajar peserta didik Kelas Learning Cycle 5E pada Gambar 4.4 berikut ini.
Gambar 4.4 Histogram Distribusi Data Hasil Belajar Peserta Didik Kelas Learning Cycle 5E
Tabel 4.5 dan Gambar 4.4 menunjukkan distribusi data hasil belajar peserta didik Kelas Learning Cycle 5E.Dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E di kelas XI IPS 7 dapat diketahui bahwa skor hasil belajar geografi yang paling banyak terdapat pada interval 70 – 76 yaitu sebanyak 17 peserta didik. Kelas Learning Cycle 5E memiliki rerata sebesar 66,55 dengan nilai tengah 67,85 serta memiliki skor minimum sebesar 46,43 dan skor maksimum sebesar 78,57.
1 2 8 14 17 2 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 42 – 48 49 – 55 56 – 62 63 – 69 70 – 76 77 – 83 Fr e ku e n si
Skor Hasil Belajar Kelas Learning Cycle 5E
commit to user
Perhitungan hasil belajar peserta didik pada kelompok Learning Cycle 5E kelas XI IPS 7 selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 23.
Melalui perhitungan pada Lampiran 23 dapat diketahui hasil belajar peserta didik telah mencapai KKM atau belum. Presentase ketuntasan hasil belajar peserta didik kelas Learning Cycle 5E disajikan dalam Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas Learning Cycle 5E
Kriteria Jumlah Presentase
Mencapai KKM 6 13,64
Belum mencapai KKM 38 83,36
Sumber: Hasil Perhitungan Data, 2015 (Lampiran 23)
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat dibuat histogram presentase ketuntasan hasil belajar peserta didik kelas Learning Cycle 7E pada Gambar 4.5 berikut ini.
Gambar 4.5 Histogram Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas Learning Cycle 5E
Tabe 4.6 dan Gambar 4.5 menunjukan presentase ketuntasan hasil belajar peserta didik kelas Learning Cycle 5E, dari tabel dan gambar
13,64 %
83,36 %
commit to user
tersebut dapat diketahui bahwa presentase ketuntasan hasil belajar peserta didik yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E sebesar 13,64%, sedangkan sisanya yaitu 83,36% belum mencapai ketuntasan. c. Deskripsi Data Hasil Belajar Kelas Ekspositori
Data hasil penelitian yang berupa data hasil belajar peserta didik Kelas Ekspositori disajikan pada Tabel 4.7 berikut.
Tabel 4.7 Data Hasil Belajar Peserta Didik Kelas Ekspositori Interval Nilai Tengah Frekuensi Persentase (%)
35 – 41 38 2 4,76 42 – 48 45 2 4,76 49 – 55 52 14 33,33 56 – 62 59 11 26,19 63 – 69 66 7 16,67 70 – 76 73 4 9,52 77 – 83 80 1 2,38 84 – 90 87 1 2,38 Jumlah 42 100 Mean 58,92 Median 58,92 Skor Minimum 35,71 Skor Maksimum 85,71
Sumber: Hasil Perhitungan Data, 2015(Lampiran 24)
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.7 dapat dibuat histogram distribusi frekuensi hasil belajar peserta didik Kelas Ekspositori pada Gambar 4.6 berikut ini.
commit to user
Gambar 4.6 Histogram Distribusi Data Hasil Belajar Peserta Didik Kelas Ekspositori
Tabel 4.7 dan Gambar 4.6 menunjukkan distribusi data hasil belajar peserta didik Kelas Ekspositori.Dengan menggunakan model pembelajaran Ekspositori di kelas XI IPS 8 dapat diketahui bahwa skor hasil belajar geografi terbanyak terdapat pada interval 49 – 55 yaitu sebanyak 14 peserta didik. Kelas Ekspositori memiliki rerata sebesar 58,92 dengan nilai tengah 58,92 serta memiliki skor minimum sebesar 35,71 dan skor maksimum sebesar 85,71. Perhitungan hasil belajar peserta didik pada kelompok Ekspositori kelas XI IPS 8 selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 24.
Melalui perhitungan pada Lampiran tersebut dapat diketahui hasil belajar peserta didik telah mencapai KKM atau belum. Presentase ketuntasan hasil belajar peserta didik kelas Ekspositori disajikan dalam Tabel 4.8. 2 2 14 11 7 4 1 1 0 2 4 6 8 10 12 14 16 35 – 41 42 – 48 49 – 55 56 – 62 63 – 69 70 – 76 77 – 83 84 – 90 Fr e ku e n si
Skor Hasil Belajar Kelas Ekspositori
commit to user
Tabel 4.8 Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas Ekspositori
Kriteria Jumlah Presentase
Mencapai KKM 4 9,52%
Belum mencapai KKM 38 90,48%
Sumber: Hasil Perhitungan Data, 2015 (Lampiran 24)
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat dibuat histogram presentase ketuntasan hasil belajar peserta didik kelas Ekspositori pada Gambar 4.7 berikut ini.
Gambar 4.7 Histogram Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas Ekspositori
Tabe 4.8 dan Gambar 4.7 menunjukan presentase ketuntasan hasil belajar peserta didik kelas Ekspositori, dari tabel dan gambar tersebut dapat diketahui bahwa presentase ketuntasan hasil belajar peserta didik yang menggunakan model pembelajaran Ekspositori sebesar 10%, sedangkan sisanya yaitu 90% belum mencapai ketuntasan.
d. Perbandingan Data Penelitian Kelas Learning Cycle 7E, Kelas
Learning Cycle 5E dan Kelas Ekspositori
Perbandingan hasil belajar Kelas Learning Cycle 7E, Kelas Learning Cycle 5E dan Kelas Ekspositori disajikan pada Tabel 4.9 berikut.
9,52 %
90,48 %
commit to user
Tabel 4.9 Perbandingan Hasil Belajar Kelas Learning Cycle 7E, Kelas Learning Cycle 5Edan Kelas Ekspositori
Interval Nilai Tengah Frekuensi Kelas Learning Cycle 7E Kelas Learning Cycle 5E Kelas Ekspositori 35 – 41 38 0 0 2 42 – 48 45 0 1 2 49 – 55 52 2 2 14 56 – 62 59 6 8 11 63 – 69 66 6 14 7 70 – 76 73 12 17 4 77 – 83 80 12 2 1 84 – 90 87 6 0 1 Jumlah 44 44 42
Sumber: Hasil Perhitungan Data, 2015
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.9 dapat dibuat histogram perbandingan pada Gambar 4.8 berikut ini.
commit to user
Gambar 4.8 Histogram Distribusi Data Hasil Belajar Peserta DidikKelas Learning Cycle 7E, Kelas Learning Cycle 5E dan Kelas Ekspositori
Tabel 4.9 dan Gambar 4.8 menunjukkan bahwa frekuensi terbesar skor hasil belajar Geografi peserta didik yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E terdapat pada interval 70 – 76 dan 77 – 83, yaitu sebanyak 12 peserta didik, frekuensi terbesar skor hasil belajar Geografi peserta didik yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E terdapat pada interval 70 – 76, yaitu sebanyak 17 peserta didik, dan frekuensi terbesar skor hasil belajar Geografi peserta didik yang menggunakan model pembelajaran Ekspositori terdapat pada interval 49 – 55, yaitu sebanyak 14 peserta didik. Hal ini menunjukkan bahwa tingkatan skor untuk Kelas Learning Cycle 7E lebih tinggi daripada Kelas Learning Cycle 5E maupun Kelas Ekspositori.
Hasil statistik hasil belajar peserta didik dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut ini. 0 0 2 6 6 12 12 6 0 1 2 8 14 17 2 0 2 2 14 11 7 4 1 1 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 35 – 41 42 – 48 49 – 55 56 – 62 63 – 69 70 – 76 77 – 83 84 – 90 Fr e ku e n si
Skor Hasil Belajar
commit to user
Tabel 4.10 Data Statistik Hasil Belajar Peserta Didik Kelas Learning Cycle 7E, Kelas Learning Cycle 5E dan Kelas Ekspositori Data Statistik Kelas Learning
Cycle 7E
Kelas Learning Cycle 5E
Kelas Ekspositori
Jumlah Peserta Didik 44 44 42
Mean 73,37 66,55 58,92
Median 75 67,85 58,92
Skor Minimum 50 46,43 35,71
Skor Maksimum 89,29 78,57 85,71
Sumber: Hasil Perhitungan Data, 2015
Berdasarkan data pada Tabel 4.10 di atas dapat disajikan histogram perbedaan rata – rata, median, standar deviasi, skor maksimum dan skor minimum Kelas Learning Cycle 7E, Kelas Learning Cycle 5E dan Kelas Ekspositori seperti pada Gambar 4.9 di bawah ini.
Gambar 4.9 Histogram Data Statistik Hasil Belajar Peserta Didik Kelas Learning Cycle 7E, Kelas Learning Cycle 5E dan Kelas Ekspositori
Tabel 4.10 dan Gambar 4.9 menunjukkan bahwa Kelas Learning Cycle 7E skor rata-rata sebesar 73,37 dengan nilai tengah 75, skor
73.37 75 50 89.29 66.55 67.85 46.43 78.57 58.92 58.92 35.71 85.71 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Mean Median Skor Minimum Skor Maksimum
Fr e ku e n si
commit to user
terendah 50 dan skor tertinggi sebesar 89,29 dan Kelas Learning Cycle 5E memiliki skor rata-rata sebesar 66,55, dengan nilai tengah 67,85 skor terendah 46,43 dan skor tertinggi sebesar 78,57, sedangkan Kelas Ekspositori memiliki skor rata-rata sebesar 58,92 dengan nilai tengah 58,92 skor terendah 35,71 dan skor tertinggi sebesar 85,71 berdasarkan rerata Kelas Learning Cycle 7E, Kelas Learning Cycle 5E, dan Kelas Ekspositori dapat dinyatakan bahwa Kelas Learning Cycle 7E memiliki skor rerata tertinggi dibandingkan Kelas Learning Cycle 5E maupun Kelas Ekspositori.
Perhitungan hasil belajar peserta didik pada Kelas Learning Cycle 7E, Kelas Learning Cycle 5E, dan Kelas Ekspositori selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 22 – 24.
B. Pengujian Prasyarat Analisis
Sebelum melakukan uji hipotesis anava (analisis varian) satu jalan, sebagai syarat perlu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas data.Data yang digunakan dalam uji prasayarat analisis adalah data nilai ulangan tengah semester (UTS) pada Kelas Learning Cycle 7E, Kelas Learning Cycle 5E dan Kelas Ekspositori.
1. Uji Normalitas Data
Normalitas data merupakan salah satu syarat yang harus dilakukan sebelum melakukan uji anava. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Normalitas suatu data penting karena dengan data yang berdistribusi normal maka data tersebut dianggap dapat mewakili suatu populasi. Uji normalitas dapat dilakukan dengan metode Liliefors dengan taraf signifikansi 5%. Hasil uji normalitas untuk data Postest pada masing-masing kelas dapat dilihat pada Tabel 4.11 yang selengkapnya disajikan pada Lampiran 31, 32 dan 33.
commit to user
Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data
No. Data Kelas Harga L
L hitung L tabel Kesimpulan 1
Postest
Learning Cycle 7E 0,0772 0,1335 Normal
2 Learning Cycle 5E 0,1151 0,1335 Normal
3 Ekspositori 0,1241 0,1367 Normal
Sumber : Hasil Perhitungan Data 2015 ( Lampiran 31, 32, dan 33)
Untuk menentukan normalitas data dilakukan dengan membaca nilai Lhitung dan nilai Ltabel.Jika Lhitung < Ltabel, maka kesimpulannya data
berdistribusi normal.Tetapi jika nilai Lhitung > Ltabel maka data tersebut tidak
berdistribusi normal. Berdasarkan tabel 4.10 dapat diperoleh informasi nilai Lhitung pada Kelas Learning Cycle 7E, Kelas Learning Cycle 5E dan Kelas
Ekspositori lebih kecil dari Ltabel, sehingga H0 diterima dan dapat disimpulkan
bahwa sampel dalam penelitian yang terdiri dari Kelas Learning Cycle 7E, Kelas Learning Cycle 5E dan Kelas Ekspositori berasal dari populasi yang normal.
2. Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas adalah uji prasyarat lain yang harus dilakukan sebelum uji anava, yang bertujuan untuk mengetahui apakah varian data berasal dari data sama (homogen) atau tidak. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan metode Bartlet dengan taraf signifikansi 5%. Hasil uji homogenitas pada masing-masing kelas dapat dilihat pada Tabel 4.12 yang selengkapnya disajikan pada Lampiran 34.
Tabel 4.12 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Varians
No. Data Kelas Harga X2
X2 hitung X2 tabel Kesimpulan 1
Postest
Learning Cycle 7E
5,4602 5,991
Homogen
2 Learning Cycle 5E Homogen
3 Ekspositori Homogen
commit to user
Penentuan homogenitas data dilakukan dengan membaca nilai Χ2obs
dan nilai Χ2
tabel.Jika Χ2obs < Χ2tabel, maka kesimpulannya data bersifat
homogen.Namun, jika nilai Χ2obs > Χ2tabel maka data tersebut bersifat tidak
homogen. Berdasarkan Tabel 4.21 dapat diperoleh informasi nilai Χ2obs pada
Kelas Learning Cycle 7E, Kelas Learning Cycle 5E dan Kelas Ekspositori lebih kecil dari Χ2tabel, sehingga H0 diterima dan dapat disimpulkan bahwa
sampel dalam penelitian yang terdiri dariKelas Learning Cycle 7E, Kelas Learning Cycle 5E dan Kelas Ekspositori berasal dari populasi yang homogen.
C. Pengujian Hipotesis 1. Pengujian Hipotesis Pertama
Setelah uji normalitas data dan uji homogenitas data terpenuhi, maka langkah selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis pertama dengan menggunakan anava (analisis varian) satu arah.Anava digunakan untuk menguji ada atau tidaknya perbedaan efek beberapa perlakuan terhadap variabel terikat.
Hipotesis yang digunakan dalam perhitungan anava satu arah sebagai berikut : H0 : μ1 = μ2 = μ3, tidak terdapat perbedaan hasil belajar Geografi antara yang
menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E, Learning Cycle 5E dan Ekspositori.
Ha : μ1 ≠ μ2 = μ3, terdapat perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E, Learning Cycle 5E dan Ekspositori.
Keputusan uji :
H0 ditolak apabila Fobs > Fα
H0 diterima apabila Fobs < Fα
Perhitungan lengkap anava dapat disajikan pada Lampiran 35, sedangkan rangkuman hasil anava satu arah dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini :
commit to user
Tabel 4.13 Rangkuman hasil perhitungan anava satu arah
Sumber JK dk RK Fobs Fα
Metode 351,8014 2 175,9007 25,1686 3,07
Galat 887,5909 127 6,9889 - -
Total 1239,3923 129 - - -
Sumber : Hasil Perhitungan Data 2015 (Lampiran 35)
Tabel 4.13 menunjukan hasil uji analisis variansi satu arah dengan sel yang tak sama. Untuk menentukan keputusan uji cukup melihat nilai Fobs dan
nilai Fα. Nilai Fobs sebesar 25,1686 sedangkan nilai Fα sebesar 3,07 apabila
dibandingkan maka Fobs > Fα (25,1686 > 3,07). Hal ini membuktikan bahwa
hipotesis pertama sesuai, yang menyebutkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar Geografi penggunaanmodel pembelajaran Learning Cycle 7E, Learning Cycle 5E dan Ekspositori padasub pokok bahasan Pengelolaan Sumber Daya Alam Berwawasan Lingkungan peserta didik Kelas XI IPS SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2015/ 2016.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan diantara penggunaan model pembelajaran Learning Cycle 7E, Learning Cycle 5E dan Ekspositori. Ketiga model tersebut memiliki pengaruh yang signifikan dikarenakan setiap model pembelajaran yang diujicobakan memiliki kualitas dan karakteristik yang berbeda. Model pembelajaran Learning Cycle merupakan model pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan teori belajar yang dikemukakan oleh Piaget, teori belajar yang berbasis konstruktivisme. Perkembangan kecakapan intelektual akan berhubungan dengan proses mencari keseimbangan antara apa yang mereka rasakan dan ketahui pada satu sisi dengan apa yang mereka lihat suatu fenomena baru sebagai pengalaman atau persoalan. Untuk memperoleh keseimbangan seseorang harus melakukan adaptasi dengan lingkungannya. Proses adaptasi mempunyai dua bentuk dan terjadi secara simultan, yaitu asimilasi dan akomodasi. Melalui asimilasi siswa mengintegrasikan pengetahuan baru dari luar ke dalam suatu struktur kognitif yang telah ada dalam dirinya. Sedangkan melalui akomodasi siswa memodifikasi struktur kognitif yang ada dalam
commit to user
dirinya dengan pengetahuan yang baru. Adaptasi akan terjadi jika telah terdapat keseimbangan di dalam struktur kognitifnya. Karplus dan Their mengembangkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan ide Piaget, dalam hal ini peserta belajar diberi kesempatan untuk mengasimilasi informasi dengan cara mengekplorasi lingkungan, mengakomodasi informasi dengan cara mengembangkan konsep, mengorganisasikan informasi dan menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan dan memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena yang berbeda. Implementasi teori Piaget oleh Karplus dikembangkan menjadi fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep. Unsur-unsur teori belajar Piaget mempunyai korespondensi dengan fase-fase dalam siklus belajar.
Model pembelajaran Learning Cycle merupakan model pembelajaran mandiri, peserta didik dituntut untuk menemukan konsep dari materi sendiri melalui kegiatan eksperimen sederhana sehingga pembelajarannya akan lebih bermakna karena peserta didik memperoleh konsep langsung dari pengalaman belajarnya. Peserta didik berperan aktif sepenuhnya dalam kegiatan pembelajaran, guru hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator. Sedangkan, model pembelajaran ekspositori merupakan model yang dalam pembelajarannya didominasi oleh guru (teacher centered), peserta didik juga kurang dapat menyampaikan ide-ide dan pendapatnya karena pembelajaran cenderung hanya satu arah tanpa ada timbal balik antara guru dengan peserta didik.
2. Pengujian Hipotesis Kedua
Untuk mengetahui perbedaan perlakuan yang diberikan secra signifikan perlu dilakukan uji pasca anava, yaitu dengan menggunakan metode Scheffe’. Metode Scheffe’ menghasilkan cacah beda rerata signifikan pada masing-masing perlakuan. Berikut merupakan rangkuman hasil uji pasca anava dengan menggunakan metode Scheffe’ pada hasil belajar Geografi peserta didik yang disajikan dalam Tabel 4.14 yang selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 36.
commit to user
Tabel 4.14 Rangkuman Uji Pasca Anava Dengan Metode Scheffe”
Xi Learning Cycle 7E Learning Cycle 5E Learning Cycle 7E
Xj Kelas Ekspositori Kelas Ekspositori Learning Cycle 5E
Rata - rata Xi 20,55 18,64 20,55 Rata - rata Xj 16,5 16,5 18,64 Ni 44 44 44 Nj 42 42 44 16,3661 4,5642 3,6058 0,3252 0,3252 0,3177 F hitung 12,4385 14,0333 11,3506 F tabel 3,07 3,07 3,07
Keputusan Uji Ho ditolak Ho ditolak Ho ditolak
Kesimpulan Beda (Lebih baik) Beda (Lebih baik) Beda (Lebih baik) Sumber : Hasil Perhitungan Data 2015 (Lampiran 36)
Pernyataan hipotesisi kedua adalah
H0 : μ1 = μ3, hasil belajar Geografi yang menggunakan model pembelajaran
Learning Cycle 7E tidak lebih baik dibandingkan dengan dengan model pembelajaran ekspositori.
Ha : μ1 > μ3, hasil belajar Geografi yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E lebih baik dibandingkan dengan dengan model pembelajaran ekspositori.
Keputusan uji :
H0 ditolak apabila Fobs > Fα
H0 diterima apabila Fobs < Fα
Tabel 4.14 menunjukan hasil uji pasca analisis varians dengan metode Scheffe”. Untuk menentukan keputusan uji dalam pengujian hipotesis kedua cukup melihat nilai Fobs dan nilai Fα. Nilai Fobs sebesar 12,4385 sedangkan
nilai Fα sebesar 3,07 apabila dibandingkan maka Fobs > Fα (12,4385 > 3,07).
commit to user
ditolak. Hal ini membuktikan bahwa hipotesis kedua sesuai, yang menyebutkan bahwa model Learning Cycle 7E lebih baik jika dibandingkan dengan model Ekspositori terhadap hasil belajar Geografi peserta didik Kelas XI IPS SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2015/ 2016.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang lebih antara kelas yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E dibandingkan dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran Ekspositori. Hal tersebut dikarenakan dalam pelaksanaan model pembelajaran Learning Cycle 7E guru berusaha untuk menggali pengetahuan awal peserta didik, peserta didik dituntut pula untuk belajar mandiri menggali menemukan sendiri konsep dari materi yang dipelajari melalui kegiatan eksperimen maupun studi kasus, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna jika dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran Ekspositori yang sifatnya adalah teacher centered. Peserta didik dituntut aktif berdiskusi untuk menemukan konsep, kemudian mengaplikasikan konsep yang telah ditemukan untuk memcahkan permasalahan, sehingga pembelajaran Geografi tidak akan hanya sekedar hafalan tetapi juga sampai kepada pemahaman. Selain itu dalam pembelajaran ini peserta didik dituntut pula untuk menghubungkan konsep yang telah ditemukan dan dipelajarinya untuk menghubungkan konsep yang telah mereka pelajari dengan konsep lain yang sudah atau belum mereka pelajari.
3. Pengujian Hipotesis Ketiga Pernyataan hipotesis ketiga adalah :
H0 : μ2 = μ3, hasil belajar Geografi yang menggunakan model pembelajaran
Learning Cycle 5E tidak lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran ekspositori.
Ha : μ2 > μ3, hasil belajar Geografi yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran ekspositori.
Keputusan uji :
commit to user H0 diterima apabila Fobs < Fα
Tabel 4.14 menunjukkan hasil uji pasca anava dengan metode Scheffe’.Untuk menentukan keputusan uji cukup melihat Fobs dan Ftabel. Nilai
Fobs sebesar 14,0333 sedangkan Ftabel sebesar 3,07 apabila dibandingkan maka
Fobs > Fα (14,0333 > 3,07). Berdasarkan perbandingan tersebut maka
keputusan yang diambil adalah H0 ditolak. Hal ini membuktikan bahwa
hipotesis ketiga sesuai, yang menyebutkan bahwa model Learning Cycle 5E lebih baik jika dibandingkan dengan model Ekspositori terhadap hasil belajar Geografi peserta didik Kelas XI IPS SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2015/ 2016.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang lebih antara kelas yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E dibandingkan dengan kelas yang menggunakan mode pembeajaran Ekspositori. Hal tersebut dikarenakan karakteristik model pembelajaran Learning Cycle 5E hampir sama dengan model pembelajaran Learning Cycle 7E yaitupeserta didik dituntut untuk belajar mandiri menggali pengetahuannya sendiri, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna jika dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran Ekspositori yang sifatnya adalah teachercentered. Perbedaan utama kedua model pembelajaran tersebut terletak pada penerapan konsep yang telah ditemukan pada permasalah/ kasus lain. Model pembelajaran Learning Cycle 7E menuntut guru agar dapat membimbing peserta didik untuk menerapkan konsep yang telah ditemukan peserta didik pada permasalahan lain, sedangkan model Learning Cycle 5E tidak. Model pembelajaran Learning Cycle 5E hanya sebatas pada penemuan konsep dan pengaplikasian konsep tersebut pada satu permasalahan saja, sehingga peserta didik akan kesulitan memahami jika diberikan tugas untuk memcahkan permasalahan yang lain.
Sedangkan dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Ekspositori, peran guru sangatlah dominan sehingga peserta didik cenderung pasif dalam pembelajaran jika guru tidak dapat menguasai kelas dengan baik. Peserta didik cepat bosan bahkan banyak yang mengantuk.
commit to user
Dalam pembelajaran ini peserta didik dituntut memahami materi yang disampaikan oleh guru. Untuk menjembatani kebosanan peserta didik terhadap pelajaran peneliti memadukan ceramah dan tanya jawab, namun ceramah memiliki dominasi yang lebih tinggi.
4. Pengujian Hipotesis Keempat Pernyataan hipotesis keempat adalah :
H0 : μ1 = μ2, hasil belajar Geografi yang menggunakan model pembelajaran
Learning Cycle 7E tidak lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E.
Ha : μ1 > μ2, hasil belajar Geografi yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E.
Keputusan uji :
H0 ditolak apabila Fobs > Fα
H0 diterima apabila Fobs < Fα
Tabel 4.14 menunjukkan hasil uji pasca anava dengan metode Scheffe’. Untuk menentukan keputusan uji cukup melihat Fobs dan Ftabel. Nilai Fobs
sebesar 11,3506 sedangkan Ftabel sebesar 3,07 apabila dibandingkan maka Fobs
> Fα (11,3506 > 3,07). Berdasarkan perbandingan tersebut maka keputusan yang diambil adalah H0 ditolak. Hal ini membuktikan bahwa hipotesis
keempat sesuai, yang menyebutkan bahwa model Learning Cycle 7E lebih baik jika dibandingkan dengan model Learning Cycle 5E terhadap hasil belajar Geografi peserta didik Kelas XI IPS SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2015/ 2016.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang lebih kelas yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E dibandingkan dengan kelas yang menggunakan model Learning Cycle 5E. Hal ini dikarenakan model pembelajaran Learning Cycle 7E memiliki tahapan-tahapan yang sangat kompleks dibandingkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E. Model Learning Cycle 7E dikatakan sangat kompleks karena model ini merupakan perkembangan dari model pembelajaran
commit to user
Learning Cycle 5E, yang dirasa masih belum sempurna. Eisenkraft (2003; 1) menganggap bahwa model pembelajaran Learning Cycle 5E perlu disempurnakan dengan menambahkan fase Elicit dan Extend. Eisenkraft menganggap bahwa pengetahuan awal peserta didik penting, sehingga guru dapat menyesuaikan materi yang akan diajarkan dengan pengetahun awal peserta didik. Selain itu, memperluas pengetahuan peserta didik pada fase Extend juga sangat diperlukan, karena dengan demikian peserta didik dapat memecahkan berbagai maslah yang ada dilingkungan sekitar dengan bekal materi ataupun konsep yang telah mereka pelajari.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Learning Cycle terhadap hasil belajar Geografi peserta didik pada sub pokok bahasan Pengelolaan Sumber Daya Alam Berwawasan Lingkungan. Populasi yang digunakan adalah peserta didik Kelas XI IPS SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2015/ 2016 dengan jumlah sampel tiga kelas yaitu kelas XI IPS 5, XI IPS 7 dan XI IPS 8. Kelas XI IPS 5 sebagai kelas control, XI IPS 7 sebagai kelas eksperimen 2 dan XI IPS 8 sebagai kelas eksperimen 1. Dalam penentuan kelas kontrol dan kelas eksperimen, peneliti tidak mendasarkan pada pemerolehan hasil belajar pada kompetensi dasar sebelumnya melainkan dengan cara pengundian kedelapan kelas dalam dua tahap. Tahap pertama yaitu tiga kali pengambilan dengan pengembalian. Tahap kedua yaitu dengan cara mengundi kembali ketiga kelas yang terpilih tersebut kemudian menentukan kelompok eksperimen dan kontrol. Pada pengambilan kedua kelas yang muncul adalah kelas XI IPS 5, XI IPS 7 dan XI IPS 8. Setelah pengundian yang kedua, kemudian ditetapkan kelompok eksperimen pertama yaitu kelas XI IPS 5 yang akan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E, kelompok eksperimen kedua yaitu kelas XI IPS 7 yang akan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E dan kelompok kontrol yaitu kelas XI IPS 8 yang akan menggunakan model pembelajaran Ekspositori. Ketiga kelas yang diberikan perlakuan menghasilkan skor rerata hasil belajar yang berbeda. Perbedaan rerata
commit to user
sangat dipengaruhi oleh metode yang digunakan. Suatu perlakuan (treatment) dikatakan berpengaruh jika terdapat perbedaan rerata skor setelah diuji. Perbandingan rerata hasil belajar peserta didik model kelas Learning Cycle 7E, kelas Learning Cycle 5E, dan kelas Ekspositori disajikan pada Tabel 4.15 berikut ini.
Tabel 4.15 Perbandingan Rerata Skor Hasil Belajar Peserta Didik Model Learning Cycle 7E, Learning Cycle 5E,danEkspositori
Perlakuan Rerata
Ekspositori 58,92
Learning Cycle 5E 66,55
Learning Cycle 7E 73,37
Sumber: Hasil Perhitungan Data, 2015
Perbandingan rerata hasil belajar peserta didik pada ketiga model yang diterapkan lebih jelasnya disajikan pada histogram berikut ini:
Gambar 4.10 Histogram Rerata Hasil Belajar Peserta Didik Model Learning Cycle 7E, Learning Cycle 5E,dan Ekspositori
Berdasarkan Tabel 4.16 dan Gambar 4.10 diatas dapat dijelaskan bahwa hasil belajar kelompok eksperimen 1 lebih baik daripada kelompok eksperimen 2
58.92 66.55 73.37 0 10 20 30 40 50 60 70 80
Ekspositori Learning Cycle 5E Learning Cycle 7E
commit to user
dan kelompok kontrol, dan kelompok eksperimen 2 lebih baik daripada kelompok kontrol sehingga ketiga model tersebut memiliki perbedaan. Hal ini disebabkan oleh karakteristik model yang digunakan pada proses pembelajaran memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil akhirnya. Karena ketiga model tersebut memiliki perbedaan rerata skor hasil belajar, maka dapat disimpulkan bahwa ketiga model pembelajaran tersebut memiliki pengaruh terhadap hasil belajar peserta didik pada sub pokok bahasan Pengelolaan Sumber Daya Alam Berwawasan Lingkungan. Pengaruhnya tentu berbeda-beda dikarenakan suatu model pembelajaran pasti memiliki kualitas serta karakteristik yang berbeda pula.
Hasil analisis data diatas dapat dibuktikan dengan pengujian keempat hipotesis yang telah ditetapkan. Berikut ini adalah pembahasan pada setiap hipotesis :
1. Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis Pertama
Untuk menguji hipotesis pertama dilakukan uji analisis varian (anava) satu arah.Berdasarkan hasil yang telah diperoleh diketahui nilai Fobs > Ftabel
(25,1686 > 3,07). Keputusan uji anava satu arah adalah H0 ditolak.Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik yang signifikan antara penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7E, model pembelajaran Learning Cycle 5E, dan model pembelajaran Ekspositori. Pernyataan tersebut sesuai dengan hipotesis pertama yang menyebutkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar Geografi peserta didik yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E, Learning Cycle 5E, dan Ekspositori pada sub pokok bahasan Pengelolaan Sumber Daya Alam Berwawasan Lingkungan peserta didik Kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2015/ 2016. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan diantara penggunaan model pembelajaran Learning Cycle 7E, Learning Cycle 5E dan Ekspositori. Hal tersebut dikarenakan ketiga model pembelajaran yang digunakan memiiki kualitas dan karakteristik yang berbeda.
Perhitungan uji anava belum dapat mengetahui manakah dari perlakuan-perlakuan itu yang secara signifikan berbeda dengan lain. Untuk
commit to user
mengetahui perlakuan mana yang lebih berpengaruh dari ketiga model pembelajaran tersebut maka dilakukan uji pasca anava menggunakan metode Scheffe’. Metode Scheffe’ menghasilkan cacah beda rerata signifikan pada masing-masing perlakuan dengan jumlah sampel yang berbeda. Dengan demikian, pengujian hipotesis kedua, ketiga, dan keempat dilakukan dengan menggunakan metode Scheffe’ untuk mengetahui metode pembelajaran mana yang lebih baik terhadap hasil belajar peserta didik dilihat dari rerata skor hasil belajarnya.
2. Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis Kedua
Pengujian hipotesis kedua dilakukan dengan membandingkan rerata pada masing-masing perlakuan (model pembelajaran Learning Cycle 7E dan model pembelajaran Ekspositori) secara signifikan. Hasil uji Scheffe’ menunjukan nilai Fobs > Ftabel (12,4385 > 3,07). Berdasarkan perbandingan
tersebut maka keputusan yang diambil adalah H0 ditolak. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar peserta didik yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran Ekspositori. Berdasarkan skor hasil belajar peserta didik diketahui bahwa Kelas Eksperimen 1 (Kelas XI IPS 5) yang diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E memiliki rerata skor hasil belajar sebesar 73,37 sedangkan Kelas Kontrol (Kelas XI IPS 8) yang diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Ekspositori memiliki rerata skor hasil belajar sebesar 58,92 dan beda rerata skor hasil belajar kedua model sebesar 14,45. Hal ini menunjukkan rerata skor hasil belajar Geografi peserta didik yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E lebih baik daripada hasil belajar Geografi peserta didik menggunakan model pembelajaran Ekspositori. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang lebih kelas yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E dibandingkan dengan kelas yang menggunakan model Ekspositori. Karena pembelajaran Learning Cycle 7E memiliki beberapa kelebihan yaitu : 1) merangsang peserta didik untuk mengingat kembali materi pelajaran yang
commit to user
telah mereka dapatkan sebelumnya, 2) melatih peserta didik belajar menemukan konsep melalui kegiatan eksperimen, 3) memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir, mencari, menemukan, dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari, 4) guru dan peserta didik menjalankan fase-fase pembelajaran yang saling mengisi satu sama lainnya. 3. Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga
Pengujian hipotesis ketiga dilakukan dengan membandingkan rerata pada masing-masing perlakuan (model pembelajaran Learning Cycle 5E dan model pembelajaran Ekspositori) secara signifikan.Hasil uji Scheffe’ menunjukan nilai Fobs > Ftabel (14,0333 > 3,07). Berdasarkan perbandingan
tersebut maka keputusan yang diambil adalah H0 ditolak. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar peserta didik yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran Ekspositori. Berdasarkan skor hasil belajar peserta didik diketahui bahwa Kelas Eksperimen 2 (Kelas XI IPS 7) yang diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E memiliki rerata skor hasil belajar sebesar 66,55 sedangkan Kelas Kontrol (Kelas XI IPS 8) yang diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Ekspositori memiliki rerata skor hasil belajar sebesar 58,92 dan beda rerata skor hasil belajar kedua model sebesar 7,63. Hal ini menunjukkan rerata skor hasil belajar Geografi peserta didik yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E lebih baik daripada hasil belajar Geografi peserta didik menggunakan model pembelajaran Ekspositori. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang lebih kelas yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E dibandingkan dengan kelas yang menggunakan model Ekspositori. Karena pembelajaran Learning Cycle 5E memiliki beberapa kelebihan yaitu : 1) meningkatkan motivasi belajar karena peserta didik dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, 2) lebih berpeluang untuk menyampaikan gagasan dan pendapat, 3) pembelajaran menjadi lebih bermakna.
commit to user
4. Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis Keempat
Pengujian hipotesis keempat dilakukan dengan membandingkan rerata pada masing-masing perlakuan (model pembelajaran Learning Cycle 7E dan model pembelajaran Learning Cycle 5E) secara signifikan.Hasil uji Scheffe’ menunjukan nilai Fobs > Ftabel (11,3506 > 3,07). Berdasarkan perbandingan
tersebut maka keputusan yang diambil adalah H0 ditolak. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar peserta didik yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E. Berdasarkan skor hasil belajar peserta didik diketahui bahwa Kelas Eksperimen 1 (Kelas XI IPS 5) yang diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E memiliki rerata skor hasil belajar sebesar 73,37 sedangkan Kelas Eksperimen 2 (Kelas XI IPS 7) yang diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E memiliki rerata skor hasil belajar sebesar 66,55 dan beda rerata skor hasil belajar kedua model sebesar 6,82. Hal ini menunjukkan rerata skor hasil belajar Geografi peserta didik yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E lebih baik daripada hasil belajar Geografi peserta didik menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang lebih kelas yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E dibandingkan dengan kelas yang menggunakan model Learning Cycle 5E. Hal tersebut dikarenakan model pembelajaran Learning Cycle 7E memiliki tahapan-tahapan yang sangat kompleks dibandingkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E. Model Learning Cycle 7E dikatakan sangat kompleks karena model ini merupakan perkembangan dari model pembelajaran Learning Cycle 5E, yang dirasa masih belum sempurna. Eisenkraft (2003; 1) menganggap bahwa model pembelajaran Learning Cycle 5E perlu disempurnakan dengan menambahkan fase Elicit dan Extend. Eisenkraft menganggap bahwa pengetahuan awal peserta didik penting, sehingga guru dapat menyesuaikan materi yang akan diajarkan dengan pengetahun awal peserta didik. Selain itu, memperluas
commit to user
pengetahuan peserta didik pada fase Extend juga sangat diperlukan, karena dengan demikian peserta didik dapat memecahkan berbagai maslah yang ada dilingkungan sekitar dengan bekal materi ataupun konsep yang telah mereka pelajari.
Keputusan akhir setelah dilakukan pengujian hipotesis kedua, ketiga dan keempat dengan metode Scheffe’ menghasilkan keputusan bahwa model pembelajaran Learning Cycle 7E lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E dan model pembelajaran Ekspositori, sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga model pembelajaran tersebut memiliki kualitas yang berbeda.
Rerata hasil belajar peserta didik yang diberikan perlakuan dengan model pembelajaran Learning Cycle 7E lebih tinggi dibandingkan perlakuan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E dan model Ekspositori. Hal ini dipengaruhi oleh karakteristik metode pembelajaran yang digunakan.
Model pembelajaran Learning Cycle merupakan model pembelajaran mandiri, peserta didik dituntut untuk menemukan konsep dari materi sendiri melalui kegiatan eksperimen sederhana sehingga pembelajarannya akan lebih bermakna karena peserta didik memperoleh konsep langsung dari pengalaman belajarnya. Peserta didik berperan aktif sepenuhnya dalam kegiatan pembelajaran, guru hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator. Dalam model pembelajaran Learning Cycle 7E guru berusaha untuk menggali pengetahuan awal peserta didik, peserta didik dituntut pula untuk belajar mandiri menggali menemukan sendiri konsep dari materi yang dipelajari melalui kegiatan eksperimen maupun studi kasus, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna jika dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran Ekspositori yang sifatnya adalah teacher centered. Peserta didik dituntut aktif berdiskusi untuk menemukan konsep, kemudian mengaplikasikan konsep yang telah ditemukan untuk memcahkan permasalahan, sehingga pembelajaran Geografi tidak akan hanya sekedar hafalan tetapi juga sampai kepada pemahaman. Selain itu dalam pembelajaran ini peserta didik dituntut pula untuk menghubungkan konsep yang telah ditemukan dan dipelajarinya
commit to user
untuk menghubungkan konsep yang telah mereka pelajari dengan konsep lain yang sudah atau belum mereka pelajari.
Karakteristik model pembelajaran Learning Cycle 5E hampir sama dengan model pembelajaran Learning Cycle 7E yaitu peserta didik dituntut untuk belajar mandiri menggali pengetahuannya sendiri, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna jika dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran Ekspositori yang sifatnya adalah teachercentered. Perbedaan utama kedua model pembelajaran tersebut terletak pada penerapan konsep yang telah ditemukan pada permasalah/ kasus lain. Model pembelajaran Learning Cycle 7E menuntut guru agar dapat membimbing peserta didik untuk menerapkan konsep yang telah ditemukan peserta didik pada permasalahan lain, sedangkan model Learning Cycle 5E tidak. Model pembelajaran Learning Cycle 5E hanya sebatas pada penemuan konsep dan pengaplikasian konsep tersebut pada satu permasalahan saja, sehingga peserta didik akan kesulitan memahami jika diberikan tugas untuk memcahkan permasalahan yang lain.
Sedangkan dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Ekspositori, peran guru sangatlah dominan sehingga peserta didik cenderung pasif dalam pembelajaran jika guru tidak dapat menguasai kelas dengan baik. Peserta didik cepat bosan bahkan banyak yang mengantuk. Dalam pembelajaran ini peserta didik dituntut memahami materi yang disampaikan oleh guru. Untuk menjembatani kebosanan peserta didik terhadap pelajaran peneliti memadukan ceramah dan tanya jawab, namun ceramah memiliki dominasi yang lebih tinggi.
Dalam penerapan model pembelajaran Learning Cycle terdapat beberapa kendala yang dapat menghambat keefektifan pembelajaran.Kendala yang utama yang dihadapi peneliti adalah karakteristik peserta didik di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar yang agak sulit dikondisikan sehingga waktu pembelajaran tersita banyak untuk mengkondisikan peserta didik. Padahal fase-fase dalam model pembelajaran Learning Cycle sangat banyak dan membutuhkan partisipasi peserta didik dalam setiap fasenya. Pada kegiatan
commit to user
diskusi guru harus aktif berkeliling untuk membantu. Peserta didik yang tidak aktif dalam diskusi akan kesulitan dalam memahami materi, karena poin utama pembelajaran dengan model ini berada pada kegiatan diskusi, yaitu saat peserta didik menemukan konsep dari materi yang sedang dipelajari.
Berdasarkan pembahasan diatas dapat diketahui bahwa model pembelajaran Laerning Cycle 7E lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E, model pembelajaran Learning Cycle 7E lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran Ekspositori, dan Learning Cycle 5E lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran Ekspositori. Dapat dikatakankan bahwa ketiga model pembelajaran tersebut memiliki kualitas yang berbeda. Model pembelajaran yang paling baik dari ketiga model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran Learning Cycle 7E disusul model pembelajaran Learning Cycle 5E dan model pembelajaran Ekspositori. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7E lebih berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik kelas XI IPS SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar tahun ajaran 2015/ 2016 pada sub pokok bahasan Pengelolaan Sumber Daya Alam Berwawasan Lingkungan.