• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis nyamuk yang ditemukan pada penangkapan nyamuk berumpan orang dan nyamuk istirahat adalah Ae. aegypti, Ae. albopictus, Culex, dan Armigeres. Jenis nyamuk dan persentase jumlah nyamuk yang tertangkap dengan umpan orang di dalam dan di luar rumah dapat dilihat pada Tabel 1, sedangkan persentase jenis nyamuk istirahat yang tertangkap di dalam dan di luar rumah terlihat pada Tabel 2.

Tabel 1 menunjukkan bahwa persentase nyamuk tertangkap yang menggigit orang yang tertinggi adalah Ae. aegypti, di dalam rumah sebesar 75.93% dan di luar rumah 21.81%. Persentase kedua adalah Ae. albopictus di dalam rumah sebesar 11.11% dan di luar rumah 65.45%. Urutan selanjutnya adalah Culex di dalam (11.11%)dan di luar rumah (19.06%), sedangkan Armigeres hanya ditemukan 0.02% di dalam rumah dan 3.64% di luar rumah. Banyaknya nyamuk Ae. aegypti yang ditertangkap pada umpan orang di dalam rumah menunjukkan bahwa nyamuk ini bersifat anthropophilic dan lebih memilih menggigit di dalam rumah (endophilic). Nyamuk Ae. albopictus lebih banyak ditemukan di luar rumah karena nyamuk ini bersifat exophilic. Nyamuk Ae. albopictus merupakan vektor sekunder penyakit DBD, hal ini terjadi karena nyamuk ini tidak mampu menularkan penyakit DBD jika dalam wilayah tersebut tidak dijumpai vektor utamanya yaitu Ae. aegypti.

Tabel 1 Kelimpahan nisbi (%) nyamuk yang menggigit orang yang tertangkap di dalam dan di luar rumah

Jenis Nyamuk Dalam Luar

Total % Total % Ae. aegypti 41 75.93 12 21.81 Ae. albopictus 6 11.11 36 65.45 Culex 6 11.11 5 9.09 Armigeres 1 0.02 2 3.64 Total 54 100 55 100

Tabel 2 Kelimpahan nisbi (%) nyamuk yang istirahat yang tertangkap di dalam dan di luar rumah

Jenis Nyamuk Dalam Luar

Total % Total % Ae. aegypti 57 33.53 5 13.16 Ae. albopictus 5 2.94 4 10.53 Culex 102 60 28 73.68 Armigeres 6 3.53 1 2.63 Total 170 100 38 100

Tabel 2 secara keseluruhan menunjukkan bahwa nyamuk Culex banyak ditemukan beristirahat di dalam maupun di luar rumah, dengan persentase di dalam rumah 60% dan di luar rumah 73.68%. Hal ini terjadi karena Culex merupakan spesies nyamuk rumah yang selalu ditemukan di pemukiman penduduk terutama di wilayah yang banyak ditemukan genangan air kotor. Selain itu nyamuk Ae. aegypti ditemukan dengan total jumlah tertinggi beristirahat di dalam rumah adalah 33.53% dan di luar sebanyak 13.16%. Nyamuk Ae. aegypti merupakan nyamuk yang lebih menyukai mencari inang di dalam rumah, setelah mendapatkan asupan darah nyamuk akan segera beristirahat tidak jauh dari inang yaitu didalam rumah, sehingga nyamuk Ae. aegypti lebih banyak ditemukan beristirahat di dalam rumah. Jumlah nyamuk Ae. albopictus yang beristirahat di dalam rumah hanya 2.94% dan 10.53% di luar rumah, sedangkan nyamuk Armigeres hanya ditemukan 3.51% di dalam rumah dan 2.63% di luar rumah. Kepadatan Nyamuk Yang Menggigit

Kepadatan nyamuk adalah angka nyamuk yang ditunjukkan dengan nilai Man Hour Density (MHD) sebagaimana tersaji dalam Tabel 3.

Tabel 3 Kepadatan jenis-jenis nyamuk yang menggigit orang

Jenis Nyamuk MHD

Dalam Luar Total

Ae. aegypti 0.34 0.10 0.44

Ae. albopictus 0.05 0.30 0.35

Culex 0.05 0.04 0.09

Dengan menggunakan data Tabel 3 dapat dilihat bahwa MHD Ae. aegypti di dalam rumah adalah 0.34 nyamuk/jam/orang dan 0.05 nyamuk/jam/orang untuk Ae. albopictus. Nilai ini berarti bahwa di dalam rumah setiap tiga jam inang akan digigit lebih dari satu nyamuk Ae. aegypti. Dari nilai tersebut terlihat bahwa di dalam rumah Ae. aegypti lebih berpotensi dalam menyebarkan penyakit DBD apabila dibandingkan terhadap Ae. albopictus yang hanya memiliki nilai MHD 0.05 nyamuk/jam/orang, Ae.aegypti memiliki kepadatan nyamuk lebih tinggi sehingga memiliki peluang yang lebih besar dalam penyebaran penyakit DBD. Perhitungan nilai MHD dari Tabel 3 terlihat bahwa MHD Ae. albopictus 0.3 nyamuk/jam/orang dan Ae. aegypti 0.1 nyamuk/jam/orang. Jika dibandingkan dengan Ae. aegypti nilai MHD Ae. albopictus lebih tinggi yaitu 0.3 nyamuk/jam/orang, sehingga Ae.albopictus lebih berpotensi dalam menyebarkan penyakit DBD di luar ruangan. Semakin tinggi nilai MHD maka semakin tinggi potensi nyamuk tersebut dalam menyebarkan penyakit DBD.

Sampai saat ini belum ada nilai standar MHD nyamuk yang dikatakan berisiko dalam mentransmisikan virus dengue. Menurut Lok (1985) dalam bukunya menyatakan bahwa apabila di suatu wilayah terdapat inang serta terjadi kontak dengan vektor, maka dengan nilai MHD > 2 dikatakan berisiko dalam mentrasmisikan penyakit yellow fever. Selain itu Onyido et al. (2009) dalam penelitiannya mengenai vektor yellow fever di Nigeria yang melakukan penangkapan nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus dari pukul 17.00-20.00 mendapatkan nilai MHD Ae. aegypti 3.04 dan Ae. albopictus 1.72. Dikatakan nilai ini menunjukkan risiko yang tinggi dalam penyebaran infeksi yellow fever. Apabila dibandingkan dengan nilai MHD Ae. aegypti dan Ae. albopictus penelitian pada Tabel 3, nilai MHD pada penelitian ini menunjukkan nilai yang sangat kecil. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan tempat, waktu, iklim daerah penelitian dan tidak secara langsung menunjukkan potensinya dalam penyebaran DBD.

Perilaku Menggigit

Menurut Service (1986) dilihat dari inangnya nyamuk dibedakan menjadi empat jenis yaitu spesies nyamuk yang menyukai darah manusia disebut

anthropophagic, spesies yang menyukai darah hewan disebut zoophagic, nyamuk yang menyukai darah bangsa burung disebut ornitophagic, dan yang terahir adalah nyamuk indiscriminate biters yang berarti nyamuk yang tidak memiliki kesukaan terhadap inang tertentu.

Menurut aktivitas dalam pencarian makanan nyamuk dibedakan menjadi dua jenis yaitu nyamuk yang mencari makanan di dalam rumah disebut endophagic dan spesies nyamuk yang mencari makanan di luar rumah disebut exophagic. Setelah mencari makan sebagian besar spesies nyamuk akan mencari tempat untuk mencerna darah yang dimakan dan melakukan pematangan sel telur. Sebagian spesies nyamuk akan melakukan istirahat dan pematangan sel telur di dalam rumah atau disebut endophilic, dan spesies yang melakukannya di luar ruangan disebut exophilic.

Pengamatan perilaku menggigit nyamuk dilakukan dengan melihat banyaknya nyamuk yang hinggap pada inang yang disediakan (landing). Perilaku menggigit ini hanya dilakukan oleh nyamuk betina. Nyamuk betina yang aktif menggigit adalah nyamuk dalam masa pematangan telur, karena protein dari darah hanya diperlukan untuk pematangan sel-sel telur. Nyamuk betina akan terbang berkeliling sampai menemukan inang yang cocok diterima oleh alat penerima rangsangan. Berbeda dengan Anopheles sp. yang langsung menggigit mangsanya, nyamuk Ae. aegypti memiliki kebiasaan terbang disekitar inang terlebih dahulu sebelum menggigit (DEPKES 2007).

Tabel 4 menunjukkan jumlah nyamuk tertangkap dengan metode landing collection di dalam rumah tertinggi adalah Ae. aegypti yaitu 43.90%, dan terendah 4.88%. Banyaknya nyamuk Ae. aegypti yang tertangkap di dalam rumah menunjukkan bahwa Ae. aegypti memiliki sifat endophagic yaitu mencari makanan di dalam ruangan. Hasil penangkapan nyamuk berumpan manusia di dalam rumah disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Total nyamuk tertangkap dengan metode landing collection di dalam rumah

waktu

penangkapan

Ae.aegypti Ae.albopictus Culex Armigeres

% % % % 8:00-8:20 6 14.63 3 50 1 16.67 0 0 8:30-8:50 7 17.07 0 0 2 33.33 0 0 9:00-9:20 18 43.90 0 0 0 0 1 100 9:30-9:50 3 7.32 0 0 0 0 0 0 10:00-10:20 5 12.19 2 33.33 1 16.67 0 0 10:30-10:50 2 4.88 1 16.67 2 33.33 0 0 Total 41 100 6 100 6 100 1 100 Menurut DEPKES (2007) nyamuk Ae. aegypti lebih banyak menggigit di dalam rumah (endophagic) dari pada di luar rumah (exophagic). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Novelani (2007) di Jakarta Timur yang melakukan koleksi dengan menggunakan umpan manusia sebagai inang yang paling disukai oleh nyamuk Aedes, rata-rata hasil penangkapan di dalam rumah tertinggi adalah nyamuk Ae. aegypti yaitu 1.7 nyamuk.

Aktivitas menggigit Ae. aegypti lebih banyak ditemukan di dalam rumah karena nyamuk ini lebih menyukai tempat perindukan berupa kontainer yang umumnya ditemukan di dalam rumah, di sekitar rumah atau tidak jauh dari rumah. Untuk meletakkan telurnya, nyamuk betina tertarik pada kontainer berwarna gelap, terbuka, dan terletak di tempat-tempat terlindung di dalam rumah (DEPKES 2007). Selain itu hasil penelitian Santoso dan Budiyanto (2008) di Sumatera Selatan mendapati bahwa 76% larva Ae. aegypti ditemukan pada tempat penampungan air (TPA) yang terdapat di dalam rumah.

Beberapa penelitian menyatakan bahwa puncak aktif menggigit nyamuk Aedes pada umumnya terjadi pada dua waktu aktif yaitu pada pagi hari dan sore hari, sehingga pengambilan data yang dilakukan pada pukul 08.00-11.00 diharapkan dapat mewakili puncak aktif menggigit nyamuk Aedes. Pengambilan data hanya dilakukan selama tiga jam karena beberapa alasan, di antaranya adanya keterbatasan biaya, waktu, ataupun sumber daya manusia yang bertindak sebagai umpan sekaligus kolektor nyamuk.

Pengamatan aktivitas nyamuk penting untuk dilakukan sebagai faktor utama yang mempengaruhi penularan DBD karena seringnya kontak dengan manusia dan mobilisasinya. Dari Tabel 4 terlihat bahwa perolehan tertinggi Ae. aegypti aktif menggigit pada pukul 08.00-09.20 dan mulai mengalami penurunan pada pukul 10.50. Hal ini sesuai dengan pernyataan DEPKES (2007) kebiasaan menggigit nyamuk Ae. aegypti pada pagi hari dan sore hari, yaitu pada pukul 08.00-12.00 dan pukul 15.00-17.00, selain itu Lopez et al. (2011) dalam bukunya menyatakan bahwa nyamuk Ae. aegypti hanya melakukan aktivitas menggigit pada pagi hari dan sore menjelang malam.

Novelani (2007) menyatakan bahwa aktivitas menggigit nyamuk Ae. aegypti di Jakatra Timur terjadi di sepanjang hari dari jam 08.00-12.00 dan sore hari pada pukul 16.00-18.00. Nyamuk Ae. aegypti mencari makan pada pagi hari atau menjelang sore, namun dalam keadaan mendung nyamuk Ae. aegypti aktif mencari makan sepanjang hari (Lampiran 6).

Tabel 5 menunjukkan bahwa hasil tangkapan tertinggi adalah Ae. albopictus dengan jumlah 41.67% dan terendah 5.56%. Waktu penangkapan tertinggi Ae. albopictus terjadi pada jam 08.00-08.20, aktivitas menggigit mengalami kenaikan kembali pada pukul 09.00-10.50 (Lampiran 7). Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa Ae. albopictus lebih banyak menggigit di luar rumah ari pada di dalam rumah.

Tabel 5 Total nyamuk tertangkap dengan metode landing collection di luar rumah waktu

penangkapan

Ae.aegypti Ae.albopictus Culex Armigeres

% % % % 8:00-8:20 2 16.67 15 41.67 0 0 0 0 8:30-8:50 1 8.33 1 2.78 1 20 1 50 9:00-9:20 3 25 2 5.56 0 0 0 0 9:30-9:50 4 33.33 4 11.11 1 20 0 0 10:00-10:20 1 8.33 8 22.22 3 60 0 0 10:30-10:50 1 8.33 6 16.67 0 0 1 50 Total 12 100 36 100 5 100 2 100

Banyaknya nyamuk Ae. albopictus yang tertangkap di luar ruangan menunjukkan bahwa nyamuk ini lebih memiliki sifat exophagic. Hal ini sesuai dengan penelitian Novelani (2007) yang menyimpulkan bahwa Ae. albopictus

lebih bersifat exophagic atau mencari makan di luar rumah dengan puncak aktif menggigit pada jam 08.00-10.00 dan 16.00-18.00.

Hasil penelitian Rumini di Bogor (1980) mengenai pemencaran nyamuk Ae. albopictus di lapangan menemukan bahwa nyamuk Ae. albopictus lebih menyukai daerah kebun yang lebat dengan pohon-pohonan. Keadaan tersebut sesuai dengan sifat nyamuk Ae. albopictus yang lebih menyukai kebun sebagai habitatnya. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Delatte et al. (2010) yang melakukan pengamatan perilaku istirahat dan makan Ae. albopictus selam 24 jam di daerah epidemik Cikungunya di La Réunion, hasil penelitian mendapatkan bahwa 89% Ae. albopictus bersifat exophagic dan 87% bersifat exophilic.

Ae.albopictus merupakan spesies nyamuk yang sering ditemui di daerah perkebunan atau hutan. Karena hidup di daerah perkebunan nyamuk ini cenderung memilih tempat perkembangbiakan pada air yang tergenang dengan bahan dasar alami seperti potongan bambu, pangkal daun atau lobang-lobang bebatuan yang terisi air bersih. Hal ini menyebabkan nyamuk Ae. albopictus cenderung mencari inang di luar rumah (exophagic).

Perilaku Istirahat

Pengamatan perilaku istirahat nyamuk dilakukan dengan melakukan penangkapan nyamuk yang sedang hinggap atau istirahat. Penangkapan di dalam rumah biasanya dilakukan pada gantungan-gantungan baju, kelambu, gorden, bawah meja, bawah tempat tidur ataupun daerah-daerah tersembunyi yang jarang terkena sinar matahari, sedangkan penangkapan di luar rumah dilakukan pada dinding rumah, sedekitar tanaman hias atau di bawah pohon.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah nyamuk Ae.aegypti yang beristirahat di dalam adalah 91.94%. Hal ini menjelaskan bahwa Ae. aegypti lebih banyak beristirahat di dalam rumah (endophilic) dibandingkan di luar rumah. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Tandon dan Sudipta (2000) di India yang mendapati bahwa 82.51% nyamuk Ae. aegypti beristirahat di dalam ruangan (endophilic). Tempat yang disenangi oleh nyamuk Ae. aegypti untuk beristirahat selama menunggu pematangan telur adalah tempat-tempat yang gelap, lembab, dan sedikit angin, sehingga tempat yang biasa dipilih adalah baju-baju yang digantung dalam ruangan atau tempat-tempat lain yang berada di dalam ruangan

remang-remang (DEPKES 2007). Hasil penangkapan nyamuk yang istirahat di dalam rumah terlihat bahwa nyamuk Culex dan Ae. aegypti memiiki aktivitas resting tertinggi di dalam rumah, sebagaimana tersaji dalam Tabel 6.

Tabel 6. Total nyamuk tertangkap dengan metode resting collection di dalam dan di luar rumah

Waktu penangkapan

Ae.aegypti Ae.albopictus Culex Armigeres

D L D L D L D L 8:20-8:25 3 4 0 1 17 5 0 1 8:50-8:55 7 1 0 0 9 3 2 0 9:20-9:25 15 1 3 2 18 6 0 0 9:50-9:55 10 1 1 0 20 4 0 0 10:20-10:25 11 0 1 1 22 7 1 0 10:50-10:55 11 2 0 1 16 8 3 0 Total 57 5 5 4 102 28 6 1 Resting per Rumah 0.15 0.014 0.014 0.011 0.28 0.09 0.016 0.002 D : di dalam rumah L : di luar rumah

Tabel 6 terlihat bahwa pukul 08.00-11.00 merupakan waktu istirahat nyamuk Ae.aegypti, hal ini ditunjukan dari nilai resting per rumah 0.15 nyamuk. Pukul 08.00-11.00 merupakan waktu aktif menggigit nyamuk Ae. aegypti, namun dalam Tabel 5 pada waktu yang sama banyak didapati Ae. aegypti yang melakukan aktivitas istirahat. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas menggigit dan istirahat nyamuk Ae. aegypti terjadi pada waktu yang sama. Dalam siklus hidupnya nyamuk Ae. aegypti betina melakukan istirahat untuk pematangan telur segera setelah mendapatkan protein dari darah manusia. (Lampiran 8 & Lampiran 9).

Dalam penelitian ini selain Aedes juga ditemukan Culex dalam jumlah yang tinggi, hal ini dapat mencerminkan bahwa Desa Babakan merupakan desa yang memiliki sanitasi yang buruk. Culex merupakan spesies nyamuk yang lebih menyukai bertelur pada genangan-genangan air kotor dan tercemar, sehingga dengan melihat hal ini dapat dikatakan bahwa Desa Babakan memiliki sistem pembuangan air (drainase) yang buruk sehingga banyak genangan air yang dapat dijadikan tempat perkembangbiakan nyamuk Culex. Menurut Hadi dan Koesharto (2006) genangan air akibat air hujan maupun limbah rumah tangga

merupakan faktor yang mendukung perkembangan nyamuk, khususnya jenis Culex yang senang hidup pada genangan air dan lingkungan yang kotor.

Tabel 6 menunjukkan bahwa hasil penangkapan nyamuk Culex di tertinggi adalah didalam rumah (78.46%). Hal ini menjelaskan bahwa Culex cenderung memiliki sifat endophilic atau beristirahat di dalam rumah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Service (1986) dan Eldridge (2003) bahwa Culex memiliki sifat endophilic atau beristirahat di dalam rumah.

Tabel 6 terlihat bahwa hasil penangkapan nyamuk istirahat di luar rumah tertinggi adalah nyamuk Culex dan Ae. aegypti. Hasil yang sama juga diperoleh dari hasil penangkapan nyamuk istirahat di dalam rumah. Nilai ini menunjukkan bahwa nyamuk Culex dan Ae. aegypti banyak beristirahat di dalam dan di luar rumah, meski demikian kedua nyamuk tersebut cenderung beristirahat di dalam rumah (endophilic) yang terlihat dari hasil penangkapan nyamuk yang beristirahat dalam rumah yang lebih banyak dibanding di luar rumah.

Nyamuk Ae. albopictus tidak ditemukan beristirahat di dalam maupun di luar rumah, hasil penangkapan yang diperoleh di dalam rumah hanya 2.94% dan di luar rumah 10.52%. Sehingga dengan data tersebut belum diketahui tempat yang disukai dari nyamuk Ae. albopictus beristirahat. Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya nyamuk Ae. albopictus banyak beristirahat di luar ruangan atau exophilic (Becker 2003). Hasil penelitian Tandon dan Sudipta (2000) di India juga mendapati bahwa 62.06% nyamuk Ae. albopictus melakukan aktivitas istirahatnya di luar rumah atau exophilic. Sebagian besar nyamuk beristirahat tidak jauh dari sumber makanan atau inang. Tabel 6 juga menunjukkan bahwa Ae. albopictus banyak menggigit di luar rumah, sehingga segera setelah menggigit nyamuk tersebut akan beristirahat tidak jauh dari inangnya atau di luar rumah.

Faktor Risiko DBD

Melihat nilai kepadatan nyamuk di Desa Babakan, baik nilai MHD maupun resting per rumah masih menunjukkan nilai yang sangat kecil jika di bandingkan dengan hasil penelitian Onyido et al. (2009) ataupun pernyataan Lok (1985) mengenai nilai MHD yang dikatakan memiliki potensi dalam penyebaran penyakit. Namun dalam penyebaran suatu penyakit ada beberapa faktor yang

harus dipenuhi di antaranya adalah, adanya agen penyebab penyakit, inang, vektor, serta lingkungan yang mendukung.

DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, jika dalam suatu wilayah tidak terdapat virus dengue maka dalam wilayah tersebut tidak akan terjadi penyakit DBD. Penyakit ini tidak akan terjadi meskipun di wilayah tersebut banyak ditemukan nyamuk Aedes yang terkenal sebagai vektor pembawa virus dengue. Hal yang serupa akan terjadi jika dalam wilayah tersebut terdapat agen penyakit yaitu virus dengue namun tidak ditemukan nyamuk Aedes maka tidak akan terjadi penyakit DBD.

Selain agen penyakit dan vektor, dalam penyebaran penyakit juga membutuhkan inang dan lingkungan yang mendukung. Jika suatu wilayah terdapat virus dengue dan nyamuk Aedes namun tidak ditemukan inang penyakit tersebut, dimana pada penyakit DBD inangnya adalah manusia, maka tidak akan terjadi penyakit DBD. Penyebaran penyakit DBD juga sangat di pengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan yang mendukung penyebaran penyakit ini di antaranya adalah curah hujan yang tinggi, suhu ruangan yang mendukung, banyaknya genangan air yang mendukung perkembangan larva Aedes, serta higiene personal masyarakat setempat.

SIMPULAN

1 Kepadatan Ae. aegypti lebih tinggi di dalam rumah (MHD 0.34 nyamuk/jam/orang), sedangkan Ae. albopictus di luar rumah (MHD 0.3 nyamuk/jam/orang).

2 Nyamuk Ae. aegypti menghisap darah di dalam rumah (endophagic), sedangkan Ae. albopictus lebih banyak menghisap darah di luar rumah (exophagic).

3 Nyamuk Ae. aegypti lebih banyak beristirahat di dalam rumah (endophilic). 4 Aktivitas istirahat nyamuk Ae. albopictus tidak dijumpai di dalam maupun

di luar rumah.

SARAN

Pelaksanaan survei jentik maupun penyelidikan entomologi sebaiknya dilakukan secara rutin terutama untuk kesiapan menghadapi kasus DBD.

Dokumen terkait