• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada bab ini akan membahas tentang hasil data yang diperoleh dari penelitian yaitu tentang Implementasi kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) di SLB-C YPPALB Magelang meliputi: standar kompetensi lulusan, standar proses, standar isi dan standar penilaian kurikulum 2013. Faktor pendukung pelaksanaan kurikulum 2013 dalam pembelajaran PAI bagi ABK, serta faktor penghambat implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran PAI bagi ABK di SLB-C YPPALB Magelang.

Bab V : Penutup

Bab ini merupakan bab terakhir yang terdiri dari: kesimpulan, saran dan kata penutup.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kurikulum 2013

1. Pengertian Kurikulum 2013

Dalam proses pembelajaran membutuhkan kurikulum yang dapat dijadikan pedoman dalam proses belajar mengajar. Pengertian dari kurikulum menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat (19) adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Semua dalam kegiatan belajar mengajar telah diatur di dalam kurikulum yang telah ditetapkan tersebut sehingga tugas pendidik sebagai pelaksana dan juga dapat mengembangkan kurikulum yang telah ada sesuai kebutuhan peserta didik sehingga tujuan dari pendidikan dapat tercapai.

Pendidikan di Indonesia dari masa setelah kemerdekaan sampai sekarang terus mengalami perkembangan. Hal ini dibuktikan dengan adanya perubahan kurikulum dari tahun ke tahun. Banyak sekali alasan adanya perubahan kurikulum, disamping alasan kurikulum sebelumnya harus disempurnakan karena adanya kekurangan, tetapi yang paling mendasar adalah agar kurikulum yang akan diterapkan

tersebut mampu menjawab tantangan zaman yang terus berubah tanpa dapat dicegah, dan untuk mempersiapkan peserta didik yang mampu bersaing di masa depan dengan segala kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Kurniasih dan Sani, 2014:31). Dengan begitu pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mencapai tujuan sesuai yang telah dicita- citakan oleh Negara Indonesia.

Kurikulum pendidikan Indonesia telah mengalami perubahan beberapa kali dimulai setelah kemerdekaan tahun 1945 sampai saat ini. Perubahan Kurikulum ini dimulai sejak bernama Rentjana Pembelajaran 1947 hingga Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 selalu dibarengi dengan argumen- argumen ilmiah, pendekatan-pendekatan mutakhir, lengkap dengan background teori- teori belajar terbaru dan rasionalisasi dari masing- masing itu yang tidak terbantahkan (Kurniasih dan Sani, 2014:31). Dari masing- masing perubahan tersebut tentu ada alasan tersendiri. Akan tetapi tentu juga tujuan perubahan itu hanya untuk memajukan pendidikan Indonesia.

Kehidupan di era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang bersifat mendasar. Perubahan tersebut antara lain: perubahan dari pandangan masyarakat lokal ke masyarakat global, perubahan dari kohesi sosial partisipasi demokratis dan perubahan dari pertumbuhan ekonomi menjadi perkembangan kemanusiaan. Untuk melaksanakan perubahan tersebut sejak tahun 1998, UNESCO telah mengungkapkan

dua basis landasan yaitu pertama, pendidikan harus diletakan pada empat pilar (belajar mengetahui, belajar melakukan, belajar hidup dalam kebersamaan dan belajar jadi diri sendiri) dan kedua, belajar sepanjang hidup. Kultur yang demikian harus dikembangkan dalam pendidikan, karena pada akhirnya aspek kultural dari kehidupan manusia, terutama berkaitan dengan pendidikan nilai dan sikap lebih penting dari pertumbuhan ekonomi (Mulyasa, 2014:2-3).

Indonesia dikatakan sebagai negara yang gagal menurut pakar dunia. Gagal dalam memberantas korupsi, gagal dalam memberikan keamanan dan kenyamanan bagi masyarakat serta gagal dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, bahkan ada yang mengurutkan Indonesia sebagai negara gagal dalam urutan ke-64. Hal ini tidak terlepas dari kondisi politik negara yang kurang stabil yang juga berpengaruh terhadap pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia (Mulyasa, 2014:3).

Untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh Negara Indonesia salah satunya dengan memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia karena pendidikan merupakan pendekatan dasar dalam proses perubahan. Upaya untuk memperbaiki pendidikan tersebut diantaranya dengan dikeluarkannya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), yang telah

dilakukan penataan kembali dalam Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013 (Mulyasa, 2014:4).

Wujud dari pembenahan pendidikan di Indonesia adalah adanya pembenahan kurikulum yaitu kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum terbaru yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Bedanya dengan yang sebelumnya, kurikulum 2013 lebih fokus dan berangkat dari karakter serta kompetensi yang akan dibentuk, baru memikirkan untuk mengembangkan tujuan yang akan dicapai (Mulyasa, 2014:112). Dengan begitu diharapkan pendidikan dapat memperbaiki kehidupan bangsa dan negara Indonesia.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum 2013 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran yang digunakan sebagai pedoman terbaru pelaksanaan pendidikan di Indonesia yang dimulai tahun 2013. Adanya perubahan kurikulum tersebut diharapkan dapat memperbaiki pendidikan di Indonesia. Selain itu, isi dan tujuan dalam kurikulum 2013 lebih berfokus pada pendidikan karakter yang dapat memperbaiki krisis moral yang dihadapi bangsa saat ini.

2. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013 a. Landasan Filosofis

Landasan filosofi didasarkan atas landasan filosofi pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai akademik,

kebutuhan peserta didik, dan masyarakat serta kurikulum berorientasi pada pengembangan kompetensi (Hidayat, 2013:114) b. Landasan Yuridis

 RPJMM 2010-2014 Sektor Pendidikan, tentang Perubahan Metodologi Pembelajaran dan Penataan Kurikulum

 PP NO.19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan  INPRES Nomor 1 Tahun 2010, tentang Percepatan

Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional, penyempurnaan kurikulum dan metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai- nilai budaya bangsa untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa (Mulyasa, 2014:64).

c. Landasan Konseptual

 Relevansi pendidikan (link and match)  Kurikulum berbasis kompetensi dan karakter

 Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning)  Pembelajaran aktif (student active learning)

 Penilaian yang valid, utuh dan menyeluruh (Mulyasa, 2014:65) 3. Tujuan Pengembangan Kurikulum2013

Terbentuknya kurikulum 2013 tentu ada tujuan yang ingin dicapai oleh Indonesia. Tujuan kurikulum 2013 adalah untuk melanjutkan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan secara terpadu. Untuk mencapai tujuan tersebut menuntut

perubahan pada berbagai aspek lain, terutama dalam implementasinya di lapangan. Pada proses pembelajaran dari siswa diberi tau menjadi siswa mencari tau, pada proses penilaian dari berfokus pada pengetahuan menjadi berbasis kemampuan (Mulyasa, 2014:65-66). Hal ini yang menjadi tantangan bagi pendidik dan peserta didik untuk dapat mewujudkan tujuan tersebut.

4. Elemen Perubahan Kurikulum 2013

Dalam rangka pengembangan kurikulum 2013, pada tingkat nasional dilakukan penataan terhadap Standar Nasional Pendidikan (SNP), terutama pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Isi, Standar Proses dan Standar Penilaian, yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 (Mulyasa, 2014:77). a. Standar Kompetensi Lulusan

Standar kompetensi lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar kompetensi lulusan yang menjadi acuan dalam Pengembangan Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian Pendidikan, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasrana, Standar Pengelolaan dan Standar Pembiayaan (Mulyasa, 2014:23-24). Standar kompetensi lulusan ini sangat penting karena digunakan sebagai pedoman untuk menilai ketuntasan/kelulusan peserta didik setelah melaksanakan pembelajaran.

Pada kurikulum 2013 kompetensi kelulusan meliputi beberapa aspek. Aspek kompetensi lulusan ini adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan (Hidayat, 2013:127). Ketiganya harus dicapai oleh peserta didik agar dinyatakan lulus dalam suatu mata pelajaran.

Standar kompetensi lulusan (SKL) antara kurikulum 2013 dengan KTSP tentu ada perbedaan. Pada kurikulum 2013 SKL ditentukan terlebih dahulu melalui Permendikbud No. 54 Tahun 2013. Setelah itu baru ditentukan standar isi, yang berbentuk kerangka Dasar Kurikulum, yang dituangkan dalam Permendikbud No. 67, 68, 69 dan 70 Tahun 2013. Sedangkan KTSP standar isi ditentukan terlebih dahulu melalui Permendiknas No 22 Tahun 2006. Setelah itu baru ditentukan SKL (Standar Kompetensi Lulusan) melalui Permendiknas No 23 Tahun 2006 (Kurniasih dan Sani, 2014:45). Dari perbedaaan antara kedua kurikulum tersebut dapat disimpulkan bahwa SKL pada kurikulum 2013 ditentukan terlebih dahulu baru menentukan standar isi dan pada KTSP standar isi dulu baru SKL.

b. Standar Isi

Pengertian dari standar isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang atau jenis pendidikan tertentu. Penataan

standar isi terutama melalui evaluasi ulang ruang lingkup materi yaitu mengeliminasi materi yang tidak esensial atau tidak relevan bagi siswa, mempertahankan materi yang sesuai dengan kebutuhan siswa, dan menambahkan materi yang dianggap penting dalam perbandingan internasional (Mulyasa, 2014:24). Penataan tersebut perlu diperhatikan karena sangat penting dalam pelaksanaan pendidikan agar materi yang disampaikan benar-benar bermanfaat bagi peserta didik.

c. Standar Proses

Pengertian dari standar proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan (Mulyasa, 2014:25). Dengan kata lain standar proses ini berkaitan dengan berjalannya proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh pendidik dan peserta didik baik di dalam kelas ataupun di luar kelas.

Dalam proses pembelajaran pada kurikulum 2013 berbeda dengan KTSP. Pada kurikulum 2013, proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik yang meliputi tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014:11).

1) Kegiatan pendahuluan

Kegiatan pendahuluan dalam implementasi kurikulum 2013 mencakup pembinaan keakraban dan pre-test.

 Pembinaan Keakraban

Pembinaan keakraban ini untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif bagi pembentukan kompetensi peserta didik, sehingga tercipta hubungan yang harmonis antara guru dengan peserta didik, serta peserta didik dengan peserta didik. Tahap ini bertujuan untuk mengkondisikan peserta didik agar mereka siap melakukan kegiatan belajar (Mulyasa, 2014:126). Dengan begitu apa yang disampaikan oleh guru akan dapat diterima oleh peserta didik.

 Pretes (tes awal)

Setelah pembinaan keakraban perlu ada pretes. Fungsi dari pretes sebagai berikut:

 Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar

 Untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik sehubungan dengan proses pembelajaran yang dilakukan

 Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki peserta didik mengenai bahan ajaran yang akan dijadikan topik dalam proses pembelajaran

 Untuk mengetahui darimana seharusnya proses pembelajaran dimulai, tujuan yang telah dikuasai peserta didik, dan tujuan yang perlu mendapat

penekanan dan perhatian khusus (Mulyasa, 2014:126- 127).

Kegiatan pretes ini sangat membantu guru dalam melaksanakan pembelajaran. Karena dengan adanya kegiatan pretes guru dapat mengetahui pengetahuan peserta didik pada tahap awal dan akan dapat membantu menentukan langkah pembelajaran selanjutnya.

2) Kegiatan inti atau pembentukan kompetensi dan karakter Kegiatan inti pembelajaran antara lain mencakup penyampaian informasi, membahas materi standar untuk membentuk kompetensi dan karakter peserta didik serta melakukan tukar pengalaman dan pendapat dalam membahas materi standar dan memecahkan masalah yang dihadapi bersama. Dalam pembelajaran peserta didik dibantu oleh guru dalam melibatkan diri untuk membentuk kompetensi dan karakter, serta mengembangkan dan memodifikasi kegiatan pembelajaran (Mulyasa, 2014:127). Pada kegiatan inti ini peserta didik berperan aktif dalam pembelajaran dan guru hanya sebagai fasilitator.

3) Kegiatan penutup

Kegiatan penutup dapat dilakukan dengan memberikan tugas dan post test. Tugas yang diberikan merupakan tindak lanjut dari pembelajaran inti atau pembentukan kompetensi,

yang berkenaan dengan materi standar yang telah dipelajari maupun yang akan dipelajari berikutnya. Tugas ini bisa merupakan pengayaan dan remedial terhadap kegiatan inti pembelajaran atau pembentukan kompetensi (Mulyasa, 2014:129).

Pada kegiatan penutup ini, adanya tugas dan post test dapat dijadikan sebagai ukuran keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Selain itu pada kegiatan akhir juga disampaikan tugas untuk materi yang selanjutnya, sehingga ada persiapan dari peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran selanjutnya.

d. Standar Penilaian

Ada banyak komponen penilaian dalam kurikulum 2013 seperti proses dan hasil observasi siswa terhadap suatu masalah yang diajukan guru. Kemudian kemampuan siswa menalar suatu masalah juga menjadi komponen penilaian sehingga anak terus diajak untuk berfikir logis dan yang terakhir adalah kemampuan anak berkomunikasi melalui presentasi mengenai tema yang dibahas di dalam kelas.

Ada beberapa macam penilaian dalam kurikulum 2013, diantaranya adalah

1) Penilaian portofolio merupakan penilaian terhadap seluruh tugas yang dikerjakan peserta didik dalam mata pelajaran tertentu.

2) Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran yang meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Kurniasih dan Sani, 2014:47- 48).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian dalam kurikulum 2013 terdapat dua macam yaitu penilaian portofolio dan penilaian autentik. Penilaian portofolio yang dinilai adalah tugas-tugas peserta didik, sedangkan penilaian autentik yang dinilai adalah keseluruhan mulai dari input, proses, kemudian sampai output (hasil) dalam pelaksanaan belajar mengajar.

5. Kelebihan dan Kelemahan Kurikulum 2013

Suatu kurikulum yang diterapkan dalam pendidikan di Indonesia tentu ada kelebihan dan kelemahan. Begitu juga dalam kurikulum 2013 juga ada kelebihan dan kelemahannya.

a. Kelebihan Kurikulum 2013

1) Siswa lebih dituntut aktif, kreatif, dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi di sekolah

3) Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti 4) Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan

tujuan pendidikan nasional

5) Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan dan pengetahuan

6) Tanggap terhadap fenomena sosial

7) Standar penilaian mengarah pada penilaian berbasis kompetensi seperti sikap, keterampilan, dan pengetahuan. 8) Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan

kompetensi profesi, pedagogi, sosial, dan personal 9) Mengharuskan adanya remediasi secara berkala

10)Buku dan kelengkapan dokumen disiapkan lengkap sehingga memicu dan memacu guru untuk membaca dan menerapkan budaya literasi danmembuat guru memiliki keterampilan membuat RPP dan menerapkan pendekatan saintifik (Kurniasih dan Sani,2014:40-41).

11)Menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah (kontekstual), karena berangkat, berfokus dan bermuara pada hakikat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensi yang dimilikinya

12)Kurikulum 2013 berbasis karakter dan kompetensi mendasari pengembangan kemampuan lain

13)Bidang- bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi terutama yang berkaitan dengan keterampilan (Mulyasa, 2014:164).

b. Kelemahan Kurikulum 2013

1) Banyak guru yang salah kaprah bahwa dalam kurikulum 2013 guru tidak perlu menjelaskan materi kepada peserta didik 2) Banyak guru yang belum siap secara mental

3) Kurangnya pemahaman guru tentang pendekatan saintifik 4) Guru tidak banyak yang menguasai penilaian autentik 5) Guru tidak dilibatkan dalam pengembangan kurikulum 2013 6) Tidak ada keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran

dan hasil dalam kurikulum 2013

7) Terlalu banyak materi yang harus disampaikan kepada peserta didik sehingga tidak setiap materi dapat disampaikan dengan baik

8) Beban belajar siswa dan guru terlalu berat (Kurniasih dan Sani, 2014:41-42).

Suatu kurikulum walau ada kelebihan dan kelemahan, akan tetapi dari tiap kurikulum yang dijadikan pedoman pelaksanaan pendidikan Indonesia tetap satu tujuan yaitu untuk kemajuan dan perbaikan Negara Indonesia.

a. Kepemimpinan Kepala Sekolah

Kepala sekolah adalah seorang manajer di sekolah. Ia harus bertanggung jawab terhadap terhadap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian perubahan atau perbaikan program pengajaran di sekolah (Mulyasa, 2009:41). Dan kunci sukses implementasi kurikulum 2013 yang pertama adalah kepemimpinan kepala sekolah, terutama dalam mengoordinasikan, menggerakkan dan menyelaraskan semua sumber daya yang tersedia (Mulyasa, 2014:39). Dengan kata lain kepala sekolah adalah warga sekolah yang berperan sangat besar untuk terlaksananya seluruh program yang ada termasuk implementasi kurikulum 2013.

b. Kreativitas Guru

Kurikulum 2013 akan sangat sulit dilaksanakan di berbagai daerah karena sebagian besar guru belum siap. Ketidaksiapan guru itu tidak hanya terkait dengan urusan kompetensinya, tetapi berkaitan dengan masalah kreativitasnya, yang juga disebabkan oleh lambatnya sosialisasi kurikulum 2013 oleh pemerintah (Mulyasa, 2014:41). Oleh karena itu untuk terlaksananya kurikulum 2013 harus ada kerjasama yang bagus antara pemerintah yaitu dengan mengadakan sosialisasi dan guru harus bekerja keras mewujudkannya.

Untuk dapat ikut serta mendukung keberhasilan kurikulum 2013, aktivitas dari peserta didik harus diperhatikan. Seorang guru harus dapat mendorong dan mengembangkan aktivitasnya. Dalam hal itu, guru harus mampu mendisiplinkan peserta didik terutama mendisiplinkan diri (self-discipline) (Mulyasa, 2014:45). Dengan adanya disiplin dari peserta didik akan memperlancar proses pembelajaran yang dilaksanakan.

d. Sosialisasi Kurikulum 2013

Sosialisasi dalam implementasi kurikulum sangat penting dilakukan agar semua pihak yang terlibat dalam implementasinya di lapangan paham dengan perubahan yang harus dilakukan sesuai tugas pokok dan fungsinya masing-masing (Mulyasa, 2014:48). Dengan sosialisasi dari pemerintah diharapkan semua pihak yang terkait dapat berperan aktif dalam implementasi kurikulum 2013. e. Fasilitas dan Sumber Belajar

Fasilitas dan sumber belajar yang perlu di kembangkan dalam mendukung suksesnya kurikulum 2013 antara lain laboratorium, pusat sumber belajar, dan perpustakaan serta tenaga pengelola dan peningkatan kemampuan pengelolaannya. Dalam hal ini kreativitas guru dan peserta didik perlu senantiasa ditingkatkan untuk membuat dan mengembangkan alat-alat pembelajaran serta alat-alat peraga lain yang berguna bagi peningkatan kualitas pembelajaran (Mulyasa, 2014:49). Dengan

begitu akan lebih memaksimalkan potensi yang ada pada peserta didik serta hasil kreasinya akan dapat digunakan dalam proses pembelajaran.

f. Lingkungan yang Kondusif

Lingkungan sekolah yang baik merupakan faktor pendukung keberhasilan pendidikan. Begitu juga dalam implementasi kurikulum 2013, lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan tertib, optimisme dan harapan yang tinggi dari seluruh warga sekolah, kesehatan sekolah serta kegiatan-kegiatan yang terpusat pada peserta didik merupakan iklim yang dapat membangkitkan semangat belajar (Mulyasa, 2014:53). Suasana yang kondusif seperti itu dapat mendukung terciptanya proses belajar mengajar yang menyenangkan. Dengan begitu, tujuan dari pembelajaran itu juga akan tercapai.

g. Partisipasi Warga Sekolah

Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah dalam memberdayakan seluruh warga sekolah, khususnya tenaga kependidikan yang tersedia. Dalam hal ini, peningkatan produktivitas dan prestasi kerja dapat dilakukan dengan meningkatkan perilaku tenaga kependidikan di sekolah melalui aplikasi berbagai konsep dan tehnik manajemen personalia

modern (Mulyasa, 2014:55). Dan hal yang penting dalam keberhasilan implementasi kurikulum tersebut harus ada kerjasama yang baik antara kepala sekolah dengan tenaga kependidikan.

B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Pembelajaran dapat diberi arti sebagai setiap upaya yang sistematik dan disengaja oleh pendidik untuk menciptakan kondisi- kondisi agar peserta didik melakukan kegiatan dengan pendidik yang melakukan kegiatan membelajarkan (Sudjana, 2001:8). Pengertian lain dari pembelajaran adalah suatu kegiatan terencana yang mengkondisikan/merangsang seseorang agar bisa belajar dengan baik agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran ini akan bermuara pada dua kegiatan pokok yaitu bagaimana orang melakukan tindakan perubahan tingkah laku melalui kegiatan belajar dan bagaimana orang melakukan tindakan penyampaian ilmu pengetahuan melalui kegiatan mengajar (Majid, 2014:110).

Pendidikan agama islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama islam dari sumber utamanya kitab suci Al-

serta penggunaan pengalaman (Majid, 2014:11). Sedangkan menurut Tayar Yusuf pendidikan agama Islam diartikan sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia bertakwa kepada Allah SWT (Majid dan Andayani, 2005:130).

Pengertian lain dari pendidikan agama islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran- ajaran agama islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat kelak (Daradjat, 2011:86).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pendidikan agama islam adalah upaya sadar dan terencana yang dilakukan oleh pendidik agar peserta didik dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama islam sesuai Al-Qur‟an dan Hadis demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat kelak serta bertakwa kepada Allah SWT.

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan dan pengalaman

peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Majid, 2014:16).

Selain penjelasan di atas tujuan pendidikan agama terdapat tiga aspek, yaitu aspek iman, ilmu dan amal, yang pada dasarnya berisi: a. Menumbuhsuburkan dan mengembangkan serta membentuk sikap

positif dan disiplin serta cinta terhadap agama dalam pelbagai kehidupan anak yang nantinya diharapkan menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah SWT, taat kepada Allah SWT dan Rasul- Nya.

b. Ketaatan pada Allah SWT dan Rasul-Nya merupakan motivasi instrinsik terhadap pengembangan ilmu pengetahuan yang harus dimiliki anak.

c. Menumbuhkan dan membina keterampilan beragama dalam semua lapangan hidup dan kehidupan serta dapat memahami dan menghayati ajaran agama islam secara mendalam dan menyeluruh sehingga dapat dijadikan pedoman hidup (Daradjat, 2011:89-90).

Dari tujuan pendidikan di atas dapat diketahui bahwa diadakannya pendidikan agama islam di sekolah dengan harapan agar peserta didik dapat beriman, berilmu, dan beramal melalui pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan dan

pengalaman sehingga menjadi seorang muslim yang terus berkembang dan berguna bagi bangsa dan negara.

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Fungsi dari adanya pendidikan agama islam untuk sekolah/madrasah adalah sebagai berikut.

a. Pengembangan yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan

Dokumen terkait