IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SLB-C YPPALB
MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
SITI KHOLIPAH
NIM 11111032
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Motto
Orang-orang menjadi begitu luar biasa ketika mereka mulai berfikir bahwa mereka bisa melakukan sesuatu. Saat mereka percaya pada diri
mereka sendiri, mereka memiliki rahasia kesuksesan yang pertama.
Norman Vincent Peale
Semua mimpi kita menjadi kenyataan bila kita mempunyai keberanian untuk mengejarnya.
Persembahan
Dengan segala kerendahan hati, skripsi ini penulis persembahkan kepada
1. Orang tuaku tercinta bapak Nurwanto dan ibu Mujiati, yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, dukungan, dan doa yang tak pernah putus untuk putra-putrinya
2. Adikku Muhyidin yang selalu mendukungku
3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si yang telah sabar membimbingku dalam penyusunan skripsi ini
4. Teman-temanku PAI A angkatan 2011yang sama-sama berjuang dan belajar di IAIN Salatiga
5. Semua pihak yang selalu memberi semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya kejalan kebenaran dan keadilan.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini
adalah “Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di SLB-C YPPALB Magelang
Tahun Pelajaran 2015/2016”. Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari
berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku rektor IAIN Salatiga. 2. Ibu Siti Rukhayati, selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam.
3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan, dan memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak M. Farid Abdullah, S.Pdi., M.Hum selaku pembimbing akademik. 5. Segenap dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan bekal
6. Bapak R. Sigit Purnama, S.Pd, kepala SLB-C YPPALB Magelang yang telah mengijinkan penulis mengadakan penelitian dalam rangka menyusun skripsi.
7. Bapak Margo Slamet, selaku guru Pendidikan Agama Islam, Ibu Rini Widyastuti selaku Waka Kesiswaan, dan segenap keluarga besar SLB-C YPPALB Magelang yang telah memberikan banyak informasi kepada penulis.
8. Ibu dan Bapak penulis, yang telah memberikan dukungan dan doa restu atas penyusunan skripsi.
9. Semua pihak yang ikut serta memberikan motivasi dan dorongan dalam penulisan skripsi.
Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Salatiga, 25 Agustus 2015
Abstrak
Kholipah, Siti. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Anak Berkebutuhan Khusus di SLB-C YPPALB Magelang Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.
Kata Kunci: Implementasi Kurikulum 2013, Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Anak Berkebutuhan Khusus.
Kurikulum 2013 merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran yang digunakan sebagai pedoman terbaru pelaksanaan pendidikan di Indonesia yang dimulai tahun 2013. Kurikulum 2013 diimplementasikan dalam pembelajaran seluruh mata pelajaran termasuk Pendidikan Agama Islam di seluruh sekolah yang menerapkan kurikulum tersebut baik sekolah umum maupun sekolah luar biasa. Penerapan kurikulum 2013 di sekolah luar biasa ini merupakan bukti tidak adanya diskriminasi bagi anak berkebutuhan khusus dalam memperoleh hak pendidikannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) Bagaimana implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus di SLB-C YPPALB Magelang 2) Apa saja faktor pendukung implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus di SLB-C YPPALB Magelang 3) Apa saja faktor penghambat implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus di SLB-C YPPALB Magelang. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Tehnik pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data dikumpulkan berdasarkan catatan lapangan, observasi dan dokumentasi kemudian data disusun menjadi data yang lengkap.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR BERLOGO ... ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
MOTO... vi
PERSEMBAHAN... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Penegasan Istilah ... 8
F. Metode Penelitian ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kurikulum 2013 ... 21
1. Pengertian Kurikulum 2013 ... 21
2. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013 ... 24
3. Tujuan Pengembangan Kurikulum 2013... 25
4. Elemen Perubahan Kurikulum 2013... 26
5. Kelebihan dan Kelemahan Kurikulum 2013... 32
6. Kunci Sukses Kurikulum 2013... 34
B. Pendidikan Agama Islam... 38
1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam... 38
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam... 39
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam... 40
4. Karakteristik Pendidikan Agama Islam... 42
C. Anak Berkebutuhan Khusus... 43
1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus... 43
2. Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus... 44
3. Tunagrahita ... 47
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum SLB-C YPPALB Magelang... 51
1. Letak Sekolah... 51
2. Identitas SLB-C YPPALB Magelang... 52
3. Sejarah Berdirinya... 52
5. Keadaan Peserta Didik... 55
6. Keadaan Guru... 56
7. Sarana Prasarana... 57
8. Keunggulan SLB-C YPPALB Magelang... 59
B. Data Informan... 59
C. Temuan Penelitian... 60
1. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Anak Berkebutuhan Khusus di SLB-C YPPALB Magelang... 60
2. Faktor Pendukung Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Anak Berkebutuhan Khusus di SLB-C YPPALB Magelang... 69
3. Faktor penghambat Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Anak Berkebutuhan Khusus di SLB-C YPPALB Magelang... 70
BAB IV PEMBAHASAN A. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Anak Berkebutuhan Khusus di SLB-C YPPALB Magelang... 72 B. Faktor Pendukung Implementasi Kurikulum 2013 dalam
Berkebutuhan Khusus di SLB-C YPPALB Magelang ... 84 C. Faktor Penghambat Implementasi Kurikulum 2013 dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Anak Berkebutuhan Khusus di SLB-C YPPALB Magelang ... 87
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan... 90 B. Saran... 93 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL DAN BAGAN
Tabel 1 Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus ... 45
Bagan 1 Struktur Organisasi ... 54
Tabel 2 Daftar Peserta Didik SMPLB ... 56
Tabel 3 Pendidik SLB-C YPPALB Magelang ... 57
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Nota Pembimbing Lampiran 2 : Surat Ijin Penelitian
Lampiran 3 : Surat Keterangan Bukti Penelitian Lampiran 4 : Lembar Konsultasi
Lampiran 5 : Surat Keterangan Kegiatan (SKK) Lampiran 6 : Pedoman Wawancara
Lampiran 7 : Verbatin wawancara Lampiran 9 : Dokumentasi Foto
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan berperan penting dalam segala aspek kehidupan baik untuk masyarakat, bangsa maupun negara. Karena bagaimanapun juga pendidikan akan mencetak generasi baru berkualitas yang akan dijadikan sebagai penerus keberlangsungan bangsa dan negara. Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal I
Ayat I “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”
(Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, 2005:3).
Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS Al- Mujadilah/58:11).
Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa pendidikan adalah aspek yang sangatlah penting dalam kehidupan. Allah SWT berjanji akan meninggikan beberapa derajat bagi orang yang beriman dan orang yang berpengetahuan. Dari ayat tersebut terdapat makna bahwa setiap umat islam hendaknya selalu mencari pengetahuan baik itu pengetahuan tentang agamanya ataupun pengetahuan umum yang dapat dijadikan bekal dalam kehidupan sehari- hari dan niscaya Allah yang akan meninggikan derajatnya karena ilmunya.
adanya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tersebut diharapkan dapat dijadikan pedoman dalam setiap aktivitas kehidupan oleh peserta didik.
Semua warga negara Indonesia berhak mendapat pendidikan tanpa terkecuali untuk anak berkelainan. Hal itu dibuktikan dengan adanya program pendidikan khusus. Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 23 disebutkan bahwa pendidikan khusus (anak luar biasa) merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial (Efendi, 2006:1). Pasal tersebut dapat dijadikan landasan bagi anak berkebutuhan khusus karena dengan adanya Undang- undang akan memberikan perlindungan bagi anak berkebutuhan khusus bahwa semua mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan.
Agama Islam juga memberikan hak belajar yang sama kepada seluruh manusia tanpa membedakan anak yang kurang secara fisik
ataupun secara mental. Sebagaimana firman Allah dalam QS „Abasa ayat
Artinya: “Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya, tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya, adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya, padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman), dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran), sedang ia takut kepada Allah, maka kamu mengabaikannya, sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan, maka barangsiapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya”.
Dari ayat tersebut terdapat pesan yang terkandung di dalamnya bahwa Allah telah menegur Nabi Muhamad SAW karena telah bermuka masam dan berpaling kepada orang buta yang datang kepadanya dan juga terdapat pesan bagi orang yang merasa cukup maka harus memberikan pengajaran kepada mereka yang kurang. Telah jelas diperintahkan kepada umat islam untuk tetap memberikan pengajaran bagi yang merasa serba cukup kepada orang yang kurang sempurna baik secara fisik maupun mentalnya.
sini ada yang memang cacat secara fisik, mental, emosional,sosial atau bahkan mempunyai kelebihan dibanding anak normal.
Adanya persamaan hak untuk mendapatkan pendidikan dibuktikan dengan disediakannya Sekolah Luar Biasa (SLB) yang dapat memberikan pelayanan pendidikan kepada anak berkebutuhan khusus. Dengan adanya sekolah khusus (SLB), pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus akan lebih maksimal karena peserta didik yang mempunyai karakteristik khusus akan bergabung dalam satu kelompok belajar.
Dalam suatu satuan pendidikan tentu ada kurikulum yang dijadikan acuan dalam pelaksanaan pendidikan. kurikulum adalah aktivitas apa saja yang dilakukan sekolah dalam rangka mempengaruhi anak dalam belajar untuk mencapai suatu tujuan (Nurudin dan Usman, 2003:34). Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa kurikulum adalah segala aktivitas yang dilakukan oleh seorang pendidik kepada peserta didik dalam melakukan proses kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan dari pelaksanaan pendidikan.
(SLB) yang peserta didiknya adalah anak berkebutuhan khusus juga menggunakan kurikulum 2013.
Penulis, dalam hal ini tertarik untuk melakukan penelitian di SLB-C YPPALB Magelang khususnya pada jenjang SMPLB. Sekolah ini memberikan pelayanan pendidikan khusus kepada ABK sesuai dengan kebutuhannya dan juga menggunakan kurikulum 2013 seperti sekolah reguler lainnya.
Dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengangkat judul
skripsi tentang bagaimana “IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SLB-C YPPALB MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015”.
B. Fokus Penelitian
Ada beberapa fokus penelitian yang peneliti bahas yaitu:
1. Bagaimana implementasi kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) di SLB-C YPPALB Magelang?
3. Apa saja faktor penghambat implementasi kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) di SLB-C YPPALB Magelang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasar fokus penelitian di atas maka dapat diketahui bahwa tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) di SLB-C YPPALB Magelang.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak berkebutuhan Khusus (ABK) di SLB-C YPPALB Magelang.
3. Untuk mengetahui faktor penghambat implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) di SLB-C YPPALB Magelang.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoretis
a. Penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan keilmuan dalam ilmu pendidikan dan pembelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya di Jurusan Tarbiyah IAIN Salatiga
b. Memberikan sumbangan ilmiah bagi kaum akademis yang mengadakan penelitian berikutnya maupun mengadakan riset baru tentang penerapan kurikulum 2013 dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam untuk anak berkebutuhan khusus (ABK).
2. Secara Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru tentang penerapan kurikulum terbaru yaitu kurikulum 2013 dalam pembelajaran PAI bagi anak berkebutuhan khusus SLB-C YPPALB Magelang.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran, sumbangan pemikiran dan sebagai bahan pertimbangan dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus.
E. Penegasan Istilah
a. Implementasi Kurikulum 2013
Implementasi merupakan kata asing yang telah dibahasa Indonesiakan yang beranonim dengan kata penerapan, begitupun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia implementasi berarti
kurikulum, menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum terbaru yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sekolah-sekolah di Indonesia. Kurikulum 2013 merupakan serentetan rangkaian penyempurnaan terhadap kurikulum yang telah dirintis tahun 2004 yang berbasis kompetensi lalu diteruskan dengan kurikulum 2006 (KTSP) (Kurniasih dan Sani, 2014:32)
Jadi implementasi kurikulum 2013 adalah penerapan atau pelaksanaan suatu rencana dan pengaturan yang telah ditetapkan pada kurikulum 2013 dalam proses belajar mengajar mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran sebagai pedoman untuk mencapai tujuan pendidikan.
b. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa berahlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur‟an dan Al-Hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman (Ramayulis, 2008: 21).
Dari pengertian di atas yang dimaksud pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah upaya yang sistematik dan disengaja oleh pendidik dan peserta didik untuk menyiapkan peserta didik agar mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa berahlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur‟an dan Al-Hadis.
c. Anak Berkebutuhan Khusus
Pengertian dari anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya (Smart, 2010:33). Keadaan khusus ini membuat mereka beda dengan yang lainnya. Namun pengertian itu tidak menunjuk pada anak yang lemah mental, emosi maupun kelainan fisik. Anak yang berpredikat ABK diantaranya adalah tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan perilaku, anak berbakat serta anak dengan gangguan kesehatan (Santoso, 2010:127).
oleh pemerintah dalam kurikulum 2013 pada proses belajar mengajar mata pelajaran PAI, mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran bagi anak yang mengalami gangguan baik secara fisik, mental, emosional maupun sosial untuk mencapai tujuan pendidikannya.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan
Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah kualitatif. Kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis, gambar dan bukan angka, yang mana data diperoleh dari orang- orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2011:4). Data yang berasal dari naskah, wawancara, catatan, dokumentasi dideskripsikan sehingga dapat memberikan kejelasan terhadap keadaan atau realitas.
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti yang dimaksud adalah bahwa peneliti sebagai pengamat dalam hal ini tidak sepenuhnya sebagai pemeran serta tetapi masih melakukan fungsi pengamatan, ia sebagai anggota pura-pura, jadi tidak melebur dalam arti sesungguhnya (Moleong, 2011: 77). Peneliti ikut berperan serta menjadi pengamat dalam metode pembelajaran dan mengikuti secara pasif kegiatan pembelajaran selama penelitian berlangsung di SLB-C YPPALB Magelang.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dijadikan objek kajian dalam penyusunan skripsi ini adalah di SLB-C YPPALB Magelang. Peneliti memilih lokasi tersebut karena ingin mengetahui secara langsung sejauh mana kurikulum 2013 dapat diterapkan di sekolah tersebut khususnya bagi anak berkebutuhan Khusus (ABK).
4. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: a. Primer
berkaitan dengan penerapan kurikulum 2013 dalam pembelajaran PAI bagi anak berkebutuhan khusus. Sumber data dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah, pendidik Pendidikan Agama Islam, peserta didik dan waka kesiswaan.
b. Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan-laporan penelitian terdahulu (Hasan, 2006:19). Sumbernya data dalam penelitian ini adalah dokumentasi SLB-C YPPALB Magelang berupa data identitas sekolah, RPP, data sarana prasarana, daftar nama pendidik, dan wawancara dengan orang tua.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang valid, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa prosedur pengumpulan data, yaitu: a. Wawancara (Interview)
Dengan metode ini penulis dapat memperoleh informasi atau data dari informan tentang rencana pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi ABK sesuai kurikulum 2013, proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi ABK sesuai kurikulum 2013, faktor pendukung penerapan kurikulum2013 dalam pembelajaran PAI bagi ABK, dan solusi yang dilakukan oleh guru dalam mengatasi kesulitan selama proses pembelajaran menggunakan kurikulum 2013.
b. Observasi (Pengamatan)
Observasi (pengamatan) adalah cara pengumpulan data dengan terjun dan melihat langsung ke lapangan (laboratorium) terhadap objek yang diteliti (populasi atau sampel) (Hasan, 2006:23). Metode observasi penulis gunakan untuk mengumpulkan data dengan melihat proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk anak berkebutuhan khusus dan pelaksanaan kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan ilmiah. Observasi dilakukan berkaitan dengan masalah yang diteliti dengan mengadakan pengamatan, pencatatan, dan mendengarkan secara cermat.
dilakukan dalam penerapan kurikulum 2013 pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus di SLB-C YPPALB Magelang.
c. Dokumentasi
Suharsimi Arikunto (2006:158-159), menyatakan bahwa
“dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan cara mencari
data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat
kabar, prasasti, notulen rapat, agenda”.
Dokumen- dokumen yang diperlukan dalam penelitian skripsi ini antara lain: rencana pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam, data peserta didik berkebutuhan khusus, tenaga pendidik dan data- data lain yang menunjang penelitian ini. 6. Analisis Data
Pengertian analisis data menurut Patton (1980) adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar (dalam Hasan, 2006:29). Berdasarkan hasil pengumpulan data, selanjutnya penulis akan melakukan analisa dan pembahasan secara deskriptif. Dengan demikian data yang diperoleh disusun sedemikian rupa sehingga dikaji dan dikupas secara runtut.
atau kriteria yang telah dibuat peneliti (Arikunto, 2006: 239). Artinya peneliti mencari uraian yang menyeluruh dan cermat tentang implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus di SLB-C YPPALB Magelang.
Ada 3 kegiatan dalam analisis data yaitu
a. Reduksi data diperlukan karena banyaknya data dari masing- masing informan yang dianggap tidak relevan dengan fokus penelitian sehingga perlu dibuang atau dikurangi. Reduksi data dilakukan dengan memilih hal- hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian maka akan memberi gambaran yang lebih tajam. b. Penyajian data adalah deskripsi dari hasil pengamatan di lapangan.
Dalam penelitian kualitatif penyajian data dengan teks yang bersifat naratif.
c. Verifikasi atau menarik kesimpulan merupakan kegiatan untuk menyimpulkan berbagai hal dari data yang diperoleh selama penelitian yang dapat diuji kebenarannya.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk menjamin keabsahan data temuan yang diperoleh peneliti melakukan beberapa upaya, di samping menanyakan langsung kepada obyek, peneliti juga berupaya mencari jawaban dari sumber lain.
Burhan Bungin (2004: 99) menyatakan bahwa: “Keabsahan data
(menggunakan beberapa sumber, metode, peneliti, dan teori), pembahasan dengan sejawat melalui diskusi, melacak kesesuaian hasil
dan pengecekan anggota”.
Untuk memperoleh keabsahan data tersebut maka tehnik yang digunakan adalalah:
a. Triagulasi
Triangulasi adalah pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data itu (Moleong, 2002:178). Hal itu dapat dicapai dengan membandingkan data yang diperoleh dari mengamati dengan hasil wawancara.
b. Menggunakan Bahan Referensi
Penggunaan bahan referensi sangat membantu memudahkan peneliti dalam pengecekan keabsahan data, karena dari referensi yang ada dapat digunakan sebagai pendukung hasil observasi yang dilakukan peneliti.
c. Tehnik Member Check
dengan member check ini apabila ada kesalahan data bisa diluruskan baik isi maupun bahasannya.
8. Tahap-tahap Penelitian
Dalam penelitian kualitatif ada beberapa tahap yang perlu dilakukan, yaitu:
a. Tahap pra lapangan (mempersiapkan rencana penelitian dan memilih objek yang akan diteliti, mengurus permintaan izin, mengamati keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informasi, mempersiapkan kelengkapan penelitian, memperhatikan etika penelitian).
b. Tahap pekerjaan lapangan (tahap penelitian dilakukan yaitu dengan berperan aktif dalam mengumpulkan data)
c. Tahap analisis data (menyusun data secara sistematis dari data hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi sehingga dapat dengan mudah diinformasikan kepada orang lain).
d. Tahap pelaporan data (tahap penelitian yang sudah diselesaikan. Pada tahap ini data yang diperoleh disusun dalam bentuk laporan) G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah di dalam memperlajari dan memahami pokok bahasan skripsi maka dalam menyusun skripsi ini penulis membagi menjadi lima bab. Adapun sistematikanya sebagai berikut:
tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, halaman judul, nota pembimbing, halaman pengesahan, dan daftar pengesahan.
2. Bagian inti yang memuat:
Bab I : Pendahuluan
Dalam bab ini penulis mengemukakan latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian dan sistematika penelitian.
Bab II : Kajian Pustaka
Pada bab 2 tentang kajian pustaka ini membahas tentang Impelementasi kurikulum 2013 yang meliputi pengertian kurikulum 2013, kunci sukses kurikulum 2013, landasan pengembangan kurikulum 2013, tujuan pengembangan kurikulum 2013, elemen perubahan kurikulum 2013 serta kelebihan dan kelemahan kurikulum 2013, kunci sukses kurikulum 2013, Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang meliputi: pengertian pembelajaran Pendidikan Agama Islam, tujuan PAI, fungsi PAI, karakteristik PAI. Dan Anak berkebutuhan khusus meliputi: pengertian ABK, jenis- jenis ABK, dan tunagrahita
Bab III: Paparan Data dan Temuan Penelitian
2013 dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) di SLB-C YPPALB Magelang meliputi: standar kompetensi lulusan, standar proses, standar isi dan standar penilaian kurikulum 2013. Faktor pendukung pelaksanaan kurikulum 2013 dalam pembelajaran PAI bagi ABK, serta faktor penghambat implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran PAI bagi ABK di SLB-C YPPALB Magelang.
Bab IV : Pembahasan
Pada bab ini akan membahas tentang hasil data yang diperoleh dari penelitian yaitu tentang Implementasi kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) di SLB-C YPPALB Magelang meliputi: standar kompetensi lulusan, standar proses, standar isi dan standar penilaian kurikulum 2013. Faktor pendukung pelaksanaan kurikulum 2013 dalam pembelajaran PAI bagi ABK, serta faktor penghambat implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran PAI bagi ABK di SLB-C YPPALB Magelang.
Bab V : Penutup
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kurikulum 2013
1. Pengertian Kurikulum 2013
Dalam proses pembelajaran membutuhkan kurikulum yang dapat dijadikan pedoman dalam proses belajar mengajar. Pengertian dari kurikulum menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat (19) adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Semua dalam kegiatan belajar mengajar telah diatur di dalam kurikulum yang telah ditetapkan tersebut sehingga tugas pendidik sebagai pelaksana dan juga dapat mengembangkan kurikulum yang telah ada sesuai kebutuhan peserta didik sehingga tujuan dari pendidikan dapat tercapai.
tersebut mampu menjawab tantangan zaman yang terus berubah tanpa dapat dicegah, dan untuk mempersiapkan peserta didik yang mampu bersaing di masa depan dengan segala kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Kurniasih dan Sani, 2014:31). Dengan begitu pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mencapai tujuan sesuai yang telah dicita-citakan oleh Negara Indonesia.
Kurikulum pendidikan Indonesia telah mengalami perubahan beberapa kali dimulai setelah kemerdekaan tahun 1945 sampai saat ini. Perubahan Kurikulum ini dimulai sejak bernama Rentjana Pembelajaran 1947 hingga Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 selalu dibarengi dengan argumen- argumen ilmiah, pendekatan-pendekatan mutakhir, lengkap dengan background teori- teori belajar terbaru dan rasionalisasi dari masing- masing itu yang tidak terbantahkan (Kurniasih dan Sani, 2014:31). Dari masing- masing perubahan tersebut tentu ada alasan tersendiri. Akan tetapi tentu juga tujuan perubahan itu hanya untuk memajukan pendidikan Indonesia.
dua basis landasan yaitu pertama, pendidikan harus diletakan pada empat pilar (belajar mengetahui, belajar melakukan, belajar hidup dalam kebersamaan dan belajar jadi diri sendiri) dan kedua, belajar sepanjang hidup. Kultur yang demikian harus dikembangkan dalam pendidikan, karena pada akhirnya aspek kultural dari kehidupan manusia, terutama berkaitan dengan pendidikan nilai dan sikap lebih penting dari pertumbuhan ekonomi (Mulyasa, 2014:2-3).
Indonesia dikatakan sebagai negara yang gagal menurut pakar dunia. Gagal dalam memberantas korupsi, gagal dalam memberikan keamanan dan kenyamanan bagi masyarakat serta gagal dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, bahkan ada yang mengurutkan Indonesia sebagai negara gagal dalam urutan ke-64. Hal ini tidak terlepas dari kondisi politik negara yang kurang stabil yang juga berpengaruh terhadap pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia (Mulyasa, 2014:3).
dilakukan penataan kembali dalam Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013 (Mulyasa, 2014:4).
Wujud dari pembenahan pendidikan di Indonesia adalah adanya pembenahan kurikulum yaitu kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum terbaru yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Bedanya dengan yang sebelumnya, kurikulum 2013 lebih fokus dan berangkat dari karakter serta kompetensi yang akan dibentuk, baru memikirkan untuk mengembangkan tujuan yang akan dicapai (Mulyasa, 2014:112). Dengan begitu diharapkan pendidikan dapat memperbaiki kehidupan bangsa dan negara Indonesia.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum 2013 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran yang digunakan sebagai pedoman terbaru pelaksanaan pendidikan di Indonesia yang dimulai tahun 2013. Adanya perubahan kurikulum tersebut diharapkan dapat memperbaiki pendidikan di Indonesia. Selain itu, isi dan tujuan dalam kurikulum 2013 lebih berfokus pada pendidikan karakter yang dapat memperbaiki krisis moral yang dihadapi bangsa saat ini.
2. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013 a. Landasan Filosofis
kebutuhan peserta didik, dan masyarakat serta kurikulum berorientasi pada pengembangan kompetensi (Hidayat, 2013:114) b. Landasan Yuridis
RPJMM 2010-2014 Sektor Pendidikan, tentang Perubahan
Metodologi Pembelajaran dan Penataan Kurikulum
PP NO.19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan INPRES Nomor 1 Tahun 2010, tentang Percepatan
Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional, penyempurnaan kurikulum dan metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa (Mulyasa, 2014:64).
c. Landasan Konseptual
Relevansi pendidikan (link and match) Kurikulum berbasis kompetensi dan karakter
Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) Pembelajaran aktif (student active learning)
Penilaian yang valid, utuh dan menyeluruh (Mulyasa, 2014:65)
3. Tujuan Pengembangan Kurikulum2013
perubahan pada berbagai aspek lain, terutama dalam implementasinya di lapangan. Pada proses pembelajaran dari siswa diberi tau menjadi siswa mencari tau, pada proses penilaian dari berfokus pada pengetahuan menjadi berbasis kemampuan (Mulyasa, 2014:65-66). Hal ini yang menjadi tantangan bagi pendidik dan peserta didik untuk dapat mewujudkan tujuan tersebut.
4. Elemen Perubahan Kurikulum 2013
Dalam rangka pengembangan kurikulum 2013, pada tingkat nasional dilakukan penataan terhadap Standar Nasional Pendidikan (SNP), terutama pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Isi, Standar Proses dan Standar Penilaian, yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 (Mulyasa, 2014:77). a. Standar Kompetensi Lulusan
Pada kurikulum 2013 kompetensi kelulusan meliputi beberapa aspek. Aspek kompetensi lulusan ini adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan (Hidayat, 2013:127). Ketiganya harus dicapai oleh peserta didik agar dinyatakan lulus dalam suatu mata pelajaran.
Standar kompetensi lulusan (SKL) antara kurikulum 2013 dengan KTSP tentu ada perbedaan. Pada kurikulum 2013 SKL ditentukan terlebih dahulu melalui Permendikbud No. 54 Tahun 2013. Setelah itu baru ditentukan standar isi, yang berbentuk kerangka Dasar Kurikulum, yang dituangkan dalam Permendikbud No. 67, 68, 69 dan 70 Tahun 2013. Sedangkan KTSP standar isi ditentukan terlebih dahulu melalui Permendiknas No 22 Tahun 2006. Setelah itu baru ditentukan SKL (Standar Kompetensi Lulusan) melalui Permendiknas No 23 Tahun 2006 (Kurniasih dan Sani, 2014:45). Dari perbedaaan antara kedua kurikulum tersebut dapat disimpulkan bahwa SKL pada kurikulum 2013 ditentukan terlebih dahulu baru menentukan standar isi dan pada KTSP standar isi dulu baru SKL.
b. Standar Isi
standar isi terutama melalui evaluasi ulang ruang lingkup materi yaitu mengeliminasi materi yang tidak esensial atau tidak relevan bagi siswa, mempertahankan materi yang sesuai dengan kebutuhan siswa, dan menambahkan materi yang dianggap penting dalam perbandingan internasional (Mulyasa, 2014:24). Penataan tersebut perlu diperhatikan karena sangat penting dalam pelaksanaan pendidikan agar materi yang disampaikan benar-benar bermanfaat bagi peserta didik.
c. Standar Proses
Pengertian dari standar proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan (Mulyasa, 2014:25). Dengan kata lain standar proses ini berkaitan dengan berjalannya proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh pendidik dan peserta didik baik di dalam kelas ataupun di luar kelas.
Dalam proses pembelajaran pada kurikulum 2013 berbeda dengan KTSP. Pada kurikulum 2013, proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik yang meliputi tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014:11).
1) Kegiatan pendahuluan
Pembinaan Keakraban
Pembinaan keakraban ini untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif bagi pembentukan kompetensi peserta didik, sehingga tercipta hubungan yang harmonis antara guru dengan peserta didik, serta peserta didik dengan peserta didik. Tahap ini bertujuan untuk mengkondisikan peserta didik agar mereka siap melakukan kegiatan belajar (Mulyasa, 2014:126). Dengan begitu apa yang disampaikan oleh guru akan dapat diterima oleh peserta didik.
Pretes (tes awal)
Setelah pembinaan keakraban perlu ada pretes. Fungsi dari pretes sebagai berikut:
Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar
Untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik
sehubungan dengan proses pembelajaran yang dilakukan
Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah
dimiliki peserta didik mengenai bahan ajaran yang akan dijadikan topik dalam proses pembelajaran
Untuk mengetahui darimana seharusnya proses
penekanan dan perhatian khusus (Mulyasa, 2014:126-127).
Kegiatan pretes ini sangat membantu guru dalam melaksanakan pembelajaran. Karena dengan adanya kegiatan pretes guru dapat mengetahui pengetahuan peserta didik pada tahap awal dan akan dapat membantu menentukan langkah pembelajaran selanjutnya.
2) Kegiatan inti atau pembentukan kompetensi dan karakter Kegiatan inti pembelajaran antara lain mencakup penyampaian informasi, membahas materi standar untuk membentuk kompetensi dan karakter peserta didik serta melakukan tukar pengalaman dan pendapat dalam membahas materi standar dan memecahkan masalah yang dihadapi bersama. Dalam pembelajaran peserta didik dibantu oleh guru dalam melibatkan diri untuk membentuk kompetensi dan karakter, serta mengembangkan dan memodifikasi kegiatan pembelajaran (Mulyasa, 2014:127). Pada kegiatan inti ini peserta didik berperan aktif dalam pembelajaran dan guru hanya sebagai fasilitator.
3) Kegiatan penutup
yang berkenaan dengan materi standar yang telah dipelajari maupun yang akan dipelajari berikutnya. Tugas ini bisa merupakan pengayaan dan remedial terhadap kegiatan inti pembelajaran atau pembentukan kompetensi (Mulyasa, 2014:129).
Pada kegiatan penutup ini, adanya tugas dan post test dapat dijadikan sebagai ukuran keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Selain itu pada kegiatan akhir juga disampaikan tugas untuk materi yang selanjutnya, sehingga ada persiapan dari peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran selanjutnya.
d. Standar Penilaian
Ada banyak komponen penilaian dalam kurikulum 2013 seperti proses dan hasil observasi siswa terhadap suatu masalah yang diajukan guru. Kemudian kemampuan siswa menalar suatu masalah juga menjadi komponen penilaian sehingga anak terus diajak untuk berfikir logis dan yang terakhir adalah kemampuan anak berkomunikasi melalui presentasi mengenai tema yang dibahas di dalam kelas.
1) Penilaian portofolio merupakan penilaian terhadap seluruh tugas yang dikerjakan peserta didik dalam mata pelajaran tertentu.
2) Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran yang meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Kurniasih dan Sani, 2014:47-48).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian dalam kurikulum 2013 terdapat dua macam yaitu penilaian portofolio dan penilaian autentik. Penilaian portofolio yang dinilai adalah tugas-tugas peserta didik, sedangkan penilaian autentik yang dinilai adalah keseluruhan mulai dari input, proses, kemudian sampai output (hasil) dalam pelaksanaan belajar mengajar.
5. Kelebihan dan Kelemahan Kurikulum 2013
Suatu kurikulum yang diterapkan dalam pendidikan di Indonesia tentu ada kelebihan dan kelemahan. Begitu juga dalam kurikulum 2013 juga ada kelebihan dan kelemahannya.
a. Kelebihan Kurikulum 2013
1) Siswa lebih dituntut aktif, kreatif, dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi di sekolah
3) Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti 4) Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan
tujuan pendidikan nasional
5) Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan dan pengetahuan
6) Tanggap terhadap fenomena sosial
7) Standar penilaian mengarah pada penilaian berbasis kompetensi seperti sikap, keterampilan, dan pengetahuan. 8) Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan
kompetensi profesi, pedagogi, sosial, dan personal 9) Mengharuskan adanya remediasi secara berkala
10)Buku dan kelengkapan dokumen disiapkan lengkap sehingga memicu dan memacu guru untuk membaca dan menerapkan budaya literasi danmembuat guru memiliki keterampilan membuat RPP dan menerapkan pendekatan saintifik (Kurniasih dan Sani,2014:40-41).
11)Menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah (kontekstual), karena berangkat, berfokus dan bermuara pada hakikat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensi yang dimilikinya
13)Bidang- bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi terutama yang berkaitan dengan keterampilan (Mulyasa, 2014:164).
b. Kelemahan Kurikulum 2013
1) Banyak guru yang salah kaprah bahwa dalam kurikulum 2013 guru tidak perlu menjelaskan materi kepada peserta didik 2) Banyak guru yang belum siap secara mental
3) Kurangnya pemahaman guru tentang pendekatan saintifik 4) Guru tidak banyak yang menguasai penilaian autentik 5) Guru tidak dilibatkan dalam pengembangan kurikulum 2013 6) Tidak ada keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran
dan hasil dalam kurikulum 2013
7) Terlalu banyak materi yang harus disampaikan kepada peserta didik sehingga tidak setiap materi dapat disampaikan dengan baik
8) Beban belajar siswa dan guru terlalu berat (Kurniasih dan Sani, 2014:41-42).
a. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepala sekolah adalah seorang manajer di sekolah. Ia harus bertanggung jawab terhadap terhadap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian perubahan atau perbaikan program pengajaran di sekolah (Mulyasa, 2009:41). Dan kunci sukses implementasi kurikulum 2013 yang pertama adalah kepemimpinan kepala sekolah, terutama dalam mengoordinasikan, menggerakkan dan menyelaraskan semua sumber daya yang tersedia (Mulyasa, 2014:39). Dengan kata lain kepala sekolah adalah warga sekolah yang berperan sangat besar untuk terlaksananya seluruh program yang ada termasuk implementasi kurikulum 2013.
b. Kreativitas Guru
Kurikulum 2013 akan sangat sulit dilaksanakan di berbagai daerah karena sebagian besar guru belum siap. Ketidaksiapan guru itu tidak hanya terkait dengan urusan kompetensinya, tetapi berkaitan dengan masalah kreativitasnya, yang juga disebabkan oleh lambatnya sosialisasi kurikulum 2013 oleh pemerintah (Mulyasa, 2014:41). Oleh karena itu untuk terlaksananya kurikulum 2013 harus ada kerjasama yang bagus antara pemerintah yaitu dengan mengadakan sosialisasi dan guru harus bekerja keras mewujudkannya.
Untuk dapat ikut serta mendukung keberhasilan kurikulum 2013, aktivitas dari peserta didik harus diperhatikan. Seorang guru harus dapat mendorong dan mengembangkan aktivitasnya. Dalam hal itu, guru harus mampu mendisiplinkan peserta didik terutama mendisiplinkan diri (self-discipline) (Mulyasa, 2014:45). Dengan adanya disiplin dari peserta didik akan memperlancar proses pembelajaran yang dilaksanakan.
d. Sosialisasi Kurikulum 2013
Sosialisasi dalam implementasi kurikulum sangat penting dilakukan agar semua pihak yang terlibat dalam implementasinya di lapangan paham dengan perubahan yang harus dilakukan sesuai tugas pokok dan fungsinya masing-masing (Mulyasa, 2014:48). Dengan sosialisasi dari pemerintah diharapkan semua pihak yang terkait dapat berperan aktif dalam implementasi kurikulum 2013. e. Fasilitas dan Sumber Belajar
begitu akan lebih memaksimalkan potensi yang ada pada peserta didik serta hasil kreasinya akan dapat digunakan dalam proses pembelajaran.
f. Lingkungan yang Kondusif
Lingkungan sekolah yang baik merupakan faktor pendukung keberhasilan pendidikan. Begitu juga dalam implementasi kurikulum 2013, lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan tertib, optimisme dan harapan yang tinggi dari seluruh warga sekolah, kesehatan sekolah serta kegiatan-kegiatan yang terpusat pada peserta didik merupakan iklim yang dapat membangkitkan semangat belajar (Mulyasa, 2014:53). Suasana yang kondusif seperti itu dapat mendukung terciptanya proses belajar mengajar yang menyenangkan. Dengan begitu, tujuan dari pembelajaran itu juga akan tercapai.
g. Partisipasi Warga Sekolah
modern (Mulyasa, 2014:55). Dan hal yang penting dalam keberhasilan implementasi kurikulum tersebut harus ada kerjasama yang baik antara kepala sekolah dengan tenaga kependidikan.
B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pembelajaran dapat diberi arti sebagai setiap upaya yang sistematik dan disengaja oleh pendidik untuk menciptakan kondisi-kondisi agar peserta didik melakukan kegiatan dengan pendidik yang melakukan kegiatan membelajarkan (Sudjana, 2001:8). Pengertian lain dari pembelajaran adalah suatu kegiatan terencana yang mengkondisikan/merangsang seseorang agar bisa belajar dengan baik agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran ini akan bermuara pada dua kegiatan pokok yaitu bagaimana orang melakukan tindakan perubahan tingkah laku melalui kegiatan belajar dan bagaimana orang melakukan tindakan penyampaian ilmu pengetahuan melalui kegiatan mengajar (Majid, 2014:110).
Pendidikan agama islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama islam dari sumber utamanya kitab suci
serta penggunaan pengalaman (Majid, 2014:11). Sedangkan menurut Tayar Yusuf pendidikan agama Islam diartikan sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia bertakwa kepada Allah SWT (Majid dan Andayani, 2005:130).
Pengertian lain dari pendidikan agama islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat kelak (Daradjat, 2011:86).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pendidikan agama islam adalah upaya sadar dan terencana yang dilakukan oleh pendidik agar peserta didik dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama islam sesuai Al-Qur‟an dan Hadis demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat kelak serta bertakwa kepada Allah SWT.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Majid, 2014:16).
Selain penjelasan di atas tujuan pendidikan agama terdapat tiga aspek, yaitu aspek iman, ilmu dan amal, yang pada dasarnya berisi: a. Menumbuhsuburkan dan mengembangkan serta membentuk sikap
positif dan disiplin serta cinta terhadap agama dalam pelbagai kehidupan anak yang nantinya diharapkan menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah SWT, taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
b. Ketaatan pada Allah SWT dan Rasul-Nya merupakan motivasi instrinsik terhadap pengembangan ilmu pengetahuan yang harus dimiliki anak.
c. Menumbuhkan dan membina keterampilan beragama dalam semua lapangan hidup dan kehidupan serta dapat memahami dan menghayati ajaran agama islam secara mendalam dan menyeluruh sehingga dapat dijadikan pedoman hidup (Daradjat, 2011:89-90).
pengalaman sehingga menjadi seorang muslim yang terus berkembang dan berguna bagi bangsa dan negara.
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Fungsi dari adanya pendidikan agama islam untuk sekolah/madrasah adalah sebagai berikut.
a. Pengembangan yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah Swt. Yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.
b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
c. Penyesuaian mental yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai ajaran agama islam.
d. Perbaikan yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
e. Pencegahan yaitu untuk menangkal hal-hal negatifdari lingkungannya atau budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
g. Penyaluran yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain (Majid, 2014:15-16).
Adanya pelajaran pendidikan agama Islam sangat berfungsi bagi pembentukan pribadi peserta didik menjadi umat muslim. Oleh karena itu, di sinilah tugas pendidik PAI sangat besar terutama untuk mewujudkan apa yang menjadi pokok ajarannya dan mewujudkan fungsi-fungsi tersebut.
4. Karakteristik Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama islam diarahkan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan praktik atau ritual ajaran agama. Adapun indikator yang menjadi karakteristik PAI sebagai berikut: a. Pendidikan Agama Islam mempunyai dua sisi kandungan, yakni
sisi keyakinan dan sisi pengetahuan.
b. Pendidikan Agama Islam bersifat doktrinal, memihak, dan tidak netral.
c. Pendidikan Agama Islam merupakan pembentukan akhlak yang menekankan pada pembentukan hati nurani dan penanaman sifat-sifat ilahiah yang jelas dan pasti.
d. Pendidikan Agama Islam bersifat fungsional.
f. Pendidikan Agama Islam diberikan secara komprehensif (Majid, 2012:19).
Antara kurikulum 2013 dengan kurikulum dahulu ada perbedaan untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dalam kurikulum 2013 ada penambahan jam pelajaran yang semula 2 jam pelajaran menjadi 3 jam pelajaran. Selain itu untuk pelajaran PAI yang semula hanya bernama Pendidikan Agama Islam, dalam kurikulum 2013 menjadi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Hal ini merupakan bukti nyata bahwa materi dan tujuan diadakannya pembelajaran PAI dalam kurikulum 2013 untuk membentuk budi pekerti atau karakter peserta didik yang diharapkan dapat memperbaiki kehidupan bangsa dan negara Indonesia.
C. Anak Berkebutuhan Khusus
1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
kemampuan komunikasi, perilaku sosial, atau sifat-sifat fisiknya. Perbedaan tersebut berakibat memerlukan perlakuan khusus sesuai dengan kecacatannya, sehingga membutuhkan praktik pendidikan yang dimodifikasi atau pelayanan pendidikan khusus untuk mengembangkan kemampuan khusus yang dimilikinya (Purwanta: 2012:102).
Pengertian lain dari anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki karakteristik khusus. Keadaan khusus membuat mereka berbeda dengan anak pada umumnya. Pemberian predikat
“berkebutuhan khusus” tentu saja tanpa selalu menunjukan pada lemah
mental. Atau tidak identik juga dengan ketidakmampuan emosi atau kelainan fisik.
Istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak penyandang cacat. Pada perkembangannya ada yang lebih pada memberdayakan mereka yaitu, difable (difabel) singkatan dari different abilities people atau orang dengan kemampuan berbeda (Santoso, 2010:127).
2. Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus
Dalam suatu pendidikan ada pengelompokan anak berdasarkan ciri yang sama untuk mencapai tujuan pendidikan. Sunardi (1996) membuat perbandingan klasifikasi anak luar biasa dari tiga sumber yaitu Departemen Pendidikan Amerika, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Kementrian sosial. Klasifikasi tersebut disajikan dalam tabel sebagai berikut (Purwanta, 2012:105):
Tabel I
Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus
Amerika Serikat Kemendikbut Kementrian Sosial Berkesulitan belajar Tunadaksa Cacat eks kronis Tunaganda -
Tunaganda -
Klasifikasi lain dari anak berkebutuhan khusus terbagi menjadi beberapa jenis sesuai karakteristik dan hambatan yang dimilikinya. Berikut adalah jenis- jenis anak berkebutuhan khusus antara lain tunarungu, tunanetra, tunadaksa, tunalaras, autis, kesulitan belajar dan tunagrahita (Smart, 2010:33).
a. Tunarungu adalah istilah yang digunakan untuk menyebut kondisi seseorang yang mengalami gangguan pada indra pendengaran Smart, 2010:34).
b. Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam pengelihatan. Tunanetra dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan, yaitu buta total (blind) dan low vision (Santoso, 2010: 128).
c. Tunadaksa merupakan istilah halus bagi orang- orang yang mempunyai kelainan fisik, khususnya, anggota badan, seperti kaki, tangan atau bentuk tubuh (Smart, 2010:44).
d. Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial (Santoso, 2010:131). e. Autis adalah gangguan pada otak yang menyebabkan terhambatnya
perkembangan dalam berbagai bidang yang ciri utamanya adalah masalah interaksi sosial, komunikasi dan tingkah laku berulang serta minat yang sempit (Ginanjar, 2008:23).
dan penggunaan bahasa, berbicara, dan menulis (Santoso, 2010: 131).
g. Tunagrahita
1) Pengertian Tunagrahita
Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Istilah tersebut sesungguhnya memiliki arti yang sama yang menjelaskan kondisi anak yang kecerdasanya jauh di bawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial. Anak tunagrahita atau dikenal juga dengan istilah terbelakang mental karena keterbatasan kecerdasanya mengakibatkan dirinya sukar untuk mengikuti program pendidikan di sekolah biasa secara klasikal, oleh karena itu anak terbelakang mental membutuhkan layanan pendidikan secara khusus yakni disesuaikan dengan kemampuan anak tersebut (Somantri, 2006:103). Pengertian lain dari anak tunagrahita adalah individu yang secara signifikan memiliki intelegensi di bawah intelegensi normal dengan skor IQ sama atau lebih rendah dari 70 (Kemis dan Rosnawati, 2013:1).
atau lebih rendah dari 70, ditandai dengan keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam dalam interaksi sosial yang muncul pada masa perkembangannya.
2) Karakteristik Anak Tunagrahita Keterbatasan inteligensi
Yang dimaksud keterbatasan inteligensi adalah kemampuan belajar anak sangat kurang, terutama yang bersifat abstrak, seperti membaca dan menulis, belajar dan berhitung sangat terbatas. Mereka tidak mengerti apa yang sedang dipelajari atau cenderung belajar dengan membeo (Smart, 2010:49).
Keterbatasan sosial
Anak tunagrahita mengalami hambatan dalam mengurus dirinya di dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu mereka membutuhkan bantuan. Anak tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda usianya, ketergantungan dengan orang tua sangat besar, tidak mampu memikul tanggung jawab sosial dengan bijaksana sehingga mereka harus selalu dibimbing dan diawasi (Somantri, 2006:106).
Keterbatasan fungsi mental lainnya
dikenalnya. Mereka memperlihatkan reaksi terbaiknya bila mengikuti hal- hal yang rutin dan secara konsisten. Anak tunagrahita juga mempunyai keterbatasan dalam penguasaan bahasa bukan mengalami kerusakan artikulasi tetapi karena pusat pengolahan pengindraan katanya kurang berfungsi. Mereka membutuhkan kata- kata konkret yang sering didengarnya. Latihan sederhana, seperti mengejakan konsep-konsep, perlu pendekatan yang lebih riil dan konkret (Smart: 2010:50).
3) Faktor Penyebab
Anomali Genetik atau kromosom
Down Syndrom, trisotomi pada kromosom 2
Fragile X Syndrom, malformasi kromosom X yaitu ketika
kromosom X terbelah dua. Mayoritas laki- laki dan sepertiga dari populasi penderita mengalami RM sedang Recessive gene disease salah mengarahkan pembentukan
enzim sehingga mengganggu proses metabolisme (pheniyiketonurea)
Penyakit infeksi terutama pada trimester pertama karena
janin belum memiliki sistem kekebalan dan merupakan saat kritis bagi perkembangan otak
Prematuritas (bayi lahir sebelum waktunya (kurang dari 9
bulan))
Bahan kimia yang berbahaya keracunan pada ibu
berdampak pada janin atau polutan lainnya yang terhirup oleh anak (Smart, 2010:52-53).
Setelah lahir (post-natal) akibat infeksi misalnya: maningitis
(peradangan pada selaput oytak) dan problema nutrisi yaitu kekurangan gizi seperti kekurangan protein (Kemis dan Rosnawati, 2013:15)
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data SLB-C YPPALB Magelang
Sekolah Luar Biasa Yayasan Pendidikan dan Peduli Anak Luar Biasa (SLB-C YPPALB) Magelang adalah sebuah lembaga pendidikan khusus yang melayani pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Sekolah ini mempunyai tiga jenjang pendidikan yaitu SDLB, SMPLB, dan SMALB. Ketiga jenjang pendidikan tersebut berada dalam satu kompleks dan satu nauangan YPPALB. Oleh karena itu, penulis akan menyajikan data secara umum tentang gambaran SLB-C YPPALB Magelang.
1. Letak Sekolah
Sekolah Luar Biasa YPPALB Magelang menempati areal tanah seluas 1660 m2. Tanah tersebut dijadikan bangunan untuk SDLB, SMPLB dan SMALB. Adapun batas-batasnya adalah
a. Sebelah utara berbatasan dengan perumahan penduduk b. Sebelah selatan berbatasan dengan toko
c. Sebelah timur berbatasan dengan SMP N 9 Magelang d. Sebelah barat berbatasan dengan persawahan
2. Identitas SLB-C YPPALB Magelang
Nama Sekolah : SLB-C YPPALB Magelang PSN/NSS : 20327557/ 28203600078 Jenjang Pendidikan : SDLB, SMPLB, dan SMALB Status Sekolah : Swasta
Alamat : Jln. Cemara Tujuh No 34 A Kota Magelang
RT/RW : 02/04
Kelurahan : Kedungsari Kode Pos : 56114
Kecamatan : Magelang Utara Lintang : -7,477538
Bujur : 110,21364199999994 Ketinggian : 373
Waktu Belajar : pagi
Email : [email protected] 3. Sejarah Berdirinya
satu yayasan dan satu kompleks. Hanya kelembagaannya saja yang dipisah menjadi SLB-B dan SLB-C.
Pada saat ini Sekolah Luar Biasa Tunagrahita (SLB-C) Yayasan Pendidikan dan Penyantunan Anak Luar Biasa (YPPALB) Magelang adalah melayani pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus/ luar biasa/ cacat jenis Tunagrahita (C) pada jenjang SDLB, SMPLB dan SMALB. Selain anak tunagrahita ada juga anak autis. Namun keberadaan anak autis di SLB tersebut masih dijadikan satu kelas dengan anak tunagrahita.
4. Struktur Organisasi
Bagan I Waka Kurikulum : Utomo, S.Pd
Waka Sarpras : Bambang Atmaji, S.Pd Waka Humas : Sihono
UR. Bimbiri : Daryati
UR. UKS : Siti Sumardiyah, S.Pd dan Siti Rofiah, S.Pd UR. Ketrampilan : Kuntarwati dan Marsono, S.Pd
UR. Perpus : Widyarini
Guru Siswa : seluruh guru SDLB kelas I – VI Guru Siswa : seluruh guru SMPLB kelas VII-IX
Guru Siswa : seluruh guru SMALB kelas X-XI (dokumentasi tanggal 03 Agustus 2015)
5. Keadaan Pesera Didik
Peserta didik adalah salah satu pelaksana pendidikan. Tanpa peserta didik proses pendidikan tidak akan pernah terlaksana. Oleh karena itu guru dan peserta didik disebut dwitunggal, artinya keduanya tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan kependidikan. Ketiadaan salah satunya menjadi penyebab tidak adanya kegiatan pendidikan ( Bahri, 2004: 92).
Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh RW, dari hasil wawancara sebagai berikut:
“...Secara umum karakteristik anak tunagrahita adalah
sosialisasinya kurang, sulit berkomunikasi, kurang bisa menjaga kebersihan, dan IQ di bawah rata-rata. Khusus di SLB-C sini IQ antara 50-70.” (wawancara tanggal 03 Agustus 2015)
Peserta didik di SLB-C YPPALB Magelang seluruhnya pada
Jenis Jumlah Siswa SMP
6. Keadaan Guru
Pendidik yang bertugas di SLB-C YPPALB Magelang pada tahun pelajaran 2015/2016 seluruhnya adalah. Untuk lebih jelasnya penulis sajikan tabel data pendidik di SLB-C YPPALB Magelang, sebagai berikut:
Tabel 3
Pendidik SLB YPPALB Magelang
No Nama Jabatan Pendidikan
1. R.Sigit Purnama Kepala sekolah SI PLB
2. Daryati Guru D2 SGPLB
3. Sihono Guru D2 SGPLB
4. Marsono, S.Pd Guru SI PLB
5. Kuntarwati Guru D3 PLB
6. Utomo, S.Pd Guru SI PLB
7. Akhmad Nur W, S.Pd Guru SI PLB
8. Rini Widyastuti, S.Pd Guru SI PLB
9. Isti Rifiah, S.Pd Guru SI PLB
10. Bambang Atmaji, S.Pd Guru SI PLB
11. Widyarini Guru D2 Agama
12. Siti Sumardiyah, S,Pd Guru SI PLB
13. Mawardi, A.Ma Guru D2 Agama
14. Margo Slamet Guru SI PAI
Sarana dan prasarana adalah hal penting yang harus ada dalam suatu lembaga pendidikan agar tujuan dilaksanakannya pendidikan dapat tercapai. Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan sebagai penunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran.
Adapun sarana dan prasarana yang ada di SLB YPPALB Magelang akan penulis sajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4
Data Sarana dan Prasarana SLB YPPALB Magelang
No. Jenis Ruang
10 Ruang Bina Pribadi
dan Sosial
11 Ruang
Konseling/Asesmen
(Dokumentasi tanggal 03 Agustus 2015) 8. Keunggulan SLB-C YPPALB Magelang
Selain hasil belajar secara akademik, SLB YPPALB Magelang juga mempunyai prestasi di luar akademik, diantaranya adalah
a. Juara I lari 100 m putri jenjang SMALB tingkat wilayah provinsi pada tanggal 10 Oktober 2013
b. Juara 3 lomba tari kreasi daerah pada tanggal 16 September 2014 (Dokumentasi tanggal 01 Agustus 2015)
B. Data Informan
1. RSP : Kepala SLB-C YPPALB Magelang
mengumpulkan data tentang penerapan kurikulum 2013 dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus, dengan bapak RSP pada hari Senin, 03 Agustus 2015 pukul 10.30-11.00 di ruang kepala sekolah.
2. MS : Pendidik Pendidikan Agama Islam
Bapak MS adalah seorang pendidik PAI di SLB-C YPPALB Magelang pada jenjang SMPLB. Latar belakang pendidikan Bapak MS bukan dari pendidikan luar biasa namun sarjana strata I Pendidikan Agama Islam (SI PAI) dari Universitas Muhammadiyah Magelang (UMM). Kemampuan mengajar anak tunagrahita diperoleh setelah terjun langsung menjadi pendidik di SLB-C YPPALB Magelang yang baru setahun dijalaninya di sekolah tersebut. Namun demikian, beliau juga mempunyai pengetahuan tentang pendidikan anak berkebutuhan khusus dari mata kuliah yang telah didapatkan sewaktu belajar di universitas. Peneliti mengadakan wawancara dengan Bapak MS pada hari Senin, 03 Agustus 2015 pukul 08.45-10.00 di ruang kelas SLB-C YPPALB Magelang.
3. RW : Waka Kesiswaan
SLB adalah Diklat Keterampilan Bina Diri yang diadakan oleh BP Diksus Provinsi Jawa Tengah. Peneliti melakukan wawancara dengan Ibu RW pada hari Senin, 03 Agustus 2015 pukul 10.15-10.45 di Ruang Kepala Sekolah.
4. MM : Wali Murid
Ibu MM adalah wali murid kelas VIII SLB-C YPPALB Magelang. Setiap hari beliau mengantar anaknya ketika berangkat dan kalau pulang juga menjemputnya. Dalam pelaksanaan pembelajaran, anaknya dijadikan satu dengan peserta didik yang sudah Sekolah Menengah Atas (SMA) dikarenakan kemampuan menulisnya sudah baik dibanding anak tunagrahita seusianya. Peneliti melakukan wawancara dengan Ibu MM pada tanggal 03 Agustus 2015 pukul 08.00-08.20 di halaman depan SLB-C YPPALB Magelang.
5. AF : Peserta Didik
AF adalah seorang peserta didik pada jenjang SMP kelas delapan. Dia kini berusia 16 tahun. Setiap pagi ia berangkat sekolah dengan diantar oleh ibunya dan ketika pulang juga dijemput. Peneliti melakukan wawancara untuk memperoleh data dengan AF pada hari senin tanggal 28 September 2015 pukul 12.30 di depan ruang kelas SLB-C YPPALB Magelang.
C. Temuan Penelitian