• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum

Perendaman kolkisin berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan vegetatif planlet Stevia rebaudiana Bertoni secara In Vitro, seperti tercantum dalam Tabel 2. Tabel rekapitulasi sidik ragam selengkapnya dicantumkan pada Tabel Lampiran 2-6.

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Uji F Pengaruh Perendaman Kolkisin terhadap Pertumbuhan vegetatif Stevia rebaudiana Bertoni Secara In Vitro. Parameter Umur eksplan Perlakuan KK

Pengamatan (MST) kolkisin (%) Eksplan Hidup (%) 1 tn 20.47 2 ** 11.08 3 * 13.71 4 ** 11.14 5 ** 9.42 6 ** 7.77 7 ** 9.59 8 ** 9.59 9 ** 11.29 Jumlah Tunas 1 ** 31.21 2 ** 32.59 3 ** 29.5 4 ** 17.64 5 ** 11.3 6 ** 11.21 7 ** 10.03 8 ** 11.97 9 ** 11.09 Jumlah Daun 1 ** 8.59 2 ** 25.08 3 ** 34.74 4 ** 24.49 5 ** 15.56 6 ** 11.56 7 ** 11.82 8 ** 7.74 9 ** 7.31 Planlet Berakar 2 ** 18.43 3 ** 15.22 4 ** 11.16

Keterangan : tn Tidak berbeda nyata pada uji F dengan taraf 5% * Berbeda nyata pada uji F dengan taraf 5 %

Eksplan yang telah direndam sesuai perlakuan ditanam langsung pada media perbanyakan tanpa mengalami pencucian dengan air. Persentase kultur terkontaminasi setelah penanaman di media induksi tunas cukup tinggi pada beberapa perlakuan, seperti tercantum pada Tabel 3.

Tabel 3. Tingkat Kontaminasi Kultur Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) Selama Pengamatan.

Perlakuan Persentase (%) kontaminasi pada minggu ke- MST Kolkisin (%) Lama Perendaman (jam) 1 3 5 7 9 Air 24 10.00 10.00 13.33 13.33 13.33 Air 48 10.00 10.00 10.00 10.00 13.33 Air 72 0.00 3.33 3.33 3.33 3.33 0.02 24 10.00 10.00 20.00 23.30 26.70 0.02 48 0.00 0.00 3.30 13.30 16.70 0.02 72 0.00 0.00 3.30 3.30 6.70 0.04 24 3.30 3.30 3.30 3.30 3.30 0.04 48 3.30 3.30 13.30 33.30 33.30 0.04 72 90.00 90.00 90.00 90.00 90.00 0.06 24 0.00 0.00 0.00 0.00 6.70 0.06 48 3.30 6.70 10.00 10.00 13.30 0.06 72 6.70 10.00 10.00 10.00 10.00

Kontaminasi disebabkan oleh bakteri dan cendawan seperti yang terlihat pada Gambar 2. Kontaminasi pada minggu pertama dan kedua disebabkan oleh bakteri, dicirikan dengan terdapatnya lapisan lendir di permukaan media. Sedangkan kontaminasi cendawan dicirikan dengan adanya benang-benang hifa.

A B

Gambar 2. Kontaminasi pada Kultur Stevia : (A) kontaminasi oleh bakteri pada 3 MST (panah biru) dan (B ) kontaminasi oleh cendawan pada 4 MST (panah biru).

Kontaminasi pada kultur stevia diduga karena faktor eksternal, yaitu kurang terjaganya kebersihan larutan yang digunakan untuk merendaman eksplan. Pada minggu ke-3 MST kontaminasi disebabkan oleh cendawan. Cendawan masuk ke dalam botol kultur karena penanganan botol yang kurang baik pada saat pengamatan dan semakin kendornya karet penutup sehingga terjadi kontak dengan udara.

Gunawan (1992) mengemukakan bahwa jika kontaminasi sudah memenuhi seluruh botol kultur , eksplan yang tertutup kontaminasi akhirnya mati, dapat disebabkan oleh serangan langsung akibat tertutup oleh cendawan/bakteri atau tidak langsung akibat persenyawaan toksik yang dihasilkan cendawan /bakteri.

Persentase Eksplan Hidup

Kolkisin berpengaruh sangat nyata terhadap persentase eksplan hidup berdasarkan uji F. Pada minggu ke-3 sampai minggu ke-9 MST, perlakuan kolkisin mengakibatkan jumlah eksplan yang hidup lebih kecil dibandingkan dengan perendaman air, seperti tercantum dalam Tabel 4.

Tabel 4. Pengaruh Perendaman Kolkisin Terhadap Persentase Eksplan Hidup Tanaman Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) Secara In Vitro.

Perlakuan Persentase (%) Eksplan Hidup pada Minggu ke- (MST)

Kolkisin (%)

Lama Perendaman

(jam) 1 3 5 7 9

Air 24 3.94ab 11.00a 37.78b 60.22a 84.83a

Air 48 3.83b 10.39a 46.00a 59.22a 81.50a Air 72 4.00a 12.56a 36.45b 61.28a 79.61a 0.02 24 0.00c 1.83b 17.94cd 40.89bcd 60.78bc 0.02 48 0.00c 2.00b 18.33cd 34.33cd 57.17bc 0.02 72 0.00c 2.79b 19.45c 39.78bcd 66.17b 0.04 24 0.00c 2.17b 21.55c 45.72b 59.89bc 0.04 48 0.00c 2.39b 25.44c 43.78bc 63.11b 0.06 24 0.00c 1.67b 21.33c 39.11bcd 59.83bc 0.06 48 0.00c 2.11b 20.33c 37.67bcd 63.45b 0.06 72 0.00c 0.50b 11.89d 33.33d 51.94c Uji F ** ** ** ** **

Keterangan : ** Berbeda sangat nyata pada uji F dengan taraf 1%

* Huruf yang sama pada tiap nilai rataan pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%

Pada minggu ke-3 MST, persentase eksplan hidup pada perlakuan perendaman 0.06% kolkisin selama 72 jam menunjukan nilai yang paling kecil, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan kolkisin yang lain pada minggu selanjutnya berasarkan uji lanjut DMRT. Sel dalam jaringan yang diberi perlakuan kolkisin diduga banyak yang mengalami keracunan, konsentrasi kolkisin yang tinggi dan lama waktu perendaman yang lebih lama, mengakibatkan proses difusi kolkisin lebih jauh masuk ke dalam jaringan eksplan, sehingga sel banyak yang mati dan eksplan mencoklat seperti terlihat pada Gambar 3 .

A B

Gambar 3. Perkembangan Eksplan Stevia pada Perlakuan 0.06 % kolkisin selama 72 jam: (A) eksplan yang berkembang pada 3 MST dan (B) eksplan yang mati pada 3 MST.

Hansen et al (1995) meneliti tentang pengaruh konsentrasi kolkisin (0.4- 0.6%) dan lama perendaman 0-5 hari terhadap penggandaan kromosom pada kultur ovul tanaman bit gula. Hasil penelitian menunjukan bahwa konsentrasi kolkisin yang terbaik untuk menghasilkan tanaman diploid adalah sebesar 0.4% dengan lama perendaman 2.5 hari. Konsentrasi kolkisin yang tinggi dan waktu perendaman yang lama menunjukan efek toksik terhadap pembentukan embrio.

Jumlah Tunas

Berdasarkan pengamatan visual pada perlakuan kolkisin 0.06% selama 72 jam, beberapa eksplan menghasilkan tunas yang tidak normal seperti pada Gambar 4. Keragaan morfologi tunas yang abnormal tersebut memiliki batang kecil, tampak tidak kokoh, berwarna hijau pucat, bergelombang dan daun tidak berkembang sempurna. Pada akhir pengamatan tunas yang abnormal banyak yang mati dan tunas yang bertahan tidak tumbuh menjadi planlet normal.

A B

Gambar 4. Keragaan Tunas Stevia pada Minggu ke-5 MST: (A) tunas normal dari perlakuan perendaman dengan air selama 72 jam dan (B) tunas abnormal dari perlakuan kolkisin 0.06% selama 72 jam.

Jumlah tunas yang dihasilkan oleh eksplan yang diberi perlakuan kolkisin lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan perendaman air, seperti tercantum pada Tabel 5.

Tabel 5. Pengaruh Perendaman Kolkisin terhadap Rata-rata Jumlah Tunas per Eksplan pada Tanaman Stevia rebaudiana Bertoni Secara In Vitro.

Perlakuan Rata-rata Jumlah Tunas pada Minggu ke- (MST)

Kolkisin (%)

Lama Perendaman

(jam) 1 3 5 7 9

Air 24 2.00a 6.22a 9.94bc 14.11b 17.66a

Air 48 2.00a 5.66a 10.83b 16.05b 17.67a Air 72 2.00a 5.28a 12.55a 18.78a 19.39a 0.02 24 1.00b 3.00b 7.28def 11.61c 13.95b

0.02 48 0.78b 2.22b 6.06f 8.27e 10.78cd

0.02 72 1.22b 2.44b 6.61ef 8.61de 9.89d 0.04 24 1.11b 2.67b 7.67def 10.00cde 11.00cd 0.04 48 1.00b 2.61b 8.61cd 11.50c 13.50bc 0.06 24 1.33ab 3.33b 7.95de 9.89cde 12.78bc 0.06 48 1.22b 2.22b 7.78def 10.67cd 14.39b 0.06 72 0.66b 1.78b 6.83def 10.05cde 11.72bcd

Uji F ** ** ** ** **

Keterangan : ** Berbeda sangat nyata pada uji F dengan taraf 1%

* Huruf yang sama pada tiap nilai rataan pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%

Pada minggu ke-5 dan ke-7 tanaman kontrol menunjukan beda nyata dimana perlakuan perendaman dengan air selama 72 jam memiliki nilai tertinggi. Hal ini diduga tumbuhan tunas yang tidak rata akibat bakal tunas yang muncul bersamaan, sehingga terjadi persaingan antar bakal tunas untuk berkembang, namun pada akhir pengamatan tidak berdeda nyata.

Pada minggu ke-5, perlakuan kolkisin 0.02% selama 48 jam menunjukan rata-rata jumlah tunas per eksplan lebih kecil dan berbeda nyata, dengan perlakuan kolkisin 0.04% selama 48 jam dan perlakuan kolkisin 0.06% selama 24 jam. Pada minggu ke-7 perlakuan kolkisin 0.04% selama 48 jam menunjukan nilai lebih besar dan berbeda nyata dengan perlakuan kolkisin 0.02% selama 48 jam dan 0.02% kolkisin selama 72 jam. Pada akhir pengamatan perlakuan kolkisin 0.06% selama 48 jam lebih besar dan berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan kolkisin 0.02% selama 48 jam dan 0.02% kolkisin selama 72 jam. Nilai yang lebih tersebut disebabkan selang konsentrasi yang digunakan terlalu sempit, sehingga kalau dibandingkan dengan perlakuan kolkisin yang lainnya menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata.

Jumlah tunas yang lebih sedikit diduga disebabkan karena kolkisin menginduksi mutasi kromosom sel secara parsial, akibatnya terjadi kerusakan pada jaringan eksplan, sehingga eksplan gagal membentuk tunas, tunas yang terbentuk abnormal dan pertumbuhanya lambat.

Kosmiatin dan Masrika (2005) melaporkan bahwa embrio hasil persilangan kacang hijau dan kacang hitam yang berumur 2-3 minggu, ditanam di dalam Media Knudson dan Knudson + 1 mg/l BA, dengan menambahkan kolkisin sebesar 0.00, 0.05, 0.15 dan 0.25% ke dalam media. Hasil penelitian menunjukan, embrio yang ditanam gagal berkecambah, untuk setiap ulangan, embrio tidak mati tetapi gagal membentuk tunas. Ajijah dan Bermawi (2003) melaporkan bahwa perlakuan kolkisin 1% pada tanaman kencur tipe Cileungsi besar cenderung memberikan pengaruh penekanan terhadap jumlah tunas.

Pada pengamatan visual yang lain, perlakuan perendaman dengan kolkisin 0.06% selama 72 jam terdapat tunas yang mengalami perubahan fenotipe akibat kimera, seperti pada Gambar 5.

Perubahan fenotipe mengindikasikan adanya kimera. Pada Gambar 5 menunjukan terdapat 3 helai daun pada satu buku, dengan ukuran lebih besar. Pada tunas yang lain terdapat tiga mata tunas aksilar dalam satu buku dengan tiga daun, dua dari tiga daun petiolnya bersatu, tetapi pada tunas aksilar diatasnya mempunyai 1 daun.

A B

C

Gambar 5. Keragaan Tunas Stevia setelah 4 MST di media MS + 0.1 mg/l NAA : (A) tunas dengan daun normal dari perlakuan perendaman air selama 72 jam (panah merah), (B) tunas dengan jumlah daun perbuku (panah merah) dan (C) tunas dengan 3 mata tunas aksilar (panah merah) dan 3 daun dengan dua dari tiga daun petiolnya bersatu (panah biru). (B) dan (C) dihasilkan dari perlakuan perendaman 0.06% kolkisin selama 72 jam.

Kimera disebabkan karena jaringan eksplan mengalami mutasi parsial akibatnya tanaman mengalami malformasi, dan jumlah mata tunas aksilar yang berbeda baik dengan tunas lain yang berasal dari eksplan yang sama maupun dengan cabang tunas yang berkembang diatasnya. Blakeslee dan Avery (1937) melaporkan bahwa perlakuan kolkisin 0.4% selama satu hari pada biji Datura dapat menginduksi kimera dan mengakibatkan deformasi yang bervariasi pada tanaman akibat perubahan jumlah kromosom, daun mengalami malformasi, permukaan daun kasar dan batang yang kerdil.

Jumlah Daun

Jumlah daun terus mengalami kenaikan setiap minggu seiring dengan pertambahan dan pertumbuhan tunas. Pada minggu ke-8 MST, daun mulai mengalami senescence dan bagian bawah tunas mencoklat, hal ini disebabkan karena umur tanaman sudah terlalu tua, sehingga harus di subkultur ke dalam media perakaran.

Jumlah daun per eksplan menunjukan perbedaan yang sangat nyata pada hasil uji F. Pada uji lanjut tidak ada perbedaan antar perlakuan kolkisin, namun menunjukan berbeda nyata antara perlakuan perendaman kolkisin dengan perlakuan perendaman air, seperti tercantum pada Tabel 6. Jumlah daun dipengaruhi oleh jumlah tunas yang berkembang, semakin banyak tunas yang berkembang, mengakibatkan jumlah daun semakin banyak.

Permadi et al. (1991) melaporkan bahwa pada tanaman bawang merah, pemberian kolkisin menekan tinggi tanaman dan jumlah daun pada tanaman generasi pertama.

Tabel 6. Pengaruh Perendaman Kolkisin terhadap Rata-rata Jumlah Daun per Eksplan pada Tanaman Stevia rebaudiana Bertoni Secara In Vitro.

Perlakuan Rata-rata Jumlah Daun pada minggu ke- (MST) Kolkisin

(%)

Lama Perendaman

(jam) 1 3 5 7 9

Air 24 3.94ab 11.00a 37.78b 60.22a 84.83a

Air 48 3.83b 10.39a 46.00a 59.22a 81.50a Air 72 4.00a 12.56a 36.45b 61.28a 79.61a 0.02 24 0.00c 1.83b 17.94cd 40.89bcd 60.78bc 0.02 48 0.00c 2.00b 18.33cd 34.33cd 57.17bc 0.02 72 0.00c 2.79b 19.45c 39.78bcd 66.17b 0.04 24 0.00c 2.17b 21.55c 45.72b 59.89bc 0.04 48 0.00c 2.39b 25.44c 43.78bc 63.11b 0.06 24 0.00c 1.67b 21.33c 39.11bcd 59.83bc 0.06 48 0.00c 2.11b 20.33c 37.67bcd 63.45b 0.06 72 0.00c 0.50b 11.89d 33.33d 51.94c Uji F ** ** ** ** **

Keterangan : ** Berbeda sangat nyata pada taraf 1% * Huruf yang sama pada tiap nilai rataan pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%

Persentase Tunas Berakar

Tabel 7 menunjukan persentase berakar tunas di media MS + 0.1 mg/l NAA, tunas mengalami keragaman dalam hal kecepatan berakar meskipun tunas berasal dari eksplan yang sama. Perlakuan 0.06% kolkisin selama 72 jam, menghasilkan persentase tunas berakar yang terkecil pada minggu ke-2 dan ke-3 MST, dibandingkan dengan perlakuan lain. Hal demikian diduga karena tunas belum mengalami pemulihan dari pengaruh tekanan akibat perendaman kolkisin sehingga pertumbuhan perakarannya lambat. Menurut Ajijah dan Bermawi (2003) tanaman kencur yang telah diberi perlakuan kolkisin 1%, terjadi pemulihan pertumbuhan tanaman setelah generasi ke-2.

Pada minggu ke-4 persentase berakar perlakuan 0.06% kolkisin selama 72 jam tidak berbeda nyata dengan perlakuan air selama 48 jam. Hal ini diduga tunas sudah mengalami pemulihan pertumbuhan.

Tabel 7. Pengaruh Perendaman Kolkisin Terhadap Persentase Tunas Berakar Tanaman Stevia rebaudiana Bertoni Secara In Vitro.

Perlakuan Presentase Tunas Berakar Pada Minggu ke- (MST)

Kolkisin (%)

Lama Perendaman

(jam) 2 3 4

Air 24 77.77a 91.01a 93.33a

Air 48 48.89dc 66.68bcd 71.12bc Air 72 68.89ba 80.00abcd 86.67ab 0.02 24 60.00abc 86.67ab 95.56a 0.02 48 57.78bc 84.45abc 91.11a 0.02 72 68.89ba 82.22abcd 95.56a 0.04 24 73.33ba 82.22abcd 88.89a 0.04 48 55.55bcd 64.45cd 80.00ab 0.06 24 46.67cd 75.55abcd 82.22ab 0.06 48 37.78d 61.66d 82.22ab

0.06 72 19.99e 40.00e 55.56c

Uji F ** ** **

Keterangan : ** Berbeda sangat nyata pada uji F dengan taraf 1%

* Huruf yang sama pada tiap nilai rataan pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%

Analisis Sitologi Tanaman Stevia Hasil Induksi Mutasi dengan Kolkisin Menurut Sastrosumarjo (2006) morfologi kromosom pada metafase memperlihatkan panjang kromosom dan posisi sentromer, kromosom bisa dihitung jumlahnya .

Berdasarkan hasil uji sitologi terhadap planlet, bagian akar lebih mudah diamati dibadingkan dengan bagian pucuk, bagian pucuk terlalu tebal sehingga banyak sel yang menumpuk, selain itu preparat yang dihasilkan kurang jelas karena bagian pucuk mengandung klorofil. Kelemahan preparat dari bagian akar adalah selnya mudah pecah. Tanaman stevia mengalami metafase pada pukul 08.00-09.00 pagi, tepatnya pukul 08.45 WIB, karena pada saat pengambilan sampel sebelum jam 8 dan sesudah jam 9 tidak ditemukan terdapat benang- benang kromatid yang menebal pada preparat yang diamati, yang terlihat jelas hanya inti sel saja, seperti pada Gambar 6.

A B

Gambar 6. Waktu Pembelahan Sel Ujung Akar pada Tanaman Stevia : (A) sampel akar diambil pada jam 06.00 WIB (B) sampel akar diambil pada jam 09.00 WIB.

Pada pengamatan jumlah kromosom ditemukan kimera pada organ yang berbeda dalam satu planlet. Kimera tersebut dihasilkan dari perlakuan perendaman dengan 0.02% larutan kolkisin selama 24 jam, pada sampel akar yang berbeda tetapi berasal dari planlet yang sama, terdapat sel dengan jumlah kromosom 36 dan ada yang sel dengan jumlah kromosom 22 seperti pada Gambar 7.

A B

Gambar 7. Kimera Pada Tingkat Organ yang Terjadi pada Perlakuan Perendaman 0.02% Kolkisin selama 24 jam : (A) sel dengan 2n = 22 (lingkaran biru) dan (B) sel dengan 2n = 36 (lingkaran biru).

Kimera terjadi juga pada tingkat jaringan, pada sel yang berasal dari akar yang sama ditemukan sel dengan jumlah kromosom yang berbeda. Kimera tersebut dihasilkan dari perlakuan 0.04% kolkisin selama 48 jam, pada satu preparat terdapat sel dengan jumlah kromosom 36 dan 50 seperti pada Gambar 8.

Gambar 8. Kimera Pada Tingkat Jaringan yang Terjadi pada Perlakuan Perendaman 0.04% Kolkisin selama 48 jam : Sel kiri 2n = 36 (lingkaran merah), sel kanan 2n = 50 (persegi merah).

Jumlah kromosom pada sel stevia normal adalah 2n = 22 (Sastrosumarjo, 2006). Berdasarkan hasil uji sitologi, jumlah kromosom pada masing-masing perlakuan menunjukkan keragaman, seperti yang tercantum pada Tabel 8. Ditemukan preparat dengan jumlah kromosom dibawah 2n = 22, hal tersebut diduga letak persebaran kromosom dalam sel menumpuk. Tunas yang mengalami

pertambahan jumlah kromosom melebihi jumlah alaminya dihasilkan pada perlakuan perendaman 0.02% kolkisin selama 24 jam, 0.04% kolkisin selama 24 jam, kolkisin 0,04% selama 48 jam dan kolkisin 0.06% selama 72 jam, pada perlakuan tersebut didapatkan 10 planlet yang terbukti mengalami pertambahan jumlah kromosom dan 39 planlet yang jumlah kromosomnya lebih sedikit dari pada tanaman yang normal.

Variasi jumlah kromosom yang dihasilkan disebabkan karena kolkisin diserap oleh eksplan berbeda, tidak semua tunas yang dihasilkan terbukti mengalami penambahan jumlah kromosom. Handro et al (1993) mengemukakan bahwa dalam satu agregat kalus yang telah direndam dengan kolkisin 10-3 M selama 72 hari, menunjukan perbedaan karakteristik dari bentuk dan jumlah ploidi sel didalamnya, tergantung pada kekompakan agregatnya.

Tabel 8. Jumlah Kromosom Tanaman Stevia Hasil Induksi Mutasi dengan Kolkisin.

Perlakuan

Kolkisin (%) Lama Perendaman (jam) Jumlah Kromosom

Kontrol (MS0) 22 Air 24 18.83 ± 2.99 Air 48 20.50 ± 1.87 Air 72 20.00 ±1.41 0.02 24 24.33 ±6.77 0.02 48 19.33 ±2.16 0.02 72 20.17 ±1.6 0.04 24 27.17 ±11.3 0.04 48 38.83 ±11.2 0.04 72 20.83 ±2.32 0.06 24 20.33 ±1.03 0.06 48 20.67 ±1.51 0.06 72 23.83 ±8.98

Gambar 9-15. menampilkan foto dua dimensi dari sampel preparat yang diambil pada masing-masing perlakuan. Gambar 10 (A) dan (B), Gambar 12 (B), Gambar 14 (B) dan Gambar 15 (B) secara visual, gambar tersebut menunjukan jumlah kromosom yang lebih banyak dibandingkan dengan kontrol. Pada Gambar 15 (B) menunjukan sel mengalami pemanjangan ukuran dan dengan jumlah kromosom yang lebih banyak dibandingkan dengan kontrolnya.

A B

Gambar 9. Hasil Uji Sitologi 1 : (A) sel dari akar planlet kontrol (MS0) dengan jumlah kromosom 2n = 22, (B) sel dari akar planlet yang diberi perlakuan perendaman dengan air selama jam 24 dengan jumlah kromosom 2n = 22.

A B

Gambar 10. Hasil Uji Sitologi 2 : (A) sel dari akar planlet yang diberi perlakuan perendaman dengan 0.02% kolkisin selama 24 jam dengan jumlah kromosom 2n = 36 dan (B) sel dari akar planlet dengan perlakuan 0.04% kolkisin 24 jam dengan jumlah kromosom 2n = 50.

A B A B

Gambar 11. Hasil Uji Sitologi 3 : (A) sel dari akar planlet yang diberi perlakuan perendaman dengan 0.06% kolkisin selama 24 jam dengan jumlah kromosom 2n = 20 dan (B) sel dari akar planlet dengan perlakuan air selama 48 jam dengan jumlah kromosom 2n = 22.

A B

Gambar 12. Hasil Uji Sitologi 4 : (A) sel dari akar planlet yang diberi perlakuan perendaman dengan 0.02% kolkisin selama 48 jam dengan jumlah kromosom 2n = 18 dan (B) sel dari akar planlet yang diberi perlakuan perendaman dengan 0.04% kolkisin selama 48 jam dengan jumlah kromosom 2n = 43.

A B

Gambar 13. Hasil Uji Sitologi 5 : (A) sel dari planlet yang diberi perlakuan perendaman dengan 0.06% kolkisin selama 48 jam dengan jumlah kromosom 2n = 19 dan (B) sel dari planlet yang diberi perlakuan perendaman dengan air selama 72 jam dengan jumlah kromosom 2n = 22.

A B

Gambar 14. Hasil Uji Sitologi 6 : (A) sel dari planlet yang diberi perlakuan perendaman dengan 0.02% kolkisin selama 72 jam dengan jumlah kromosom 2n = 18 dan (B) sel dari planlet yang diberi perlakuan 0.06% kolkisin 72 jam dengan jumlah kromosom 2n = 42.

A B

Gambar 15. Hasil Uji Sitologi 7 : (A) sel dari planlet yang diberi perlakuan perendaman dengan 0.04% kolkisin selama 72 jam dengan jumlah kromosom 2n = 18 dan (B) sel dari planlet yang diberi perlakuan perendaman dengan 0.02% kolkisin selama 24 jam dengan jumlah kromosom 2n = 29.

Dokumen terkait