• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

4.2 Analisis Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap jumlah koloni Candida

Spp pada permukaan palatum, dapat dilihat perbedaan jumlah koloni Candida Spp

pada lansia yang memakai dan tidak memakai gigitiruan penuh dari akrilik pada maksila yang dikultur pada media Sabaroud Dextrose Agar (SDA) selama 48 jam pada suhu 37oC dengan satuan CFU/ml. (Gambar 7)

Gambar 7. Koloni Candida spp yang tumbuh setelah di inkubasi selama 48 jam (A) kelompok yang memakai gigitiruan penuh (B) kelompok yang tidak memakai gigitiruan (dokumentasi).

Tabel 2 menunjukkan jumlah koloni Candida sppberdasarkan usiapada kelompok sampel yang memakai gigitiruan penuh dengan yang tidak memakai gigitiruan.

Tabel 2. Jumlah koloni Candida spp berdasarkan usia Kelompok yang memakai

gigitiruan penuh

Kelompok yang tidak memakai gigitiruan

Usia N Jumlah Usia N Jumlah

60-69 3 278,00 60-69 2 95,0

70-79 6 320,33 70-79 2 115,0

≥80 1 210,00 ≥80 6 90,0

33

Untuk membandingkan jumlah koloni Candida spp antara kelompok lansia yang memakai gigitiruan penuh dengan yang tidak memakai gigitiruan dilakukan uji T berpasangan (Tabel 3).

Tabel 3. Nilai rerata jumlah koloni Candida spp pada lansia yang memakai dan tidak memakai gigitiruan penuh dari akrilik pada maksila

Sampel

Perbedaan Jumlah Koloni Candida Spp (CFU/ml) P N X ± SD 0,000* Memakai Gigitiruan Penuh 10 296,60 ± 63,267 Tidak Memakai Gigitiruan 10 96,00 ± 64,842

Uji T berpasangan, *signifikan p<0,05

Hasil penelitian menunjukkan rerata jumlah koloni Candida spp pada kelompok yang memakai gigitiruan penuh lebih tinggi (296,60 CFU/ml) dari kelompok yang tidak memakai gigitiruan (96,00 CFU/ml). Hasil analisis uji T berpasangan pada Tabel 3 menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05) antara jumlah koloni Candida spp pada lansia yang memakai gigitiruan penuh dengan yang tidak memakai gigitiruan. Selisih perbedaan rerata jumlah koloni antara kedua kelompok adalah 200,6 CFU/ml.

34

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jumlah koloni antara kelompok I yang memakai gigitiruan penuh dengan kelompok II yang tidak memakai gigitiruan dan untuk mengetahui perbedaan jumlah koloni Candida spp pada lansia yang memakai dan tidak memakai gigitiruan penuh. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan swab pada permukaan palatum subjek, pengkulturan pada media

Saboraoud Dextrosa Agar (SDA), dan kemudian penghitungan jumlah koloni.

Jumlah koloni dari sampel yang memakai gigitiruan penuh kemudian dibandingkan dengan jumlah koloni sampel yang tidak memakai gigitiruan.

Hasil penelitian menunjukkan rerata jumlah koloni Candida spp pada kelompok lansia yang memakai gigitiruan penuh lebih banyak daripada yang tidak memakai gigitiruan. Jumlah koloni Candida spp pada kelompok lansia yang memakai gigitiruan penuh adalah 296,60 CFU/ml, sedangkan pada kelompok lansia yang tidak memakai gigitiruan adalah 96,00 CFU/ml. Hasil uji T berpasangan menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah koloni Candida spp pada lansia yang memakai dan tidak memakai gigitiruan penuh dari akrilik pada maksila dengan nilai p=0,000 (p>0,05).

Perbedaan rata-rata yang didapat pada penelitian ini sesuai dengan penelitian Nayak S dkk (2012) di India pada 100 sampel, 60 sampel yang memakai gigitiruan dan 40 sampel yang tidak memakai gigitiruan. Penelitian ini membandingkan jumlah koloni Candida pada pemakai gigitiruan penuh dengan yang bukan pemakai gigitiruan menggunakan metode oral rinse. Hasil penelitian ini menunjukkan jumlah koloni Candida pada sampel yang memakai gigitiruan penuh 60x103 CFU/ml dan yang tidak memakai gigitiruan 4x103 CFU/ml. Jumlah koloni Candida pada sampel yang memakai gigitiruan penuh lebih banyak daripada yang tidak memakai gigitiruan.35 Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Jafari dkk (2012) di Iran pada 30 sampel lansia yang memakai gigitiruan dan 30 sampel lansia yang tidak memakai gigitiruan menggunakan metode oral rinse dan media CHROM agar.

35

Sebanyak 63,3% Candida di isolasi dari sampel yang memakai gigitiruan penuh dan 33,3% di isolasi pada sampel yang tidak memakai gigitiruan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa jumlah koloni Candida pada sampel lansia pemakai gigitiruan penuh lebih banyak daripada yang tidak memakai gigitiruan. Hal ini karena permukaan akrilik pada gigitiruan berperan penting terhadap kolonisasi Candida

spp.36

Penelitian Al-Fahdawi (2015) di Iraq mengemukakan bahwa pemakaian gigitiruan merupakan faktor predisposisi untuk kolonisasi rongga mulut oleh Candida dan prevalensinya dapat meningkat 60-100%. Pemakaian gigitiruan menghasilkan lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan Candida, hal ini disebabkan oksigen dan pH yang rendah, serta lingkungan anaerobik dalam rongga mulut, yang dapat mengurangi aliran saliva, yang akan mengganggu fungsi pembersih fisiologis lidah dan menciptakan lingkungan yang menguntungkan bagi kelangsungan hidup mikroorganisme.37,38,39 Selain itu, pemakaian gigitiruan penuh dapat menyebabkan mukosa akan tertutup dalam jangka waktu yang lama, sehingga dapat menghambat

self cleansing dan meningkatkan perlekatan mikroorganisme yang dapat

menyebabkan pembentukan plak.7,8,9 Akumulasi plak inilah yang merupakan tempat yang baik untuk pertumbuhan Candida.40

Hasil penelitian pada kelompok yang memakai gigitiruan penuh usia 60-69 tahun jumlah koloni Candida spp yaitu 278,00 CFU/ml, pada kelompok usia 70-79 tahun yaitu 320,33 CFU/ml, dan pada kelompok usia diatas 80 tahun yaitu 210,00 CFU/ml. Pada penelitian ini kelompok usia 70-79 tahun memiliki jumlah koloni paling banyak, namun hal ini tidak dapat menggambarkan hubungan antara usia dengan jumlah Candida spp. Sampel dipilih secara acak berdasarkan kriteria inklusi, sehingga penelitian ini tidak memiliki jumlah responden penelitian dalam rentang usia yang homogen. Namun, penelitian Hosseini dkk (2014) di Iran menggemukakan bahwa kolonisasi Candida sppdiamati lebih tinggi pada lansia yang memakai gigitiruan. Hal ini disebabkan ada sejenis protein dalam saliva yang memisahkan

Candida dari permukaan resina krilik dan protein inikurang aktif pada lansia. Oleh

36

Menurut Gleiznys dkk (2015) di Lithuania, Laju aliran saliva dan imunitas sel yang memberikan perlindungan terhadap infeksi Candida mulai menurun seiring dengan bertambahnya usia, hal ini dapat menyebabkan peningkatan jumlah mikroorganisme pada pemakai gigitiruan. Imunitas bawaan pada mukosa melibatkan banyak jenis sel: neutrofil, monosit / makrofag, sel NK, sel dendritik, sel CD4 + dan CD8 + T, sel T non-MHC seperti δ-T-sel, sel-sel epitel mukosa, sel stroma dan keratinosit. Salah satu fungsi dari sel-sel ini adalah untuk memberikan efek perlindungan utama sebagai anti-jamur seperti fagositosis atau sekresi senyawa mikrobisida yang menetralisir partikel jamur. Fagosit diyakini merupakan jenis sel yang efektif untuk mengendalikan infeksi Candida.42

Fungsi kelenjar saliva mengalami penurunan pada proses penuaan manusia. Lansia mengeluarkan jumlah saliva yang lebih sedikit, kecepatan aliran saliva juga rendah. Keadaan ini disebabkan oleh adanya atropi pada kelenjar saliva sesuai dengan pertambahan usia yang akan menurunkan produksi saliva dan mengubah komposisinya sedikit.17 Sementara saliva dapat menghasilkan efek pembersihan mekanis pada permukaan fitting gigitiruan akrilik. Selain itu,mengandung molekul pertahanan antimikroba bawaan, termasuk lisozim, histatin, laktoferin dan IgA, yang dapat mengurangi perlekatan Candida dan pembentukan biofilm berikutnya pada permukaan PMMA.43 Oleh karena itu, hal ini yang menyebabkan tingginya kolonisasi

Candida pada lansia yang memakai gigitiruan penuh pada penelitian ini.

Penelitian Mizugai dkk (2007) di Jepang tentang efek pemakaian gigitiruan pada Candida spesies, telah mengemukakan bahwa penuaan telah diyakini dapat menyebabkan peningkatan yang progresif dari Candida pada rongga mulut. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemakaian gigitiruan penuh dapat mempengaruhi jumlah Candida spp, akan tetapi jumlah total Candida tidak tergantung dari usia si pemakai gigitiruan penuh. Kurangnya pemeliharaan kebersihan rongga mulut pada pemakai gigitiruanlah yang dapat meningkatkan kolonisasi Candida dalam gigitiruan.4,37

Pada penelitian ini sampel memakai gigitiruan terus menerus termasuk pada malam hari, dan kurangnya kebersihan gigitiruan penuh yang dipakainya, gigitiruan

37

hanya dibersihkan disaat mandi dan hanya memakai pasta gigi dan sikatnya, bahkan ada yang hanya membersihkannya dengan air biasa saja. Hal ini karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang merawat gigitiruan yang dipakainya, penurunan fungsi motorik dan juga keadaan ekonomi yang terbatas. Padahal pemakaian gigitiruan pada malam hari mengakibatkan pH dari mukosa palatal menurun akibat produksi asam dari Candida dan mikroorganisme lainnya. Selain itu kondisi asam diantara basis gigitiruan dan mukosa mulut disebabkan oleh saliva yang berkurang pada malam hari.38 Faktor etiologi seperti kebersihan gigitiruan yang buruk, pemakaian gigitiruan terus-menerus pada malam hari dapat meningkatkan kemampuan Candida untuk mengkolonisasi permukaan gigitiruan dan mukosa mulut.44

Kesimpulan dari penelitian ini, penuaan dapat meningkatkan kolonisasi

Candida pada pemakai gigitiruan karena saliva dan imunitas sel yang memberikan

perlindungan terhadap infeksi Candida mulai menurun seiring dengan bertambahnya usia. Akan tetapi jumlah koloni Candida tidak tergantung dari usia si pemakai gigitiruan penuh. Kurangnya pemeliharaan kebersihan rongga mulut pada pemakai gigitiruanlah yang dapat meningkatkan kolonisasi Candida dalam gigitiruan. Oleh karena itu pentingnya menjaga kebersihan gigitiruan penuh yang dipakai, khususnya pada lansia agar kualitas hidup lansia semakin meningkat.

38

BAB 6

Dokumen terkait