• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jumlah Koloni Candida Spp Pada Lansia Yang Memakai Dan Tidak Memakai Gigitiruan Penuh Dari Akrilik Pada Maksila

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Jumlah Koloni Candida Spp Pada Lansia Yang Memakai Dan Tidak Memakai Gigitiruan Penuh Dari Akrilik Pada Maksila"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1 : Skema Alur Penelitian

Subjek mengisi lembaran Informed Consent

Subjek diminta melepaskan gigitiruan dan berkumur

Swab permukaan palatum :

Swab ditempatkan di botol tertutup yang berisi 5 ml Nutrient broth (media transport)

Dibawa ke laboratorium untuk dikultur dan diidentifikasi serta dilakukan penghitungan jumlah koloni Candida spp

Pengumpulan Data

Pengolahan Data Memakai gigitiruan penuh

dari akrilik pada maksila

Tidak memakai gigitiruan

(2)

Lampiran 2 : Skema Alur Pikir

 Menurut WHO yang dimaksud dengan lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih. Di Indonesia, jumlah lanjut usia pada tahun 2000 diproyeksikan jumlahnya 15,9 juta (5,0% dari total penduduk Indonesia), sedangkan pada tahun 2020 diperkirakan berjumlah 29 juta jiwa yang melebihi jumlah balita, yaitu sebesar 17,5% juta balita. Keadaan tersebut diakibatkan oleh semakin tingginya usia harapan hidup penduduk Indonesia (Rustika dkk, 2010)

Sensus yang dikumpulkan oleh American Dental Association telah menetapkan bahwa hampir 57% dari orang berusia 65-74 memakai gigitiruan, baik gigitiruan sebagian ataupun gigitiruan penuh. Penggunaan

gigitiruan yang tepat sangat penting bagi kesehatan secara keseluruhan individu. (Gellar MC dkk, 2012)

 Pemakaian gigitiruan merupakan faktor stabil yang dapat mempengaruhi status kesehatan mulut, tetapi dampaknya hampir tidak terpengaruh oleh penuaan (Mizugai dkk, 2007)

 Pemakaian gigitiruan yang terus menerus dan kebersihan gigitiruan yang tidak memadai akan mengakibatkan penumpukan plak pada permukaan gigitiruan, yang merupakan tempat sangat ideal untuk pertumbuhan jamur (Candida spp) dan mikroorganisme lainnya yang akan memperbesar infeksi dan reaksi peradangan pada mukosa yang berkontak dengan gigitiruan. (Monroy dkk, 2005)

(3)

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Berapa jumlah koloni candida spp pada lansia yang memakai gigitiruan penuh dari akrilik pada maksila?

2. Berapa jumlah koloni candida spp pada lansia yang tidak memakai gigitiruan?

3. Apakah terdapat perbedaan jumlah koloni candida spp pada lansia yang memakai dengan yang tidak memakai gigitiruan penuh dari akrilik pada maksila?

Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui jumlah koloni Candida spp pada lansia yang memakai gigitiruan penuh dari akrilik pada maksila.

2. Untuk mengetahui jumlah koloni Candida spp pada lansia yang tidak memakai gigitiruan.

(4)

Hipotesis Penelitian

Hα : Terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah koloni candida

spp pada lansia yang memakai dengan yang tidak memakai gigitiruan

penuh dari akrilik pada maksila.

Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis

1. Sebagai data dan informasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran gigi mengenai kolonisasi Candida spp pada lansia pemakai gigitiruan penuh.

2. Sebagai data awal untuk melakukan penelitian berikutnya tentang pengaruh gigitiruan penuh terhadap rongga mulut.

Manfaat Praktis

Sebagai data dan informasi yang bermanfaat bagi dokter gigi dalam memberikan instruksi dan nasehat kepada pasien untuk menjaga kebersihan gigitiruan penuh

(5)

Lampiran 3

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi Bapak/Ibu,

Perkenalkan Nama saya Widya Julianti, saat ini saya sedang melakukan penelitian untuk menyelesaikan skripsi saya di Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara. Judul penelitian saya adalah “Jumlah koloni Candida spp pada lansia yang memakai dan tidak memakai gigitiruan penuh dari akrilik pada maksila”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa jumlah jamur pada permukaan langit-langit lansia yang memakai dan tidak memakai gigitiruan penuh rahang atas. Manfaat dari penelitian ini bagi Bapak/Ibu sebagai subjek penelitian adalah memperoleh data jumlah jamur pada permukaan langit-langit lansia yang memakai dan tidak memakai gigitiruan penuh sehingga dapat dilakukan pencegahan yang efektif dengan cara menjaga kebersihan gigitiruan penuh yang dipakai.

Alur penelitian ini adalah Bapak/Ibu sebagai subjek penelitian akan dipilih berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan dalam penelitian ini. Adapun pemeriksaan yang akan saya lakukan melihat mulut Bapak/Ibu selama beberapa menit, kemudian Bapak/Ibu yang memakai gigitiruan, saya minta kesediaannya agar melepaskan gigitiruan dan berkumur. Lalu dengan menggunakan kapas lidi yang steril, akan dioleskan pada permukaan langit-langit untuk diperiksa, yang akan dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.

Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela dan dijamin kerahasiaan datanya. Penelitian ini tidak menimbulkan efek samping sama sekali. Apabila selama penelitian berlangsung ada keluhan yang Bapak/Ibu alami, silahkan menghubungi saya, Widya Julianti (HP: 082366566015).

Demikian penjelasan dari saya. Atas partisipasi dan kesediaan waktu Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti

(6)

Lampiran 4

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Alamat :

Menyatakan telah membaca lembar penjelasan kepada subjek penelitian dan sudah mengerti serta bersedia untuk turut serta sebagai subjek penelitian, dalam penelitian atas nama Widya Julianti yang berjudul “Jumlah koloni Candida spp pada lansia yang memakai dan tidak memakai gigitiruan penuh dari akrilik pada maksila” dan menyatakan tidak keberatan maupun melakukan tuntutan di kemudian hari.

Demikian pernyataan ini saya perbuat dalam keadaan sehat, penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Medan,……..…………2015 Pembuat Pernyataan

(7)

Lampiran 5: Kuesioner Penelitian

1. Apakah Bapak/Ibu menderita penyakit sistemik menahun? a. Ya b. Tidak

2. Jika Ya, penyakit sistemik apa yang diderita? a. Diabetes Melitus

b. Hipertensi

c. Jenis penyakit lainnya

3.Apakah Bapak/Ibu mengkonsumsi obat-obatan? a. Ya b. Tidak

4. Jika ya, jenis obat apa yang dikonsumsi? a. Antibiotik

b. Kortikosteroid

c. Jenis obat-obatan yang lain

(8)

5. Kebersihan rongga mulut?

a. Baik c. Kurang b. Cukup d. Buruk

6. Apakah Bapak/ Ibu merokok?

a. Ya b.Tidak

7. Apakah anda memakai gigitiruan penuh? a. Ya b. Tidak

8. Jika “ya”, sudah berapa lama anda memakai gigitiruan penuh ? a. ≥ 6 bulan c. 5-10 tahun

b 1- 4 tahun d.>10 tahun

9. Bagaimana kebiasaan pemakaian gigitiruan penuh yang Bapak/Ibu lakukan?

a. Dipakai pada saat beraktivitas dan dilepas pada malam hari saat tidur b. Dipakai terus-menerus termasuk pada malam hari

(9)

Lampiran 6: Lembar persetujuan komisi etik

(10)
(11)

Lampiran 8: Hasil penelitian jumlah koloni Candida spp pada kedua kelompok

Kelompok yang memakai gigitiruan penuh (A)

Kelompok yang tidak memakai gigitiruan (B)

No.

Sampel Usia Hasil

No.

Sampel Usia Hasil

A1 60 230 B1 85 -

A2 71 380 B2 85 120

A3 65 320 B3 80 60

A4 73 410 B4 84 -

A5 75 270 B5 87 170

A6 68 284 B6 75 90

A7 73 250 B7 81 190

A8 71 322 B8 68 120

A9 76 290 B9 60 70

(12)

Lampiran : Foto Hasil Penelitian jumlah koloni Candida spp pada kelompok lansia yang memakai gigitiruan penuh (A) dan kelompok yang tidak memakai gigitiruan (B)

A1

B1

(13)

A4

A5

A6

6

B4

B5

B6

(14)

A7

A8

A9

B9

(15)

(16)

Lampiran 9: Hasil analisis statistik

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as

missing.

Cases Used Statistics for each test are based on all

cases with valid data for the variable(s)

used in that test.

Syntax NPAR TESTS

/K-S(NORMAL)=GTP non

/MISSING ANALYSIS.

Resources Processor Time 00 00:00:00.031

Elapsed Time 00 00:00:00.889

Number of Cases Alloweda 157286

(17)

[DataSet0]

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Memakai

Gigitiruan Penuh

Tidak Memakai

Gigitiruan

N 10 10

Normal Parametersa,b Mean 296.60 96.00

Std. Deviation 63.267 64.842

Most Extreme Differences Absolute .144 .144

Positive .144 .131

Negative -.106 -.144

Kolmogorov-Smirnov Z .455 .457

Asymp. Sig. (2-tailed) .986 .985

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

T-TEST GROUPS=Sampel(1 2) /MISSING=ANALYSIS

/VARIABLES=Koloni /CRITERIA=CI(.95).

(18)

Notes

Missing Value Handling Definition of Missing User defined missing values are treated as

missing.

Cases Used Statistics for each analysis are based on

the cases with no missing or out-of-range

data for any variable in the analysis.

Syntax T-TEST GROUPS=Sampel(1 2)

/MISSING=ANALYSIS

/VARIABLES=Koloni

/CRITERIA=CI(.95).

Resources Processor Time 00 00:00:00.015

Elapsed Time 00 00:00:01.074

[DataSet0]

Group Statistics

Sampel N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Koloni Memakai Gigitiruan Penuh 10 296.60 63.267 20.007

Tidak memakai Gigitiruan 10 96.00 64.842 20.505

(19)

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig.

(2-tailed)

Mean

Differenc

e

Std. Error

Differenc

e

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Koloni Equal variances

assumed

.033 .858 7.002 18 .000 200.600 28.648 140.413 260.787

Equal variances

not assumed

7.002 17.98

9

(20)

39

DAFTAR PUSTAKA

1. Rustika, Riyadina W. Profil penduduk lanjut usia di Indonesia. Media Litbang Kesehatan 2000; 10(2): 16-26.

2. Turana Y, Abikusno N, Santika A. Gambaran kesehatan lanjut usia di Indonesia. Buletin jendela data dan informasi kesehatan 2013:1-3.

3. Gellar MC, Alter D. The impact of dentures on the nutritional health of the elderly. The Journal of Aging Research & Clinical Practice 2012; 1: 1-6.

4. Mizugai H, Isogai E, Hirose K, Chiba I. Effect of denture wearing on occurrence of candida species in the oral cavity. The Journal of Applied Research 2007; 7(3): 250-4.

5. Carr AB, McGivney GP, Brown DT. Mc Cracken’s Removable partial prosthodontics. 11th ed. St.Louis: Elsevier Mosby, 2005: 3-10.

6. Taiwo JO, Arigbede AO. Denture hygiene of the elderly denture wearers in South East Local Government Area in Ibadan, Nigeria. Journal of Biology, Agriculture

and Healthcare 2012; 2(6): 22-6.

7. Jorgensen EB. Ecology of Candida-associated denture stomatitis. Microbial Ecology in Health and Disease 2000; 12 :170-85.

8. Pietrokovski J, Zini A. The yad sarah geriatric dental clinic, a different model. staphylococcus aureus and streptococcus mutans colonization in patients wearing dental prosthesis. Med Oral and Oral Patol Oral Cir Bucal. 2005;10: 27-39.

(21)

40

12.Fraunhover JAV, Loewy Z. Factors involved in microbial colonization of oral prostheses. Gen Dent 2009; 57(2): 136-43.

13.Gornitsky M, Paradis I, Landaverde G, Malo A, Velly AM. A clinical and microbiological evaluation of denture cleansers for geriatric patients in long-term care institutions. J Can Dent Assoc 2002; 68(1): 39-45.

14.Sulandari S, Martyastanti D, Mutaqwarohmah R. Bentuk-bentuk produktivitas orang lanjut usia (lansia). Jurnal ilmiah berkala psikologi 2009; 11(1): 58-68. 15.Punia D, Punia S. Socio-emotional and psychological problems of retired elderly

in Haryana: A comprehensive view. J Hum Ecol 2002; 13(6): 455-8.

16.Misiaszek BC. Geriatric medicine survival handbook. Revised ed.,Geriatric and Internal medicine, 2008: 5-9.

17.Tarigan AP. Proses penuaan dari aspek kedokteran gigi. Medan: USU Press., 2015:10, 21-37, 86.

18.Anonymous. Geriatrics. http: // www. usc. Edu/ hsc/ dental/ GSPD504/ Chapter % 203. pdf (1 Maret 2015).

19.Greenberg MS, Glick M. Burket's Oral Medicine : Diagnosis and treatment. 10th

ed., Ontario: BC Decker Inc, 2003: 605-22.

20.Hill AP, White SC, Atchison KA. Dental health behaviors, dentition, and mortality in the elderly: The leisureworld cohort study. Journal of Aging Research 2011: 1-10.

21.Watlace LN. One hour complete denture. http://www.medscape.com/ viewarticle/ 753147_ 3 (2 februari 2016).

22.Winkler S. Essentials of complete denture prosthodontics. 2nd ed.,USA: Ishiyaku EuroAmerica Inc, 2000: xii-iv.

23.Kumar R, Kumar DRV, Sorabh J, Krushnan B. Virtualising natural effects in complete dentures. Sch J App Med Sci 2014; 2(1D): 364-8.

24.El-Sheikh AM, Al-Zahrani SB. Causes of denture fracture: A survey. Saudi dental journal 2006; 18(3):149-54.

(22)

41

26.Marcauteanu C, Goguta L, Jivanescu A, Demjan E, Bratu D. Titanium complete denture base in a patient with heavy bruxism: A clinical report. Journal of Experimental Medical & Surgical Research 2008;3: 96-9.

27.Massad JJ, Davis WJ, June R, Lobel WA, Thornton J, Cagna DR. Rationale for adhesives in complete denture therapy. Dental resource net:1-14.

28.Dikbas I, Koksal T, Calikkocaoglu S. Investigation of the cleanliness of dentures in a university hospital.The International Journal of Prosthodontic 2006;19(3):1-5. 29.Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA, Mietzner TA. Jawetz, Melnick, &

Adelberg’s. Medical microbiology. 26th

ed.,USA: McGraw-Hill Medical, 2013: 694-7.

30.Marsh PD, Martin MV, Lewis MAO, Williams DW. Oral microbiology. 5th ed., Philadelphia: Elsevier, 2009:166-75.

31.Chander J. Textbook of medical mycology. 2th ed., New delhi:Mehta,2002: 212-5. 32.Greenwood D, Slack RCB, Peutherer JF. Medical microbiology a guide to microbial infections: Pathogenesis, immunity, laboratory diagnosis and control. 16th ed., Toronto: Elsevier, 2002: 575-6.

33.Tyasrini E, Winata T, Susantina.Hubungan antara sifat dan metabolit candida sppdengan patogenesis kandidiasis. JKM 2006;6(1):52-66.

34.Dahlan MS. Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba Medika, 2013: 20-1.

35.Nayak S, Kavitha B, Sriram G, Saraswathi TR, Sivapathasundharam B, Dorothy AL. Comparative study of Candida by conventional and CHROMagar method in non-denture and denture wearers by oral rinse technique. Indian Journal of Dental Research 2012; 23(4): 490-7.

36.Jafari AA, Tafti AF, Bafghi AF, Arzy B. Occurrence rate of oral candida species in edentulous denture wearers dentate subjects. International Journal of Medical Laboratory 2014;1(1):15-21.

(23)

42

38.Al-fahdawi IH. Fungal infection associated denture wearing according to the gender and type of materials.Global Journal of Medical Research 2015;1(2):7-9. 39.Derceli JDR, Pires JR, Tardivo TA, Massucato EMS, Orrico SR, Spolidorio

DMP. Comparative study of the clinical and anti-microbial efficacy of tongue cleaners. Braz J Oral Sci 2007; 6(22): 1410-07.

40.Pinto TMS, Neves ACC, Leao MVP, Jorge AOC. Vinegar as an antimicrobial agent for control of Candida Spp In complete denture wearers. J Appl Oral Sci 2008; 16(6): 385-90.

41.Hosseini SK, Far ARR, Amani F.Evaluation of presence of candida in complete denture wearer in tissue and denture surfaces using smear method. Journal of Research in Medical and Dental Science 2014; 2(4): 42-8.

42.Gleiznys A, Zdanaviciene E, Zilinskas J. Candida albicans importance to denture wearers. A literature review. Baltic Dental and Maxillofacial Journal 2015; 17: 54-66

43.Gebremedhin S, Bobkowska BD, Prylinski M, Konopka K, Duzgunes N. Miconazole activity against candida biofilms developed on acrylic discs. Journal

of physiology and pharmacology 2014; 65(4): 593-600.

44.Marinoski J, Bratic MB, Cankovic M. Is denture stomatitis always related with

(24)

23

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian ini diarahkan untuk melihat distribusi jumlah koloni Candida spp pada lansia yang memakai dan tidak memakai gigitiruan penuh dari akrilik pada maksila.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Panti Jompo Babussalam, Tanjung Pura dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober 2015 s/d Januari 2016 yang mencakup pengumpulan sampel, penelitian pengumpulan data, pengolahan data dan hasil penelitian.

3.3 Populasi, Sampel dan Besar Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi

(25)

24

(26)

25 terdiri dari 10 sampel yang tidak memakai gigitiruan dan 10 sampel yang memakai gigitiruan penuh akrilik pada maksila.

(27)

26

3.5 Definisi Operasional

1. Gigitiruan penuh adalah gigitiruan yang menggantikan seluruh gigi dan jaringan pendukungnya pada maksila dan mandibula

2. Lansia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.

3. Candida spp adalah agen infeksius oportunistik yang merupakan flora

normal yang terdapat pada mukosa dalam konsentrasi yang rendah, yang dapat menginfeksi mukosa dan jaringan jika pertumbuhannya tidak terkontrol sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan

4. Media Sabouraud Dextrosa Agar adalah media khusus untuk pertumbuhan jamur Candida spp.

5. Usia pasien adalah umur kronologis dan penentuannya dihitung menurut ulang tahun terakhir.

6. Lama pemakaian gigitiruan adalah waktu yang dihitung mulai dari awal pemasangan gigitiruan.

7. Penghitungan jumlah koloni adalah menghitung jumlah koloni Candida

spp yang tumbuh pada media SDA.

8. CFU adalah unit koloni bakteri yang terbentuk dan tumbuh dalam media. 9. Suhu inkubasi adalah temperatur yang digunakan untuk pertumbuhan

Candida spp yaitu 37oC.

10.Waktu inkubasi adalah lamanya inkubasi untuk pertumbuhan Candida spp yaitu 48 jam.

3.6 Alat dan Bahan Penelitian 3.6.1 Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitan ini adalah: 1. Kapas lidi steril

2. Rak dan Tabung reaksi 3. Ose Disposable

(28)

27

6. Kaca mulut 7. Piring petri 8. Vibrator 9. Inkubator

10.Biological Safety Cabinet

11.Cooler box

12.Kertas label

3.6.2 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1. Media Sabouraud Dextrosa Agar

2. Nutrient Broth (media transport)

(29)

28

3.7 Prosedur Penelitian 3.7.1 Pengisian Kuesioner

Penelitian dilakukan terhadap lansia yang memakai gigitiruan penuh pada maksila dan yang tidak memakai gigitiruan. Pemilihan subjek dilakukan melalui wawancara langsung mengenai identitas subjek dengan bantuan kuesioner. Subjek yang terpilih diberi penjelasan terlebih dahulu mengenai tujuan, manfaat dan prosedur penelitian yang akan dilakukan dan apabila subjek bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian maka subjek diminta menandatangani informed consent.

3.7.2 Pengumpulan Spesimen

Pengumpulan spesimen dilakukan dengan metode swab. Sebelum dilakukan swab, subjek yang memakai gigitiruan diminta untuk melepaskan gigitiruannya dan berkumur dengan air putih. Setelah itu subjek di instruksikan untuk duduk tenang dan membuka mulut, ambil kapas lidi yang steril dan dilakukan swab pada permukaan palatum, kemudian kapas lidi ditempatkan di tabung steril yang berisi 5 ml larutan

Nutrient broth (media transport). Setelah itu botol yang berisi spesimen diberi label

dan disusun kedalam cooler box dan dibawa ke Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran USU untuk dilakukan penghitungan jumlah koloni Candida spp.

(30)

29

3.7.3 Penanaman Candida spp

Prosedur diawali dengan mengambil tabung yang telah berisi hasil swab lalu divibrasi selama 1 menit dengan kecepatan 1500 rpm agar terbentuk suspensi yang merata. Kemudian ambil spesimen menggunakan ose disposable lalu dikultur pada media Sabouraud Dextrosa Agar, pengkulturan dilakukan di dalam Biological Safety

Cabinet agar tidak terkontaminasi. Kemudian di inkubasi dalam inkubator pada suhu

37oC selama 48 jam. Koloni di identifikasi sebagai Candida spp bila berbentuk bulat dengan permukaan sedikit cembung, halus, licin, dengan warna putih kekuningan dan berbau asam seperti aroma ragi.

Gambar 6. Prosedur penanaman Candida spp. A) sampel di vibrasi dengan kecepatan 1500 rpm, B) pengambilan spesimen menggunakan ose

disposable, C) penanaman pada media SDA (dokumentasi).

3.7.4 Penghitungan koloni Candida spp

1. Penghitungan koloni Candida spp dilakukan dengan membagi cawan petri

menjadi empat kuadran.

2. Koloni yang timbul ditandai dengan spidol. 3. Koloni pada masing-masing kuadran dihitung. 4. Jumlahkan koloni pada keempat kuadran (CFU/ml)

(31)

30

(32)

31

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan jumlah koloni Candida spp pada lansia yang memakai dan tidak memakai gigitiruan penuh pada maksila. Adapun jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik tanpa memberikan perlakuan pada kelompok subjek penelitian. Populasi penelitian ini adalah para lansia yang menghuni Panti Jompo Babussalam, Tanjung Pura. Sampel penelitian disesuaikan dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan.

4.1 Data Demografis Sampel

Tabel 1 menunjukkan data responden berdasarkan kelompok dan usia. Sampel pada penelitian ini berjumlah 20 orang, terdiri dari 10 orang yang memakai gigitiruan penuh akrilik pada maksila dan 10 orang yang tidak memakai gigitiruan. Sampel yang digunakan pada penelitian ini berusia 60 tahun ke atas. Pada kelompok sampel

yang memakai gigitiruan penuh, usia 60-69 tahun jumlah sampelnya adalah 3 orang (30%), usia 70-79 tahun jumlah sampelnya 6 orang (60%), usia diatas 80 tahun jumlah sampelnya 1 orang (10%). Sementara pada kelompok sampel yang tidak memakai gigitiruan, usia 60-69 tahun jumlah sampelnya 2 orang (20%), usia 70-79 tahun jumlah sampelnya 2 orang (20%), dan usia diatas 80 tahun jumlah sampelnya 6 orang (60%).

Tabel 1. Data responden berdasarkan kelompok dan usia

(33)

32

4.2 Analisis Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap jumlah koloni Candida

Spp pada permukaan palatum, dapat dilihat perbedaan jumlah koloni Candida Spp

pada lansia yang memakai dan tidak memakai gigitiruan penuh dari akrilik pada maksila yang dikultur pada media Sabaroud Dextrose Agar (SDA) selama 48 jam pada suhu 37oC dengan satuan CFU/ml. (Gambar 7)

Gambar 7. Koloni Candida spp yang tumbuh setelah di inkubasi selama 48 jam (A) kelompok yang memakai gigitiruan penuh (B) kelompok yang tidak memakai gigitiruan (dokumentasi).

Tabel 2 menunjukkan jumlah koloni Candida sppberdasarkan usiapada kelompok sampel yang memakai gigitiruan penuh dengan yang tidak memakai

gigitiruan.

Tabel 2. Jumlah koloni Candida spp berdasarkan usia Kelompok yang memakai

gigitiruan penuh

Kelompok yang tidak memakai gigitiruan

Usia N Jumlah Usia N Jumlah

60-69 3 278,00 60-69 2 95,0

70-79 6 320,33 70-79 2 115,0

≥80 1 210,00 ≥80 6 90,0

(34)

33

Untuk membandingkan jumlah koloni Candida spp antara kelompok lansia yang memakai gigitiruan penuh dengan yang tidak memakai gigitiruan dilakukan uji T berpasangan (Tabel 3).

(35)

34

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jumlah koloni antara kelompok I yang memakai gigitiruan penuh dengan kelompok II yang tidak memakai gigitiruan dan untuk mengetahui perbedaan jumlah koloni Candida spp pada lansia yang memakai dan tidak memakai gigitiruan penuh. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan swab pada permukaan palatum subjek, pengkulturan pada media

Saboraoud Dextrosa Agar (SDA), dan kemudian penghitungan jumlah koloni.

Jumlah koloni dari sampel yang memakai gigitiruan penuh kemudian dibandingkan dengan jumlah koloni sampel yang tidak memakai gigitiruan.

Hasil penelitian menunjukkan rerata jumlah koloni Candida spp pada kelompok lansia yang memakai gigitiruan penuh lebih banyak daripada yang tidak memakai gigitiruan. Jumlah koloni Candida spp pada kelompok lansia yang memakai gigitiruan penuh adalah 296,60 CFU/ml, sedangkan pada kelompok lansia yang tidak memakai gigitiruan adalah 96,00 CFU/ml. Hasil uji T berpasangan menunjukkan

terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah koloni Candida spp pada lansia yang memakai dan tidak memakai gigitiruan penuh dari akrilik pada maksila dengan nilai p=0,000 (p>0,05).

(36)

35

Sebanyak 63,3% Candida di isolasi dari sampel yang memakai gigitiruan penuh dan 33,3% di isolasi pada sampel yang tidak memakai gigitiruan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa jumlah koloni Candida pada sampel lansia pemakai gigitiruan penuh lebih banyak daripada yang tidak memakai gigitiruan. Hal ini karena permukaan akrilik pada gigitiruan berperan penting terhadap kolonisasi Candida

spp.36

Penelitian Al-Fahdawi (2015) di Iraq mengemukakan bahwa pemakaian gigitiruan merupakan faktor predisposisi untuk kolonisasi rongga mulut oleh Candida dan prevalensinya dapat meningkat 60-100%. Pemakaian gigitiruan menghasilkan lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan Candida, hal ini disebabkan oksigen dan pH yang rendah, serta lingkungan anaerobik dalam rongga mulut, yang dapat mengurangi aliran saliva, yang akan mengganggu fungsi pembersih fisiologis lidah dan menciptakan lingkungan yang menguntungkan bagi kelangsungan hidup mikroorganisme.37,38,39 Selain itu, pemakaian gigitiruan penuh dapat menyebabkan mukosa akan tertutup dalam jangka waktu yang lama, sehingga dapat menghambat

self cleansing dan meningkatkan perlekatan mikroorganisme yang dapat

menyebabkan pembentukan plak.7,8,9 Akumulasi plak inilah yang merupakan tempat yang baik untuk pertumbuhan Candida.40

Hasil penelitian pada kelompok yang memakai gigitiruan penuh usia 60-69 tahun jumlah koloni Candida spp yaitu 278,00 CFU/ml, pada kelompok usia 70-79 tahun yaitu 320,33 CFU/ml, dan pada kelompok usia diatas 80 tahun yaitu 210,00 CFU/ml. Pada penelitian ini kelompok usia 70-79 tahun memiliki jumlah koloni paling banyak, namun hal ini tidak dapat menggambarkan hubungan antara usia dengan jumlah Candida spp. Sampel dipilih secara acak berdasarkan kriteria inklusi, sehingga penelitian ini tidak memiliki jumlah responden penelitian dalam rentang usia yang homogen. Namun, penelitian Hosseini dkk (2014) di Iran menggemukakan bahwa kolonisasi Candida sppdiamati lebih tinggi pada lansia yang memakai gigitiruan. Hal ini disebabkan ada sejenis protein dalam saliva yang memisahkan

Candida dari permukaan resina krilik dan protein inikurang aktif pada lansia. Oleh

(37)

36

Menurut Gleiznys dkk (2015) di Lithuania, Laju aliran saliva dan imunitas sel yang memberikan perlindungan terhadap infeksi Candida mulai menurun seiring dengan bertambahnya usia, hal ini dapat menyebabkan peningkatan jumlah mikroorganisme pada pemakai gigitiruan. Imunitas bawaan pada mukosa melibatkan banyak jenis sel: neutrofil, monosit / makrofag, sel NK, sel dendritik, sel CD4 + dan CD8 + T, sel T non-MHC seperti δ-T-sel, sel-sel epitel mukosa, sel stroma dan keratinosit. Salah satu fungsi dari sel-sel ini adalah untuk memberikan efek perlindungan utama sebagai anti-jamur seperti fagositosis atau sekresi senyawa mikrobisida yang menetralisir partikel jamur. Fagosit diyakini merupakan jenis sel yang efektif untuk mengendalikan infeksi Candida.42

Fungsi kelenjar saliva mengalami penurunan pada proses penuaan manusia. Lansia mengeluarkan jumlah saliva yang lebih sedikit, kecepatan aliran saliva juga rendah. Keadaan ini disebabkan oleh adanya atropi pada kelenjar saliva sesuai dengan pertambahan usia yang akan menurunkan produksi saliva dan mengubah komposisinya sedikit.17 Sementara saliva dapat menghasilkan efek pembersihan mekanis pada permukaan fitting gigitiruan akrilik. Selain itu,mengandung molekul

pertahanan antimikroba bawaan, termasuk lisozim, histatin, laktoferin dan IgA, yang dapat mengurangi perlekatan Candida dan pembentukan biofilm berikutnya pada permukaan PMMA.43 Oleh karena itu, hal ini yang menyebabkan tingginya kolonisasi

Candida pada lansia yang memakai gigitiruan penuh pada penelitian ini.

Penelitian Mizugai dkk (2007) di Jepang tentang efek pemakaian gigitiruan pada Candida spesies, telah mengemukakan bahwa penuaan telah diyakini dapat menyebabkan peningkatan yang progresif dari Candida pada rongga mulut. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemakaian gigitiruan penuh dapat mempengaruhi jumlah Candida spp, akan tetapi jumlah total Candida tidak tergantung dari usia si pemakai gigitiruan penuh. Kurangnya pemeliharaan kebersihan rongga mulut pada pemakai gigitiruanlah yang dapat meningkatkan kolonisasi Candida dalam gigitiruan.4,37

(38)

37

hanya dibersihkan disaat mandi dan hanya memakai pasta gigi dan sikatnya, bahkan ada yang hanya membersihkannya dengan air biasa saja. Hal ini karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang merawat gigitiruan yang dipakainya, penurunan fungsi motorik dan juga keadaan ekonomi yang terbatas. Padahal pemakaian gigitiruan pada malam hari mengakibatkan pH dari mukosa palatal menurun akibat produksi asam dari Candida dan mikroorganisme lainnya. Selain itu kondisi asam diantara basis gigitiruan dan mukosa mulut disebabkan oleh saliva yang berkurang pada malam hari.38 Faktor etiologi seperti kebersihan gigitiruan yang buruk, pemakaian gigitiruan terus-menerus pada malam hari dapat meningkatkan kemampuan Candida untuk mengkolonisasi permukaan gigitiruan dan mukosa mulut.44

Kesimpulan dari penelitian ini, penuaan dapat meningkatkan kolonisasi

Candida pada pemakai gigitiruan karena saliva dan imunitas sel yang memberikan

perlindungan terhadap infeksi Candida mulai menurun seiring dengan bertambahnya usia. Akan tetapi jumlah koloni Candida tidak tergantung dari usia si pemakai gigitiruan penuh. Kurangnya pemeliharaan kebersihan rongga mulut pada pemakai

(39)

38

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Jumlah koloni Candida spp pada lansia yang memakai gigitiruan penuh dari akrilik pada maksila adalah 296,60 ± 63,267.

2. Jumlah koloni Candida spp pada lansia yang tidak memakai gigitiruan adalah 96,00 ± 64,842.

3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah koloni Candida spp pada lansia yang memakai dengan yang tidak memakai gigitiruan penuh dari akrilik pada maksila (p<0,05).

6.2 Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui perbedaan

jumlah koloni Candida spp pada pemakai gigitiruan penuh dengan yang bukan pemakai gigitiruan pada metode yang berbeda ataupun media yang berbeda (seperti: CHROMagar).

(40)

6 Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia, pada Bab I menjelaskan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas.14

Penuaan adalah fase kehidupan dan proses biologis. Penuaan adalah proses multidimensional dan mengacu pada proses kedewasaan seiring berjalannya waktu. Hal ini diawali dengan pembuahan dan terus sepanjang hidup sampai kematian terjadi. Penuaan bersifat progresif, di mana-mana dan tak terelakkan untuk semua makhluk hidup. Penuaan normal dan penyakit yang berhubungan dengan penuaan adalah dua kesatuan yang terpisah. Penuaan normal mengacu pada proses-proses

(41)

7 reaksi terhadap penyakit mereka. Perubahan ini disebabkan oleh variasi dalam fisiologi yang terjadi dengan penuaan, adanya penyakit lain yang berkembang dari waktu ke waktu, kecenderungan genetik untuk penyakit tertentu, faktor gaya hidup (pola makan, olahraga, paparan obat-obatan dan racun, merokok, alkohol yang

dikonsumsi secara berlebihan), dan variasi intrinsik penyakit.18

2.1.4 Teori Penuaan 1.Teori Radikal Bebas

Radikal bebas adalah sekelompok senyawa yang memiliki elektron tidak berpasangan dan dapat berdiri sendiri serta sangat reaktif. Hal ini sangat reaktif sebagai akibat kecenderungan atom tidak berpasangan mencari pasangannya sehingga mudah bereaksi dengan biomolekul dalam sel yang penting untuk kehidupan sel. Begitu reaktifnya radikal bebas sehingga dapat merusak membran sel dan keutuhan sel-sel yang ada sehingga menyebabkan penyakit generatif. Teori penuaan akibat radikal bebas, dikemukakan oleh dr. DenHam Harman.17,18

(42)

8

bebas itu sendiri, otomatis pemusnahannya tidak pernah mencapai 100% meski secara teori dapat dipunahkan oleh berbagai antioksidan. Belum lagi adanya rangsangan untuk membentuk radikal bebas yang berasal dari lingkungan sekitar. Karena itu secara perlahan-lahan tapi pasti, terjadi kerusakan jaringan oleh radikal bebas yang tidak terpunahkan tersebut.17,18

Umumnya radikal bebas dari luar tubuh dapat diperoleh dari asap rokok, kendaraan bermotor, radiasi, sinar ultraviolet, asam lemak tidak jenuh, ozon, pencemaran udara, stress dan sebagainya. Namun demikian, tidak semua radikal bebas berasal dari luar. Tubuh juga memproduksi radikal bebas hasil metabolisme mitokondria sel. Radikal bebas didapat berasal dari diet, obat-obatan, gaya hidup yang tidak sehat (seperti merokok dan alkohol), radiasi dan lain-lain. Namun radikal bebas juga dapat diproduksi secara alami di dalam tubuh, yang merupakan hasil dari produksi energi.17,18

Menurut teori radikal bebas penuaan, sel terus-menerus menghasilkan radikal bebas, dan radikal konstan akhirnya membunuh sel. Ketika radikal membunuh atau cukup membuat kerusakan sel-sel pada suatu organisme. Penyakit degeneratif yang

berkaitan dengan penuaan umumnya melibatkan proses radikal bebas dan secara kumulatif dimana akan terjadi penumpukan faktor-faktor penyebab kemunduran dari waktu ke waktu yang membuat organisme lebih cepat mengalami penuaan.17,18

2. Teori Kerusakan DNA

Target utama dari oksigen radikal adalah merusak mitokondria DNA (mtDNA). Setiap sel berisi kumpulan besar yang disebut DNA, suatu molekul kimia yang menyediakan instruksi untuk sel agar berfungsi. DNA ini ditemukan dalam inti

sel, yang berfungsi sebagai “pusat komando” dari sel, dan juga di dalam mitikondria.

(43)

9

Perlindungan mtDNA dari radikal bebas dalam memperlambat penuaan di laboratorium pada hewan percobaan telah banyak dilakukan. Untuk melakukan perlawanan terhadap radikal bebas, tubuh memproduksi antioksidan alami. Antioksidan adalah reduktor, dan membatasi kerusakan oksidatif struktur biologis oleh passivating radikal bebas.17,18

3. Teori Telomer

Penuaan sel dikaitkan pula dengan pemendekan telomer pada setiap kali membelah yang berperan sebagai penyebab penuaan sel dan merupakan komponen pada jam mitosis (mitotic clocks). Mekanisme jam (clock mechanism) pada telomer disebabkan oleh ketidakmampuan DNA polimerase untuk menyelesaikan replikasi pada ujung kromosom linier yang mengakibatkan kromosom kehilangan sebagian dari ulangan telomer (telomere repeats) yaitu (TTAGGG). Pada akhirnya telomer akan memendek secara bertahap pada setiap pembelahan sel (penuaan) yang mengakibatkan kromosom tidak stabil.17,18

4. Teori Genetic Clock

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu. Di dalam nukleus setiap spesies mempunyai suatu jam genetik yang berputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak berputar. Jadi menurut konsep ini bila jam kita berhenti kita akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit.17,18

5. Teori Wear and Tear

(44)

10

sintesis DNA sehingga mendorong malfungsi molekular dan akhirnya malfungsi organ tubuh.17,18 August Weissman berpendapat bahwa sel somatik normal memiliki kemampuan yang terbatas dalam bereplikasi dan menjalankan fungsinya. Kematian sel terjadi karena jaringan yang sudah tua tidak bergenerasi dan jaringan yang mati selamanya tidak dapat memperbaiki dirinya. Teori wear and tear mengungkapkan bahwa organisme memiliki energi tetap yang tersedia dan akan habis sesuai dengan waktu yang diprogramkan.17,18

2.1.5 Hubungan Umur dengan Perubahan pada Rongga Mulut 1. Mukosa Mulut

Gambaran klinis jaringan mukosa mulut pada lansia sehat tidak berbeda jauh dengan individu yang muda. Meski demikian, riwayat adanya trauma (misalnya, pipi tergigit), penyakit mukosa (misalnya, lichen planus), kebiasaan merokok, dan adanya gangguan pada kelenjar saliva (misalnya, hipofungsi saliva) dapat mengubah tampilan klinis dan karakter histologis jaringan mulut lansia.Pada lansia jaringan mukosa mengalami atrofi dengan tanda-tanda tipis, merah, mengkilap dan kering.

Terjadi perubahan pada struktur, fungsi, dan elastisitas jaringan mukosa mulut. Mukosa mulut terlihat pucat, kering, hilangnya stippling, terjadinya oedema, dan elastisitas jaringan berkurang. Jaringan mukosa mudah mengalami iritasi dan rapuh. Perubahan ini dapat mempengaruhi mukosa mulut terhadap trauma dan infeksi, terutama terkait dengan penggunaan gigitiruan dan hipofungsi saliva.19,17 Penuaan juga menyebabkan daya reparasi dan regenerasi jaringan menjadi berkurang. Daya reparasi jaringan akan menyebabkan proses penyembuhan luka khususnya pada mukosa menjadi lebih sulit dan lama. Proses regenerasi jaringan akan mengalami penurunan sehingga turnover time (waktu pergantian jaringan lama oleh jaringan baru) menjadi lebih lama. Selain itu, pembentukan fiber elastic pada lapisan lamina propia mengalami penurunan, sehingga elastisitas pada pasien lansia berkurang.

Langerhan’s cell pada penuaan akan mengalami penurunan dalam kemampuan

(45)

11

berkurangnya daya imunitas ditambah dengan berbagai faktor pendukung lainnya menjadikan orang lanjut usia rentan dengan penyakit dan keganasan (neoplasma) khususnya pada rongga mulut.16,17

2. Gigi

Perubahan epidemiologi besar telah terjadi selama beberapa dekade terakhir dalam hal retensi gigi-geligi. Hanya sekitar 30% dari orang dewasa berusia ≥ 65 tahun yang tidak memiliki gigi, dan antara tahun 1983 dan 1993, prevalensi menurun sebesar 10%. Usia diperkirakan akan terus berlanjut dengan meningkatnya kesehatan mulut, pemeliharaan gigi, dan meningkatkan teknik dan bahan restoratif.19 Seiring bertambahnya usia, banyak kehilangan gigi. Kehilangan gigi mengurangi kapasitas pengunyahan, yang dapat mempengaruhi pemilihan makanan, status gizi, dan kesehatan umum.20

3. Kelenjar Saliva

Saliva berperan penting dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, dan

(46)

12

2.2 Gigitiruan Penuh

Gigitiruan penuh adalah suatu alat tiruan yang menggantikan semua gigi- geligi asli, berhubungan dengan struktur maksila dan mandibula, didukung oleh membran mukosa, jaringan penghubung dan lapisan tulang. Banyak masalah terjadi selama pemakaian gigitiruan seperti clicking, slipping, iritasi pada gingiva dan bau pada rongga mulut, oleh karena itu harus dilakukan 3R (readjust, reline atau remade) pada gigitiruan tersebut.21

Gambar 1. Gigitiruan penuh (maksila)22

Tujuan dasar gigitiruan penuh adalah mengembalikan fungsi, penampilan wajah, maupun pemeliharaan atas kesehatan pasien. Pemakai gigitiruan penuh dapat berbicara jelas dan merasakan kenyamanan pada mulutnya. Pengunyahan makanan menggunakan gigitiruan penuh membantu pasien edentulus dalam memperoleh nutrisi yang cukup. Namun, gigitiruan penuh dibuat bahkan di bawah kondisi yang paling ideal akan memiliki efisiensi mengunyah hanya sebagian kecil dari yang ada pada gigi asli.23

Gigitiruan penuh dikatakan lengkap bila dalam bentuk, fungsi & estetika yang

tepat.24 Bahan yang paling umum digunakan untuk pembuatan gigitiruan adalah resin akrilik, polymethyl methacrylate (PMMA).25,26 Polymethyl methacrylate (PMMA)

(47)

13

retensi. Retensi atau resistensi terhadap gerakan gigitiruan terhadap jaringan pendukung sangat penting. Kekuatan fisik yang mempengaruhi retensi gigitiruan meliputi adhesi, kohesi, daya tarik kapiler, tegangan permukaan, viskositas fluida, tekanan atmosfer, dan kekuatan eksternal yang berasal dari otot-otot orofasial.10

2.2.1 Indeks Kebersihan Gigitiruan

Hoad-Reddick dalam penelitiannya menetapkan kondisi kebersihan gigitiruan berdasarkan ada atau tidaknya debris, stein dan kalkulus pada gigitiruan dengan kategori sebagai berikut:28

 Skor 1 (bersih) : Pada gigitiruan terlihat tidak ada debris, kalkulus atau stein.  Skor 2 (kotor) : Pada gigitiruan terlihat adanya debris di antara anasir gigitiruan

setelah dicuci di bawah air mengalir danterdapat kalkulus atau stein di sekitar margin gingival dan bagian lingual insisivus sentralis atau bagian bukal molar maksila.

 Skor 3 (sangat kotor) : Pada gigitiruan terlihat adanya debris di antara anasir gigitiruan dan di atas permukaan basis, dan terdapat kalkulus serta stein pada anasir gigitiruan dan permukaan basis gigitiruan yang menutupi mukosa rongga

mulut dan palatum.

2.2.2 Faktor-faktor yang Terlibat dalam Kolonisasi Mikroorganisme pada Gigitiruan

(48)

14

Gambar 2. Representasi skematis gigitiruan12

Menurut Moura dkk, saliva akan menurunkan perlekatan yeast secara keseluruhan. Penelitian lain telah mencapai kesimpulan yang sama dan melaporkan bahwa saliva mengurangi perlekatan Candida dan dengan demikian mengurangi perlekatan mikrobiotik kekasaran permukaan dan perbedaan energi permukaan bebas antara bahan. Sementara hidrofobisitas mikroorganisme, interaksi hidrofobik, kekasaran permukaan, dan permukaan energi bebas mungkin terlibat dalam perlekatan mikroorganisme ke permukaan dan pembentukan biofilm, tidak hanya faktor penentu dalam retensi permukaan. Sementara perlekatan Candida spp pada permukaan gigitiruan sangat penting untuk patogenesis denture stomatitis, tampaknya ada faktor lain yang mendorong perlekatan awal.12

(49)

15

2.3 Candida spp

Genus Candida berisi lebih dari 200 spesies yang berbeda. Spesies Candida yang paling umum ditemukan pada rongga mulut manusia, di kedua keadaan komensal dan kasus kandidosis oral adalah Candida albicans. Candida merupakan anggota dari flora normal kulit, membran mukosa, dan saluran pencernaan. Candida

spp berkoloni di permukaan mukosa semua manusia segera setelah lahir, dan berisiko

menyebabkan infeksi endogen. Candidiasis adalah Mycosis sistemik yang paling umum, dan agen yang paling umum adalah Candida albicans, Candida parapsilosis,

Candida glabrata, Candida tropicalis, Candida guilliermondii, dan Candida

dubliniens. Istilah Candida berasal dari bahasa Latin candid, yang berarti

putih.29,30,31,32

Patogenesis infeksi Candida sangat kompleks dan kemungkinan bervariasi dengan masing-masing spesies. Candida spp biasanya mengkolonisasi permukaan mukosa, dan kemampuannya untuk menginvasi dan menyebabkan infeksi pertama tergantung pada yang mengikat.33

2.3.1 Faktor Virulensi Candida spp

Salah satu faktor virulensi utama Candida spp adalah kemampuannya untuk melekat pada permukaan host. Dalam rongga mulut, hal ini memungkinkan organisme untuk menghindari penghapusan melalui efek aliran saliva dan penelanan. Perlekatan dapat ke jaringan epitel rongga mulut atau biomaterial alat prostetik seperti gigitiruan. Perlekatan seperti permukaan oral dapat spesifik atau non-spesifik, yang melibatkan interaksi elektrostatik atau hidrofobik terakhir, bersama-sama dengan penjeratan fisik sederhana dari mikroorganisme pada lokasi tertentu pada rongga mulut.30,31

(50)

16

2.3.2 Morfologi dan Identifikasi

Pada umumnya Candida spp tumbuh baik pada media Sabouraud Dextrosa

Agar, Candida spp menghasilkan koloni yang bulat, dengan diameter 2-4 milimeter,

berwarna putih kekuning-kuningan dengan permukaan halus, licin, atau berlipat-lipat, dengan bau ragi. Secara mikroskopis, Candida spp merupakan organisme eukariot uniseluler. Sel ragi dan sel tunas umumnya berbentuk bulat, oval, sampai hampir silindris, dengan ukuran 3-6 mikrometer.29,30,33

Candida spp mempunyai dua morfologi, pada keadaan normalCandida spp

berada dalam bentuk ragi, yang merupakan sel tunggal. Dalam bentuk ini, Candida spp bereproduksi dengan membentuk blastospora, yaitu spora yang dibentuk dengan pembentukan tunas. Dalam proses ini, sel ragi Candida spp membentuk tunas yang kemudian tumbuh semakin besar dan akhirnya melepaskan diri melalui proses

budding. Pada pengamatan secara mikroskopik, sel ragi Candida spp dapat terlihat

dalam bentuk bertunas tunggal ataupun multipel. Pada kondisi tertentu, termasuk pada saat menginfeksi, organisme ini dapat mengalami perubahan morfologi menjadi lebih bersifat invasif, yaitu bentuk hifa atau miselial atau filamentous. Transisi

morfologi ini merupakan bentuk adaptasi Candida spp terhadap lingkungan sekitarnya. Dalam bentuk miselial, Candida spp membentuk hifa dan pseudohifa. Hifa berbentuk tabung, hifa terbentuk dari blastospora yang terus menerus mengalami pertumbuhan pada apeksnya, yang pada stadium awal terlebih dahulu membentuk

germ tube, sehingga tidak terdapat septum antara blastospora dan bagian sel yang

tumbuh. Pseudohifa terbentuk dari sel tunas, seperti blastospora, yang bermultiplikasi, tetapi sel anak tidak lepas dari sel induknya dan terus menerus memanjang sehingga menyerupai hifa, sehingga terdapat septum antara blastospora dan bagian sel yang tumbuh, serta pada bagian ini terdapat bagian yang menyempit.33

(51)

17

dindingnya mengalami penebalan. Klamidospora dibentuk di sepanjang hifa berseptum ataupun di terminal, dan semakin lama semakin banyak, sehingga hifa tersebut akhirnya tertutup dan tidak lagi terlihat jelas. Klamidospora biasanya dihasilkan dari pseudohifa setelah Candida spp dikultur selama 24 jam. Kondisi yang semi-anaerob diduga merupakan faktor yang sangat mendukung dalam pembentukan klamidospora. Faktor-faktor yang dapat menghambat pembentukan klamidospora adalah cahaya, klorampenikol dan obat anti jamur.33

Dinding sel Candida spp memiliki struktur yang unik dan dinamik, yang terdiri dari beberapa lapisan. Komponen utama dinding sel Candida spp adalah

glucans, kitin, manoprotein, yaitu manan yang berikatan dengan protein, serta protein

lain, sedangkan komponen minornya adalah lemak dan garam anorganik. Komposisi dinding sel pada sel ragi dan hifa relatif sama. Lapisan-lapisan β-glucans dan kitin

tersusun lebih padat di bagian dalam dinding sel. Kompleks β-glucans dan kitin yang

terbentuk dari ikatan glikosidik antara kedua polimer tersebut, terletak berbatasan dengan membran plasma dan ruang periplasmik. Glucans memiliki beberapa peran berbeda dalam fisiologi Candida spp, namun yang terpenting adalah fungsi

strukturalnya. Kitin hanya terdapat dalam jumlah sedikit pada sel Candida spp, namun memiliki peran penting dalam menjaga integritas struktur dinding sel. Mano-protein dan Mano-protein lain tersusun dominan di lapisan luar dinding sel dan sebagian terdistribusi di seluruh lapisan dinding sel, termasuk di bagian dalam. Manoprotein menempel secara kovalen pada rangka β-glucans dan protein. Manoprotein

(52)

18

Gambar 3. Candida spp dilihat dari mikroskop elektron (dokumentasi)

2.3.3 Isolasi Candida dari Rongga Mulut

Sampel dari rongga mulut dapat diperoleh dengan berbagai metode dengan pendekatan yang paling umum adalah swab, kultur imprint, oral rinse dan kultur saliva. Setiap metode memiliki kelebihan serta kekurangannya dan metode yang paling tepat sebagian besar diatur oleh penyajian dari lesi. Dimana lesi diakses dan didefinisikan jelas, pendekatan pengambilan sampel langsung seperti menggunakan

swab atau imprint sering disukai karena hal ini akan memberikan informasi yang ada

pada organisme di lesi itu sendiri. Dalam kasus di mana lesi sulit diakses, sampel

tidak langsung berdasarkan atas kultur spesimen saliva atau membilas mulut lebih dapat diterima.30,32

Sampel oral untuk deteksi candida umumnya dikultur pada Sabouraud

dextrose agar (SDA) yang akan mendukung pertumbuhan semua spesies candida

(53)

19

2.4 Landasan Teori

Lanjut usia (lansia) merupakan periode akhir dari rentang kehidupan manusia. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia, pada Bab I menjelaskan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas.14

Gambaran klinis jaringan mukosa mulut pada lansia sehat tidak berbeda jauh dengan individu yang muda. Meski demikian, riwayat adanya trauma (misalnya, pipi tergigit), penyakit mukosa (misalnya, lichen planus), kebiasaan merokok, dan adanya gangguan pada kelenjar saliva (misalnya, hipofungsi saliva) dapat mengubah tampilan klinis dan karakter histologis jaringan mulut lansia. Pada lansia jaringan mukosa mengalami atrofi dengan tanda-tanda tipis, merah, mengkilap dan kering. Terjadi perubahan pada struktur, fungsi, dan elastisitas jaringan mukosa mulut. Mukosa mulut terlihat pucat, kering, hilangnya stippling, terjadinya oedema, dan elastisitas jaringan berkurang. Jaringan mukosa mudah mengalami iritasi dan rapuh. Perubahan ini dapat mempengaruhi mukosa mulut terhadap trauma dan infeksi, terutama terkait dengan penggunaan gigitiruan dan hipofungsi saliva.19,17 Seiring

bertambahnya usia, banyak kehilangan gigi. Kehilangan gigi, yang dapat mempengaruhi pemilihan makanan, status gizi, dan kesehatan umum.20 Selain itu, ada penurunan yang berhubungan dengan usia pada sekresi saliva (misalnya, jumlah protein, protein yang kaya proline, laktoferin, natrium, dan kalium) terlihat pada populasi yang sehat. Secara histologis, ada perubahan yang berkaitan dengan usia dalam susunan sel kelenjar saliva, dengan peningkatan jaringan ikat, deposisi lemak dan penurunan sel asinar.19

(54)

20

memperbesar infeksi dan reaksi peradangan pada mukosa yang berkontak dengan gigitiruan.10

Bahan yang paling umum digunakan untuk pembuatan gigitiruan adalah resin akrilik, polymethyl methacrylate (PMMA).25,26 Polymethyl methacrylate (PMMA)

basis gigitiruan yang memiliki sifat mekanis, biologis dan estetika yang baik.27

Salah satu faktor virulensi utama Candida spp adalah kemampuannya untuk melekat pada permukaan host.30,31 Pada umumnya Candida spp tumbuh baik pada media Sabouraud Dextrosa Agar, Candida spp menghasilkan koloni yang bulat, dengan diameter 2-4 milimeter, berwarna putih kekuning-kuningan dengan permukaan halus, licin, atau berlipat-lipat, dengan bau ragi. Secara mikroskopis,Candida spp merupakan organisme eukariot uniseluler. Sel ragi dan sel tunas umumnya berbentuk bulat, oval, sampai hampir silindris, dengan ukuran 3-6 mikrometer.29,30,33

(55)

21

(56)

22

(57)

1 diproyeksikan jumlahnya 15,9 juta (5,0% dari total penduduk Indonesia), sedangkan pada tahun 2020 diperkirakan berjumlah 29 juta jiwa yang melebihi jumlah balita, yaitu sebesar 17,5% juta balita. Keadaan tersebut diakibatkan oleh semakin tingginya usia harapan hidup penduduk Indonesia.1 Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi peningkatan usia harapan hidup. Pada tahun 2000 usia harapan hidup di Indonesia adalah 64,5 tahun (dengan persentase populasi lansia adalah 7,18%). Angka ini meningkat menjadi 69,43 tahun pada tahun 2010 (dengan persentase populasi lansia adalah 7,56%) dan pada tahun 2011 menjadi 69,65 tahun (dengan persentase populasi lansia adalah 7,58%).2 Semakin membaiknya kondisi tersebut

disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah dengan adanya perbaikan dalam memberantas penyakit infeksi, perbaikan sanitasi dan perbaikan lingkungan hidup.1

Diet yang baik penting untuk pengembangan dan pemeliharaan kesehatan gigi, tetapi gigi yang sehat lebih penting dalam menunjang konsumsi makanan yang bervariasi dan sehat sepanjang siklus hidup. Kebutuhan perawatan gigi pada lansia terus meningkat dan pelayanan gigi yang melibatkan jumlah individu yang membutuhkan gigitiruan penuh juga meningkat. Sensus yang dikumpulkan oleh

American Dental Association telah menetapkan bahwa hampir 57% dari orang yang

berusia 65-74 memakai gigitiruan, baik gigitiruan sebagian ataupun gigitiruan penuh. Penggunaan gigitiruan yang tepat sangat penting bagi kesehatan secara keseluruhan individu.3

(58)

2

60-65 tahun Candida ditemukan lebih banyak pada pemakai gigitiruan yaitu 66,2 % sedangkan pada yang tidak memakai gigitiruan hanya 41,7%. Pemakaian gigitiruan merupakan faktor stabil yang dapat mempengaruhi status kesehatan mulut, tetapi dampaknya hamper tidak terpengaruh oleh penuaan.4

Gigitiruan penuh adalah suatu alat tiruan yang menggantikan semua gigi- geligi asli, berhubungan dengan struktur maksila dan mandibula, didukung oleh membran mukosa, jaringan penghubung dan lapisan tulang.5 Banyak penelitian membuktikan bahwa permukaan jaringan gigitiruan penuh pada maksila sangat rentan terhadap kolonisasi mikroorganisme. Hal ini karena pemakaian gigitiruan penuh menyebabkan mukosa dibawah gigitiruan penuh akan tertutup dalam jangka waktu yang lama, sehingga dapat menghambat self cleansing dan meningkatkan perlekatan mikroorganisme.6,7 Permukaan dalam gigitiruan dapat menyebabkan perlekatan mikroorganisme yang dapat menyebabkan koloninya berproliferasi dan terjadi pembentukan plak yang dapat mempengaruhi kesehatan rongga mulut dan sistemik. Perlekatan mikroorganisme ini dapat menyebabkan terjadinya bau mulut, denture

stomatitis dan berbagai keluhan lain yang berkaitan dengan gigitiruan.8,9

Pemakaian gigitiruan yang terus menerus dan kebersihan gigitiruan yang tidak memadai akan mengakibatkan penumpukan plak pada permukaan gigitiruan, yang merupakan tempat sangat ideal untuk pertumbuhan Candida spp dan mikroorganisme lainnya yang akan memperbesar infeksi dan reaksi peradangan pada mukosa yang berkontak dengan gigitiruan.10 Pemakaian gigitiruan dapat mengubah ekologis rongga mulut baik secara kuantitatif maupun kualitatif, seperti meningkatkan jumlah mikroorganisme oral. Staphylococcus, streptococcus, candida dan lactobacillus ditemukanmeningkat pada pemakai gigitiruan dan juga mikroorganisme lain seperti

enterobacteriae, spirochetes dan anaerob berpigmen hitam.5

(59)

3

Menurut penelitian permukaan resin akrilik polymethyl methacrylate (PMMA) yang kasar mempengaruhi akumulasi plak dan kolonisasi mikroorganisme. Berdasarkan pada observasi bahwa regio posterior gigitiruan terkontaminasi lebih berat daripada regio anterior dan bagian dalam kebanyakan gigitiruan umumnya lebih terkontaminasi daripada permukaan luar. Porositas pada permukaan gigitiruan berperan penting dalam proses pembentukan plak.11

Candida species merupakan bagian dari flora mikroorganisme mulut manusia.

Kemampuan Candida untuk melekat ke host jaringan mukosa serta permukaan akrilik gigitiruan, produksi enzim proteolitik yang mempersiapkan penetrasi ke dalam jaringan, perpindahan yeast ke bentuk hifa dan beberapa kegiatan imunomodulator dikenal sebagai faktor virulen bagi jamur.10 Kolonisasi Candida dan pembentukan biofilm pada gigitiruan dapat lebih dipengaruhi oleh kebersihan rongga mulut dan karakteristik gigitiruan. Kebersihan pribadi, seperti melepas gigitiruan di malam hari, menggunakan pembersih gigitiruan, dan merokok telah terbukti dapat mempengaruhi kolonisasi.11 Biofilm Candida menunjukkan kecenderungan untuk melekat pada retakan dan ketidaksempurnaan pada akrilik gigitiruan. Meskipun hal ini diakui

bahwa perlekatan mikroorganisme pada permukaan gigitiruan merupakan prasyarat bagi kolonisasi, kekasaran permukaan akan mempengaruhi retensi mikroorganisme.12

Kebersihan gigitiruan sangat penting, gigitiruan yang mengandung debris, kalkulus dan stain dapat menyebabkan iritasi dan respon jaringan selanjutnya. Partikel makanan yang terletak di antara gigitiruan dan gingiva atau antara gigitiruan dan palatum menyebabkan berkembangnya Candida spp dan mikroorganisme lain.13

(60)

4

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Berapa jumlah koloni Candida spp pada lansia yang memakai gigitiruan penuh dari akrilik pada maksila?

2. Berapa jumlah koloni Candida spp pada lansia yang tidak memakai gigitiruan?

3. Apakah terdapat perbedaan jumlah koloni Candida spp pada lansia yang memakai dengan yang tidak memakai gigitiruan penuh dari akrilik pada maksila?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui jumlah koloni Candida spp padalansia yang memakai gigitiruan penuh dari akrilik pada maksila.

2. Untuk mengetahui jumlah koloni Candida spp padalansia yang tidak memakai gigitiruan.

3. Untuk mengetahui perbedaan jumlah koloni Candida spp padalansia yang memakai dengan yang tidak memakai gigitiruan penuh dari akrilik pada maksila.

1.4 Hipotesis Penelitian

Hα : Terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah koloni Candida

spp pada lansia yang memakai dengan yang tidak memakai gigitiruan

(61)

5

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Sebagai data dan informasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran gigi mengenai kolonisasi Candida spp pada lansia pemakai gigitiruan penuh.

2. Sebagai data awal untuk melakukan penelitian berikutnya tentang pengaruh gigitiruan penuh terhadap rongga mulut.

1.5.2 Manfaat Praktis

(62)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Biologi Oral

Tahun 2016

Widya Julianti

Jumlah koloni Candida spp pada lansia yang memakai dan tidak memakai gigitiruan

penuh dari akrilik pada maksila.

x + 42 halaman

Pemakaian gigitiruan penuh yang terus-menerus dan kebersihan gigitiruan

yang tidak memadai akan mengakibatkan penumpukan plak pada permukaan

gigitiruan. Gigitiruan penuh dapat menyebabkan mukosa palatum tertutup dalam

jangka waktu yang lama, sehingga menghasilkan lingkungan yang kondusif untuk

pertumbuhan Candida. Hal ini disebabkan oksigen dan pH yang rendah, dan

berkurangnya aliran saliva sehingga menghambat fungsi self cleansing. Tujuan

penelitian ini untuk mengetahui jumlah koloni Candida spp pada lansia yang

memakai gigitiruan penuh dari akrilik pada maksila dan tidak memakai gigitiruan

serta perbedaan jumlah koloni Candida spp antara kedua kelompok. Rancangan

penelitian ini adalah cross sectional. Sampel adalah para lansia yang menghuni Panti

Jompo Babussalam di Tanjung Pura, Langkat. Jumlah sampel adalah 10 orang lansia

yang memakai gigitiruan penuh dari akrilik pada maksila dan 10 orang lansia yang

tidak memakai gigitiruan. Spesimen diambil dengan melakukan swab pada

permukaan palatum subjek menggunakan kapas lidi steril, dan diletakkan pada media

(63)

jumlah koloni Candida spp (CFU/ml). Hasil penelitian ini menunjukkan nilai rerata

jumlah koloni Candida spp pada lansia yang memakai gigitiruan penuh

296,60±63,267 sedangkan pada lansia yang tidak memakai gigitiruan 96,00±64,842.

Hasil uji T berpasangan menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05)

antara kelompok lansia yang memakai gigitiruan penuh dengan kelompok yang tidak

memakai gigitiruan. Kesimpulan dari penelitian ini, kelompok lansia yang memakai

gigitiruan penuh menunjukkan rerata jumlah koloni Candida spp meningkat daripada

kelompok yang tidak memakai gigitiruan akibat saliva dan imunitas sel yang

memberikan perlindungan terhadap infeksi Candida mulai menurun seiring dengan

bertambahnya usia.

(64)

JUMLAH KOLONI Candida spp PADA LANSIA YANG

MEMAKAI DAN TIDAK MEMAKAI GIGITIRUAN

PENUH DARI AKRILIK PADA MAKSILA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

WIDYA JULIANTI NIM: 110600008

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(65)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Biologi Oral

Tahun 2016

Widya Julianti

Jumlah koloni Candida spp pada lansia yang memakai dan tidak memakai gigitiruan

penuh dari akrilik pada maksila.

x + 42 halaman

Pemakaian gigitiruan penuh yang terus-menerus dan kebersihan gigitiruan

yang tidak memadai akan mengakibatkan penumpukan plak pada permukaan

gigitiruan. Gigitiruan penuh dapat menyebabkan mukosa palatum tertutup dalam

jangka waktu yang lama, sehingga menghasilkan lingkungan yang kondusif untuk

pertumbuhan Candida. Hal ini disebabkan oksigen dan pH yang rendah, dan

berkurangnya aliran saliva sehingga menghambat fungsi self cleansing. Tujuan

penelitian ini untuk mengetahui jumlah koloni Candida spp pada lansia yang

memakai gigitiruan penuh dari akrilik pada maksila dan tidak memakai gigitiruan

serta perbedaan jumlah koloni Candida spp antara kedua kelompok. Rancangan

penelitian ini adalah cross sectional. Sampel adalah para lansia yang menghuni Panti

Jompo Babussalam di Tanjung Pura, Langkat. Jumlah sampel adalah 10 orang lansia

yang memakai gigitiruan penuh dari akrilik pada maksila dan 10 orang lansia yang

tidak memakai gigitiruan. Spesimen diambil dengan melakukan swab pada

permukaan palatum subjek menggunakan kapas lidi steril, dan diletakkan pada media

(66)

jumlah koloni Candida spp (CFU/ml). Hasil penelitian ini menunjukkan nilai rerata

jumlah koloni Candida spp pada lansia yang memakai gigitiruan penuh

296,60±63,267 sedangkan pada lansia yang tidak memakai gigitiruan 96,00±64,842.

Hasil uji T berpasangan menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05)

antara kelompok lansia yang memakai gigitiruan penuh dengan kelompok yang tidak

memakai gigitiruan. Kesimpulan dari penelitian ini, kelompok lansia yang memakai

gigitiruan penuh menunjukkan rerata jumlah koloni Candida spp meningkat daripada

kelompok yang tidak memakai gigitiruan akibat saliva dan imunitas sel yang

memberikan perlindungan terhadap infeksi Candida mulai menurun seiring dengan

bertambahnya usia.

(67)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 7 April 2016

Pembimbing : Tanda Tangan

(68)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 7 April 2016

TIM PENGUJI

KETUA : Lisna Unita, drg., M.Kes

ANGGOTA : 1. Dr. Ameta Primasari, drg., M.DSc., M.Kes

Gambar

Gambar 4. Alat-alat penelitian yang digunakan (dokumentasi)
Gambar 6. Prosedur penanaman Candida spp. A) sampel di vibrasi dengan
Tabel 1. Data responden berdasarkan kelompok dan usia
Gambar 7. Koloni Candida spp                  (A) kelompok yang memakai gigitiruan penuh (B) kelompok yang tidak                    memakai gigitiruan (dokumentasi)
+5

Referensi

Dokumen terkait

DOMAIN/KATA KERJA RANAH KOGNITIF (TAKSONOMI

AANWIJZING SEWA MESIN FOTO COPY DIGITAL MULTIFUNGSI KECEPATAN TINGGI DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN RI JL.. KEBON SIRIH NO.14 JAKARTA UNTUK PERIODE BULAN

Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pejabat Pengadaan

Alamat : Griya Gejawan Indah H.178, Balecatur, Gamping, Sleman

Kebon Sirih No.14 Jakarta Pusat melalui situs www.lpse.depkeu.go.id telah diadakan Rapat Penjelasan (Aanwijzing) dengan e-procurement Pemilihan Penyedia Barang/Jasa

Demikian pengumuman ini disampaikan, kepada peserta lelang yang berkeberatan atas penetapan pemenang lelang, diberikan kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara tertulis,

Pada hari ini Jumat, tanggal delapan belas bulan Oktober tahun dua ribu tiga belas, pukul 14.00 WIB bertempat di Ruang Sidang Unit Layanan Pengadaan Universitas

[r]