• Tidak ada hasil yang ditemukan

Limbah tauge merupakan hasil ikutan pembuatan tauge kacang hijau, berdasarkan hasil penelitian pendahuluan, menunjukkan bahwa secara fisik komposisinya didominasi oleh komponen kulit tauge (70.90%) dan sisanya (20.10%) adalah tauge dan potongan-potongannya. Kulit tauge mengandung serat kasar yang cukup tinggi, dengan kandungan NDF dan ADF yang tinggi pula, sehingga mempengaruhi kecernaan limbah tauge. Namun demikian komponen tauge yang kandungan proteinnya tinggi, secara keseluruhan meningkatkan kadar protein kasar limbah tauge (13.76%), cukup baik untuk pertumbuhan domba.

Kandungan antinutrisi tanin limbah tauge yang lebih rendah dari rumput diduga dapat menyebabkan pemanfaatan protein limbah tauge oleh tubuh ternak lebih efisien di dibandingkan rumput, apabila diberikan kepada ternak, khususnya ternak ruminansia. Kandungan tanin terkondensasi yang rendah pada ransum domba memberikan keuntungan. Tanin menurunkan ekses kehilangan protein oleh degradasi mikroba rumen, sehingga proporsi protein hijauan pakan yang by pass menjadi lebih tinggi dan meningkatkan absorbsi asam amino bila dibandingkan dengan ransum yang tidak mengandung tannin.

Kandungan fitat limbah tauge yang cukup besar pada limbah tauge tidak menjadi masalah, karena pada ternak ruminansia, mikroba di dalam rumen menghasilkan enzim fitase yang cukup banyak yang dapat membantu metabolisme senyawa tersebut, yang sebagian berguna sebagai sumber Posfor bagi induk semang. Aktivitas enzim amilase pada limbah tauge tidak banyak bermanfaat pada ternak ruminansia, sedangkan enzim protease berpengaruh nyata melalui perombakan beberapa dinding sel yang mengandung senyawa nitrogen yang secara fisik menghambat degradasi hijauan di dalam rumen.

Sementara itu, kandungan vitamin E yang relatif tinggi pada limbah tauge meningkatkan potensinya sebagai bahan pakan ternak yang baik, melalui perannya dalam meningkatkan daya tahan tubuh dan mengatasi stres pada ternak Berdasarkan kajian pada penelitian utama pengaruh limbah tauge yang disertai perlakuan manajemen perbedaan waktu pemberian pakan terhadap produktivitas dan kesejahteraan ternak pada domba lokal unggul yaitu domba Garut ternyata menguatkan hipotesis diatas.

Ransum limbah tauge (60% konsentrat + 40 limbah tauge) nyata berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas dan kesejahteraan ternak Hasil pengukuran berbagai variabel yang merupakan indikator produktivitas dan kesejahteraan ternak, yaitu berupa tingkah laku,respon fisiologis serta performa pertumbuhan maupun pasca panen menguatkan kebenaran tersebut.

Berdasarkan pengamatan selama 24 jam maupun pengamatan siang dan malam secara terpisah, pemberian ransum limbah tauge dan waktu pemberian pakan pada sore hari, meningkatkan frekuensi dan durasi tingkah laku istirahat dibandingkan ransum rumput serta menurunkan tingkah laku makan dan tingkah laku lainnya pada pemberian pakan pada sore hari..Penampilan limbah tauge yang berwarna hijau segar dengan ukuran partikel relatif kecil disertai campuran tauge beserta potongan-potongannya yang merupakan tumbuhan muda menimbulkan aroma khas sayuran, mengundang selera makan domba, sehingga durasi tingkah laku makan lebih singkat.

Respon fisiologis menunjukkan hasil yang berbeda pada denyut jantung, dipengaruhi oleh interaksi antara jenis pakan dan waktu pemberiannya. Sementara itu, terhadap laju respirasi dan suhu rektal domba tidak berpengaruh. Denyut jantung yang lebih tinggi pada domba yang diberi ransum limbah tauge dibandingkan domba dengan ransum rumput, kemungkinan disebabkan karena kandungan antinutrisi pada limbah tauge yaitu haemagglutinin yang dalam penelitian ini tidak menjadi variabel yang diamati. Namun dari literatur dapat diketahui bahwa tauge kacang hijau mengandung Haemagglutinin yang dapat menyebabkan penggumpalan sel darah merah, sehingga jantung akan berdenyut lebih cepat untuk mengedarkan darah. Namun secara keseluruhan denyut jantung domba dalam penelitian ini (93.97-107.97 kali per menit) masih termasuk dalam kategori normal. Jumlah denyut jantung pada domba normal berkisar antara 60- 120 kali per menit. Respirasi domba pada semua perlakuan dalam penelitian ini berkisar antara 42.27 – 50.33 dengan rataan sebesar 46.77 kali per menit lebih tinggi dari respirasi normal dan termasuk dalam kategori stres panas ringan. Respirasi normal pada domba berkisar antara 20-40 kali per menit dan terjadi stres panas ringan, apabila respirasi (40-60 kali per menit), stres panas sedang (60-80 kali per menit) dan stres panas tinggi (80-200 kali per menit). Sementara itu, suhu rektal domba hasil penelitian ini berkisar antara 38.84- 39.10ºC termasuk dalam kategori normal. Kisaran suhu tubuh domba adalah 38.8-39.9°C. berbagai variabel profil hematologi dan status metabolit yang diamati juga mendukung bahwa ransum limbah tauge tidak mengganggu metabolisme di dalam tubuh domba, sehingga produktivitas domba dan kesejahteraannya cukup baik.

Ransum limbah tauge yang lebih palatabel menyebabkan domba suka mengkonsumsinya, sehingga konsumsi pakan dan nutrien pakan lebih tinggi dibandingkan ransum rumput. Konsumsi nutrien yang tinggi pada domba yang diberi limbah tauge ini pada akhirnya berimbas pada peningkatan pertumbuhan yang diperlihatkan pada pertambahan bobot badan harian (pbbh) yang tinggi. Selain itu waktu pemberian pakan sore hari juga mampu meningkatkan pbbh domba. Secara bersama-sama ransum limbah tauge yang palatabel dan metabolisme di dalam tubuh berlangsung pada suhu lingkungan yang nyaman pada malam hari menghasilkan efisiensi penggunaan pakan yang tinggi, yang ditunjukkan nilai rasio konversi pakan (FCR) yang semakin kecil.

Secara ekonomi, efisiensi penggunaan pakan yang tinggi pada ransum limbah tauge ini akan meningkatkan pendapatan. FCR sebesar 6.07 pada domba yang diberi ransum (campuran konsentrat + 40% limbah tauge) dengan pemberian pada sore hari menunjukkan bahwa untuk menghasilkan satu kg pertambahan bobot hidup membutuhkan sebanyak 6.07 kg pakan/ransum. Dengan asumsi harga rumput sama dengan limbah tauge, demikian juga harga konsentrat 1 dan konsentrat 2 juga sama, sehingga harga ransum rumput (R1) sama dengan ransum limbah tauge (R2), misalnya Rp 3000,-, maka biaya pakan yang dibutuhkan sebesar Rp 18 210,- (6.07 x Rp 3000,-). Sementara itu, dengan asumsi harga per kg bobot hidup domba saat ini Rp 70 000,-, maka pendapatan sesudah biaya pakan per satu kg pertambahan bobot hidup pada domba dengan ransum limbah tauge dan waktu pemberian pada sore hari mencapai Rp 51 790,- (Rp 70 000,- - Rp 18 210,-). Pendapatan ini lebih besar bila dibandingkan pada domba yang diberi ransum rumput dan pemberian pakan pada sore hari dengan FCR sebesar 8.27, maka pendapatannya sebesar Rp 45 190,- (Rp 70 000,- - (8.27 x Rp 3000,-)).

Ditinjau dari segi waktu pencapaian pertambahan bobot badan domba, dengan ransum limbah tauge dan waktu pemberian pakan sore hari memerlukan waktu yang jauh lebih cepat yaitu 6.34 hari (1kg/157.59g) dibandingkan dengan ransum rumput dan waktu pemberian sore hari, 12.61 hari.

Berdasarkan variabel pasca panen menunjukkan bahwa pemberian ransum limbah tauge memberikan pengaruh yang lebih baik pada kualitas karkas dan daging, kecuali kandungan lemak dibandingkan ransum rumput. Namun waktu pemberian pakan sore hari cenderung menurunkan kadar lemak karkas maupun daging. Kandungan asam lemak, terutama asak lemak tak jenuh (PUFA) lebih tinggi pada domba yang diberi ransum rumput, kecuali asam lemak linoleat cenderung lebih tinggi pada domba yang diberi ransum limbah tauge. Sebaliknya asam lemak jenuh SFA lebih tinggi pada domba yang diberi limbah tauge. Kadar kolesterol daging domba yang diberi ransum limbah tauge pada sore hari cenderung lebih rendah dari pada daging domba yang diberi ransum limbah tauge pagi hari dan yang diberi ransum rumput pada pagi dan sore hari.

Dokumen terkait