• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1 Karakteristik Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung Berdasarkan Sosiodemografi

5.1.1 Umur

Proporsi umur bayi yang menderita penyakit Hirschsprung di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010-2012 dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 5.1 Diagram Pie Distribusi Proporsi Umur Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010-2012

Dari gambar 5.1 dapat dilihat bahwa proporsi umur bayi lebih besar pada kelompok umur 0-28 hari 60,0% dibandingkan dengan kelompok umur >28 hari-1 tahun 40,0%. Penyakit Hirschsprung merupakan penyebab terbanyak obstruksi kolon pada neonatal (0-28 hari).34

Berdasarkan hasil penelitian Nasir, dkk. di Pediatric Surgical Unit Nigeria pada tahun 1998-2005 menyatakan bahwa penyakit Hirschsprung banyak terjadi pada

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Monajemzadeh, dkk. di Children's Medical Center in Tehran, Iran yang menyatakan bahwa penyakit Hirschsprung banyak terjadi pada kelompok umur neonatal.36

Hasil penelitian Irawan pada kurun waktu 1997-2002 di RSUD Pirngadi dan RSUP H. Adam Malik menunjukkan bahwa kelompok umur terbanyak bayi yang menderita penyakit Hirschsprung adalah 0-1 bulan.18

5.1.2 Jenis Kelamin

Proporsi jenis kelamin bayi yang menderita penyakit Hirschsprung di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010-2012 dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 5.2 Diagram Pie Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010-2012

Dari gambar 5.2 dapat dilihat bahwa proporsi jenis kelamin yang lebih besar adalah laki-laki 72,7% sedangkan perempuan 27,3%. Penyakit Hirschsprung terjadi

empat kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan perempuan. Namun para peneliti masih menyelidiki mengapa hal tersebut dapat terjadi.37

Berdasarkan hasil penelitian Ryan, dkk. di Children’s Hospital Medical Center and the Department of Surgery, Harvard Medical School, Boston tahun 1969- 1985 menyatakan bahwa bayi yang menderita penyakit Hirschsprung terbanyak pada laki-laki (80%).38

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Izadi, dkk. di Specialized Re-ferral Medical Center at Poursina Hospital, Gilan, Iran Utara pada tahun 1995- 2001 yang menyatakan bahwa penyakit Hirschsprung terjadi lebih banyak pada bayi berjenis kelamin laki-laki (67%).39

Penelitian Irawan pada kurun waktu 1997-2002 di RSUD Pirngadi dan RSUP H. Adam Malik menunjukkan bahwa bayi yang terbanyak menderita penyakit Hirschsprung adalah laki-laki (82,3%).18

Hasil penelitian Sari di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2005-2009 juga menyatakan bahwa penyakit Hirschsprung lebih banyak terjadi pada bayi yang berjenis kelamin laki-laki (72%).27

5.1.3 Daerah Asal

Proporsi daerah asal bayi yang menderita penyakit Hirschsprung di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010-2012 dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 5.3 Diagram Pie Distribusi Proporsi Daerah Asal Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010-2012

Berdasarkan gambar 5.3 dapat dilihat bahwa proporsi daerah asal bayi lebih besar berasal dari luar Kota Medan 85,5% dibandingkan dengan bayi yang berasal dari Kota Medan 14,5%. Banyaknya penderita yang berasal dari luar Kota Medan kemungkinan disebabkan fungsi RSUP H. Adam Malik sebagai pusat rujukan kesehatan untuk wilayah Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darusssalam, Sumatera Barat, dan Riau. Adapun proporsi penderita yang berasal dari luar Kota Medan mencakup Deli Serdang 21,2%, Langkat 15,9%, Aceh 11,7%, Tapanuli Selatan 8,5%, Labuhan Batu Selatan dan Binjai masing-masing 6,3%, Asahan, Karo, Serdang Bedagai, dan Simalungun masing-masing 5,2%, Tobasa 2,1%, dan Dairi, Nias, serta Tapanuli Tengah masing-masing 1%.

5.1.4 Asal Rujukan

Proporsi asal rujukan bayi yang menderita penyakit Hirschsprung di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010-2012 dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 5.4. Diagram Pie Distribusi Proporsi Asal Rujukan Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010-2012

Berdasarkan gambar 5.4 dapat dilihat bahwa proporsi asal rujukan tertinggi yaitu Rumah Sakit Umum Kabupaten/Kota 51,8% dan terendah dokter praktik umum dan spesialis 4,5%.

Asal rujukan Rumah Sakit Umum Kabupaten/Kota merupakan asal rujukan tertinggi kemungkinan disebabkan karena masyarakat berasumsi rumah sakit umum menerima lebih banyak jenis pembayaran yang akan memudahkan pasien dalam hal biaya seperti pelayanan Jamkesmas atau SKTM (Surat Keterangan Tanda Tak Mampu).

5.2 Karakteristik Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung Berdasarkan Status Rawatan

5.2.1 Keluhan Utama

Proporsi keluhan utama bayi yang menderita penyakit Hirschsprung di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010-2012 dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 5.5 Diagram Pie Distribusi Proporsi Keluhan Utama Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010-2012

Dari gambar 5.5 dapat dilihat bahwa proporsi keluhan tertinggi yaitu perut membesar 56,4% dan terendah muntah 2,4%. Penyakit Hirschsprung terjadi akibat kegagalan sel-sel neuroblas bermigrasi ke dinding usus sehingga menyebabkan tidak adanya sel-sel ganglion parasimpatis otonom pada pleksus submukosa (Meissner) dan myenterik (Auerbach). Persarafan parasimpatik yang tidak sempurna mengakibatkan peristaltik abnormal pada kolon (usus besar) sehingga proksimal yang normal akan melebar oleh tinja yang tertimbun, membentuk megakolon yang dapat membuat perut bayi membesar.11,12

Keadaan fisik bayi abnormal (perut membesar) tentu dapat dilihat dan diamati secara langsung oleh orang tua sehingga masalah ini kerap menjadi keluhan utama orang tua membawa bayi untuk diperiksa oleh petugas kesehatan.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Nasir dkk. di Pediatric Surgical Unit Nigeria pada tahun 1998-2005 yang menyatakan perut membesar adalah keluhan terbanyak yang dikatakan oleh orang tua yang memiliki bayi dengan penyakit Hirschsprung.35

Berdasarkan penelitian Henna, dkk. pada tahun 2009 di Institute of Child Healthand Mayo Hospital, Lahore, Pakistan dinyatakan bahwa keluhan utama orang tua dari bayi yang menderita penyakit Hirschsprung adalah perut membesar.40

5.2.2 Gambaran klinis

Proporsi gambaran klinis bayi yang menderita penyakit Hirschsprung di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010-2012 dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 5.6 Diagram Pie Distribusi Proporsi Gambaran Klinis Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010-2012

Dari gambar 5.6 dapat dilihat bahwa proporsi gambaran klinis bayi yang menderita penyakit Hirschsprung tertinggi adalah distensi abdomen, tidak/sulit BAB, keterlambatan mekonium 44,5% dan terendah distensi abdomen, keterlambatan mekonium, BAB 3,6%.

Bayi secara normal akan mengeluarkan mekonium (feses pertama bayi yang baru lahir) dalam usia 24-48 jam pertama. Namun, pada bayi dengan penyakit Hirschsprung hal ini tidak terjadi karena tidak adanya sel-sel ganglion pada usus yang berfungsi mengatur kontraksi dan relaksasi pada usus. Hal ini pulalah yang menyebabkan bayi dengan penyakit Hirschsprung kerap mengalami konstipasi atau sulit bahkan tidak dapat BAB (Buang Air Besar). Motilitas yang abnormal pada usus membuat feses tertahan di dalam kolon tanpa dapat dilakukan evakuasi feses secara spontan. Kegagalan mengeluarkan feses tersebut juga mengakibatkan terjadinya dilatasi proksimal dan distensi abdomen (perut membesar).41,42

Berdasarkan hasil penelitian Nasir, dkk. di Pediatric Surgical Unit Nigeria pada tahun 1998-2005 menyatakan bahwa gambaran klinis yang paling banyak ditemukan pada bayi dengan penyakit Hirschsprung adalah distensi abdomen, konstipasi (sulit BAB), dan keterlambatan mekonium.35

Hasil penelitian Izadi, dkk. di Specialized Re-ferral Medical Center at Poursina Hospital, Gilan, Iran Utara pada tahun 1995-2001 juga mendukung bahwa distensi abdomen, konstipasi, dan keterlambatan mekonium menjadi gambaran klinis yang paling banyak ditemukan pada penderita penyakit Hirschprung.39

Namun, hal berbeda ditunjukkan oleh hasil penelitian Henna, dkk. pada tahun 2009 di Institute of Child Healthand Mayo Hospital, Lahore, Pakistan yang

menyatakan bahwa gambaran klinis yang paling sering ditemukan adalah distensi abdomen, konstipasi, dan muntah.40

Demikian pula dengan hasil penelitian Sari di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2005-2009 yang menunjukkan bahwa gambaran klinis yang paling banyak terjadi adalah distensi abdomen, sulit BAB, dan muntah.27

5.2.3 Pemeriksaan Penunjang

Proporsi bayi yang menderita penyakit Hirschsprung dan melakukan pemeriksaan penunjang di RSUP H. Adam Malik Medan 2010-2012 dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 5.7 Diagram Pie Distribusi Proporsi Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung yang Melakukan Pemeriksaan Penunjang di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010-2012

Dari gambar 5.7 dapat dilihat bahwa proporsi bayi yang melakukan pemeriksaan penunjang lebih besar adalah melakukan pemeriksaan penunjang 85,5%

Ada 16 orang pasien yang tidak melakukan pemeriksaan penunjang yaitu dengan rincian 3 orang menolak dengan alasan biaya karena merupakan pasien umum, 2 orang pasien juga menolak dengan alasan ingin mencari pengobatan di tempat lain, serta 11 orang meninggal tanpa sempat dilakukan pemeriksaan penunjang.

5.2.4 Jenis Pemeriksaan Penunjang

Proporsi bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan jenis pemeriksaan penunjang di RSUP H. Adam Malik tahun 2010-2012 dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 5.8 Diagram Pie Distribusi Proporsi Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung Berdasarkan Jenis Pemeriksaan Penunjang di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010-2012

Dari gambar 5.8 dapat dilihat bahwa bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan jenis pemeriksaan penunjang tertinggi adalah pemeriksaan radiologi (enema barium) 22,3% dan terendah pemeriksaan patologi anatomi 1,1%.

Pemeriksaan foto polos abdomen dan terkhusus pemeriksaan enema barium merupakan pemeriksaan diagnostik terpenting untuk mendeteksi penyakit Hirschsprung secara dini pada penderita penyakit Hirschsprung.11 Pemeriksaan enema barium merupakan pemeriksaan standart dalam menegakkan penyakit Hirschsprung. Apabila dari foto barium enema tidak terlihat tanda-tanda khas penyakit Hirschsprung, maka dapat dilanjutkan dengan foto retensi barium, yakni foto setelah 24-48 jam barium dibiarkan membaur dengan feces.17

Diagnosis patologi anatomi penyakit Hirschsprung dilakukan melalui prosedur biospsi yang dilaporkan Swenson pada tahun 1955 dengan eksisi seluruh tebal dinding mukulus rektum, sehingga pleksus myenterik dapat diperiksa. Tidak ditemukannya sel ganglion membuktikan diagnosa penyakit ini. Prosedur biopsi ini secara teknik relatif sulit karena memerlukan anastesi umum, juga menyebabkan inflamasi dan pembentukan jaringan fibrosis yang dapat mempersulit pembedahan selanjutnya.12

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Monajemzadeh, dkk. di Children's Medical Center in Tehran, Iran yang menyatakan bahwa enema barium merupakan pemeriksaan penunjang yang paling banyak dilakukan untuk menegakkan diagnosa penyakit Hirschsprung (81,1%).36

Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Sari di RSUP H. Adam Malik tahun 2005-2009 yang menyatakan bahwa pemeriksaan penunjang yang paling banyak dilakukan adalah pemeriksaan radiologis (foto polos abdomen) 54%.27

5.2.5 Penatalaksanaan Medis

Proporsi bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan penatalaksanaan medis di RSUP H. Adam Malik tahun 2010-2012 dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 5.9 Diagram Pie Distribusi Proporsi Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di RSUP H. Adam Malik Tahun 2010-2012

Dari gambar 5.9 dapat dilihat bahwa proporsi bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan penatalaksanaan medis lebih besar yaitu bayi yang tidak diterapi 59,1% dibandingkan bedah 40,9%. Tindakan bedah yang dilakukan terdiri atas kolostomi sebanyak 10 orang (22,2%) dan bedah definitif 35 orang (77,8%).

Tindakan yang dilakukan pada bayi yang tidak diterapi berupa pemberian obat-obatan seperti antibiotik dan pemasangan infus untuk mencegah terjadinya komplikasi dan menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh.12,33

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Nasir, dkk. di Pediatric Surgical Unit Nigeria pada tahun 1998-2005 yang menyatakan bahwa penatalaksanaan medis yang lebih banyak dilakukan adalah bedah.35

5.2.6 Komplikasi

Proporsi bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan komplikasi di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010-2012 dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 5.10 Diagram Pie Distribusi Proporsi Bayi yang Menderita penyakit Hirschsprung Berdasarkan Komplikasi di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010-2012

Dari gambar 5.10 dapat dilihat bahwa proporsi bayi yang menderita penyakit Hirschsprung lebih besar yaitu tidak mengalami komplikasi 80,0% sedangkan ada komplikasi 20,0%. Komplikasi yang dialami diantaranya 17 orang sepsis (77,3%), 2 orang stenosis (9,1%), dan 3 orang enterokolitis (13,6%).

Infeksi pada penyakit Hirschsprung bersumber pada kondisi obstruksi usus letak rendah. Distensi usus mengakibatkan hambatan sirkulasi darah pada dinding usus, sehingga dinding usus mengalami iskemia dan anoksia. Jaringan iskemik mudah terinfeksi oleh kuman dan kuman menjadi lebih virulen. Terjadi invasi kuman dari lumen usus ke mukosa, submukosa, lapisan muscular, dan akhirnya ke rongga peritoneal atau terjadi sepsis.11 Perawatan serta penanganan yang terlambat menjadi salah satu penyebab tingginya kejadian sepsis pada bayi yang menderita penyakit Hirschsprung di RSUP H. Adam Malik Medan.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Izadi, dkk. di Specialized Re- ferral Medical Center at Poursina Hospital, Gilan, Iran Utara pada tahun 1995-2001 yang menyatakan bahwa komplikasi yang paling banyak ditemukan pada bayi yang menderita penyakit Hirschsprung adalah enterokolitis .39

5.2.7 Sumber Biaya

Proporsi bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan sumber biaya di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010-2012 dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 5.11 Diagram Bar Distribusi Proporsi Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung Berdasarkan Sumber Biaya di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010-2012

Dari gambar 5.11 dapat dilihat bahwa proporsi bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan sumber biaya tertinggi yaitu jamkesmas 42,7% dan terendah JKA 1,8%. JKA (Jaminan Kesehatan Aceh) merupakan jaminan kesehatan yang diperuntukkan bagi seluruh masyarakat Aceh.

Tingginya proporsi bayi dengan sumber pembiayaan Jamkesmas dapat diasumsikan karena sebagian besar orang tua dari bayi yang menderita di RSUP H. Adam Malik Medan berasal dari sosial ekonomi rendah.

Sebanyak 16 orang pasien dengan biaya sendiri merupakan pasien rujukan luar Kota Medan serta 1 orang merupakan pasien yang berasal dari Kota Medan. Pasien-pasien ini merupakan pasien yang harus dirujuk walaupun pada saat dating ke rumah sakit tidak memiliki jaminan kesehatan yang dibiayai oleh pemerintah. Lama

rawatan dari pasien yang dirawat dengan biaya sendiri juga cukup singkat yaitu 5 hari dengan keadaan sewaktu pulang PBJ 2 orang, PAPS 9 orang, dan meninggal 6 orang.

Berdasarkan hasil penelitian Golberg di Baltimore City and County, Maryland dikatakan bahwa tidak ada ditemukan hubungan antara kejadian penyakit Hirschsprung dengan kondisi sosial-ekonomi keluarga.43

5.2.8 Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan keadaan sewaktu pulang di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010-2012 dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 5.12 Diagram Pie Distribusi Proporsi Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010-2012

Dari gambar 5.12 dapat dilihat bahwa proporsi bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan keadaan sewaktu pulang tertinggi adalah PBJ (Pulang Berobat Jalan) 48,2% dan terendah meninggal 21,8%.

Tingginya bayi yang PBJ di RSUP H. Adam Malik Medan dikarenakan bayi dengan penyakit Hircshsprung tetap harus mendapat perawatan/terapi obat baik pra atau pasca penatalaksanaan medis yang dilakukan guna mencegah terjadinya komplikasi.

Bayi yang meninggal disebabkan karena terjadinya komplikasi dan dengan prognosis yang buruk. Penyebab bayi meninggal di antaranya adalah GSOM (Gagal Sistem Organ Multiple) 22 orang serta sepsis 2 orang. GSOM merupakan penyebab kematian tersering pada pasien yang dirawat di unit perawatan intensif non-koroner dan juga merupakan penyebab tersering morbiditas dan perawatan yang lama. Salah satu faktor resiko utama terjadinya GSOM adalah sepsis. Pada kasus sepsis, terdapat penurunan tekanan perfusi sistemik yang mengakibatkan iskemia sistem organ. Perfusi jaringan menjadi inadekuat dan terjadi gangguan distribusi aliran darah yang membawa oksigen, nutrient, dan zat-zat penting lainnya.44

CFR bayi yang menderita penyakit Hirschsprung di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010-2012 adalah 21,8%. Angka kematian untuk penyakit Hirschsprung berkisar antara 1-10%. Tingginya angka kematian bayi akibat penyakit Hirschsprung di RSUP H. Adam Malik kemungkinan disebabkan karena terlambatnya penanganan atau pengobatan yang dilakukan. Hal ini dapat terjadi karena mayoritas bayi adalah pasien rujukan dari luar Kota Medan. Kondisi bayi yang datang ke RSUP H. Adam Malik sudah dalam keadaan buruk seperti pucat, daya hisap lemah, mengalami dehidrasi, demam, dan sesak nafas.

5.2.9 Lama Rawatan Rata-rata

Lama rawatan rata-rata bayi yang menderita penyakit Hirschsprung adalah 13,56 hari atau 14 hari. SD (Standar Deviasi) 11,90 hari dengan lama rawatan minimum 1 hari dan lama rawatan maksimum 62 hari.

Bayi yang menderita penyakit Hirschsprung paling lama dirawat 62 hari berjumlah 1 bayi dengan jenis kelamin perempuan, pasien rujukan dari Kabupaten Karo, tindakan bedah berupa kolostomi, mengalami komplikasi sepsis serta luka operasi terbuka, sumber biaya SKTM, dan keadaan sewaktu pulang adalah meninggal yang terjadi akibat GSOM.

Sementara itu bayi yang menderita penyakit Hirschsprung yang dirawat hanya dalam 1 hari berjumlah 6 bayi, dengan status pulang atas permintaan sendiri 2 bayi, dan meninggal 4 bayi. Empat bayi yang meninggal dengan lama rawatan 1 hari merupakan pasien rujukan luar Kota Medan yang pada saat datang ke RSUP H. Adam Malik kondisi tubuh sudah dalam keadaan buruk.

5.3 Analisa Statistik

5.3.1 Umur Bayi Berdasarkan Jenis Kelamin

Proporsi umur bayi berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 5.13 Diagram Bar Proporsi Umur Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010-2012

Dari gambar 5.13 dapat dilihat bahwa proporsi bayi dengan jenis kelamin laki-laki, lebih besar pada kelompok umur 0-28 hari yaitu 57,5%, demikian pula dengan jenis kelamin perempuan lebih besar pada kelompok umur 0-28 hari yaitu 66,7%.

Hasil analisis statistik dengan uji Chi-square diperoleh nilai p>0,05 yang artinya tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara umur bayi berdasarkan jenis kelamin.

Hal ini berarti bahwa proporsi bayi yang menderita penyakit Hirschsprung pada kelompok umur 0-28 hari tidak berbeda secara bermakna pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Demikian pula dengan bayi yang menderita penyakit Hirschsprung pada kelompok umur >28 hari-1 tahun tidak berbeda secara bermakna pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan.

5.3.2 Umur Bayi Berdasarkan Penatalaksanaan Medis

Proporsi umur bayi berdasarkan penatalaksanaan medis dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.14 Diagram Bar Proporsi Umur Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010-2012

Dari gambar 5.14 dapat dilihat bahwa pada bayi yang tidak diterapi, proporsi umur lebih besar pada kelompok umur 0-28 hari 80%, sedangkan pada bayi dengan penatalaksanaan medis bedah, proporsi umur lebih besar ada pada kelompok umur >28 hari – 1 tahun 68,9%.

Hasil analisis statistik dengan uji Chi-square diperoleh nilai p<0,05 yang artinya ada perbedaan proporsi yang bermakna antara umur bayi berdasarkan penatalaksanaan medis.

Penatalaksanaan medis khusus untuk penyakit Hirschsprung ditentukan oleh dokter yang menangani bayi tersebut berdasarkan besarnya masalah yang terjadi,

umur dari bayi, kondisi kesehatan secara keseluruhan, serta toleransi terhadap obat- obatan tertentu.45

Haricharan dkk. mengatakan bahwa bahwa tindakan bedah biasanya dilakukan pada saat umur bayi 3 bulan – 1 tahun.46 Berdasarkan hasil penelitian Henna, dkk. pada tahun 2009 di Institute of Child Healthand Mayo Hospital, Lahore, Pakistan menyatakan bahwa tindakan bedah dilakukan pada bayi berumur 6-12 bulan.40

5.3.3 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Penatalaksanaan Medis

Proporsi lama rawatan rata-rata bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan penatalaksanaan medis di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010- 2012 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.15 Diagram Bar Lama Rawatan Rata-rata Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010-2012

Berdasarkan gambar 5.15 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata bayi yang tidak diterapi adalah 21,58 hari (22 hari), sedangkan lama rawatan rata-rata bayi dengan penatalaksanaan medis non-bedah adalah 8,02 hari (8 hari).

Berdasarkan hasil uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh p<0,05 artinya data lama rawatan tidak berdistribusi normal sehingga tidak dapat dilakukan dengan uji t- test kemudian dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Berdasarkan uji Mann-Whitney diperoleh nilai p<0,05, hal ini berarti ada perbedaan bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan penatalaksanaan medis.

Penatalaksanaan medis bedah memiliki lama rawatan rata-rata yang lebih lama kemungkinan disebabkan karena persiapan-persiapan yang dilakukan sebelum melakukan tindakan bedah seperti proses administrasi, terapi medis untuk menunjang kondisi tubuh bayi, serta konseling dengan orang tua bayi mengenai segala kemungkinan yang akan terjadi pada tindak pembedahan.

5.3.4 Komplikasi Berdasarkan Penatalaksanaan Medis

Proporsi komplikasi bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan penatalaksanaan medis di RSUP H. Adam Malik tahun 2010-2012 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.16 Diagram Bar Komplikasi Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010-2012

Berdasarkan gambar 5.16 dapat dilihat bahwa bayi yang tidak diterapi, proporsi lebih besar tidak mengalami komplikasi 75,4%. Demikian pula bayi dengan penatalaksanaan medis bedah, proporsi yang lebih besar adalah tidak mengalami komplikasi 86,7%.

Hasil analisis statistik dengan uji Chi-square diperoleh nilai p>0,05 yang artinya tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara komplikasi berdasarkan penatalaksanaan medis.

Hal ini berarti bahwa proporsi bayi yang menderita penyakit Hirschsprung yang mengalami komplikasi tidak berbeda secara bermakna pada penatalaksanaan medis non-bedah dan bedah. Demikian pula dengan bayi yang menderita penyakit Hirschsprung yang tidak mengalami komplikasi tidak berbeda secara bermakna pada penatalaksanaan medis non-bedah dan bedah.

Proporsi lama rawatan rata-rata bayi yang menderita penyakit Hirschsprung di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010-2012 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.17 Diagram Bar Lama Rawatan Rata-rata Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung Berdasarkan Komplikasi di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010-2012

Berdasarkan gambar 5.17 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata bayi

Dokumen terkait