• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan .1Karang

Dalam dokumen LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI LAUT. pdf (Halaman 63-73)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Pembahasan .1Karang

a. Kondisi Lingkungan Pengambilan Data

Proses pengambilan data berada di daerah Pantai Blebak yang mana berada di derah pantai utara Jawa yang memiliki gelombang relative kecil dengan karakteristik arus yang tenang. Secara umum, kondisi lingkungan pantai Blebak terdapat pipa pembuangan limbah disepanjang perairan yang mengalirkan limbah langsung menuju ke laut. Kondisi tersebut sangatlah berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup karang serta biota-biota yang berada di sekitarnya.

Dapat disimpulakan bahwa kondisi umum tersebut mempengaruhi laju pertumbuhan serta perkembangan ekosistem terumbu karang, limbah-limbah yang mengalir ke laut akan merusak kehidupan karang sehingga mengakibatkan lambatnya pertumbuhan karang di daerah tersebut. Selain itu, pada keadaan tersebut tidak semua karang bisa beradaptasi dan tumbuh. Lingkungan yang lain seperti terdapatnya sedimen yang menyebar juga dapat mempengaruhi pengambilan data. Hal tersebut juga cukup mengganggu saat proses pengambilan data.

b. Hubungnan Lifeform Karang di Perairan Pantai Blebak dengan Kondisi Lingkungannya

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa life form jenis acropora berturut-turut dari nilai frekuensi terbesar hingga yang terkecil diantaranya adalah CE dengan nilai frekuensi sebesar 755 dan presentasi kerapatan relative sebesesar 8.88 %, diikuti oleh life form jenis CS yaitu dengan nilai frekuensinya adalah 702 dan nilai kerapatan relaatifnya adalah 8.26 %, ACS memiliki nilai frekuensi 394 dengan kerapatan relaif 4.64 % , dan seterusnya yaitu ACD, CM, CF, ACE, CB, dengan frekuensi masing-masing yaitu 383, 144, 40, 27, 7. Berdasarkan hasil yang di peroleh jenis life form CE sangat mendominasi di perairan pantai blebak, sedangkan jenis life form yang paling sedikit di temukan adalah jenis CB.

Hubungan life form karang di perairan Pantai Blebak sendiri dengan kondisi lingkungannya dapat terlihat yaitu pada persebaran life form di suatu perairan sangatlah di pengaruhi oleh kondisi lingkungan daerah tersebut dimana faktor-faktor oseanografi ikut berperan dalam persebarannya. Gelombangnya yang tenang serta arusnya yang tidak terlalu besar mengakibatkan life form jenis Non-Acropora menjadi lebih banyak karana pada dasarnya jenis tersebut sangatlah produktif di daerah perairan yang tenang seperti di pantai Blebak.

c. Hubungan Presentase Tutupan Karang dengan Kondisi Lingkungan

Berdasarkan dari hasil praktikum yang diperoleh, dapat disimpulkan jika hubungan antara presentase tutupan karang dengan kondisi lingkungan di perairan pantai Blebak menunjukkan bahwa presentasenya rendah dengan nilai sebesar 28,85 %. Dilihat dari persentase tutupan karang ini, dapat diketahui bahwa hubungan antara tutupan karang dengan kondisi lingkungan di pantai Blebak yaitu persentase tutupan karangnya yang mencapai 28,85 %, sehingga dapat disimpukan bahwa kondisi lingkungannya termasuk kategori yang sedang. Kategori persentase tutupan terumbu karang hidup berdasarkan baku mutu Keputusan MENLH No. 4 Tahun 2001 dengan kriteria sedang yaitu berkisar antara 25 - 49,9%, hal tersebut menunjukkan kondisi lingkungan di pantai Blebak tidak terlalu buruk meskipun masih terdapat limbah-limbah masyarakat yang dibuang ke daerah pantai.

Namun dapat dilihat bahwa terdapat banyaknya karang yang mati. Hal tersebut dapat terjadi karena disebabkan oleh faktor faktor lingkungan yaitu adanya pembangunan pipa yang menyebabkan karang rusak, selain itu pembuangan limbah ke perairan Pantai Blebak akan mengganggu kelangsungan hidup karang maupun biota lain. Selain itu zat-zat kimia yang ada pada limbah tersebut dapat menyebabkan pencemaran yang menjadikan kondisi perairan tidak dapat ditoleransi oleh karang. Karang hanya dapat hidup pada perairan yang tenang, dengan salinitas air laut di daerah tropis rata-rata ± 35 ppm. Sedangkan karang sendiri tumbuh dengan baik yaitu

pada salinitas ± 34 ppm-36 ppm dan juga suhu optimal yaitu antara 25º-29º C.

d. Hubungan Presentase Tutupan Karang dengan Ekosistem Lainnya

Mangrove, lamun dan karang merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, karena ketiganya sangat erat kaitannya dengan keberlangsungan kehidupan suatu perairan. Kondisi gelombang di Pantai Blebak, kec Mlonggo, Jepara tergolong tenang, hal ini dikarenakan gelombang dan arus di perairan Pantai Blebak, Jepara (berada dalam daerah Pantai Utara Jawa) yang memiliki morfologi dasar laut yang tidak curam atau bisa disebut landai. Kedalaman atau morfologi dasar laut sangat mempengaruhi keadaan gelombangnya.

Berdasarkan pengolahan data dapat diketahui bahwa prsentase tutupan karang yang tertinggi yaitu CE. Banyaknya karang yang mati disebabkan karena faktor faktor lingkungan yaitu adanya pembangunan pipa yang menyebabkan karang rusak, selain itu pembuangan limbah ke perairan Pantai Blebak akan mengganggu kelangsungan hidup karang maupun biota lain. Terganggunya kehidupan karang maka akan menurunkan presentase tutupan karang menurunnya tutupan karang akan mengganggu ekosistem karang itu sendiri. Ekosistem karang merupakan salah satu sumber nutrisi bagi biota biota laut, sehingga apabila ekostem tersebut rusak biota biota akan berkurang karena sumber makanan sudah tidak ada.

4.2.2. Lamun

a. Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, didapatkan hasil yaitu pada stasiun 1 diperoleh jumlah tegakan lamun yaitu 1816 tegakan, stasiun 2 yaitu 2326 tegakan dan stasiun 3 yaitu 702 tegakan lamun. Sedangkan berdasarkan transek, yaitu transek A, B dan C secara berturut-turut jumlah tegakan lamun yaitu 1554, 1605 dan 1685 tegakan. Selain itu, kepadatan lamun terbesar terdapat pada transek A, B dan C, nilai

presentase penutupan lamun pada tiap transek adalah sama yaitu 100%. Hal ini dikaranakan, jenis lamun yang terdapat di pantai blebak hanya 1 jenis yaitu Thallasia hemperichii.

b. Kerapatan Lamun di Pantai Blebak

Kerapatan adalah jumlah tegakan per luas area. Kerapatan lamun di Pantai Blebak dapat diketahui dari hasil perhitungan yang telah dilakukan. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa kerapatan lamun didaerah tersebut cukup rapat. Dapat diketahui bahwa kerapatan lamun pada transek A, B dan transek C semuanya terisi. Sehingga didapat kerapatan relatifnya disetiap stasiun adalah sama yaitu 1.

Kerapatan lamun di pantai blebak pada tiap transek dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya banyaknya pembuangan limbah ke laut, tingkat sedimentasi yang banyak serta kerusakan habitatnya yang sudah parah. Nilai kerapatan relative sama dengan nilai kerapatan individu karena didapatkan jenis lamun yang ditemukan hanya satu spesies saja yaitu Thalassia hemprichii.

c. Spesies Lamun di Pantai Blebak

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil yaitu jenis spesies lamun yang terdapat di kawasan pantai blebak hanya 1 jenis yaitu Thallasia hemperichii. Hal ini dikarenakan, adanya pengaruh dari kondisi substrat tempat hidupnya yang didominasi oleh pasir yang agak berlumpur serta jenis sedimen yang banya terendapkan. Selain itu lamun jenis Thallasia hemperichii hidup berada pada salinitas 3,5 – 60 ppm, dan juga salinitas 24 – 35 ppm. Sedangkan, faktor oseanografi juga sangat berperan penting dalam distribusi dan hidupnya lamun di kawasan tersebut. Dapat diketahui bahwa faktor oseanografi yang sangat berpengaruh adalah gelombang dimana gelombang pada perairan tersebut sangat kecil dan tenang. Selain itu, dalam suatu padang lamun, biasanya yang dominan dan paling banyak ditemui hanya 1 jenis lamun yang membentuk suatu ekosistem dan suatu padang lamun. Sehingga yang dapat ditemukan di pantai Blebak hanya 1 spesies.

Spesies lamun di Pantai Blebak ini hanya terdiri dari Thalassia hemprichii yang tumbuh di perairan tersebut dan tidak ditemukan spesies lamun lainnya. Faktor penyebaran Thalassia hemprichii sendiri disebabkan oleh substrat yang mendukung di perairan tersebut yaitu pecahan karang berpasir yang memang merupakan ciri dari ekologi Thalassia hemprichii dan gelombang yang cenderung tenang. Lain halnya dengan spesies Enhalus acaroides sebagai spesies pembanding yang hidup di daerah lumpur berpasir dan cenderung hidup tergenang oleh zona yang dialui oleh gelombang yang kencang sehingga mampu bertahan hidup.

d. Biota yang terdapat di Transek Lamun dan Hubungannya Lamun yang berada di Pantai Blebak, terdapat beberapa jenis biota yang ditemukan pada padang lamun tersebut. Beberapa jenis biota tersebut antara lain adalah bivalvia, gastropoda, dan ikan-ikan kecil yang ditemukan pada saat melakukan analisa terhadap ekosistem lamun. Selain ditemukannya biota, pada ekosistem lamun di perairan Pantai Blebak tersebut juga ditemukan rumput laut (algae). Adanya Sebagaimana yang telah diketahui dari fungsi ekologi lamun yaitu sebagai tempat pemijahan, tempat pengasuhan dan tempat mencari makan.

Biota yang ditemukan di setiap transek sangat berhubungan bagi kelangsungan hidup lamun. Ditemukan jenis gastropoda dan crustacea serta ikan, hal ini dikarenakan fungsi dari lamun tersebut yaitu feeding ground dan spawning ground, feeding ground sendiri berarti tempat mencari makan serta spawning ground adalah tempat pemijahan. Dua fungsi tersebut merupakan fungsi-fungsi utama yang ada pada lamun secara ekologi. Selain itu, dari hasil tersebut juga ditemukan telur ikan, hal ini dikarenakan lamun merupakan tempat terbaik untuk perkembangbiakan biota-biota laut yang dikenal dengan nursery ground atau daerah asuh, ikan-ikan kecil dan telur ikan serta biota-biota kecil lainnya banyak diasuh lamun hingga menjelang dewasa. Selain itu ditemukan juga karang, dimana juga dipengaruhi oleh letak lamunnya, karena semakin dalam suatu perairan maka populasi lamun tidak terlalu banyak hal tersebut dihubungkan dengan banyaknya sinar matahari yang datang. Semakin dalam suatu perairan maka

sinar matahari yang datang akan semakin sedikit, itulah sebabnya lamun tidak bisa hidup diperairan dalam karena lamun memerlukan sinar matahari untuk keberlangsungan hidupnya.

e. Ekosistem Lamun dengan Kondisi Perairan Pantai Blebak Kondisi pantai Blebak yang tidak terlalu baik bagi ekosistem lamun, hal tersebut terlihat dari populasi lamun di daerah tersebut. Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, adanya limbah di daerah tersebut sangat mempengaruhi kehidupan ekosistem lamun itu sendiri, dimana ekosistem lamun akan terganggu dengana adanya limbah yang dibuang ke laut oleh masyarakat. Hal ini menyebabkan ekosistem lamun yang terdapat di kawasan tersebut rusak dan jenis spesies yang ditemukan hanya 1 jenis yaitu Thallasia hemperichii.

Disisi lain perairannya yang tenang seharusnya menjadi tempat yang baik bagi lamun untuk tumbuh dan berkembang, karena lamun akan berkembang dengan baik pada perairan yang tenang. Sehingga lamun dapat tumbuh sebagaimana mestinya yang salah satu contohnya sebagai tempat pemijahan untuk biota lainnya.

4.2.3. Mangrove

a. Karakteristik Habitat Ekosistem Mangrove di Pantai Blebak Praktikum kali ini yaitu praktikum Ekologi Laut yang kita lakukan adalaha di Pantai Blebak Kec Mlongo. Jepara, Jawa Tengah. Mangrove biasanya hidup didaerah berlumpur dan di daerah intertidal. Dan juga mangrove beradaptasi terhadap lingkungannya yang memliki salinitas yang tinggi. Pada pengamatan yang telah dilakukan di pantai Blebak, terdapat beberapa spesies mangrove yang hidup dan berdaptasi disana. Adanya lingkungan yang berlumpur dan tergenang oleh air merupakan tempat yang favorit bagi beberapa mangrove. Selanjutnya hutan mengrove merupakan suatu tegakan murni yang penyusunnya adalah mangrove jenis mayor seperti yang terlihat pada pengamatan transek A, B, C.

Didapat bahwa karakteristik habitat di daerah pantai Blebak merupakan habitat yang sangat cocok bagi spesies mangrove seperti

beberapa spesies yang dominan diantaranya adalah Rhizophora sp, Rhizophora mucronata, Rhizophora lamarckii,Avicennia alba, Sonneratia sp dan Sonneratia caseolaris. Selain itu daerah Blebak merupakan daerah yang sangat produktif bagi keberlangsungan hidup mangrove.Pada pengamatan kali ini terdapat juga beberapa biota yang hidup disekitar tumbuhan mangrove seperti halnya biota dominan yang dapat ditemukan pada kawasan ini adalah kepiting, kerang, dan jenis gastropoda lainnya yang dapat hidup dan berasosiasi dengan ekosistem mangrove pada kawasan pantai blebak. Dimana antara biota-biota tersebut dapat saling menguntungkan sehingga sampai dapat tumbuh di daerah bersamaan dengan mangrove yang terdapat di daerah tersebut.

b. Bentuk Adaptasi Mangrove di Pantai Blebak

Pada praktikum yang telah dilakukan di daerah pantai Blebak, mangrove yang hidup memiliki karakteristik yang khas seperti pada akarnya yang berfungsi untuk membantu pertukaran oksigen mangrove. Dapat dilihat bahwa keadaan pantai Blebak di dominasi oleh subtrat dasar berlumpur dan berkarang yang dipenuhi pasir. Hal tersebut dapat secara alami membuat mangrove akan malakukan adaptasi terhadap lingkungannya. Bentuk akarnya tunjang merupakan salah satu bentuk adaptasi yang dilakukan mangrove untuk bertahan hidup. Selain itu mangrove juga melakukan filtrasi kadar garam yang berlebihan melalui daunnya. Bentuk adaptasi seperti itu dilakukan oleh mangrove jenis Rhizopora sp.

Mangrove juga akan melakukan adaptasi secara fisiologi dengan cara melakukan proses pengelupasan kulit dan mengalirkan kadar garam berlebih melalui daun-daun muda. Dari hal tersebut terdapat 4 spesies mangrove di Pantai Blebak antara lain Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, dan Avicenia alba. Selain itu adaptasi mangrove di Pantai Blebak Kec. Mlonggo Jepara, secara anatomi keadaan terhadap tanah dan kekurangan oksigen adalah melalui sistem perakaran yang khas dan lentisel pada akar nafas (pneumatophore roots, merupakan akar yang muncul dipermukaan tanah untuk aerasi), batang dan organ lainnya.

c. Kerapatan

Dapat diketahui bahwa berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa jika mangrove pada daerah pantai Blebak yaitu pada transek C populasi mangrove yang hidup cenderung lebih besar dan tinggi serta penyebaran jenis pohon dan semaian lebih mendominasi yaitu Rhizophora mucronata. Namun berbeda dengan transek C, pada transek B penyebaran mangrove tidak terlalu rapat dan cenderung rendah kerapatannya, dimana sebaran pohon, anakan, dan semaian yaitu paling rendah. Hal ini menunjukkan bahwa pada daerah atau wilayah tersebut yaitu pada transek B sangat jelas menunjukkan kerapatan hutan mangrove yang rendah.

Diketahui bahwa struktur dan kerapatan perakaran mangrove yang cukup rapat akan mampu mengikat substrat lumpur sehingga dapat meningkatkan ketebalan lumpur. Struktur perakaran mangrove yang rapat tersebut dapat berhubungan dengan kerapatan individu jenis penyusun mangrove dan kerapatan tajuknya. Kondisi kawasan dengan tajuk yang cukup rapat akan menghalangi sinar matahari masuk sampai permukaan perairan sehingga suhu air yang berada di bawah tajuk tentu akan menjadi lebih rendah.

d. Keanekaragaman

Kenanekaragaman mangrove dapat dilihat berdasarkan hasil yang diperoleh, dari hasil pengamatan terlihat bahwa keanekaragaman paling tinggi terdapat pada transek B yang terdiri dari jenis Sonneratia sp, Rhizophora mucronata, dan Rhizophora lamarchi. Sedangkan keanekaragaman terendah diantara 3 transek tersebut terdapat pada transek A yang hanya terdiri dari Rhizophora mucronata dan Sonneratia caseolaris. Akan tetapi, secara keseluruhan keanekaragaman jenis mangrove yang terdapat di Pantai Blebak adalah rendah, karena karakteristik wilayah Pantai Blebak yang berlumpur serta berkarang merupakan wilayah yang sangat di gemari oleh spesies yang di atas.

Hal tersebut dapat terjadi kaerna adanya faktor habitat sangat berpengaruh terhadap komposisi penyusun ekosistem mangrove bahkan

perubahan kualitas habitat secara kompleks dapat mengakibatkan pergeseran jenis vegetasi penyusunnya. Jenis vegetasi yang mampu beradaptasi pada kondisi habitat yang mengalami perubahan dikhawatirkan dapat mendominasi kawasan tersebut sehingga menyebabkan terjadinya penurunan keanekaragaman jenis di dalam kawasan.

e. Keseragaman

Hasil dari tingkat keseragaman mangrove di daerah pantai Blebak jika dilihat dari hasil pengamatan adalah cukup rendah, hal ini bisa di lihat dari spesies mangrove yang hidup di daerah tersebut. Selain melalui pengamatan, dilakukan juga perhitungan untuk melihat keseragaman mangrove di pantai Blebak yaitu nilai keseragaman yang diperoleh dari pengolahan data tergolong rendah. Hal ini terjadi karena jika dilihat berdasarkan hasil perhitungan nilai keseragaman tidak ada yang bernilai 1 dan mayoritas bernilai 0. Hal tersebut menunjukkan bahwa semua jenis mangrove yang berada di daerah pengamatan memiliki jenis vegetasi yang sama.

Secara keseluruhan pada perhitungan indeks keseragaman, didapat bahawa pada ke 3 stasiun keseragaman jenis mangrove tergolong rendah karena nilai indeks keseragaman lebih kecil dari 0.3. Rendahnya tingkat keseragaman pada ke 3 stasiun ini diakibatkan oleh mendominasinya salah satu spesies, selain itu tidak cocoknya karaketristik lokasi bagi spesies lain untuk berkembang. Indeks keseragaman dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat keanekaragaman hayati mangrove, seberapa besar tingkat kemerataan dari spesies mangrove dan seberapa besar suatu spesies mangrove mendominasi suatu wilayah kajian.

f. Dominansi

Berdasarkan hasil yang didapat, dominansi tertinggi dari spesies yang ada di daerah pantai Blebak adalah Sonneratia sp dan dominansi terendah adalah Rhizopora. Diantara ketiga transek yang telah diamati dapat disimpulkan jika transek B memiliki tingkat dominansi yang tinggi dimana jenis mangrove yang mendominansi adalah jenis mangrove Sonneratia sp.

Sebagaimana yang telah diketahui, dominansi mangrove merupakan penutupan suatu spesies terhadap areal mangrove. Nilai indeks dominansi pada dari 3 stasiun menunjukkan nilai yang mendekati angka 1 dapat diketahui bahwa pada ketiga stasiun ini ada spesies yang cukup mendominansi. Dan berdasarkan hasil yang telah didapat, bahwa dominansi yang paling besar dari spesies Sonneratia sp. Hal itu terjadi karena jenis Sonneratia sp menyukai daerah yang berlumpur dan tergenang oleh air, daerah tersebut sangat baik dan mendukung pertumbuhan hidup yang baik bagi jenis mangrove tersebut.

g. Perbandingan antara Transek A, B dan C

Berdasarkan hasil yang telah didapat, bahwa pada transek A, B dan C memiliki tingkat keanekaragaman spesies yang rendah. Akan tetapi, dari 3 transek tersebut, keanekaragaman terendah terdapat pada transek A dan C yang terdiri dari 2 spesies dibandingkan dengan transek C yang yang terdiri dari 3 spesies. Sedangkan dari tingkat keseragaman spesies yang paling tinggi adalah adalah transek B yang terdiri dari 3 spesies. Dari hasil tersebut didapatkan juga nilai kerapatan mangrove pada stasiun A, B dan C berturut-turut adalah 1700, 800 dan 1800. Berdasarkan hasil secara keseluruhan, didapatkan bahwa transek yang paling bagus persebaran mangrovenya adalah transek A. perbedaan hasil dan distribusi mangrove di daerah pantai blebak tidak luput dari pengaruh gelombang dimana pada B lebih rendah dari A dan C karena langsung berhadapan dengan laut sehingga dapat bertahan dan beradaptasi. Selain itu faktor lingkungan serta faktor manusia juga menyebabkan persebaran mangrove semakin berukurang.

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dalam dokumen LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI LAUT. pdf (Halaman 63-73)

Dokumen terkait