• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBAHASAN KASUS

Dalam dokumen Case Gnaps Final (Halaman 34-37)

Pasien laki-laki usia 13 tahun datang dengan keluhan bengkak pada wajah dan tungkai, BAK pasien berwarna kuning jernih, dan terdapat riwayat sakit tenggorok & batuk 10 hari sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik menunjukkan adanya hipertensi urgensi dimana tekanan darah pasien 170/130 mmHg tanpa disertai kerusakan organ target. Tekanan darah pasien berada diatas persentil 99 untuk anak diusianya baik sistolik maupun diastolik. Maka pasien dapat didiagnosis dengan Hipertensi berat/ Stage II dengan krisis hipertensi. Didapatkan bahwa hipertensi terjadi pada 80% anak dan setengahnya merupakan hipertensi berat.

Pada pasien dilakukan pemeriksaan urinalisis, hal ini dilakukan untuk melihat ada tidaknya kerusakan organ target dan kemungkinan etiologi dari hipertensi yang terjadi. Untuk membedakan hipertensi emergensi dengan hipertensi urgensi perlu dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang minimal pemeriksaan EKG dan funduskopi, untuk melihat ada atau tidaknya kerusakan target organ. Hasil urinalisis menunjukkan kadar ureum, kreatinin, sgot, sgpt yang normal hal ini menunjukkan tidak terjadi kerusakan organ ginjal maupun hati sehingga diagnosis pada pasien adalah hipertensi urgensi.

Pada pasien diberikan nifedipin 2 x 5 mg untuk menangani hipertensi urgensi, hal ini sesuai dengan literatur dimana dosis nifedipin sublingual/oral untuk anak adalah 0,25-0,5 mg/kgBB dengan dosis maksimal 10 mg.

Pasien datang dengan bengkak pada wajah dan tungkai, nyeri kepala, perut kembung, dengan begitu diagnosis banding adalah gangguan ginjal, jantung, atau hati. Diagnosis gangguan jantung disingkirkan karena pada penyakit ini akan ditandai dengan edema yang dimulai dari tungkai, berdebar, nyeri dada khas, pasien tidur menggunakan 1 bantal, tidak suka terbangun saat malam karena sesak yang tidak ditemukan pada pasien ini. Gangguan hati tidak menjadi diagnosis karena pada pasien tidak didapatkan riwayat kuning, hepatomegali, riwayat transfuse ataupun riwayat menggunakan obat-obatan.

34 Diagnosis mengarah kepada gangguan ginjal, dimana edema yang terjadi berawal dari periorbital, lalu tungkai, kemudian rongga perut. Pasien menyangkal riwayat BAK berwarna cucian daging menyingkirkan diagnosis banding nefropati IgA dimana pada penyakit ini pasien akan melewati fase hematuria berat diselingi dengan fase non-hematuria intermittent. Pasien menyangkal adanya BAK seperti cucian daging tidak menyingkirkan adanya sel darah merah pada urin pasien, dimana menurut data didapatkan 50% kasus GNAPS bermanifestasi sebagai mikrohematuria.

GNANon-PS disingkirkan dengan adanya riwayat ISPA 10 hari lalu. Riwayat sakit tenggorok menunjukkan adanya fokus infeksi awal dari Streptokokusus β hemolitikus grup A yang sering menyerang saluran napas atas atau kulit dan memiliki masa inkubasi antara 7-14 hari sesuai dengan pada kasus dimana pasien mengalami infeksi tenggorok 10 hari sebelumnya.

GNMP belum bisa disingkirkan karena diagnosis pada penyakit ini harus menggunakan gambaran histopatologis, maka pada oemeriksaan anjuran saya mencantumkan pemeriksaan biopsi ginjal.

Edema menunjukkan terdapat kegagalan filtrasi glomerulus ditandai dengan hipoalbuminemia dan hematuria pada pasien. Laju filtrasi glomerulus pasien adalah 127,6 cm/mg/dL menunjukkan tidak terjadi gagal ginjal akut.

Dasar diagnosis GNAPS pada pasien ini adalah adanya riwayata ISPA 7 hari SMRS, hematuria tanpa disertai dengan disuria, edema, hipertensi, dan hasil ASTO +600 IU/mL.

Terapi pada GNAPS bertujuan untuk menangani atau mencegah penurunan fungsi ginjal. Ampisilin bertujuan untuk membatasi penyebaran organisme nefritogenik. Anti hipertensi yang digunakan adalah captopril yang merupakan golongan ACE-inhibitor dimana akan meningkatkan laju filtrasi glomerulus dengan cara vasodilatasi pembuluh darah eferen glomerulus.

Prognosis ad vitam dubia ad bonam karena derajat penyakit pada pasien ini tidak berat dan akan membaik dengan penanganan yang adekuat. Sesuai dengan literature dimana >95% kasus GNAPS akan sembuh sempurna. Prognosis ad fungsionam dubia ad bonam karena tidak ada penurunan fungsi ginjal akut pada pasien. Prognosis ada sanationam bonam karena menurut literature rekurensi pada kasus GNAPS adalah sangat jarang.

35 DAFTAR PUSTAKA

1. McCaffrey J, Shenoy M. The glomerulonephritides. Symposium: Nephrology. Pediatrics and Child Health, 2011: 22:8

2. Rusdidjas,Ramayati R, Infeksi Saluran Kemih dalam: Buku Ajar NefrologiAnak: Edisi 2: Alatas H,dkk : IDAI : Jakarta, 2002: 323-61

3. Sardjito DRH, Alatas H, Singadipoera B, et al. Glomerulonefritis pasca streptokokus pada anak – studi kolaboratif multisenter. Dalam: Kosnadi L dkk, ed. Naskah lengkap Simposium Nasional IV Nefrologi Anak dan peningkatan berkala I. Kesehatan Anak ke 6. Semarang, 23-24 Juni 1989; 176-94

4. Davis ID, Avner ED. Conditions Particularly Associated with Hematuria. In: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, editors. Nelson Textbook of Pediatrics. Pennsylvania: Saunders; 2004

5. Acute Post-Streptococcal Glomerulonephritis. Diunduh dari:

http://www.health.nt.gov.au/library/scripts/objectifyMedia.aspx?file=pdf/10/84.pdf. Diakses 14 September 2013.

6. Kasahara T, et all. Prognosis of ASPGN is excellent in children, when adequately diagnosed. Pediatrics International, 2001, 43:364-7

7. Hay WW, Hayward AR, Levin MJ, Sondheimer JM. Current Pediatric Diagnosis & Treatment. 18th edition. New York: McGraw Hill; 2006.

8. Madaio MP, Harrington JT. The Diagnosis of Glomerular Disease. Arch Intern Med, 2011; 161: 25-34

9. John AR. Diagnosis and management of hypertension in childhood. Pediatr Ann 1997;26: 105-10.

10. Fivush B, Neu A, Furth S. Acute hypertensive crises in children: emergencies and urgencies. Curr Opin Pediatr 1997;9:233-6.

11. National High Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in Children and Adolescents. The fourth report on the diagnosis, evaluation, and treatment of high blood pressure in children and adolescents. Pediatrics. Aug 2004;114(2 Suppl 4th Report): 555-76.

12. Acute Hypertension and Hypertensive Crisis in Children. Diunduh dari: http://www.pedheartsat.org/articles/Acute%20Hypertension%20and%20Hypertensive%20C risis%20in%20Children.html. Diakses 14 September 2013

36

13. Treatment of Pediatric Hypertension. Diunduh dari:

http://www.medscape.com/viewarticle/409504_7. Diakses 15 September 2013

14. Evans JHC, Shaw NJ, Brocklebank JT. Sublingual nifedipine in acute severe hypertension. Arch Dis Child 1988;63:975-7.

15. Dilmen U, Caglar K, Senses A, Kinik E. Nifedipine in hypertensive emergencies in children. Am J Dis Child 1983;137:1162-5.

16. Lopez-Herce J, Albajara L, Garcia S, Ruza F. Treatment of hypertensive crises in children with nifedipine. Intensive Care Med 1988;14:519-21.

17. Roth B, Herkenrath J, Krebber J, Abu-Chaaban T. Nifedipine in hypertensive crises in infants and children. Clin Exp Theory Pract 1986;A8:871-7.

18. Deal JE, Barratt TM, Dillon MJ. Management of hypertensive emergencies. Arch Dis Child 1992;67:1089-92.

Dalam dokumen Case Gnaps Final (Halaman 34-37)

Dokumen terkait