• Tidak ada hasil yang ditemukan

Distribusi Kebutuhan Perawatan Periodontal Terhadap Lamanya Menjalani Hemodialisis

HASIL PENELITIAN

4.4. Distribusi Kebutuhan Perawatan Periodontal Terhadap Lamanya Menjalani Hemodialisis

Distribusi kebutuhan perawatan periodontal terhadap lamanya menjalani hemodialisis pada subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Distribusi kebutuhan perawatan periodontal terhadap durasi hemodialisis Durasi

Hemodialisis

Status periodontal

Skor 0 Skor 1 Skor 2 Skor 3 Skor 4

< 1 tahun 0 (0%) 0 (0%) 5 (12%) 2 (5%) 6 (14%) 1-3 tahun 0 (0%) 0 (0%) 4 (9%) 6 (14%) 10 (23%) > 3 tahun 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 10 (23%) Kebutuhan Perawatan Periodontal 0 (0%) 0 (0%) 17 (40%) 26 (60%)

Pada tabel 5 terlihat bahwa, semua subjek penelitian membutuhkan perawatan periodontal. Sebanyak 26 orang (60%) subjek penelitian pada semua kelompok durasi hemodialisis memiliki skor 4 sehingga membutuhkan skeling, root planing, dan perbaikan kebersihan mulut. Selain itu, terdapat 17 orang (40%) yang memiliki skor 2 dan skor 3 yaitu pada kelompok durasi hemodialisis < 1 tahun dan 1-3 tahun sehingga membutuhkan skeling dan perbaikan kebersihan rongga mulut.

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan terhadap 43 pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kebutuhan perawatan periodontal pada pasien penyakit ginjal kronis. Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei untuk melihat kondisi periodontal pasien penyakit ginjal kronis ditinjau dari aspek kebutuhan perawatan periodontal.

Hasil yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas skor CPITN pada subjek adalah skor 4 sebanyak 26 orang (60%) yaitu membutuhkan skeling, root planing, dan perbaikan kebersihan rongga mulut. Skor 2 dan skor 3 sebanyak 17 orang (40%) yaitu membutuhkan skeling dan perbaikan kebersihan rongga mulut. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Joseph dkk. Pada penelitian yang dilakukan Joseph dkk terhadap 77 pasien penyakit ginjal kronis dan dari hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat peningkatan inflamasi gingiva, kedalaman poket dan kehilangan perlekatan pada kelompok penderita penyakit ginjal kronis.3

Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh M Dencheva, menunjukkan bahwa, sebanyak 27% pasien hemodialisis memiliki poket ≥ 6mm (skor

4), 29% pasien dengan poket 4-5 mm (skor 3) dan sebanyak 29% pasien dengan kalkulus supra dan subgingiva (skor 2). M Dencheva mengemukakan bahwa, perawatan periodontal merupakan hal yang sangat penting pada penderita penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis. Penderita yang menjalani hemodialisis sangat membutuhkan perawatan periodontal dan pembersihan rongga mulut, dikarenakan pasien tersebut mempunyai kecenderungan mengalami kehilangan gigi akibat penyakit periodontal. Berdasarkan penelitian tersebut, pasien yang menjalani hemodialisis menunjukan status periodontal yang buruk dan membutuhkan perawatan

yang kompleks, dibandingkan dengan pasien yang tidak menjalani hemodialisis. Oleh karena itu, kebutuhan perawatan yang utama adalah mengenai instruksi kebersihan mulut serta pembersihan plak dan kalkulus secara profesional oleh dokter gigi.7

Mayoritas hasil penelitian mengemukakan bahwa pada pasien penyakit ginjal kronis terjadi peningkatan insiden penyakit periodontal, kehilangan tulang, resesi gingiva, dan poket periodontal yang dalam. Kebersihan mulut pada pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis biasanya buruk, banyak deposit kalkulus, dan meningkatnya pembentukan plak. Akibat kebersihan mulut yang buruk juga menyebabkan subjek mengalami gusi berdarah saat menyikat gigi, bau mulut dan gusi bengkak. Keadaan tersebut diperparah dengan penyakit ginjal kronis yang dideritanya. Selain itu, pasien penyakit ginjal kronis tidak begitu peduli dengan kesehatan dan kebersihan rongga mulut, dikarenakan stres psikologis yang dialami pasien maupun karena terapi hemodialisis yang dijalani sangat menyita waktu, sehingga menyebabkan kondisi rongga mulut bertambah parah.16,25

Selain masalah kebersihan mulut, kondisi periodontal pada pasien penyakit ginjal kronis diperparah oleh produksi vitamin D yang tidak adekuat. Vitamin D penting untuk kesehatan periodonsium, meningkatkan kepadatan tulang rahang, menghambat resorpsi tulang, dan mengurangi keparahan periodontitis. Namun, pada pasien penyakit ginjal kronis kadar vitamin D tidak dapat bertambah dikarenakan, kerusakan nefron yang dialami mengakibatkan kelenjar paratiroid terstimulasi untuk mensekresi hormon paratiroid. Meningkatnya hormon paratiroid dapat menyebabkan berkurang atau hilangnya kalsium dari tulang sehingga mengakibatkan demineralisasi tulang. Demineralisasi tulang yang terjadi dapat memicu destruksi tulang yang cepat dan periodontitis.15,25,28

Kondisi xerostomia juga sering ditemukan pada pasien penyakit ginjal kronis. Xerostomia dapat terjadi akibat pembatasan asupan cairan dan efek samping obat pasien penyakit ginjal kronis. Xerostomia berkontribusi terhadap terjadinya periodontitis akibat penurunan kadar Imunoglobulin A pada saliva sebagai pertahanan terhadap mikroorganisme penyebab terjadinya periodontitis.25,27

Kebiasaan merokok dan menyirih merupakan salah satu faktor risiko dari periodontitis.25 Akan tetapi pada penelitian ini tidak ada subjek yang memiliki kebiasaan merokok dan menyirih semenjak didiagnosis menderita penyakit ginjal kronis oleh dokter.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dara Mauliza dkk, subjek penelitian yang mengalami periodontitis pada kelompok durasi < 1 tahun adalah 72,8%, untuk kelompok durasi 1-3 tahun adalah 81,8% dan untuk durasi > 3 tahun adalah 90,9%. Hal tersebut dikarenakan perjalanan penyakit yang semakin kronik dan kebersihan mulut yang semakin buruk seiring bertambahnya durasi hemodialisis. Durasi hemodialisis dikaitkan dengan kebersihan rongga mulut yang buruk sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya periodontitis. Kebersihan rongga mulut ditemukan semakin buruk seiring dengan bertambahnya durasi hemodialisis akibat perilaku yang mengabaikan kebersihan rongga mulut pada pasien hemodialisis.25

Dalam penelitian yang dilakukan Swati dkk, menunjukkan bahwa kesehatan gigi memburuk seiring dengan meningkatnya durasi hemodialisis. Meskipun perbedaannya tidak signifikan, namun dari berbagai parameter klinis yang diukur dinyatakan memburuk. Hasil yang serupa juga dilaporkan oleh Parkar SM dkk, Murthy AK dkk, dan Markagolu dkk. Menurut Swati, frekuensi hemodialisis memiliki pengaruh signifikan terhadap status periodontal pasien dengan skor yang memburuk seiring dengan peningkatan frekuensi hemodialisis dari sekali, dua kali dan lebih dari dua kali seminggu.26

Pada hasil penelitian yang sudah dilakukan di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan, mayoritas subjek mempunyai durasi hemodialisis yang sama dengan lamanya menderita penyakit ginjal kronis. Dari hasil wawancara, subjek penelitian sudah melakukan hemodialisis semenjak divonis menderita penyakit ginjal kronis, meskipun diantaranya ada beberapa yang sudah lama menderita penyakit ginjal kronis, namun baru beberapa bulan saja menjalani terapi hemodialisis. Hasilnya subjek yang memiliki kondisi periodontal yang parah terdapat pada semua kelompok durasi hemodialisis < 1 tahun, 1-3 tahun, dan > 3 tahun, meskipun yang paling banyak diantara ketiganya adalah subjek yang memiliki durasi hemodialisis

1-3 tahun dan > 1-3 tahun. Oleh karena itu penting diteliti lebih lanjut mengenai kaitan antara durasi hemodialisis terhadap kondisi periodontal pasien penyakit ginjal kronis.

Selain membutuhkan perawatan periodontal pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida perlu diberikan motivasi dan edukasi untuk menjaga kesehatan rongga mulut. Adapun kendala yang dialami saat melakukan penelitian ini adalah subjek penelitian yang sulit diajak bekerjasama untuk berpartisipasi dalam penelitian, tidak sedikit subjek penelitian yang menolak untuk menjadi sampel penelitian.

BAB 6

Dokumen terkait