• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

5.2 Pembahasan

Pada penelitian ini didapatkan sampel sebanyak 59 orang penderita polip hidung yang terdiri dari laki-laki 36 orang (61%), perempuan 23 orang (39%) dengan perbandingan 1.6 : 1. Castillo et all (2009) pada penelitiannya juga mendapatkan penderita polip paling banyak terjadi pada laki-laki yaitu sebanyak 121 orang (63.7%) dan perempuan sebanyak 69 orang (36.3%). Munir (2006) pada penelitiannya mendapatkan perbandingan 1.8 : 1. Mangunkusumo (2007) mendapatkan perbandingan laki-laki dan perempuan 2 : 1. Adanya perbedaan perbandingan mungkin karena perbedaan pengambilan sampel dan jumlah sampelnya.

Kelompok umur paling banyak terdapat pada golongan umur 45- 54 tahun (27.1%) dengan umur termuda yaitu 9 tahun dan yang tertua adalah umur 83 tahun. Sedangkan menurut penelitian Munir (2006) kelompok umur teringgi pasien polip hidung adalah pada umur 35 – 44 (30%) dengan umur termuda yaitu 10 tahun dan yang tertua yaitu 54 tahun. Menurut penelitian Castillo et all (2009) kelompok umur yang menderita polip hidung di rentang 19 – 88 tahun dengan standar deviasi laki-laki berkisar umur 49.8 tahun dan perempuan berkisar umur 45.5 tahun. Penelitian ini ternyata mendukung penelitian saya dan beberapa perbedaan tersebut mungkin karena adanya perbedaan waktu pada pengambilan sampel, dan banyaknya sampel yang di ambil.

Dari penelitian ini didapatkan bahwa risiko polip hidung tertinggi yaitu sinusitis sebanyak 33 orang dari 47 sampel (70.2%). Penelitian ini sejalan dengan yang diungkapkan Yaman et all (2010) bahwa 65 % pasien polip memiliki riwayat penyakit sinusitis kronis. Kim & Hanley (2002) juga mengatakan bahwa polip hidung paling sering terjadi diakbatkan sinusitis kronis yaitu sebanya 40 orang dari 55 orang yang di teliti (73%). Stjarne (2007) juga mengungkapkan

Keluhan utama yang terjadi pada penderita polip hidung adalah hidung tersumbat sebanyak 58 orang (98.3%) dengan 1 orang (1.7%) lagi mengalami keluhan yang sama yaitu hidung tersumbat ditambah lagi gangguan penciuman. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Munir (2006) yang mendapatkan keluhan utama terbanyak yaitu hidung tersumbat (54%). Gevaert (2005) juga megatakan bahwa keluhan yang sering dilaporkan yaitu hidung tersumbat. Penelitian ini sesuai dengan teori yang diungkapkan Spfford (2002) bahwa gejala utama yang paling sering yaitu hidung tersumbat.

Keluhan tambahan yang tesering dijumpai pada penelitian ini yaitu nyeri kepala yaitu sebanyak 25 orang (42.4%) sedangkan 6 orang (10.2%) memiliki keluhan tambahan yang sama yaitu nyeri kepala ditambah lagi dengan post nasal drip. Keluhan lain yang sering terjadi yaitu bersin-bersin sebanyak 21 orang (35.6%). Stjarne (2007) mengungkapkan bahwa keluhan tambahan yang sering dijumpai pada pasien polip hidung yaitu nyeri kepala dan post nasal drip. Menurut Castillo et all (2009) keluhan tambahan yang sering dijumpai yaitu bersin-bersin (61%) sedangkan sakit kepala (51.6%). Sedikit perbedaan ini dijumpai mungkin karena banyaknya keluahan yang dialami pasien dan perbedaan reaksi yang dialami setiap orang.

Berdasarkan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien polip hidung semuanya ditemukan massa di hidung (100%). Penelitian ini didukung oleh teori yang diungkapkan Lane & Kennedy (2003) bahwa pada pemeriksaan fisik dapat terlihat massa di kavum nasi dengan menggunakan rinoskopi anterior.

Pada pemeriksaan fisik pasien polip hidung stadium yang paling banyak adalah stadium III 16 orang dari 24 orang (66.7%). Hal ini membuktikan bahwa pasien rawat inap polip hidung yang sebagian besar dilakukan terapi bedah datang dengan stadium III. Pada penelitian ini juga didapatkan hampir semua pasien polip hidung yang menjalani terapi medikamentosa dan terapi bedah yaitu 54 orang (94.1%) dan 5 orang lainnya hanya diberikan penatalaksanaan medikamentosa ( 8.5%). Penelitian ini ternyata sejalan dengan prinsip pengobatan polip hidung menurut Assanassen & Naclerio (2008) yaitu pemberian obat-obatan terlebih dahulu seperti kortikosteroid dan antibiotik kemudian

melakukan operasi setelah itu pemberian kortikosteroid lagi untuk mencegah rekurensi.

Pada penelitian ini tidak ditemukan komplikasi pasca operasi. Rekurensi terjadi pada 14 orang (23.7%) dan 45 orang tidak mengalami rekurensi (76.3%) Yaman et all (2010) mengungkapkan bahwa penanganan melalui FESS meminimalisasi terjadinya rekurensi dan komplikasi. Cook et all dalam Yaman et all (2010) menyatakan bahwa dari 33 pasien polip hidung yang menjalankan FESS tidak terdapat pasien yang mengalami rekurensi. Hong et all dalam Yaman et all (2010) mengatakan bahwa FESS direkomendasikan untuk melakukan pengangkatan polip, 94.6 % pasien polip hidung tidak mengalami komplikasi ataupun rekurensi.

Penelitian ini menunjukkan bahwa pada pasien polip hidung yang dirawat inap 58 orang (98.3%) keadannya membaik dan melanjutkan pengobatan dirumah dan 1 orang (1.7%) PAPS (Pulang Atas Permintaan Sendiri). Pasien rawat inap polip hidung biasanya dirawat di rumah sakit selama 5 hari dengan lama rawatan paling cepat yaitu 1 hari dan lama rawatan paling lama yaitu 12 hari sebanyak 1 orang

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Dijumpai kasus polip hidung di RSUP H. Adam Malik Medan dari

tahun 2009-2011 sebanyak 59 kasus, dengan banyak laki-laki 36 orang (61%) dan perempuan 23 orang (39%).

2. Didapatkan kelompok umur yang paling sering yaitu 45-54 tahun (27.1 %).

3. Faktor risiko yang sering dijumpai pada pasien polip hidung adalah sinusitis yaitu sebanyak 33 orang (70.2 %) dengan keluhan utama yang paling banyak adalah hidung tersumbat (98.1%) dan keluhan tambahan yang serring menyertai yaitu nyeri kepala sebanyak 25 orang (42.4%).

4. Semua pasien polip hidung dijumpai massa pada kavum nasi dengan stadium yang paling sering dijumpai yaitu stadium III sebanyak 16 orang dari 24 orang (66.7%).

5. Hampir semua pasien polip hidung menjalankan terapi medikamentosa terlebih dahulu kemudian menjalankan tindakan operasi (91.5%).

6. Tidak ditemukan pasien polip hidung yang mengalami komplikasi pasca operasi dan terjadinya rekurensi pada pasien polip hidung yaitu sebanyak 14 orang (23.7%). Dari 59 pasien polip hidung hampir semua pasien polip hidung pulang dalam keadaan yang membaik dan menjalani pengobatan lanjutan setelah pulang.

7. Lama rawatan yang biasanya dijalani oleh pasien polip hidung rata- rata adalah 5 hari

6.2. Saran

1. Bagi institusi pendidikan, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan kontribusi bagi peneliti-peneliti selanjutnya.

2. Diharapkan bagi tenaga kesehatan agar melengkapi dan merangkum dengan benar data pada rekam medis sehingga penelitian dalam bentuk data sekunder dapat menghasilkan data yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Adams, G.L., Boies, L.R., Higler, P.A., 1997.BOIES Buku Ajar Penyakit THT.Edisi ke 6. Jakarta: PenerbitBukuKedokteran EGC.

Assanassen, P., Naclerio, R.M., 2008. Medical and Surgical Management of Nasal

Polyps. Available from: http://www.rcot.org [ Accesed 28 november 2012]

Ballenger , J., 2003. Ballenger’s Ortorhinolaryngology Head and Neck Surgery.19th Edition. Hamilton: Ontario.

Bert van der Baan, 1997. Nasal Polyposis an Inflamatory disease and its treatment. 1st Edition.Munksgaard: Coopenhagen.

Castillo, del F.M.Et all, 2009. Allergenic Profile of Nasal Polyposis.University of

Cordoba.Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed [ Accesed 28 November 2012]

Dewi, F., 2012.ProfilPolipNasi di RSUP H. Adam Malik Medan padaTahun 2010, University of Sumatera Utara. Available from: www.repository.usu.ac.id.

[Accesed 12 April 2012]

Drake-Lee, A.B., 1997.Nasal Polyps.In: Kerr, A.G., Mackay, A.S., Bull, T.R. Scott Brown’s Otolaryngology. 6th Edition. Vol. 4. Rhinology, Oxford:

Butterworth-Heinneman, 4/10/1-16.

Gevaert, P Et all., 2005. Chronic Rhinosinusitis and Nasal Polyposis.World Allergy

Organization. Available from :http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed [ Accesed 28 November 2012]

Grevers, G., 2006. Anatomy, Physiology, and Immunology of the Nose, Paranasal Sinuses, and Face.In: Probst, R., Grevers, G., Iro, H. (eds).Basic

Otorhinolaryngology. German: Thieme, 10-13.

Kim, J., Hanley, J.A., 2002. The Rule of Woodstoves In Etiology of Nasal Polyposis.

American Medical Association. Available from : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed [ Accesed 28 November 2012] Maqbool, M., 2001.Textbook of Ear, Nose, and Throat Diseases. 9th Edition, New Delhi: Jaypee Brothers.

Munir, D., 2006. PolipHidungdan Sinus Paranasal di RS H. Adam Malik.Majalah Kedokteran Nusantara, 39 (2): 77-79. Available from: http://usupress.usu.ac.id. [ Accesed 10 April 2012]

Newton, J.R., Ah-See., 2008. A Review of Nasal Polyposis, Department of Otolaryngology Head and Neck Surgery. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed.[ Accesed 26 Mei 2012]

Nizar, N.W., 2001. Buku Ajar IlmuKesehatanTelinga, Hidung, danTenggorok KepaladanLeher. Edisike 5, Jakarta: FK UI.

Onerci, T.M., 2009. Diagnosis in Otorhinolaryngology. Berlin: Springer.

Patel, P.M., Rowe-Jones, J., 2007. Paranasal Sinus Disease and Infection.In: Ludman, H., Bradley, P.J. (eds).ABC of Ear, Nose, and Throat. 5th Editions. UK: Blackwell Publishing, 39-40.

Pasha, R., Marks, S.C., 2008.Otolaryngology Head and Neck Surgery.Singular/ Thomson Learning.

Quinn, F.B.., 2008. Medical Management of Nasal Polyposis, University of Texas Medical Branch Department of Otolaryngology. Available from:

http://www.utmb.edu/otoref/Grnds/nasal-polyposis-080423/nasal- polyposis.pdf. [Accesed 26 Mei 2012]

Shah, S.B., Emanuel, I.A., 2008.Nonallergic and Allergic Rhinitis.In: Lalwani A.K.., ed.Current Diagnosis & Treatment in Otolaryngology Head & Neck surgery.2nd Edition. United States of America: McGrow-Hill, 264-265.

Stjarne, Par. 2007. Mometasone Furoate Nasal Spray for the Treatment of Nasal Polyposis. Karolinska University Hospital.

Available from: www.touchbriefings.com [Accesed 28 November 2012] Sundaru, H., Sukamto, 2009. AsmaBronkial. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., et al.Buku Ajar IlmuPenyakitDalamJilid I.Edisike 5. Jakarta:

PusatPenerbitIlmuPenyakitDalam, 404-406.

Spafford, P., 2002. Dealing with Nasal Polyps, The Canadian Journal of CME.

Available from:

http://www.stacommunications.com/journals/cme/2002/09- sept/nasalpolyps.pdf. [Accesed 28 April 2012]

Yaman, H. Et all, 2010. Evaluation and Management op Antrochoanal Polyps.

Duzce University Medical Faculty. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles[ Accesed 31 May 2012]

Dokumen terkait