• Tidak ada hasil yang ditemukan

Batas Administrasi dan Geografis

Pantai Klara termasuk dalam bagian Wilayah pesisir Teluk Lampung dansecara administratif terletak di Desa Ketapang, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Secara geografis pantai ini terletak pada koordinat 105°13’30” BT dan 05°35’10” LS dengan batas-batas :

1. Selatan : Pulau Kelagian dan Selat Sunda 2. Utara : Perbukitan Teluk Ratai

3. Timur : Dusun Ketapang 4. Barat : Dusun Margo Dalom

Pantai sepanjang 1,25 km ini berbatasan langsung dengan jalan raya Teluk Ratai sehingga pantai ini dapat terlihat secara langsung bagi pengendara kendaraan yang melintas dari jalan tersebut (Gambar 7). Jarak Pantai Klara dengan kota Bandar Lampung (Ibu Kota Provinsi Lampung) tidak begitu jauh jika menggunakan kendaraan bermotor hanya memakan waktu satu jam. Pengelolaan Pantai Klara dilaksanakan oleh Primer Koperasi Pangkalan (Primkopal) TNI AL Panjang sejak tahun 2005. Pihak Primkopal memang membuka kawasan Pantai Klara untuk rekreasi masyarakat sebagai salah satu sumber pemasukan Primkopal. Secara keseluruhan luas tapak penelitian ini adalah 14,7 Ha.

Biofisik Keadaan Geologi Jenis Tanah

Secara geomorfologis, daratan wilayah pesisir Teluk Lampung tergolong sebagai pedataran pantai sempit dan perbukitan, dengan batuan dominan meliputi endapan aluvium dan rawa, batu gamping terumbu, dan endapan gunung api muda berumur quarter (Qhv). Topografi wilayah yang berbatasan langsung dengan laut (Teluk Lampung) memiliki kelerengan datar (0-3%), dengan elevasi 0-10 m dari permukaan laut (dpl); (Wiryawan et al., 1999). Fisiografi tanah pada pantai Klara berupa endapan aluvial dan batuan sedimen yang terdiri dari pasir tufaan, breksi polimik, breksi vulkanik, batuan piroklastik, batuan andesit dan batu gamping. Jenis tanah pada pantai ini adalah alluvial lempung berpasir. Bagian tanah berpasir seperti yang terdapat pada Pantai Klara menjadi potensi wisata. Area berpasir ini memberikan kenyamanan bagi wisatawan untuk melakukan kegiatan rekreasi, terlebih lagi kondisi pasir pada Pantai Klara masih tergolong baik yaitu berwarna putih kecoklatan.

G am b ar 7 . P et a L o k as i P en el iti an

Iklim

Iklim di wilayah Teluk Lampung tergolong beriklim tropis. Di Teluk Lampung mengenal adanya dua musim, yaitu musim hujan dan kemarau, seperti halnya kondisi musim di daerah tropis lainnya di Nusantara. Pada wilayah Teluk Lampung perubahan musim dipengaruhi oleh angin laut lembah yang bertiup dari Samudra Indonesia. Bulan November sampai Maret angin bertiup dari arah Barat dan Barat Laut yang menyebabkan musim hujan. Bulan April sampai Oktober angin bertiup dari arah Timur dan Tenggara yang menyebabkan musim kemarau.

Berlakunya duamusim di Teluk Lampung berpengaruh terhadap tingkat curah hujan, suhu udara, kelembapan udara, dan karakteristik angin. Secara keseluruhan musim kemarau lebih panjang dibandingkan dengan musim hujan dalam jangka waktu satu tahun. Wisatawan lebih nyaman berekreasi pada saat cuaca tidak hujan. Artinya kemungkinan jumlah kunjungan dalam setahun lebih banyak dikarenakan musim kemarau lebih panjang pada daerah Pantai Klara. Suhu udara

Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut terhadap permukaan laut dan jarak dari pantai. Kondisi suhu udaradi wilayah Teluk Lampung relatif konstan dengan kisaran sekitar 260C sampai 300C dengan ketinggian antara 20 sampai 60 meter dari permukaan laut dan suhu udara maksimum mencapai 330C (DKP Provinsi Lampung, 2007). Kelembaban udara dan kecepatan angin

Kelembaban udara di wilayah Teluk Lampung relatif tinggi. Pada bulan Desember hingga Maret kelembapan udara maksimum mencapai 88% sedangkan kelembapan udara minimum terjadi pada bulan November (DKP ProvinsiLampung, 2007). Pada mulut Teluk Lampung, kekuatan arus rata-rata bulanan berkisar antara 0,02-0,87 knot, dimana kecepatan maksimum terjadi pada bulan Januari dan Februari, dan kecepatan minimum pada bulan maret dan April. Arus rata-rata bulanan di Selat Sunda ini umumnya mengalir ke arah Samudera Hindia, kecuali pada bulan Maret, Agustus, dan Oktober.

Pada bulan Maret, arus mengalir ke timur laut (dari Samudera Hindia menuju Laut Jawa) dengan kecepatan rata-rata 0,02 knot. Pada bulan Agustus dan Oktober, arus mengalir ke timur dengan kecepatan 0,45 knot pada agustus dan 0,10 knot pada Oktober. Daerah pantai memang memiliki kelembaban yang tinggi sehingga tidak nyaman berada di kawasan pantai, namun daerah pantai juga terdapat angin yang selalu bertiup. Hal ini dapat meningkatkan kenyamanan bagi pengunjungS.

Gelombang

Informasi gelombang di Teluk Lampung didasarkan pada hasil survei Dishidros TNI-AL (1994) di Teluk Ratai (bagian dari Teluk Lampung), serta data pengamatan gelombang dari Bapedalda Prov. Lampung dan PT. TELPP (1999). Hasil survei Dishidros TNI-AL (1994) menunjukkan bahwa gelombang di Teluk

Ratai pada musim barat memiliki ketinggian antara 0,5-0,75 m, dan pada saat cuaca buruk dapat mencapai lebih dari 1,5 m. Pada musim timur, tinggi gelombang antara 0,3-0,6 m. Menurut pencatatan Dishidros TNI-AL antara tanggal 8 Januari sampai dengan 16 Februari 1994, menunjukkan tinggi gelombang berkisar antara 0,2-1,0 m. Berdasarkan data pengamatan tinggi gelombang maksimum dari Bapedalda Prov. Lampung dan PT. TELPP (1999), didapatkan informasi tambahan informasi gelombang Teluk Lampung.

Pergerakan gelombang dominan yang terjadi adalah dari arah tenggara dan selatan dengan persentase kejadian berturut-turut sebesar 26,48% dan 31,83%. Tinggi gelombang maksimum yang paling dominan adalah >50 cm dengan persentase kejadian sebesar 58,59%. Tinggi gelombang daerah Pantai Klara relatif tidak tinggi sehingga tidak membahayakan bagi pengunjung untuk melakukan kegiatan berenang pada daerah pantai.

Curah hujan

Kondisi curah hujan sangat beragam pada tiap-tiap bulannya. Rata-rata curah hujan di wilayah Teluk Lampung antara 1750-2250 mm/tahun dan puncak curah hujan tertinggi pada bulan Maret yaitu sebanyak 2559 mm/tahun (DKP Provinsi Lampung, 2007). Curah hujan yang relatif rendah ini sangat baik bagi aktivitas rekreasi dan pengunjung yakni memiliki lebih banyak pilihan waktu kunjungan.

Vegetasi

Vegetasi yang mendominasi di Pantai Klara adalah Kelapa (Cocos nucifera) (Gambar 8) dan menurut hasil survey jumlah pohon kelapa yang terdapat di kawasan ini adalah 179 pohon. Kemudian pohon yang mendominasi selanjutnya adalah pohon Waru laut (Hibiscus tiliaceus) (Gambar 9) yang berjumlah 160 pohon.Selain kedua jenis pohon di atas terdapat juga pohon Ketapang (Terminalia catappa) (Gambar 10) namun jumlahnya tidak banyak.

Gambar 9. Waru Laut (Hibiscus tiliaceus)

Gambar 10. Pohon Ketapang (Terminalia catappa)

Vegetasi dapat memperbaiki iklim (Simonds, 2006). Dengan jumlah pohon yang cukup banyak di pantai ini dapat memberikan kenyamanan suhu udara sehingga pengunjung dapat nyaman berekreasi di kawasan ini. Vegetasi yang ada sebaiknya dipertahankan atau bisa ditambahkan sesuai dengan kebutuhan kawasan agar meningkatkan kenyamanan kawasan rekreasi

Kualitas Visual

Pantai Klara merupakan pantai yang berada di balik perbukitan, sehingga tepat di belakang pantai atau di bagian utara pantai ada pemandangan perbukitan yang menarik (Gambar 11). Hal ini menjadi kekuatan visual tersendiri jadi pantai ini tidak hanya menyediakan keindahan laut saja tetapi juga keindahan bukit-bukitnya. Di bagian barat pantai terdapat terdapat Gunung Ratai (Gambar 12) dengan ketinggian 1684 mdpl. Gunung ini terlihat dari Pantai Klara.

Gambar 11. Pemandangan ke Perbukitan Ratai

Gambar 12. Pemandangan ke Gunung Ratai

Pada bagian selatan pantai atau tepat di seberang pantai terdapat Pulau Kelagian (Gambar 13). Pulau ini sangat terlihat jelas jika dilihat dari sisi Pantai Klara. Pulau Kelagian adalah salah satu pulau besar yang ada di perairan Teluk Ratai. Pulau ini memiliki panjang garis pantai ± 10 km. Topografi Pulau Kelagian berbukit-bukit dengan hutan alam yang cukup lebat. Pulau kelagian menjadi potensi tersendiri yang dimiliki oleh Pantai Klara sebagai salah satu daya tarik wisatawan.

Letak Pantai Klara tepat di pinggir jalan raya Teluk Ratai sehingga keindahan laut sebenarnya bisa langsung dinikmati para pengguna jalan raya langsung. Namun keindahan ini tidak bisa dilihat secara menyeluruh karena khususnya di bagian Pantai Klara pemandangan kearah laut ditutupi oleh pagar pembatas kayu dan tanaman yang ditanam sepanjang pantai (Gambar 14). Pagar dan tanaman ini menghalangi para pengendara untuk melihat keindahan laut Teluk Ratai.

Gambar 13. Pemandangan ke Pulau Kelagian

Gambar 14. Pagar dan tanaman menutupi pemandangan ke laut

Untuk bisa dinikmati, pemandangan harus disesuaikan kepada orang dan kepada area-area dan ruang yang dipakai oleh orang tersebut. Kita harus memastikan, bagaimanapun, kalau penggunaan dan pemandangan harus sesuai (Simonds, 2006). Untuk itu pemandangan yang menjadi potensi di kawasan ini harus dipertahankan dan diberikan bukaan agar pengunjung dapat menikmatinya. Dalam perencanaan kawasan ini sebagai kawasan rekreasi harus memperhatikan dan memanfaatkan potensi pemandangan yang terdapat di tapak.

G am b ar 1 5 . P et a A n al is is V is u al

Penggunaan Lahan

Kawasan Pantai Klara dan sekitarnya merupakan kawasan milik TNI AL Panjang. Daerah Pantai Klara sendiri memang dikhususkan untuk kegiatan rekreasi publik dengan luas ± 3,5 ha. Pantai ini dilintasi oleh jalan raya dan dikelilingi oleh hutan dan perbukitan. Pada bagian utara pantai atau tepat di seberang jalan terdapat ladang kering yang tidak digunakan. Lahan ini hanya ditumbuhi rumput-rumput liar dan terdapat bebatuan (Gambar 16).

Area ini dapat dimanfaatkan sebagai area parkir mengingat tidak adanya lahan parkir khusus di Pantai Klara. Saat ini pengunjung yang membawa kendaraan memarkir kendaraannya di kawasan pantai dengan sembarangan. Hal ini menyebabkan kerugian yaitu area pantai menjadi rusak dan dengan adanya kendaraan yang banyak membuat area untuk berekreasi menjadi berkurang.

Aksesibilitas

Pantai Klara dilintasi oleh jalan provinsi yang menghubungkan Kota Bandar Lampung (Ibu Kota Lampung) dengan Kecamatan Padang Cermin. Jarak antara Kota Bandar Lampung dan Kecamatan Padang Cermin adalah ± 75 km, di sepanjang jalan ini ada bagian jalan yang bersinggungan langsung dengan garis pantai. Panjang jalan yang bersinggungan ini sekitar 2,5 km. Bagi pengendara yang melalui jalan ini dapat melihat secara langsung laut lepas yang indah dan Pantai Klara terletak di bagian jalan ini (Gambar 17).

Panjang jalan yang bersinggungan dengan Pantai Klara sekitar 1,25 km. Karena pantai ini dilalui jalan provinsi maka akses menuju tapak sangat mudah ditempuh bagi pengunjung yang ingin mengunjungi Pantai Klara. Dari Kota Bandar Lampung menuju Pantai Klara berjarak ± 40 km sehingga jika menggunakan kendaraan bermotor memakan waktu ± 1 jam perjalanan. Dari Kecamatan Padang Cermin menuju Pantai Klara dengan kendaraan bermotor memakan waktu ± 45 menit dengan jarak tempuh ± 35 km.

Namun tidak ada jalan alternatif menuju tapak ini dan tidak ada angkutan umum yang mencapai lokasi Pantai Klara sehingga hal ini menyulitkan bagi pengunjung yang tidak memiliki kendaraan yang hendak berkunjung. Pemerintah setempat sebaiknya menyediakan angkutan umum yang melewati daerah tersebut untuk meningkatkan pengunjung dan kegiatan rekreasi di daerah tersebut.

Kemiringan Lahan dan Penutupan Lahan

Secara keseluruhan Pantai Klara memilki kemiringan yang datar (0-8%), landai (8-15%) dan curam (>15%).Area datar terdapat di bagian pantai yang luas sedangkan yang landai umummnya pada bagian pantai yang sempit. Lahan yang curam berada pada bagian utara atau dekat perbukitan. Menurut Hardjowigeno, dkk (1994) area yang datar termasuk dalam kategori baik untuk kegiatan rekreasi sedangkan area landai termasuk dalam kategori sedang untuk kegiatan rekreasi (Gambar 18). Pengunjung Pantai Klara biasanya melakukan kegiatan aktif di daerah yang datar sedangkan pada daerah yang landai rata-rata pengunjung melakukan kegiatan pasif.

Topografi Pantai Klara yang datar dan landai menunjukkan bahwa area ini sesuai untuk dikembangkan untuk kawasan rekreasi. Dengan lahan yang datar dan landai pengunjung akan merasa nyaman untuk melakukan kegiatan rekreasi. Selain itu pengelola tidak perlu melakukan banyak perubahan topografi jika ingin menambahkan fasilitas/bangunan di daerah pantai ini. Daerah dengan kemiringannya datar atau landai penutupan lahannya didominasi oleh tanah berpasir. Sedangkan dengan kemiringan lahan curam penutupan lahannya berupa hutan (Gambar 19).

Aspek Sosial dan Budaya Kondisi Sosial dan Budaya

Penduduk di wilayah Kabupaten Pesawaran menyebar di 7 Kecamatan yaitu Kecamatan Padang Cermin, Punduh Pidada, Kedondong, Way Lima, Gedong Tataan, Negeri Katon dan Tegineneng. Hingga Tahun 2008, jumlah penduduk di Kabupaten Pesawaran berjumlah 409.615 Jiwa, yang menempati luas wilayah 1.173,77 Km2.

Mata pencaharian penduduk pesisir pada umumnya adalah petani, sedangkan sebagian lainnya sebagai nelayan dan pembudidaya ikan. Selain mata pencaharian utama, umumnya masyarakat pesisir memiliki pekerjaan sampingan sebagai nelayan. Penduduk yang bertempat tinggal di sekitar Pantai Klara atau tepatnya di Desa Gebang rata-rata memiliki perahu kayu, namun perahu tersebut tidak digunakan mereka untuk berlayar sendiri. Mereka pada umumnya hanya menyewakan perahu mereka kepada orang-orang dari kota yang datang untuk memancing. Para penyewa perahu mengaku kalau pendapatan dari menyewakan perahu lebih besar dari pada berlayar sendiri untuk mencari ikan.

Selama ini para pemancing datang langsung ke rumah warga yang memiliki perahu jika ingin menyewa. Warga yang menyewakan perahu selama ini hanya mengandalkan langganan mereka saja. Para warga menyewakan perahunya masing-masing tanpa ada yang mengakomodir. Mereka hanya mengandalkan pelanggan mereka untuk mempromosikan kapal mereka. Tentu saja hal ini kurang efektif dan akhirnya banyak orang yang tidak mengetahui jika tempat tersebut adalah kawasan penyewaan perahu.

Perlu adanya kerjasama pihak pengelola Pantai Klara dan masyarakat sekitar dalam hal mengakomodir kapal-kapal warga sehingga terkumpul di satu tempat, sehingga memudahkan pemancing untuk menyewa kapal. Diperlukan satu area khusus untuk tempat kapal-kapal warga yang disewakan sehingga dapat diakses dengan mudah dan dapat dipromosikan dengan baik. Kegiatan memancing disini bisa menjadi rekreasi yang dapat menarik para wisatawan yang memiliki hobi memancing.

G am b ar 1 6 . P et a P en g g u n aan L ah an

G am ba r 17. P eta A k se sib ilita s M en u ju P an ta i K la ra

G am b ar 1 8 . P et a A n al is is K em ir in g an L ah an

G am ba r 19. P et a P enut up an L aha n

Persepsi dan Harapan Masyarakat

Masyarakat yang tinggal di sekitar Pantai Klara merupakan penduduk Desa Gebang. Sebagian besar penduduk Desa Gebang mendapatkan pendapatan dengan menyewakan perahu yang mereka miliki. Pendapatan masyarakat di sekitar Pantai Klara memang bergantung pada Pantai Klara. Banyak dari penduduk setempat yang menjadi pedagang di Area Pantai Klara maupun di sekitar Pantai. Sebagian besar masyarakat sekitar setuju dengan dibukanya Pantai Klara sebagai kawasan rekreasi karena mereka merasakan manfaatnya.

Beradasarkan hasil wawancara kepada 30 orang masyarakat didapatkan bahwa, harapan masyarakat adalah agar Pantai Klara dapat dikembangkan dengan lebih baik lagi sehingga kawasan tersebut dapat ramai dikunjungi pengunjung. Dengan ramainya pengunjung maka penghasilan penduduk Desa Gebang dapat meningkat dan mereka akan lebih sejahtera. Masyarakat juga sangat berharap untuk pengembangan kawasan ini kedepannya agar dapat melibatkan masyarakat. Menurut Gold (1980) masyarakat seharusnya dilibatkan dalam proses perencanaan dalam seluruh tingkatan. Untuk itu dalam perencanaan kawasan rekreasi di Pantai Klara ini perlu melibatkan peran masyarakat yang secara langsung bersentuhan dengan Pantai Klara.

Pengunjung

Menurut keterangan pengelola rata-rata pengunjung yang datang ke kawasan Pantai Klara setiap harinya kurang lebih berjumlah 100 orang dan pada hari libur jumlahnya dapat meningkat. Pengunjung yang datang ke kawasan ini beragam mulai dari anak-anak sampai orang dewasa namun pada masa liburan, pengunjung didominasi oleh anak-anak sekolah. Pengunjung yang datang tidak hanya orang-orang yang berada di dekat Pantai Klara saja, namun berasal dari berbagai tempat di Provinsi Lampung baik yang dekat maupun yang jauh asalnya.

Berdasarkan hasil kuisioner kepada 30 pengunjung didapatkan bahwa, pengunjung yang datang ke Pantai Klara mengaku kalau mereka tertarik datang karena keindahan Pantai Klara. Mereka menyatakan bahwa kondisi Pantai Klara masih baik dengan pasirnya yang putih dan cukup jernih. Hal ini yang perlu diperhatikan dalam perencanaan kawasan ini dalam pengembangannya jangan sampai merusak keindahan alam yang sudah ada. Perencanaan yang baik seharusnya bisa mempertahankan atau meningkatkan kualitas kawasan ini.

Aktivitas yang dilakukan sebagian besar pengunjung di sini adalah berenang dan melihat-lihat pemandangan. Aktifitas aktif biasanya dilakukan oleh pengunjung di daerah pantai yang luas sedangkan aktifitas pasif dilakukan di daerah pantai yang sempit (Gambar 20). Pengunjung juga berharap adanya peningkatan fasilitas rekreasi disini agar kegiatan yang dilakukan dapat beragam seperti voli pantai dan memancing. Salah satu fasilitas yang sangat diinginkan pengunjung adalah tempat penginapan. Mereka beranggapan bahwa fasilitas ini sangat penting karena mereka ingin menginap di pantai terlebih lagi untuk pengunjung yang jauh asalnya dari lokasi pantai.

Sebaran intensitas pengunjung pada Gambar 21 terlihat bahwa intensitas yang tinggi terletak pada daerah sekitar pintu masuk satu/utama hal ini disebabkan karena daerah tersebut cukup luas sehingga pengunjung nyaman dan mendapatkan ruang gerak yang cukup untuk melakukan aktivitas. Intensitas sedang terletak pada daerah sekitar pintu dua, para pengunjung datang kesini jika pada daerah pintu satu sudah terlalu ramai. Daerah pintu masuk dua bukan menjadi daerah favorit pengunjung dikarenakan luasan pantai yang sempit.

Sedangkan intensitas rendah terletak pada daerah yang berjauhan dengan pintu satu maupun pintu dua. Pengunjung sangat jarang terlihat pada daerah ini selain jaraknya yang cukup jauh dengan pintu masuk daerah ini tergolong sempit sehingga pengunjung tidak leluasa melakukan aktivitas rekreasi. Hal ini menunjukkan bahwa pengunjung membutuhkan ruang yang cukup untuk melakukan rekreasi sehingga dalam perencanaan rekreasi hal ini perlu diperhatikan.

G am ba r 20. P et a S eb ar an A kt ivi ta s P engunj ung

G am ba r 21 . P et a S eb ar an I nt ens ita s P engunj ung

Aspek Wisata Objek dan Atraksi Wisata

Pantai Klara menyajikan Wisata Bahari yang menarik, pantai ini memiliki pasir yang putih, selain itu di bagian selatan Pantai Klara terdapat Pulau Pahawang dan Kelagian yang menjadi panorama yang indah sehingga pengunjung dapat menikmati pulau-pulau ini dari pantai. Di sekitar Pulau Kelagian terdapat terumbu karang yang indah sehingga menjadi potensi untuk dikembangkan untuk diadakannya kegiatan snorkeling.

Kondisi terumbu karang di perairan pesisir Kecamatan Padang Cermin, seperti halnya di perairan lainnya di Lampung, didominasi oleh jenis fringing reef. Menurut Nontji (1993) tipe fringing reef merupakan tipe terumbu karang tepi yang terdapat di sepanjang perairan pantai dan hampir tidak dijumpai pada daerah pesisir yang banyak sungai besarnya. Terumbu karang di Lampung dengan tipe fringing reef memiliki luasan relatif 20-60 meter.

Pertumbuhan karang terhenti pada kedalaman 10-17 meter. Di bawah kedalaman itu terdapat lumpur atau hamparan pasisir (Wiryawan et al.1999). Dari hasil survei CRMP (1998) diketahui pula bahwa di Kawasan Teluk Lampung penutupan karang batu cukup besar, yaitu mencapai 75%. Di sepanjang pantai pesisir Kecamatan Padang Cermin juga ditemukan penutupan karang batu yang cukup luas.

Berdasarkan hasil penelitian Titaheluw (2011), pada Pulau Kelagian yang jaraknya 4 km dari Pantai Klara pada kedalaman 3 m keadaan terumbu karang tergolong baik dengan penutupan karang hidup hard coral dan soft coral mencapai 60.74%; demikian juga pada kedalaman 10 m keadaan penutupan karang hidup coral dan soft coral tergolong baik dengan persentase penutupan 51.77%.

Fasilitas Rekreasi

Setiap kawasan rekreasi memerlukan adanya fasilitas untuk mendukung aktivitas yang berlangsung di kawasan rekreasi tersebut. Begitu juga dengan kawasan Pantai Klara, terdapat beberapa fasilitas yang disediakan pengelola untuk pengunjung. Fasilitsas umum yang dapat di jumpai di pantai ini diantaranya kamar mandi umum, mushola, dan juga tempat sampah. Kemudian terdapat juga pondok kayu di sepanjang garis pantai yang dapat digunakan pengunjung untuk duduk dan beristirahat sambil menikmati keindahan pantai.

Pihak pengelola juga menyediakan perahu kano dan ban yang disewakan kepada pengunjung untuk bermain. Selain itu ada juga perahu kayu bertenaga mesin bermuatan 20 orang untuk penyeberangan ke Pulau Kelagian pulau yang berada tepat di sebrang Pantai Klara. Terdapat juga dermaga yang menjorok sekitar 40 meter ke pantai yang biasa digunakan pengunjung untuk menikmati pemandangan dan berfoto (Gambar 22).

Namun ada beberapa fasilitas yang kurang dari lokasi rekreasi ini diantaranya adalah tempat parkir kendaraan. Pihak pengelola tidak menyediakan tempat parkir, sehingga pengunjung secara sembarangan memarkir kendaraan mereka di lokasi pantai. Selain itu tempat ini juga tidak menyediakan penginapan untuk para pengunjung yang ingin menginap. Padahal banyak dari pengunjung

yang menginginkan adanya fasilitas ini. Fasilitas lain yang dapat ditambahkan di area ini adalah dermaga untuk kapal pemancingan yang disewakan karena ada banyak warga sekitar Pantai Klara yang menyewakan kapal untuk memancing.

Permasalahan lain dari segi fasilitas adalah pengelola banyak membangun fasilitas pelayanan seperti; rumah makan dan kios-kios di atas area berpasir. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada area berpasir dan menutupi pemandangan ke arah laut. Menurut Gold (1980) fasilitas harus membuat penggunaan lahan paling efisien, didesain dan dikelola untuk menyediakan dalam keperluan kenyamanan, kesehatan, keamanan,kesenangan yang ditujukan kepada pengguna, dan merupakan contoh positif dari desain, konservasi energi dan peduli kepada manusia.

Aktivitas Rekreasi

Gold (1980) menjabarkan bahwa ada 4 klasifikasi dalam aktivitas rekreasi yaitu; rekreasi fisik, rekreasi sosial, rekreasi pendidikan, dan rekreasi

Dokumen terkait