• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Lanskap Pesisir Pantai Klara Sebagai Kawasan Rekreasi di Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Lampung Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perencanaan Lanskap Pesisir Pantai Klara Sebagai Kawasan Rekreasi di Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Lampung Selatan"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN LANSKAP PESISIR PANTAI KLARA SEBAGAI

KAWASAN REKREASI DI KECAMATAN PADANG CERMIN

KABUPATEN PESAWARAN LAMPUNG SELATAN

NATANAEL ALFREDO NEMANITA GINTING

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Lanskap Pesisir Pantai Klara Sebagai Kawasan Rekreasi di Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Lampung Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

NATANAEL A N GINTING. Perencanaan Lanskap Pesisir Pantai Klara Sebagai Kawasan Rekreasi di Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Lampung Selatan. Dibimbing oleh AFRA DN MAKALEW.

Pantai Klara merupakan salah satu pantai yang indah di Indonesia. Pantai ini memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi kawasan rekreasi yang menarik wisatawan karena pantainya yang masih alami dan terjaga. Pasir putih dan air yang bersih menjadi potensi dari pantai ini, tetapi terdapat permasalahan pada Pantai Klara yang membuat pantai ini tidak dikenal secara luas. Permasalahannya adalah perencanaan yang kurang baik pada pantai ini, banyaknya pedagang mendirikan kios dengan sembarangan, dan tidak memperhatikan lingkungan. Berdasarkan permasalahan tersebut maka perencanaan lanskap pesisir perlu dilaksanakan dengan tujuan (1) mengidentifikasi dan menganalisis potensi dan kendala (2) mengidentifikasi dan menganalisis objek dan atraksi wisata (2) merencanakan lanskap pesisir Pantai Klara sebagai kawasan rekreasi. Metode Gold (1980) digunakan dalam proses perencanaan dengan tahapan; persiapan, pengumpulan data, analisis, sintesis, dan perencanaan. Analisis spasial dan deskriptif digunakan dalam menganalisis semua data. Perencanaan lanskap Pantai Klara dihasilkan melalui penelitian ini yang terdiri dari : rencana vegetasi, sirkulasi, aktivitas, dan fasilitas. Disimpulkan bahwa 1,7 Ha (11,7%) area Pantai Klara sesuai untuk rekreasi, 1,8 Ha (12,2%) cukup sesuai, dan 11,2 Ha (76,1%) tidak sesuai sebagai kawasan rekreasi.

Kata kunci: pesisir, perencanaan, kawasan rekreasi

ABSTRACT

NATANAEL A N GINTING. Coastal Landscape Planning of Klara Beach as a Recreation Area at Padang Cermin Sub District Pesawaran District Lampung Selatan. Supervised by AFRA DN MAKALEW.

Klara Beach is one of the beautiful beaches in Indonesia. This beach has potentials to be a recreation area that attractive the tourist because it still natural and protected. White sand and pure sea water are being potential from this beach, but there are some problems make Klara Beach isn’t recognized by many people. The problems are uncontrolled planning develop in this beach, many trader built their store without planning and caring the environment. Based on those problems, the coastal landscape planning study needs to be done by having objectives (1) identifying and analyzing potential and constrain (2) identifying and analyzing object and attraction of tourism (3) planning coastal landscape as a recreation area. Gold (1980) method was used in planning process with stages; preparation, data collection, analysis, synthesis, and planning. Spatial and descriptive analysis were used to analyze all data collected. Landscape plan of Klara Beach was resulted in this research which is consist of ; vegetation, circulation, activity, and facility plans. It was concluded that 1,7 Ha (11,7%) Klara Beach’s area was suitable for tourism, 1,8 Ha (12,2%) was marginally suitable, and 11,2 Ha (76,1%) was not suitable for recreation.

(5)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tujuan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB.

(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

PERENCANAAN LANSKAP PESISIR PANTAI KLARA SEBAGAI

KAWASAN REKREASI DI KECAMATAN PADANG CERMIN

KABUPATEN PESAWARAN LAMPUNG SELATAN

NATANAEL ALFREDO NEMANITA GINTING

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(7)

Judul Skripsi : Perencanaan Lanskap Pesisir Pantai Klara Sebagai Kawasan Rekreasi di Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Lampung Selatan

Nama : Natanael Alfredo Nemanita Ginting NIM : A44080069

Disetujui oleh

Diketahui oleh

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2012 dengan judul Perencanaan Lanskap Pesisir Pantai Klara Sebagai Kawasan Rekreasi di Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Lampung Selatan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Afra DN Makalew, M.Sc. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 1

Manfaat ... 2

Kerangka Pikir ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Perencanaan ... 3

Rekreasi ... 4

Perencanaan Rekreasi ... 4

Pesisir ... 4

METODOLOGI Lokasi danWaktu... 5

Metode Penelitian ... 5

KONDISI UMUM Aspek Fisik ... 8

Aspek Ekologi ... 11

Pariwisata di Kabupaten Pesawaran ... 12

HASIL DAN PEMBAHASAN KondisiTapak ... 13

Aspek Sosial dan Budaya ... 22

Aspek Wisata... 31

Analisis ... 34

Sintesis ... 36

Konsep Perencanaan ... 40

Perencanaan Lanskap ... 44

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 61

Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(10)

DAFTAR TABEL

1. Jenis, sumber, cara pengambilan, dan bentuk data ... 7

2. Data Peta Tematik ... 34

3. Analisis dan Sintesis ... 37

4. Pembagian Zona pada Perencanaan Blok ... 38

5. RencanaVegetasi pada Tiap Ruang ... 52

6. Rencana Kegiatan pada Setiap Ruang ... 53

7. Rencana Fasilitas pada Setiap Ruang ... 54

(11)

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Pikir Penelitian... 2

2. Peta Lampung Selatan ... 5

3. Lokasi Penelitian ... 5

4. Diagram Alur Penelitian Metode Perencanaan Gold (1980) ... 5

5. Peta Kabupaten Pesawaran... 8

6. Peta Batimetri Teluk Lampung ... 10

7. Peta Lokasi Penelitian ... 14

8. Pohon Kelapa (Cocos nucifera) ... 16

9. Waru Laut (Hibiscus tilaceus)... 17

10. Pohon Ketapang (Terminalia catappa) ... 17

11. Pemandangan ke Perbukitan Ratai ... 18

12. Pemandangan ke Gunung Ratai ... 18

13. Pemandangan ke Pulau Kelagian ... 19

14. Pagar dan Tanaman Menutupi Pemandangan ke Laut ... 19

15. Peta Analisis Visual ... 20

16. Peta Penggunaan Lahan ... 23

17. Peta AksesibilitasMenuju Pantai Klara ... 24

18. Peta Analisis Kemiringan Lahan ... 25

19. Peta Penutupan Lahan ... 26

20. Peta Sebaran Aktivitas Pengunjung ... 29

21. Peta Sebaran Intensitas Pengunjung ... 30

22. Peta Sarana dan Prasarana ... 33

23. Peta Komposit ... 35

24. Rencana Blok ... 39

25. Alur Sirkulasi pada Tapak ... 41

26. Konsep Ruang ... 42

27. Konsep Vegetasi ... 43

28. Rencana Lanskap Pantai Klara ... 45

29. Rencana Detil Segmen I ... 46

30. Rencana Detil Segmen II... 47

31. Rencana Detil Segmen III ... 48

32. Rencana Sirkulasi Pejalan Kaki ... 50

(12)

34. Rencana Vegetasi Area Parkir ... 51

35. Rencana Vegetasi Area Olahraga ... 51

36. Rencana Vegetasi Pembatas Jalan Kendaraan ... 52

37. Ruang Penerimaan ... 55

38. Area Olahraga Pantai ... 56

39. Area Playground ... 57

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuisioner Penelitian (Masyarakat Sekitar) ... 64

2. Kuisioner Penelitian (Pengunjung) ... 65

3. Data Temperatur Kabupaten Pesawaran ... 67

4. Data Tekanan Udara Kabupaten Pesawaran ... 68

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rekreasi ruang luar atau wisata alam saat ini merupakan area-area yang bertumbuh pesat dalam memenuhi kegiatan waktu luang atau aktivitas liburan (Bell, 2008). Rekreasi merupakan kebutuhan setiap orang untuk keluar dari rutinitasnya dan mendapatkan kesenangan. Banyak orang melakukan kegiatan rekreasi di luar ruangan atau di alam karena alam menyediakan pemandangan yang menarik saat seseorang melakukan kegiatan rekreasi. Pantai merupakan tempat yang sering menjadi tujuan orang untuk berekreasi.

Salah satu pantai yang belum dikenal luas adalah Pantai Klara. Pantai ini berada di Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawan, Provinsi Lampung. Pantai ini berpotensi sebagai kawasan rekreasi, dikarenakan pantainya yang masih terjaga kealamiannya. Pasir yang putih dan air laut yang jernih menjadi keunggulan dari pantai ini. Selain itu, pantai ini dapat dinikmati oleh pengendara kendaraan bermotor karena letaknya berada di sepanjang Jalan Teluk Betung.

Melihat potensi-potensi yang ada di atas maka pantai ini berpeluang untuk menjadi salah satu kawasan rekreasi yang juga dapat meningkatkan pendapatan daerah sekitar. Namun masih terdapat masalah-masalah yang timbul sehingga menjadi kendala untuk menjadikan tempat rekreasi ini dikenal luas. Perencanaan yang kurang baik membuat pembangunan di pantai ini tidak terarah, pedagang membangun kiosnya dengan sembarangan tanpa memperdulikan keindahan. Selain itu, ada beberapa bagian pantai yang sengaja ditutupi sehingga pengguna jalan yang melintasi pantai tersebut tidak bisa memandang pantai secara keseluruhan.

Kawasan rekreasi merupakan bagian dari sebuah kawasan pariwisata. Salah satu visi Pemerintah Kabupaten Pesawaran adalah menjadikan kawasaan pesisirnya menjadi kawasan pariwisata. Namun melihat permasalahan yang ada di atas terlihat bahwa perencanaan daerah pesisir menjadi kawasan rekreasi untuk mendukung kepariwisataan belum optimal. Maka dari itu kegiatan penelitian di kawasan Pantai Klara penting dilakukan untuk menghasilkan perencanaan yang baik. Diharapkan penelitian ini dapat menghasilkan perencanaan yang tepat dan dapat menciptakan kondisi pantai yang lebih nyaman, aman, indah, dan berfungsi.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. mengidentifikasi aspek fisik dan bio-fisik, sosial, ekologi, budaya dan wisata yang ada di Pantai Klara Kabupaten Pesawaran Lampung Selatan, 2. menganalisis potensi dan kendala yang terdapat di kawasan Pantai Klara

Kabupaten Pesawaran Lampung Selatan,

(15)

Manfaat

Manfaat dari penelitian ini diharapkan akan menjadi :

1. pedoman perencanaan untuk pengembangan Pantai Klara sebagai kawasan rekreasi,

2. masukan kepada pihak pengelola Pantai Klara dalam perencanaan pantai sebagai kawasan rekreasi

Kerangka Pikir

Gambar 1 menjelaskan bahwa permasalahan utama di Pantai Klara adalah (1) pembangunan yang tidak terarah, (2) penataan kawasan yang tidak memperhatikan lingkungan, dan (3) kurangnya perhatian pengelola dalam mengelola kawasan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dibutuhkan data/informasi yang berkaitan dengan sosial, ekologi, fisik dan biofisik yang kemudian dilengkapi dengan analisis berdasarkan informasi tersebut (persepsi dan harapan masyarakat, daya dukung lahan, kesesuaian lahan) maka akan dihasilkan suatu sintesis yang berupa zonasi kawasan pantai klara. Proses perencanaan lanskap pesisir Pantai Klara sebagai kawasan rekreasi akan dilakukan berdasarkan hasil zonasi kawasan Pantai Klara.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Perencanaan

Perencanaan dapat berarti hal yang berbeda buat orang yang berbeda. Bagi orang yang memiliki profesi tertentu, perencanaan dapat berarti suatu kegiatan khusus yang memerlukan keahlian tertentu, sifatnya cukup rumit, banyak menguras tenaga dan pikiran, serta membutuhkan waktu yang lama dalam penyusunannya. Perencanaan secara umum adalah menetapkan suatu tujuan yang dapat dicapai setelah memperhatikan faktor-faktor pembatas dalam mencapai tujuan tersebut memilih serta menetapkan langkah-langkah utuk mencapai tujuan tersebut (Tarigan 2005).

Menurut Arsyad (1999), perencanaan adalah suatu proses yang berkesinambungan yang mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang. Berdasarkan definisi tersebut maka ada 4 elemen dasar perencanaan, yaitu

1. merencanakan berarti memilih,

2. perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber daya, 3. perencanaan merupakan alat uutk mencapai tujuan, dan 4. perencanaan berorientasi ke masa depan.

Simonds (2006) menyatakan ada sedikit misteri pada seni dan ilmu perencanaan tapak. Bagi yang bekerja secara professional perencanaan tapak harus dikembangkan menjadi proses yang sistematis. Prosedur perencanaan tapak biasanya mencakup 10 langkah, beberapa dari langkah tersebut berjalan secara bersamaan:

1. menentukan tujuan,

2. melakukan survai topografi, 3. program pengembangan,

4. mengumpulkan data dan analisis, 5. peninjauan tapak,

6. mengatur kumpulan referensi rencana dan berkasnya, 7. mempersiapkan penyelidikan,

8. analisis yang berkaitan dan revisi penyelidikan, dibawa kepada konsep rencana yang disepakati,

9. mengembangkan rencana pengembangan awal dan estimasi biaya, dan

10.mempersiapkan rencana-rencana konstruksi, spesifikasi-spesifikasi, dan dokumen-dokumen pengajuan.

Simonds (2006) menambahkan bahwa keseimbangan dari proses perencanaan adalah mengenai analisis komparatif dan perbaikan rinci (sebuah proses sintesis yang kreatif). Rencana yang brilian memberikan bukti respon terhadap semua faktor tapak, persepsi yang jelas dari kebutuhan-kebutuhan dan hubungan-hubungan, dan ekspresi yang peka dari semua komponen yang bekerja dengan baik secara bersamaan.

(17)

1. untuk mencapai perencanaan yang efektif semua “pelaku” harus terlibat tidak hanya para perencana yang professional,

2. pariwisata adalah simbiotik antara konservasi dan rekreasi,

3. perencanaan masa sekarang sebaiknya pluralistik, mencakup bidang sosial, ekonomi, dan dimensi fisik,

4. perencanaan adalah politik merupakan kebutuhan mendasar untuk mencapai tujuan bermasyarakat yang seimbang,

5. perencanaan pariwisata harus strategis dan terintegrasi, 6. perencanaan pariwisata harus memiliki prespektif regional.

Rekreasi

Menurut Bell (2008) rekreasi mengacu pada kegiatan-kegiatan yang dilakukan tidak jauh dari rumah atau kegiatan seseorang sehari-hari dalam mengisi waktu luang atau pada saat liburan. Banyak alasan seseorang untuk berekreasi atau mengunjungi ruang luar diantaranya; melepaskan stress dari kehidupan kota, mencari udara segar, mendekatkan diri kepada alam, menikmati pemandangan, bersenang-senang dengan keluarga, dan masih banyak lagi.

Perencanaan Rekreasi

Perencanaan rekreasi adalah proses yang berhubungan dengan waktu luang seseorang terhadap ruang. Perencanaan ini menggunakan konsep dan metode dari berbagai disiplin ilmu untuk menyediakan kesempatan waktu luang publik maupun privat. Dalam prakteknya perencanaan rekreasi merupakan bidang khusus professional yang memadukan ilmu pengetahuan dan teknik-teknik desain lingkungan dan ilmu-ilmu sosial untuk mengembangkan alternatif-alternatif dalam penggunaan waktu luang, ruang, energi, dan uang untuk menagkomodasi kebutuhan manusia.

Hasil dari proses peremcanaan rekreasi dalam produk (rencana, pelajaran, informasi) yang menkondisikan kebijakan publik dan inisiatif privat untuk menyediakan kesempatan waktu luang/senggang di dalam kota. Perencanaan rekreasi difokuskan pada pengembangan sumberdaya manusia dan penataan lahan melalui penyesuaian manusia terhadap lingkungan dan satu sama lain. Dalam artian khusus, perencanaan rekreasi sangat mengutamakan pada variabel-variabel kegiatan di waktu luang dan ruang terbuka (Gold, 1980).

Pesisir

(18)

METODOLOGI

Lokasi dan waktu

Kegiatan penelitian dilakukan di Pantai Klara, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesarawan, Provinsi Lampung (Gambar 2). Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2012 .

Gambar 2.Peta Lampung Selatan Gambar 3. Lokasi Penelitian Metode penelitian

Penelitian dilakukan dengan beberapa tahap yaitu survai, pengumpulan data, dan analisis deskriptif, kuantitatif, dan spasial. Metode Gold (1980) digunakan sebagai dasar proses perencanaan yang terdiri dari tahap : persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, dan perencanaan. Tahap tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Diagram alur penelitian berdasarkan metode perencanaan Gold (1980) 1. Persiapan

(19)

2. Inventarisasi

Pada tapak ini dilakukan pengumpulan data yang berkaitan dengan Pantai Klara baik dalam aspek fisik, biofisik, maupun sosial. Data ini didapatkan dari studi pustaka dan survai lapang. Studi pustaka diperoleh dari buku-buku acuan, internet, data sekunder yang berkaitan dengan studi perencanaan, sedangkan survai lapangan diperoleh langsung dari lapangan dengan pengukuran, pengamatan, pemotretan, dan wawancara. Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 1.

3. Analisis

Proses analisis dilakukan untuk mengamati lebih dalam potensi dan kendala yang terdapat pada tapak. Potensi merupakan hal-hal yang dapat dijadikan peluang untuk mengembangkan tapak menuju perencanaan yang lebih baik. Kendala adalah hal-hal yang menjadi penghambat di dalam tapak sehingga harus di minimalisir bahkan dihilangkan dalam perencanaan. Pada tahap ini akan dilakukan analisis deskriptif kuantitatif dan analisis spasial. Data yang ada dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis deskriptif dengan cara tertulis sedangkan analisis spasial dilakukan dengan teknik overlay terhadap peta-peta tematik dengan tujuan pengembangan Pantai Klara sebagai kawasan rekreasi.

Analisis daya dukung dihitung dengan menggunakan rumus (Boulon dalam Soebagio (2005)):

Keterangan: DD = daya dukung

A = luas area yang digunakan untuk rekreasi (m²) B = luas area yang dibutuhkan oleh seorang

pengunjung untuk berekreasi dengan tetap memperoleh kepuasan (m²/individu) Rf = faktor rotasi

4. Sintesis

Tahap ini merupakan kelanjutan dari proses analisis dimana hasil dari proses analisis berupa potensi dan kendala dicari pemecahan masalah yang terbaik untuk pengembangan perencanaan. Hasil dari overlay digunakan juga untuk pembuatan rencana blok/block plan pengembangan rekreasi.

5. Perencanaan

(20)

Tabel 1. Jenis, sumber, cara pengambilan, dan bentuk data

Aspek No Jenis data Sumber Cara pengambilan Bentuk

Sosial dan Budaya

1. Pengunjung

(Karakteristik, pandangan terhadap tapak, harapan yang diinginkan, fasilitas yang dibutuhkan, waktu, dan dana)

Lapang Wawancara terhadap pengunjung, kuisioner

Primer

2. Pemilik/pengelola (Persepsi, program, dana)

Pihak

3. Masyarakat sekitar kawasan (Persepsi dan harapan)

Masyarakat

(Curah hujan, suhu, kelembaban, kecepatan dan arah angin, penyinaran matahari)

(Kontur, kemiringan lahan)

Bappeda

(Tinggi ombak, kualitas air)

DKP

Lapang

Survai lapang Primer Sekunder

7. Vegetasi dan satwa Jenis Vegetasi dan satwa

Pustaka Lapang

Survai lapang dengan menelusuri vegetasi dan satwa eksisting.

Primer Sekunder

8. Kualitas Lanskap Lapang Survai lapang Primer

9. Fasilitas

(Bangunan, jalan setapak)

Lapang PU

Survai lapang dengan menggunakan GPS

(Penerangan, jaringan telpon, Tempat pembuangan sampah, saluran air, jaringan listrik)

Lapang PU

Survai lapang Primer Sekunder

11 Aksesibilitas Lapang Survai lapang Primer

Ekologi 12. Ekosistem pembentuk pantai Pustaka Lapang

Observasi lapang Studi pustaka

Primer Sekunder

Wisata 13 Objek dan Atraksi Pustaka Lapang

Observasi lapang Studi pustaka

(21)

KONDISI UMUM

Aspek Fisik

Administrasi dan Geografis

Secara geografis Kabupaten Pesawaran mempunyai luas 1.173,77 Km2 yang terletak antara 105o-105.20o Lintang Selatan dan antara 5.10o– 5.50o Bujur Timur. Penduduk Kabupaten Pesawaran pada tahun 2007 berjumlah 418.256 jiwa, yang menempati luas Wilayah 117.377 Ha, dengan kepadatan Penduduk saat ini adalah 104 Jiwa per-km2.

Batas Wilayah Administratif Kabupaten Pesawaran sebagai berikut: Sebelah Utara : Kabupaten Lampung Tengah

Sebelah Selatan : Selat Sunda

Sebelah Barat : Kabupaten Tanggamus

Sebelah Timur : Lampung Selatan dan Kota Bandar Lampung

Wilayah administratif Kabupaten Pesawaran terbagi dalam 7 (Tujuh) Kecamatan dan 133 Desa. Kecamatan Padang Cermin sebagai kecamatan terluas yaitu 31.763 Ha.

Gambar 5. Peta Kabupaten Pesawaran Kondisi Iklim

(22)

Geologi

Geologi wilayah pesisir Kabupaten Pesawaran didominasi oleh struktur sesar/patahan, baik sesar besar maupun sesar kecil dan secara umum berarah barat daya-tenggara. Sesar-sesar tersebut merupakan suatu sistem sesar yang hampir sejajar, mempunyai umur yang berbeda-beda dan kejadiannya berhubungan dengan penunjaman Lempeng India – Australia, yang kebetulan berada di bawah P. Sumatera (Renstra Pesawaran, 2010).

Hidro-Oceanografi

Daerah pesisir Kabupaten Pesawaran berada pada ketinggian 0-50 m dpl (di atas permukaan laut). Daerah ini relatif sempit, memanjang sepanjang pantai. Daerah pegunungan yang merupakan punggung bukit, terbentuk oleh bahan vulkanik quarter dari beberapa formasi. Daerah ini berada pada ketinggian 50> 1000 mdpl. Daerah ini dilalui oleh sesar Semangka, dengan lebar zona sebesar + 20 km. Daerah bergelombang berada pada ketinggian 5000-1000 m dpl, terbentuk oleh bahan endapan vulkanik quarter. Daerah ini relatif aman terhadap gempa, namun pada bagian yang berlereng terjal masih dijumpai longsor.

Pesisir Kabupaten Pesawaran juga dipengaruhi oleh pergantian pusat tekanan tinggi dan tekanan rendah di Asia dan Australia yang berlangsung pada bulan Januari dan Juli. Akibat pengaruh angin muson wilayah pesisir tidak mengalami musim peralihan (pancaroba) diantara musim kemarau dan musim penghujan. Musim hujan terjadi antara bulan Desember-Maret akan tetapicenderung berfluktuasi. Puncak curah hujan tertinggi pada bulan Maret yaitu sebanyak 2559 mm. musim kemarau terjadi pada bulan April-Nopember dengan puncak hujan terendah terjadi pada bulan Nopember yang tidak turun hujan sama sekali. Rata-rata curah hujan berkisar antara 1500-3000.

Wilayah teluk dibatasi oleh morfologi perbukitan, sehingga sungai-sungai yang bermuara di Teluk Lampung relatif adalah sungai yang pendek dengan daerah aliran sungai yang sempit. Beberapa sungai yang cukup besar yang bermuara di Teluk Lampung, diantaranya adalah Way Sulan, Way Galih, Way Belau, Way Ratai, Way Sabu, Way Pedada, dan Way Punduh. Pada umumnya sungai-sungai tersebut memiliki lembah yang sempit dan terjal, dengan aliran sungai bersifat musiman, fluktuasi debit aliran tergantung musim, pada musim hujan aliran besar dan keruh sedangkan dimusim kemarau kecil dan jernih.

(23)

G

am

b

ar

6

. P

et

a B

at

im

et

ri

T

el

u

k

L

am

p

u

n

(24)

Aspek Ekologi Ekosistem Pesisir Lampung

Garis pantai Lampung sangat panjang, 1.105 km (CRMP, 1998) dan beragam yang menampilkan lebih dari 15 jenis habitat yang berbeda, termasuk lingkungan yang dibuat manusia seperti tambak udang dan perkotaan. Pantai Barat hampir seluruhnya didominasi oleh pantai berpasir, hutan pantai tipe Barringtonia, dengan sisipan tanaman perkebunan rakyat, dan dataran rendah yang berhutan Meranti (Dipterocarpaceae) sebagai kelanjutan dari Taman Nasional Bukit Barisan. Pantai sekitar teluk (Teluk Lampung dan Teluk Semangka) pada dasarnya mempunyai tipe yang sama, namun mengalami degradasi dan kohesi lebih besar lagi karena dampak urbanisasi.

Kawasan yang semula merupakan hutan mangrove telah berubah menjadi tambak udang, terutama pada beberapa teluk dan muara sungai yang sangat jelas terlihat di Pantai Timur adalah daerah tambak udang yang luas dan sedikit sisa hutan mangrove. Terumbu karang, padang lamun, dan rumput laut dapat dijumpai di sepanjang daratan sempit sekitar pulau-pulau di bagian selatan dan barat. Sebagian habitat ini tumbuh dengan baik di Teluk Lampung dan di Pantai Barat. Hutan rawa di Pantai Timur sudah banyak dikeringkan, dikonversi menjadi sawah dan tambak, dan pohonnya ditebangi sehingga fungsi rawanya telah berubah. Hutan rawa air tawar merupakan lingkungan yang khas di Pantai Timur, namun tinggal sedikit dan dalam kondisi kritis. Sisa paya-paya, rumput, dan Gelagah (Saccarum spontanium) yang masih ada di sepanjang Way Mesuji, Way Tulang Bawang, dan Way Seputih merupakan kolam raksasa pengendali banjir.

Pantai berpasir, pantai berbatu, dan hutan pantai mempunyai susunan tumbuhan yang didominasi oleh formasi Barringtonia, seperti Ketapang (Terminalia catappa), Waru Laut (Hibiscus tiliaceus), Nyamplung (Calophyllum inophyllum), Cemara (Casuarina equisetifolia), dan Rasau Putih (Pandanus tectorius). Keanekaragaman mangrove di Lampung rendah. Sebagian besar didominasi oleh Api-api (Avicennia alba dan Avicennia marina) pada lahan yang baru terbentuk, ditunjang oleh Buta-buta (Bruguiera parviflora dan Excoecaria agallocha) yang lazim dijumpai di daerah muara. Agak ke hulu dijumpai Nipah (Nypa fruticans), Pedada (Sonneratia caseolaris), dan Xylocarpus granatum yang menunjukkan adanya pengaruh air tawar. Bakau (Rhizophora stylosa) terbukti mendominasi mangrove yang berasosiasi dengan terumbu karang. Hal ini terdapat di sepanjang pantai dan pulau-pulau di Teluk Lampung.

(25)

Pariwisata di Kabupaten Pesawaran

Wisata Bahari

Kabupaten Pesawaran merupakan daerah yang bersinggungan langsung dengan laut sehingga sebagian wilayahnya merupakan daerah pesisir. Terdapat pantai-pantai yang indah di kabupaten ini baik yang sudah dikembangkan menjadi kawasan pariwisata maupun yang belum.Khususnya pada wilayah di sepanjang Pantai Mutun hingga Tanjung Putus sudah dikembangkan menjadi daerah wisata.

Akses tranportasi yang berdekatan dengan wilayah kota Bandar lampung menyebabkan perkembangan wilayah pesisir Pesawaran sebagai salah satu tujuan wisata pantai. Beberapa wilayah yang banyak dikunjungi wisatawan antara lain wilayah pantai kelapa rapat, pantai mutun, serta pantai ringgung. Selain wilayah pesisir pantai disepanjang Pesawaran, juga terdapat pulau-pulau kecil yang cukup potensial sebagai tujuan wisata. Beberapa pulau mempunyai potensi wisata bahari yang cukup bagus seperti untuk penyelaman, memancing, renang, dan dayung. Namun secara umum penataan wilayah kepulauan di Kabupaten Pesawaran belum dikembangkan sebagai wilayah wisata bahari. Beberapa yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata bahari antara lain Pulau Pahawang, Pulau Legundi, Pulau Tangkil dan Pulau Kelagian.

(26)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Tapak

Batas Administrasi dan Geografis

Pantai Klara termasuk dalam bagian Wilayah pesisir Teluk Lampung dansecara administratif terletak di Desa Ketapang, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Secara geografis pantai ini terletak pada koordinat 105°13’30” BT dan 05°35’10” LS dengan batas-batas :

1. Selatan : Pulau Kelagian dan Selat Sunda 2. Utara : Perbukitan Teluk Ratai

3. Timur : Dusun Ketapang 4. Barat : Dusun Margo Dalom

Pantai sepanjang 1,25 km ini berbatasan langsung dengan jalan raya Teluk Ratai sehingga pantai ini dapat terlihat secara langsung bagi pengendara kendaraan yang melintas dari jalan tersebut (Gambar 7). Jarak Pantai Klara dengan kota Bandar Lampung (Ibu Kota Provinsi Lampung) tidak begitu jauh jika menggunakan kendaraan bermotor hanya memakan waktu satu jam. Pengelolaan Pantai Klara dilaksanakan oleh Primer Koperasi Pangkalan (Primkopal) TNI AL Panjang sejak tahun 2005. Pihak Primkopal memang membuka kawasan Pantai Klara untuk rekreasi masyarakat sebagai salah satu sumber pemasukan Primkopal. Secara keseluruhan luas tapak penelitian ini adalah 14,7 Ha.

Biofisik

Keadaan Geologi Jenis Tanah

(27)

G

am

b

ar

7

. P

et

a L

o

k

as

i P

en

el

iti

(28)

Iklim

Iklim di wilayah Teluk Lampung tergolong beriklim tropis. Di Teluk Lampung mengenal adanya dua musim, yaitu musim hujan dan kemarau, seperti halnya kondisi musim di daerah tropis lainnya di Nusantara. Pada wilayah Teluk Lampung perubahan musim dipengaruhi oleh angin laut lembah yang bertiup dari Samudra Indonesia. Bulan November sampai Maret angin bertiup dari arah Barat dan Barat Laut yang menyebabkan musim hujan. Bulan April sampai Oktober angin bertiup dari arah Timur dan Tenggara yang menyebabkan musim kemarau.

Berlakunya duamusim di Teluk Lampung berpengaruh terhadap tingkat curah hujan, suhu udara, kelembapan udara, dan karakteristik angin. Secara keseluruhan musim kemarau lebih panjang dibandingkan dengan musim hujan dalam jangka waktu satu tahun. Wisatawan lebih nyaman berekreasi pada saat cuaca tidak hujan. Artinya kemungkinan jumlah kunjungan dalam setahun lebih banyak dikarenakan musim kemarau lebih panjang pada daerah Pantai Klara. Suhu udara

Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut terhadap permukaan laut dan jarak dari pantai. Kondisi suhu udaradi wilayah Teluk Lampung relatif konstan dengan kisaran sekitar 260C sampai 300C dengan ketinggian antara 20 sampai 60 meter dari permukaan laut dan suhu udara maksimum mencapai 330C (DKP Provinsi Lampung, 2007). Kelembaban udara dan kecepatan angin

Kelembaban udara di wilayah Teluk Lampung relatif tinggi. Pada bulan Desember hingga Maret kelembapan udara maksimum mencapai 88% sedangkan kelembapan udara minimum terjadi pada bulan November (DKP ProvinsiLampung, 2007). Pada mulut Teluk Lampung, kekuatan arus rata-rata bulanan berkisar antara 0,02-0,87 knot, dimana kecepatan maksimum terjadi pada bulan Januari dan Februari, dan kecepatan minimum pada bulan maret dan April. Arus rata-rata bulanan di Selat Sunda ini umumnya mengalir ke arah Samudera Hindia, kecuali pada bulan Maret, Agustus, dan Oktober.

Pada bulan Maret, arus mengalir ke timur laut (dari Samudera Hindia menuju Laut Jawa) dengan kecepatan rata-rata 0,02 knot. Pada bulan Agustus dan Oktober, arus mengalir ke timur dengan kecepatan 0,45 knot pada agustus dan 0,10 knot pada Oktober. Daerah pantai memang memiliki kelembaban yang tinggi sehingga tidak nyaman berada di kawasan pantai, namun daerah pantai juga terdapat angin yang selalu bertiup. Hal ini dapat meningkatkan kenyamanan bagi pengunjungS.

Gelombang

(29)

Ratai pada musim barat memiliki ketinggian antara 0,5-0,75 m, dan pada saat cuaca buruk dapat mencapai lebih dari 1,5 m. Pada musim timur, tinggi gelombang antara 0,3-0,6 m. Menurut pencatatan Dishidros TNI-AL antara tanggal 8 Januari sampai dengan 16 Februari 1994, menunjukkan tinggi gelombang berkisar antara 0,2-1,0 m. Berdasarkan data pengamatan tinggi gelombang maksimum dari Bapedalda Prov. Lampung dan PT. TELPP (1999), didapatkan informasi tambahan informasi gelombang Teluk Lampung.

Pergerakan gelombang dominan yang terjadi adalah dari arah tenggara dan selatan dengan persentase kejadian berturut-turut sebesar 26,48% dan 31,83%. Tinggi gelombang maksimum yang paling dominan adalah >50 cm dengan persentase kejadian sebesar 58,59%. Tinggi gelombang daerah Pantai Klara relatif tidak tinggi sehingga tidak membahayakan bagi pengunjung untuk melakukan kegiatan berenang pada daerah pantai.

Curah hujan

Kondisi curah hujan sangat beragam pada tiap-tiap bulannya. Rata-rata curah hujan di wilayah Teluk Lampung antara 1750-2250 mm/tahun dan puncak curah hujan tertinggi pada bulan Maret yaitu sebanyak 2559 mm/tahun (DKP Provinsi Lampung, 2007). Curah hujan yang relatif rendah ini sangat baik bagi aktivitas rekreasi dan pengunjung yakni memiliki lebih banyak pilihan waktu kunjungan.

Vegetasi

Vegetasi yang mendominasi di Pantai Klara adalah Kelapa (Cocos nucifera) (Gambar 8) dan menurut hasil survey jumlah pohon kelapa yang terdapat di kawasan ini adalah 179 pohon. Kemudian pohon yang mendominasi selanjutnya adalah pohon Waru laut (Hibiscus tiliaceus) (Gambar 9) yang berjumlah 160 pohon.Selain kedua jenis pohon di atas terdapat juga pohon Ketapang (Terminalia catappa) (Gambar 10) namun jumlahnya tidak banyak.

(30)

Gambar 9. Waru Laut (Hibiscus tiliaceus)

Gambar 10. Pohon Ketapang (Terminalia catappa)

Vegetasi dapat memperbaiki iklim (Simonds, 2006). Dengan jumlah pohon yang cukup banyak di pantai ini dapat memberikan kenyamanan suhu udara sehingga pengunjung dapat nyaman berekreasi di kawasan ini. Vegetasi yang ada sebaiknya dipertahankan atau bisa ditambahkan sesuai dengan kebutuhan kawasan agar meningkatkan kenyamanan kawasan rekreasi

Kualitas Visual

(31)

Gambar 11. Pemandangan ke Perbukitan Ratai

Gambar 12. Pemandangan ke Gunung Ratai

Pada bagian selatan pantai atau tepat di seberang pantai terdapat Pulau Kelagian (Gambar 13). Pulau ini sangat terlihat jelas jika dilihat dari sisi Pantai Klara. Pulau Kelagian adalah salah satu pulau besar yang ada di perairan Teluk Ratai. Pulau ini memiliki panjang garis pantai ± 10 km. Topografi Pulau Kelagian berbukit-bukit dengan hutan alam yang cukup lebat. Pulau kelagian menjadi potensi tersendiri yang dimiliki oleh Pantai Klara sebagai salah satu daya tarik wisatawan.

(32)

Gambar 13. Pemandangan ke Pulau Kelagian

Gambar 14. Pagar dan tanaman menutupi pemandangan ke laut

(33)

G

am

b

ar

1

5

. P

et

a

A

n

al

is

is

V

is

u

(34)

Penggunaan Lahan

Kawasan Pantai Klara dan sekitarnya merupakan kawasan milik TNI AL Panjang. Daerah Pantai Klara sendiri memang dikhususkan untuk kegiatan rekreasi publik dengan luas ± 3,5 ha. Pantai ini dilintasi oleh jalan raya dan dikelilingi oleh hutan dan perbukitan. Pada bagian utara pantai atau tepat di seberang jalan terdapat ladang kering yang tidak digunakan. Lahan ini hanya ditumbuhi rumput-rumput liar dan terdapat bebatuan (Gambar 16).

Area ini dapat dimanfaatkan sebagai area parkir mengingat tidak adanya lahan parkir khusus di Pantai Klara. Saat ini pengunjung yang membawa kendaraan memarkir kendaraannya di kawasan pantai dengan sembarangan. Hal ini menyebabkan kerugian yaitu area pantai menjadi rusak dan dengan adanya kendaraan yang banyak membuat area untuk berekreasi menjadi berkurang.

Aksesibilitas

Pantai Klara dilintasi oleh jalan provinsi yang menghubungkan Kota Bandar Lampung (Ibu Kota Lampung) dengan Kecamatan Padang Cermin. Jarak antara Kota Bandar Lampung dan Kecamatan Padang Cermin adalah ± 75 km, di sepanjang jalan ini ada bagian jalan yang bersinggungan langsung dengan garis pantai. Panjang jalan yang bersinggungan ini sekitar 2,5 km. Bagi pengendara yang melalui jalan ini dapat melihat secara langsung laut lepas yang indah dan Pantai Klara terletak di bagian jalan ini (Gambar 17).

Panjang jalan yang bersinggungan dengan Pantai Klara sekitar 1,25 km. Karena pantai ini dilalui jalan provinsi maka akses menuju tapak sangat mudah ditempuh bagi pengunjung yang ingin mengunjungi Pantai Klara. Dari Kota Bandar Lampung menuju Pantai Klara berjarak ± 40 km sehingga jika menggunakan kendaraan bermotor memakan waktu ± 1 jam perjalanan. Dari Kecamatan Padang Cermin menuju Pantai Klara dengan kendaraan bermotor memakan waktu ± 45 menit dengan jarak tempuh ± 35 km.

Namun tidak ada jalan alternatif menuju tapak ini dan tidak ada angkutan umum yang mencapai lokasi Pantai Klara sehingga hal ini menyulitkan bagi pengunjung yang tidak memiliki kendaraan yang hendak berkunjung. Pemerintah setempat sebaiknya menyediakan angkutan umum yang melewati daerah tersebut untuk meningkatkan pengunjung dan kegiatan rekreasi di daerah tersebut.

Kemiringan Lahan dan Penutupan Lahan

(35)

Topografi Pantai Klara yang datar dan landai menunjukkan bahwa area ini sesuai untuk dikembangkan untuk kawasan rekreasi. Dengan lahan yang datar dan landai pengunjung akan merasa nyaman untuk melakukan kegiatan rekreasi. Selain itu pengelola tidak perlu melakukan banyak perubahan topografi jika ingin menambahkan fasilitas/bangunan di daerah pantai ini. Daerah dengan kemiringannya datar atau landai penutupan lahannya didominasi oleh tanah berpasir. Sedangkan dengan kemiringan lahan curam penutupan lahannya berupa hutan (Gambar 19).

Aspek Sosial dan Budaya

Kondisi Sosial dan Budaya

Penduduk di wilayah Kabupaten Pesawaran menyebar di 7 Kecamatan yaitu Kecamatan Padang Cermin, Punduh Pidada, Kedondong, Way Lima, Gedong Tataan, Negeri Katon dan Tegineneng. Hingga Tahun 2008, jumlah penduduk di Kabupaten Pesawaran berjumlah 409.615 Jiwa, yang menempati luas wilayah 1.173,77 Km2.

Mata pencaharian penduduk pesisir pada umumnya adalah petani, sedangkan sebagian lainnya sebagai nelayan dan pembudidaya ikan. Selain mata pencaharian utama, umumnya masyarakat pesisir memiliki pekerjaan sampingan sebagai nelayan. Penduduk yang bertempat tinggal di sekitar Pantai Klara atau tepatnya di Desa Gebang rata-rata memiliki perahu kayu, namun perahu tersebut tidak digunakan mereka untuk berlayar sendiri. Mereka pada umumnya hanya menyewakan perahu mereka kepada orang-orang dari kota yang datang untuk memancing. Para penyewa perahu mengaku kalau pendapatan dari menyewakan perahu lebih besar dari pada berlayar sendiri untuk mencari ikan.

Selama ini para pemancing datang langsung ke rumah warga yang memiliki perahu jika ingin menyewa. Warga yang menyewakan perahu selama ini hanya mengandalkan langganan mereka saja. Para warga menyewakan perahunya masing-masing tanpa ada yang mengakomodir. Mereka hanya mengandalkan pelanggan mereka untuk mempromosikan kapal mereka. Tentu saja hal ini kurang efektif dan akhirnya banyak orang yang tidak mengetahui jika tempat tersebut adalah kawasan penyewaan perahu.

(36)

G

am

b

ar

1

6

. P

et

a P

en

g

g

u

n

aan

L

ah

(37)

G

am

ba

r 17.

P

eta

A

k

se

sib

ilita

s M

en

u

ju

P

an

ta

i K

la

(38)

G

am

b

ar

1

8

. P

et

a

A

n

al

is

is

K

em

ir

in

g

an

L

ah

(39)

G

am

ba

r 19. P

et

a P

enut

up

an L

aha

(40)

Persepsi dan Harapan Masyarakat

Masyarakat yang tinggal di sekitar Pantai Klara merupakan penduduk Desa Gebang. Sebagian besar penduduk Desa Gebang mendapatkan pendapatan dengan menyewakan perahu yang mereka miliki. Pendapatan masyarakat di sekitar Pantai Klara memang bergantung pada Pantai Klara. Banyak dari penduduk setempat yang menjadi pedagang di Area Pantai Klara maupun di sekitar Pantai. Sebagian besar masyarakat sekitar setuju dengan dibukanya Pantai Klara sebagai kawasan rekreasi karena mereka merasakan manfaatnya.

Beradasarkan hasil wawancara kepada 30 orang masyarakat didapatkan bahwa, harapan masyarakat adalah agar Pantai Klara dapat dikembangkan dengan lebih baik lagi sehingga kawasan tersebut dapat ramai dikunjungi pengunjung. Dengan ramainya pengunjung maka penghasilan penduduk Desa Gebang dapat meningkat dan mereka akan lebih sejahtera. Masyarakat juga sangat berharap untuk pengembangan kawasan ini kedepannya agar dapat melibatkan masyarakat. Menurut Gold (1980) masyarakat seharusnya dilibatkan dalam proses perencanaan dalam seluruh tingkatan. Untuk itu dalam perencanaan kawasan rekreasi di Pantai Klara ini perlu melibatkan peran masyarakat yang secara langsung bersentuhan dengan Pantai Klara.

Pengunjung

Menurut keterangan pengelola rata-rata pengunjung yang datang ke kawasan Pantai Klara setiap harinya kurang lebih berjumlah 100 orang dan pada hari libur jumlahnya dapat meningkat. Pengunjung yang datang ke kawasan ini beragam mulai dari anak-anak sampai orang dewasa namun pada masa liburan, pengunjung didominasi oleh anak-anak sekolah. Pengunjung yang datang tidak hanya orang-orang yang berada di dekat Pantai Klara saja, namun berasal dari berbagai tempat di Provinsi Lampung baik yang dekat maupun yang jauh asalnya.

Berdasarkan hasil kuisioner kepada 30 pengunjung didapatkan bahwa, pengunjung yang datang ke Pantai Klara mengaku kalau mereka tertarik datang karena keindahan Pantai Klara. Mereka menyatakan bahwa kondisi Pantai Klara masih baik dengan pasirnya yang putih dan cukup jernih. Hal ini yang perlu diperhatikan dalam perencanaan kawasan ini dalam pengembangannya jangan sampai merusak keindahan alam yang sudah ada. Perencanaan yang baik seharusnya bisa mempertahankan atau meningkatkan kualitas kawasan ini.

(41)

Sebaran intensitas pengunjung pada Gambar 21 terlihat bahwa intensitas yang tinggi terletak pada daerah sekitar pintu masuk satu/utama hal ini disebabkan karena daerah tersebut cukup luas sehingga pengunjung nyaman dan mendapatkan ruang gerak yang cukup untuk melakukan aktivitas. Intensitas sedang terletak pada daerah sekitar pintu dua, para pengunjung datang kesini jika pada daerah pintu satu sudah terlalu ramai. Daerah pintu masuk dua bukan menjadi daerah favorit pengunjung dikarenakan luasan pantai yang sempit.

(42)

G

am

ba

r 20. P

et

a S

eb

ar

an A

kt

ivi

ta

s P

engunj

(43)

G

am

ba

r 21 . P

et

a S

eb

ar

an I

nt

ens

ita

s P

engunj

(44)

Aspek Wisata

Objek dan Atraksi Wisata

Pantai Klara menyajikan Wisata Bahari yang menarik, pantai ini memiliki pasir yang putih, selain itu di bagian selatan Pantai Klara terdapat Pulau Pahawang dan Kelagian yang menjadi panorama yang indah sehingga pengunjung dapat menikmati pulau-pulau ini dari pantai. Di sekitar Pulau Kelagian terdapat terumbu karang yang indah sehingga menjadi potensi untuk dikembangkan untuk diadakannya kegiatan snorkeling.

Kondisi terumbu karang di perairan pesisir Kecamatan Padang Cermin, seperti halnya di perairan lainnya di Lampung, didominasi oleh jenis fringing reef. Menurut Nontji (1993) tipe fringing reef merupakan tipe terumbu karang tepi yang terdapat di sepanjang perairan pantai dan hampir tidak dijumpai pada daerah pesisir yang banyak sungai besarnya. Terumbu karang di Lampung dengan tipe fringing reef memiliki luasan relatif 20-60 meter.

Pertumbuhan karang terhenti pada kedalaman 10-17 meter. Di bawah kedalaman itu terdapat lumpur atau hamparan pasisir (Wiryawan et al.1999). Dari hasil survei CRMP (1998) diketahui pula bahwa di Kawasan Teluk Lampung penutupan karang batu cukup besar, yaitu mencapai 75%. Di sepanjang pantai pesisir Kecamatan Padang Cermin juga ditemukan penutupan karang batu yang cukup luas.

Berdasarkan hasil penelitian Titaheluw (2011), pada Pulau Kelagian yang jaraknya 4 km dari Pantai Klara pada kedalaman 3 m keadaan terumbu karang tergolong baik dengan penutupan karang hidup hard coral dan soft coral mencapai 60.74%; demikian juga pada kedalaman 10 m keadaan penutupan karang hidup coral dan soft coral tergolong baik dengan persentase penutupan 51.77%.

Fasilitas Rekreasi

Setiap kawasan rekreasi memerlukan adanya fasilitas untuk mendukung aktivitas yang berlangsung di kawasan rekreasi tersebut. Begitu juga dengan kawasan Pantai Klara, terdapat beberapa fasilitas yang disediakan pengelola untuk pengunjung. Fasilitsas umum yang dapat di jumpai di pantai ini diantaranya kamar mandi umum, mushola, dan juga tempat sampah. Kemudian terdapat juga pondok kayu di sepanjang garis pantai yang dapat digunakan pengunjung untuk duduk dan beristirahat sambil menikmati keindahan pantai.

Pihak pengelola juga menyediakan perahu kano dan ban yang disewakan kepada pengunjung untuk bermain. Selain itu ada juga perahu kayu bertenaga mesin bermuatan 20 orang untuk penyeberangan ke Pulau Kelagian pulau yang berada tepat di sebrang Pantai Klara. Terdapat juga dermaga yang menjorok sekitar 40 meter ke pantai yang biasa digunakan pengunjung untuk menikmati pemandangan dan berfoto (Gambar 22).

(45)

yang menginginkan adanya fasilitas ini. Fasilitas lain yang dapat ditambahkan di area ini adalah dermaga untuk kapal pemancingan yang disewakan karena ada banyak warga sekitar Pantai Klara yang menyewakan kapal untuk memancing.

Permasalahan lain dari segi fasilitas adalah pengelola banyak membangun fasilitas pelayanan seperti; rumah makan dan kios-kios di atas area berpasir. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada area berpasir dan menutupi pemandangan ke arah laut. Menurut Gold (1980) fasilitas harus membuat penggunaan lahan paling efisien, didesain dan dikelola untuk menyediakan dalam keperluan kenyamanan, kesehatan, keamanan,kesenangan yang ditujukan kepada pengguna, dan merupakan contoh positif dari desain, konservasi energi dan peduli kepada manusia.

Aktivitas Rekreasi

Gold (1980) menjabarkan bahwa ada 4 klasifikasi dalam aktivitas rekreasi yaitu; rekreasi fisik, rekreasi sosial, rekreasi pendidikan, dan rekreasi alam/lingkungan. Rekreasi alam membutuhkan sumberdaya alam seperti air, pepohonan, pemandangan, atau margasatwa untuk menyediakan keadaan, atau fokus, dalam aktivitas. Dalam hal ini Pantai Klara masuk dalam kategori rekreasi alam karena objek rekreasi utamanya adalah sumberdaya alam.Aktivitas rekreasi juga berkaitan dengan fasilitas yang disediakan oleh pengelola yang ada di kawasan rekreasi.

Aktivitas yang biasa dilakukan pengunjung ketika datang ke Pantai Klara adalah melihat-lihat pemandangan, berenang, berfoto, dan bersantai di pinggir pantai.Aktivitas yang ada bisa ditambahkan dengan aktivitas baru yang dapat menarik pengunjung. Salah satunya adalah aktivitas memancing aktivitas ini sangat mungkin untuk dilaksanakan mengingat ada banyak warga sekitar pantai yang memang menyewakan kapal untuk memancing. Jika pengelola dan warga sekitar dapat berintegrasi dan bekerjasama dengan baik maka kegiatan memancing ini dapat diakomodasi dengan baik sehingga perencanaan kawasan ini dapat melibatkan masyarakat.

(46)

G

am

b

ar

2

2

. P

et

a S

ar

an

a

d

an

P

ras

ar

an

(47)

Analisis

Setelah dilakukan pembahasan pada setiap aspek maka akan dilanjutkan analisis secara keseluruhan dengan teknik overlay sehingga menghasilkan peta komposit. Peta komposit ini dibagi menjadi tiga klasifikasi yaitu ; sesuai, cukup sesuai, dan tidak sesuai untuk pengembangan area rekreasi. Berikut adalah perhitungan mencari selang untuk pembagian klasifikasi :

Klasifikasi Zona :

Tidak sesuai untuk pengembangan rekreasi : 1 < x < 1.67 Cukup sesuai untuk pengembangan rekreasi : 1.67 < x <2.33 Sesuai untuk pengembangan rekreasi : 2.33 < x <3

Peta kemiringan lahan, penggunaan lahan, penutupan lahan, aktivitas pengunjung, dan intensitas pengunjung ditentukan ketegorinya kemudian diberikan nilai (Tabel 2). Peta-peta ini yang kemudian dioverlay sehingga menhasilkan peta komposit yang membagi zona kesesuaian untuk pengembangan rekreasi berdasarkan selang yang telah ditentukan di atas.

Tabel 2. Data Peta Tematik

No. Peta Kriteria Kategori Nilai

1 Kemiringan Lahan Datar(0-8%) Sesuai 3 Landai(8-15%) Cukup sesuai 2 Curam(>15%) Tidak sesuai 1 2 Penggunaan Lahan Area Rekreasi Sesuai 3 Hutan Tidak sesuai 1 3 Penutupan Lahan Pasir Pantai

Hutan 5 Intensitas Pengunjung Tinggi Sesuai 3 Sedang Cukup sesuai 2 Rendah Tidak sesuai 1

Setelah dilakukan overlay didapatkan peta komposit (Gambar. 23). Hasil overlay menunjukkan sebesar 1,7 Ha (11,7%) sesuai untuk pengembangan rekreasi dan sebesar 1,8 Ha (12,2%) masuk kategori cukup sesuai. Terdapat 11,2 Ha (76,1%) area yang tidak sesuai untuk dikembangkan sebagai kawasan rekreasi pantai. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 3,5 Ha area yang dapat dikembangkan untuk kawasan rekreasi (Area yang sesuai dan cukup sesuai).

�= 3−1

(48)

G

am

ba

r 23. P

et

a

K

om

pos

(49)

Sintesis

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap beberapa aspek maka perlu adanya tindakan untuk mengatasi kendala yang ada di tapak dan tetap mempertahankan atau mengembangkan potensi yang ada (Tabel 3). Menurut Mason (2003) perencanaan rekreasi terkait khusus pada ide-ide rekreasi di masa depan, proses yang berkaitan dengan upaya merubah hal yang menurunkan keuntungan maksimum, sambil mengurangi dampak negatif.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap beberapa aspek maka perlu adanya tindakan untuk mengatasi kendala yang ada di tapak dan tetap mempertahankan atau mengembangkan potensi yang ada. Berdasarkan peta komposit terdapat 11,7% dari luas keseluruhan tapak yang sesuai untuk dikembangkan menjadi area rekreasi, area ini terletak pada daerah barat atau bagian pantai yang cukup luas. Area ini dapat dikhususkan untuk area rekreasi yang berorientasi pada aktivitas aktif. Sedangkan pada area yang cukup sesuai (12,2%) dapat dikembangkan untuk area rekreasi pasif dan tempat pelayaran.

(50)

Tabel 3. Analisis dan Sintesis

No Data

Analisis

Sintesis

Potensi Kendala

1. Kondisi Tapak

a.Biofisik (iklim, kecepatan angin, gelombang, topografi, dan vegetasi)

Keadaan iklim nyaman dengan vegetasi yang cukup banyak, gelombang tidak tinggi dan topografi landai cocok untuk kegiatan rekreasi

Vegetasi pohon kelapa berbahaya bagi pengunjung ketika musim berbuah, pantai yang kotor oleh daun dari pohon dan banyak kerikil pecahan karang yang mengganggu aktivitas.

Memperbaiki pengelolaan dalam hal pemanenan buah kelapa dan kebersihan pantai, membuang kerikil pecahan batu karang yang mengganggu

b.Visual Pulau Kelagian dapat dilihat langsung dari pantai ini, pemandangan alami perbukitan dan Gunung Ratai di sekitar pantai

Tanaman dan pagar yang rapat di sepanjang perbatasan Pantai Klara menutupi pandangan ke laut dari jalan raya

Memindahkan tanaman pinggir jalan yang menghalangi penglihatan dan mengganti pagar dengan yang lebih rendah

c.Penggunaan lahan Kawasan pesisir Kabupaten Pesawaran memang diperuntukkan untuk dikembangkan sebagai kawasan rekreasi.

Lahan-lahan kosong disekitar pantai yang tidak digunakan merusak pemandangan.

Mengoptimalkan kawasan pantai sebagai kawasan rekreasi, lahan kosong dimanfaatkan untuk lahan parkir. d.Aksesibilitas Pantai ini dilewati jalan provinsi sehingga

mudah dicapai dari Kota Bandar Lampung.

Kondisi jalan sempit dan tidak ada penerangan pada jalan sekitar pantai, tidak ada petunjuk jalan.

Memperbaiki jalan dan menambahkan penerangan pada jalan. Memasang papan petunjuk jalan menuju pantai 2. Sosial dan Budaya

a.Masyarakat Masyarakat mendukung adanya pengembangan area rekreasi.

Hanya sebagian kecil masyarakat yang dilibatkan dalam pemgembangan area rekreasi Pantai Klara

Melibatkan masyarakat secara keseluruhan dalam pengembangan rekreasi terutama mengenai kegiatan rekreasi.

b.Pengunjung Pengunjung berasal dari berbagai tempat dari daerah Lampung dan dari berbagai kalangan dan usia.

Sebagian pengunjung tidak bisa menjaga kelestarian kawasan pantai (membuang sampah sembarangan)

Sosialisasi mengenai kelestarian lingkungan, menghimbau menjaga kebersihan dengan papan nama. 3. Aspek Wisata

a.Objek dan Atraksi Wisata Berbagai objek dan atraksi alami yang menarik tersedia

Tidak dimanfaatkan secara maksimal dan tidak dikelola dengan baik

(51)

b.Fasilitas Rekreasi Telah tersedia sarana dan prasarana umum untuk mendukung kegiatan rekreasi

Kondisi fasilitas yang kurang memadai dan kurang secara kualitas maupun kuantitas, tidak mendukung seluruh aktivitas rekreasi yang ada dan yang diinginkan pengunjung

Menambahkan dan memperbaiki fasilitas yang ada dengan menyesuaikan kebutuhan pengunjung.

c.Aktivitas Rekreasi Beragam aktivitas rekreasi pantai dapat dilakukan

Aktivitas yang melibatkan masyarakat tidak terintegrasi dengan baik (penyewaan kapal), area bermain/berenang tumpang tindih dengan kapal penyebrangan/perahu kano.

Menghimbau masyarakat dan pengelola pantai untuk merencanakan aktivitas rekreasi yang dapat menguntungkan kedua belah pihak

Tabel 4. Pembagian Zona pada Rencana Blok

Zona Keterangan

Penerimaan Area penerimaan merupakan area pintu masuk utama dari kawasan rekreasi Pantai Klara. Area ini dibuat semenarik mungkin untuk menarik pengunjung. Di sini akan disediakan gerbang masuk, loket masuk, dan pusat informasi.

Wisata Area ini dikembangkan untuk kegiatan-kegiatan wisata. Kegiatan wisata dibagi menjadi dua jenis yaitu wisata pantai dan wisata laut, baik bersifat aktif maupun pasif

Pelayanan Area ini dikhususkan untuk kegiatan pelayanan seperti tempat beristirahat, berbelanja, makan, minum, dan menginap.

(52)

G

am

ba

r 24.

R

en

can

a B

lo

(53)

Konsep Perencanaan

Konsep Dasar Perencanaan

Konsep dasar perencanaan lanskap Pantai Klara adalah Kawasan Pantai Klara sebagai kawasan rekreasi yang nyaman, aman, dan menarik sehingga dapat mengoptimalkan pemanfaatan potensi Pantai Klara untuk meningkatkan perekonomian masyarakat lokal/pesisir. Dalam mewujudkan konsep tersebut diperlukan perencanaan lanskap yang baik salah satunya perencanaan lanskap Pantai Klara yang dituangkan dalam bentuk konsep ruang, sirkulasi, vegetasi, aktivitas dan fasilitas rekreasi.

Perencanaan lanskap yang baik dapat meningkatkan kenyamanan bagi pengunjung untuk melakukan kegiatan rekreasi dengan adanya konsep perencanaan vegetasi diharapkan dapat meningkatkan kenyamanan wisatawan. Keamanan juga salah satu hal yang penting dalam pengembangan area rekreasi maka konsep aktivitas dan fasilitas rekreasi harus mengutamakan keamanan para pengunjung. Selain aman dan nyaman hal yang penting lainnya adalah menarik. Kawasan rekreasi akan disukai wisatawan jika menyediakan hal yang menarik sehingga seluruh konsep pengembangan perencanaan harus terintegrasi secara baik dan menarik.

Pengembangan Konsep

Konsep Ruang

Rencana ruang kawasan Pantai Klara dikembangkan berdasarkan rencana blok hasil dari sintesis dan pembagian kegiatan. Dimana Wisata, Pelayanan dibagi menjadi ruang yang lebih terinci atau sub-ruang. Pada zona wisata dibagi menjadi 2 ruang yaitu ruang wisata pantai yang kegiatannya terdiri dari; bermain anak (playground), outbound dan olahraga pantai dan ruang wisata laut/dermaga yang kegiatannya terdiri dari; wisata penyeberangan pulau, memancing, dan snorkeling.

Area dermaga ini menyediakan khusus kapal-kapal untuk pengunjung yang ingin menikmati ketiga kegiatan wisata tersebut. Selanjutnya pada zona pelayanan dibagi menjadi 3 bagian yaitu ; wisata kuliner, pertokoan, dan penginapan. Terakhir adalah zona konservasi merupakan ruang yang paling luas yang dimanfaatkan sebagai area konservasi dan wisata edukasi., pembagian konsep ruang ini dapat dilihat pada Gambar 26.

Konsep Sirkulasi

(54)

Gambar 25. Alur Sirkulasi pada Tapak Konsep Vegetasi

Vegetasi yang digunakan merupakan vegetasi yang sudah ada di Pantai Klara atau vegetasi eksisting tapak. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/2008 perihal penggunaan vegetasi pada sempadan pantai, vegetasi yang digunakan merupakan tanaman lokal yang sudah teruji ketahanan dan kesesuaiannya tehadap kondisi pantai tersebut. Vegetasi yang ada di Pantai Klara jumlahnya sudah cukup banyak, sehingga dapat dimanfaatkan untuk pengembangan kawasan rekreasi Pantai Klara, hanya tinggal butuh sedikit tanaman untuk melengkapi. Vegetasi yang ada diatur sesuai dengan fungsi dan tujuannya. Vegetasi ini akan ditata berdasarkan fungsi arsitektural yaitu; peneduh, estetik, pembatas dan pengarah (Gambar 27).

Zona vegetasi konservasi direncanakan untuk menjaga kelestarian dan kenyamanan pantai sehingga memiliki porsi yang besar pada tapak. Mernurut Chiara dan Kopplemen (1994) di dekat tepi laut harus terdapat pepohonan yang memberikan keteduhan dan perlindungan terhadap angin. Pohon yang besar dan tinggi harus dihindari karena menarik petir dan pohon berjamur mempunyai dahan-dahan menggantung yang lapuk. Terlalu banyak pohon berdaun lebat menyebabkan pantai dan dasar perairan menjadi kotor karena daun yang jatuh. Konsep Aktivitas dan Fasilitas

(55)

G

am

b

ar

2

6. K

ons

ep R

ua

(56)

G

am

ba

r 27. K

ons

ep V

eg

et

as

(57)

Perencanaan Lanskap

Perencanaan Lanskap Pantai Klara dihasilkan melalui tahap-tahap pengembangan konsep pada setiap aspek. Gambar 28 merupakan gambar rencana lanskap keseluruhan Pantai Klara. Kemudian untuk melihat gambaran rencana lanskap Pantai Klara secara lebih jelas, maka rencana lanskap ini dibagi menjadi 3 segmen (Gambar 29, 30, dan 31). Rencana lanskap Pantai Klara ini terdiri dari rencana ruang, rencana sirkulasi, rencana vegetasi, dan rencana aktivitas fasilitas rekreasi. Diharapkan rencana lanskap yang dihasilkan dapat memberikan dampak yang baik kepada pengunjung, pengelola, maupun masyarakat sekitar.

Pantai Klara merupakan salah satu kawasan rekreasi yang berpotensi yang dimiliki Kabupaten Pesawaran. Namun kawasan ini belum dioptimalkan dengan baik. Perencanaan Lanskap Pantai Klara diharapkan dapat meningkatkan kualitas kawasan ini menjadi lebih nyaman, aman dan menarik. Dalam hal meningkatkan kenyamanan perlu adanya fasilitas yang mendukung adanya kegiatan rekreasi di kawasan ini. Penambahan fasilitas ini disesuaikan dengan keinginan pengunjung, harapan masyarakat, dan kesediaan pengelola.

Selanjutnya, dalam hal meningkatkan keamanan perlu adanya pembagian zona yang jelas terutama zona pelayaran dengan aktivitas pengunjung seperti kegiatan berenang. Menciptakan lanskap Pantai Klara yang menarik menjadi hal yang penting. Hal ini untuk mengundang ketertarikan pengunjung sehingga dapat meningkatkan pendapatan pengelola maupun mensejahterakan masyarakat sekitar. Untuk mewujudkan Pantai Klara yang lebih menarik maka perlu menambahkan obyek dan atraksi wisata yang selama ini belum dikembangkan dan mengemasnya secara baik dan terintegrasi.

Tanpa perencanaan akan muncul resiko aktivitas yang tidak teratur, tidak terpola atau berantakan dan kemungkinan besar akan berdampak negatif terhadap ekonomi, sosial, dan lingkungan (Willams, 1998). Dengan terwujudnya perencanaan lanskap Pantai Klara maka diharapkan akan memperbaiki ekonomi, sosial, dan lingkungan di Pantai Klara dan sekitarnya.

(58)

G

am

b

ar

2

8

. R

en

can

a L

an

sk

ap

P

an

tai

K

lar

(59)

G

am

b

ar

2

9

. R

en

can

a

D

et

il S

eg

m

en

(60)

G

am

b

ar

3

0

. R

en

can

a

D

et

il

S

eg

m

en

I

(61)

G

am

ba

r 31.

R

en

can

a

D

et

il S

eg

m

en

I

(62)

Rencana Ruang

Rencana ruang kawasan Pantai Klara dikembangkan berdasarkan konsep ruang yang telah dibuat yaitu dipisahkan menjadi 12 ruang. Pada Gambar 28 (Rencana Detil Segmen I) menunjukkan ruang penerimaan yang letaknya berdekatan dengan area parkir. Area parkir diletakkan berdekatan dengan area penerimaan yang merupakan pintu masuk utama Pantai Klara sehingga pengunjung mudah memasuki kawasan Pantai Klara setelah turun dari kendaraan.

Ruang penerimaan berfungsi sebagai ruang untuk menyambut pengunjung yang memasuki kawasan Pantai Klara. Ruang penerimaan dibuat menarik agar pengunjung merasakan ketertarikan saat pertama kali memasuki kawasan ini. Ruang penerimaan ini juga berdekatan dengan ruang bermain, ruang bermain ini merupakan daerah pasir pantai yang cukup luas dan sedikit vegetasi. Hal ini dikembangkan agar pengunjung yang baru datang atau memasuki ruang penerimaan dapat langsung melihat pemandangan ke arah laut luas.

Ruang wisata pantai (aktivitas aktif) (Gambar 29) merupakan ruang untuk pengunjung melakukan kegiatan-kegiatan wisata di pantai. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan berolahraga, playground, dan outbound. Untuk mendukung adanya aktivitas wisata di Pantai Klara maka diciptakan ruang pelayanan (Gambar 30) ruang ini terdiri dari berbagai fasilitas yaitu area kuliner, pertokoan, penginapan, dan juga area parkir. Ruang pelayanan yang terdiri dari berbagai bangunan diletakkan pada area yang tidak berpasir agar tidak merusak pasir dan menutupi pemandangan ke arah laut.

Aktivitas pelayaran dipusatkan pada ruang wisata laut/pelayaran (Gambar 31) dimana pelayaran ini dibagi menjadi tiga macam kegiatan yaitu memancing, snorkeling, dan menyeberang pulau. Area pelayaran dibuat terpisah sehingga tidak mengganggu atau membahayakan pengunjung yang berenang.

Rencana Sirkulasi

Rencana sirkulasi dikembangkan bertujuan untuk menghubungkan antar ruang yang telah direncanakan dalam rencana ruang. Kendaraan tidak diijinkan untuk memasuki kawasan berpasir Pantai Klara karena dapat menimbulkan kerusakan pantai jika kendaraan motor atau mobil memasuki kawasan pasir pantai. Pedestrian yang disediakan berada sepanjang ruang pelayanan. Rencana lebar pedestrian adalah 2,5 m sehingga dapat menampung 3 orang atau lebih (satu keluarga) dengan berjalan bersamaan (Gambar 32). Pada sisi kiri kanan jalan ditanam tanaman pengarah, dan jalan pedestrian terbuat dari paving-grass concrete.

(63)

Gambar 32. Rencana Sirkulasi Pejalan Kaki

Gambar 33. Rencana Sirkulasi Air Rencana Vegetasi

(64)

34). Penggabungan pohon waru laut dan ketapang digunakan pada area bermain atau olahraga sebagai peneduh bagi pengunjung yang berolahraga (Gambar 35)

Pohon kelapa (Cocos nucifera) dapat dimanfaatkan sebagai vegetasi pengarah dan estetik. Pohon kelapa ini digunakan pada pinggir jalan atau jalan pedestrian sebagai pengarah (Gambar 32) dan digunakan pada area gerbang masuk sebagai vegetasi estetik. Pohon kelapa juga tersebar merata di seluruh tapak sebagai vegetasi indentitas tapak. Di sepanjang sisi bagian pantai yang berbatasan dengan jalan raya ditanam semak seperti teh-tehan (Acalypha macrophylla) sebagai pembatas yang tingginya tidak lebih dari 1 meter. Hal ini direncanakan agar pengendara yang melintas pantai bisa menikmati pemandangan ke arah pantai dari kendaraannya (Gambar 36).

Gambar 34. Rencana Vegetasi Area Parkir

(65)

Gambar 36. Rencana Vegetasi Pembatas Jalan Kendaraan

Rencana vegetasi disusun berdasarkan fungsi tanaman secara arsitektural. Tabel 5 menunjukkan penempatan vegetasi pada tiap ruang yang telah terbentuk.

Tabel 5. Rencana Vegetasi pada Tiap Ruang

Ruang Sub-ruang Fungsi

Tanaman

Jenis Tanaman

Penerimaan - Peneduh Pengarah Estetik

Ketapang (Terminalia catappa)

Waru laut (Hibiscus tiliaceus)

Kelapa (Cocos nucifera) Bintaro (Cerbera manghas)

Wisata Wisata Pantai Peneduh Estetik

Ketapang (Terminalia catappa)

Waru laut (Hibiscus tiliaceus)

Kelapa (Cocos nucifera)

Wisata Laut Peneduh Estetik Pengarah

Ketapang (Terminalia catappa)

Waru laut (Hibiscus tiliaceus)

Bintaro (Cerbera manghas)

Kelapa (Cocos nucifera)

Cemara laut (Casuarina equisitifolia)

Pelayanan Area kuliner Pertokoan Istirahat Penginapan Parkir

Estetik Pengarah Peneduh

Kelapa (Cocos nucifera)

Cemara laut (Casuarina equisitifolia)

Ketapang (Terminalia catappa)

Bintaro (Cerbera manghas)

Konservasi Konservasi Ketapang (Terminalia catappa)

Waru laut (Hibiscus tiliaceus)

(66)

Rencana Aktivitas dan Fasilitas

Aktivitas wisata yang dikembangkan pada Pantai Klara disesuaikan dengan potensi yang dimiliki pantai ini. Sedangkan fasilitas direncanakan untuk mendukung aktivitas wisata yang dikembangkan. Pembagian ruang pada tapak ini berdasarkan berbagai aktivitas wisata yang dikembangkan. Tabel 6 menunjukkan kegiatan-kegiatan wisata yang dapat dilakukan pengunjung pada setiap ruang. Pada ruang penerimaan tersedia gerbang masuk yang kemudian terdapat loket untuk pembelian tiket, di sini pengunjung bisa mendapatkan informasi pada bagian pusat informasi.

Papan petunjuk maupun papan interpretasi juga terdapat di ruang penerimaan. Terdapat juga toilet/kamar mandi bagi pengunjung, rencana aktivitas dan fasilitas pada ruang penerimaan terlihat lebih jelas pada Gambar 37. Pada Gambar 38 menjelaskan situasi pada ruang wisata pantai dengan aktivitas dan fasilitas olahraga yang tersedia di ruangan tersebut. Terdapat 2 kegiatan utama pada area ini yaitu olahraga futsal dan voli, dimana terdapat sebuah lapangan futsal dan dua lapangan voli.

Fasilitas dan aktivitas playground dapat dilihat pada Gambar 39. Pada area ini terdapat 2 area playground dan juga ayunan yang menghadap ke laut. Disediakan juga penyewaan perlengkapan renang seperti pelampung dan ban renang. Gambar 40 menggambarkan suasana pada ruang wisata laut yaitu kegiatan pelayaran, ruang ini melayani berbagai tujuan pelayaran. Terdapat 3 kegiatan utama di ruang ini yaitu penyeberangan pulau, snorkeling, dan memancing. Tabel 7 memperlihatkan secara lengkap fasilitas yang tersedia pada tiap ruang dengan ukuran beserta jumlahnya.

Tabel 6. Rencana kegiatan pada setiap ruang

Ruang Sub-ruang Kegiatan Wisata

Penerimaan - Menikmati pemandangan, fotografi, mendapatkan informasi

Wisata Wisata Pantai Bermain pasir, kegiatan playground, berenang, kegiatan outbound, olahraga futsal dan voli pantai, fotografi, menikmati pemandangan

Wisata Laut Menyeberang pulau, kegiatan snorkeling, kegiatan memancing

Pelayanan Area kuliner Pertokoan Istirahat Penginapan

Makan dan minum, berbelanja, duduk dan santai, fotografi, menginap, menikmati pemandangan, parkir kendaraan

(67)

Tabel 7. Rencana Fasilitas pada setiap ruang

Ruang Fasilitas Ukuran (meter) Jumlah

Panjang Lebar Tinggi

Penerimaan Parkir Mobil Parkir Motor Parkir Bus Pos Jaga Parkir

Gerbang Masuk (Pintu Utama) Loket Tiket

Pusat Informasi Kios

Toilet

Tempat Sampah Papan Petunjuk Arah Papan Interpretasi

Wisata Pantai Toilet Gazebo Ayunan

Area Playground

Area Outbound

Tempat Sampah Papan Petunjuk Arah Papan Interpretasi Lapangan Futsal Lapangan Voli

Penyewaan Pelampung/Ban Penyewaan Alat Outbound

2

Pelayanan Rumah Makan Kios Papan Petunjuk Arah Kantor Resepsionis

Kamar Penginapan (Cottage)

5

Wisata Laut Loket Snorkeling Loket Memancing Loket Penyeberangan Toilet

Perahu

Penyewaan Alat Pancing/Snorkeling

Gerbang Masuk (Pintu 2) Parkir Mobil

(68)

G

am

b

ar

37. R

ua

ng P

en

er

im

aa

(69)

`

G

am

b

ar

3

8

. A

rea

O

lah

ra

g

a P

an

(70)

G

am

b

ar

39. A

re

a

Pl

a

ygr

o

Gambar

Gambar 9. Waru Laut (Hibiscus tiliaceus)
Gambar 12. Pemandangan ke Gunung Ratai
Gambar 14. Pagar dan tanaman menutupi pemandangan ke laut
Gambar 15. Peta Analisis Visual
+7

Referensi

Dokumen terkait