• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, analisis, dan kesimpulan ada beberapa saran yang penulis sampaikan :

1. Kepada Informan penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa pentingnya komunikasi yang dilakukan akan mempengaruhi alasan, faktor, dan pemecahan masalah yang dipilih para informan didalam keluarganya, maka untuk menjaga komunikasi agar tetap terjaga diharapkan untuk tetap menjaga hubungan baik yang telah terjalin dengan para keluarga dekat atau orang yang dianggap dapat membantu memecahkan masalahnya (informan 1, 2, 3 dan 4), serta tetap dapat menerima saran dan masukan dari orang lain tersebut guna membantu tercukupinya kebutuhan pokok seperti uang sekolah, uang makan dan sebagainya (informan 1, 2, 3 dan 4).

Mengikut sertakan dirinya dalam jasa asuransi jiwa untuk memberikan jaminan rasa tenang kepada anak-anaknya (informan 1, 2, dan 3) dan memberikan hadiah atau bonus bagi anak yang mendapat nilai tertinggi dalam nilai prestasi akademik agar anak lebih termotivasi di dalam belajar (Informan 1, 3, dan 4).

Meningkatkan keahlian dan keterampilan kerja melalui pendidikan pelatihan kerja dapat digunakan untuk mendapatkan peluang penghasilan tambahan, serta meningkatkan kemampuan kognitif melalui kerjasama dengan semua keluarga ataupun orang terdekat untuk membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi (informan 1, 2, dan 3).

Sehingga diharapkan informan penelitian lebih teratur untuk mendapatkan pemasukan untuk pemenuhan kebutuhan keluarganya (informan 2).

2. Kepada anak

Bagi anak, diharapkan dapat agar lebih memahami dan menerima secara positif dari pilihan hidup yang dipilih oleh orang tuanya (informan 1, 2, 3, dan 4), serta mempertahankan sikap memahami, membantu dan mendorong semangat orang tuanya (informan 1, dan 2) dengan cara tetap menciptakan suasana rumah yang nyaman dan kondusif (informan 3, dan 4), sehingga mampu memberikan semangat hidup kepada orang tuanya agar memiliki harapan dan cita-cita yang tinggi kepada anak (informan 1, 2, 3, dan 4)

3. Kepada masyarakat

Untuk keluarga dan masyarakat pada umumnya hendaknya membantu wanita sebagai orang tua tunggal ketika menghadapi kesulitan dan tidak menganggap negatif pilihan hidup wanita sebagai orang tua tunggal, karena tidak semua wanita yang menjanda akan berperilaku negatif, sehingga dapat mengurangi gossip-gossip negatif yang muncul dan akan mengganggu aktualisasi diri para wanita sebagai orang tua tunggal di dalam kehidupan bermasyarakat.

4. Kepada peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas penelitian lebih lanjut khususnya yang berkaitan dengan pilihan hidup yang dipilih wanita sebagai orang tua tunggal dan juga dapat dimanfaatkan sebagai tambahan informasi bagi para peneliti selanjutnya dengan memperhatikan faktor-faktor lain yang belum diungkap dalam penelitian ini agar dapat lebih mengungkap secara lebih mendalam sehingga kesimpulan yang diperoleh lebih aplikatif.

.

DAFTAR PUSTAKA

Astono, B. September 2001. Kompas: Kumpulan Artikel, Mencetak Anak Cerdas dan

Kreatif, Cet. 1 (6-9). Jakarta.

Chaplin, C.P. 2005. Kamus Lengkap Psikologi (alih bahasa: Kartono, K). Edisi 1 Cetakan ke-7. Jakarta. Grafindo Persada.

Dagun, S.M. 1992. Maskulin dan Feminim: Perbedaan Pria dan Wanita Dalam

Masa Depan. Jakarta: Rineka Cipta.

Evans, J. R. (1991). Creative thinking in the decision and management sciences. Cincinnati, Ohio: South Western Publishing Co.

Gunarsa, D. 1997. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: BPK. Gunung Mulia.

Ibrahim, Zakaria, 2002, Psikologi Wanita, Bandung: Pustaka Hidayah

Khoiriyah, R. 2005 Gambaran konflik dan reaksi emosi isteri tahanan dalam menjalankan peran gandannya di keluarga. Skripsi (Tidak Diterbitkan).

Surakarta: Fakultas psikologi Universitas Muhammadyah Surakarta.

Koran Tempo. No. 2437/VII-Maret. 2008. Jurus jitu perempuan tangguh. Jakarta: PT Tempo Inti Media Harian.

Monks, F.J., Knoers, A.M.P., 2001. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Monica, ELL. 1998. Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan: Pendekatan Berdasarkan Pengalaman. ( terjemahan: Elly, M, dkk). Jakarta: EGC.

Munandar, U. 1999. Kreativitas Keterbakatan: Strategi Mewujudkan Potensi dan

Bakat. Jakarta: Grafindo.

Moleong, L. J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Myers, G.D.1995. Social Psychology. Second Edition. New York: Oxford University Press.

Narbuko, C. dan Achmadi, A. 1997. Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara.

Nasution, S. 1992. Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung : Tarsito.

Nikah. No.5 Vol.4-juni. 2005. Saat anak jadi rebutan. Sukoharjo: Penerbit Ibnu Katsir.

Nikah. No.3 Vol.6-juni. 2007.Haruskah kita berpisah?. Sukoharjo: Penerbit Ibnu Katsir.

Paryanti, 2006. Perbedaan kemampuan Problem Solving antara anak yang mengikuti dan tidak mengikuti pendidikan mental aritmatika. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Surakarta: Fakultas psikologi Universitas Muhammadyah Surakarta.

Puspitadewi, A. 2005. Menikah kembali di usia lanjut. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Surakarta: Fakultas psikologi Universitas Muhammadyah Surakarta.

Qaimi, A. 2003. Single Parent: Peran ganda ibu dalam mendidik anak. (penerjemah, MJ. Bafaqih). Cetakan-I. Bogor: Penerbit cahaya.

Rakhmat, DJ. 2001. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Bandung: CV. Remaja Rosdakarya.

Santoso, B.T, Makalah, Unjustice Gender of Moslem Family in Surakarta . Dipresentasikan 18 Mei 2004. Wong Sanit Ashram Bangkok, Thailand.

Shapiro. E. L. 1997. Mengajarkan Emotional Intelligence pada Anak.

(terjemahan: Kantjono, A. T.). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Suardiman. 1992. Komunikasi dan Perubahan Mental. Yogjakarta: Studing.

Suharnan. 2005. Psikologi Kognitif edisi revisi. Surabaya: Srikandi.

Suryabrata, S. 1992. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rajawali.

Susilowati, D. 2004. Kemampuan pemecahan Masalah Ditinjau dari Self Efficacy dan Peran Jenis Kelamin. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Surakarta: Fakultas

Psikologi UMS.

Walgito, B. 1991. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Offsett.

Wibowo, S. 2002. Indonesia Kini Bisa Dijuluki “Negeri Janda”. diperoleh dari www. bkbn. go. Id. / hqweb/pikas/2002/straight 050508. htm.

Widayatun, T.R.. 1999. Ilmu Perilaku. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Woolfolk, A.E., Nicolicch, L.M. 2004. Mengembangkan Kepribadian &

Kecerdasan Anak-Anak (Psikologi Pembelajaran I). (terjemahan: Anam,

M.K). Jakarta: Inisiasi Press.

LAMPIRAN A

Verbatim Wawancara Informan 1 Kode : W1/S1

Nama : Ibu M

Usia : 47 tahun

Pekerjaan : Janda pensiunan TNI/POLRI Pendidikan terakhir : SMA

Usia anak : 15 Tahun (Remaja) Hari/tanggal wawancara : Selasa, 9 September 2008

Tempat : Kompleks rumah dinas aspol Manahan.

Waktu : 09.25 – 09.40 WIB

(15 Menit)

Tujuan : Mengetahui pemecahan masalah pada wanita

sebagai orang tua tunggal, dan alasan pemilihan pemecahan masalah wanita sebagai orang tua tunggal.

P : Pewawancara I : Informan

Baris Uraian Interview Analisis

5 10 15 20 25 P : Pagi bu? I : Pagi

P : Eh bu, kalo boleh tau ya, selama ibu membesarkan anak seorang diri ini apakah banyak masalah yang terjadi bu?

I : Banyak.

P : Seperti apa misalnya?

I : Ya, terutama masalah ekonomi, P : Emm, terus?

I : Dan untuk mengatasi kenakalan anak P : Ooo.. lalu?

I : Yaa itulah.

P : Ee, terus bagaimana ibu

menyikapinnya dan menyelesaikan masalah yang dihadapi dari segi ekonomi dan kenakalan anak seperti yang ibu utarakan tadi?

I : Yaa.. penuh dengan kesabaran dan selalu berusaha.

P : Terus? Berusaha seperti apa?

I : Misalnya, seperti usaha dengan kemampuan saya yang saya miliki ee.. seperti halnya cara usaha wiraswasta misalnya..

P : Ooo..

I : Untuk membantu masalah

Informan memiliki banyak permasalahan ketika membesarkan anak seorang diri.

Masalah yang dihadapi informan terutama masalah ekonomi dan masalah kenakalan anak.

Informan menyikapinnya dan menyelesaikan masalah yang dihadapi penuh dengan kesabaran dan selalu berusaha dengan kemampuannya seperti halnya usaha wiraswasta.

30 35 40 45 50 55 60 65 70 ekonominnya

P : Ee. Selain pensiunan yang diterima bapak.

I : Iya.. he’eh..

P : Eee, bu, apakah ibu pernah mengalami masalah yang dirasa sangat berat? I : Iya.. saat, pernah!

P : Kapan bu?

I : Yaa.. dah lama ya, karena yang tidak hanya mengatasi anak saja karena waktu itu ya adik, ya keponakan ada disini jadi ee.. saya harus bener-bener harus menyikapi sebagai ibu ya peran sebagai ayah.

P : Ee.. seperti?

I : Seperti halnya ya masalah ekonomi itu dengan, ee.. ekonomi yang pertama, yang kedua yaitu ke perkembangan anak-anak untuk menuju masa depannya.

P : Ee.. terus, lantas bagaimana? Apakah ibu mengatasinya seorang diri ataukah melibatkan orang lain bu?

I : Kalau masih dalam masalah

pendidikan, insya allah saya masih bisa mengatasi sendiri, tapi kalau sudah melibatkan menuju kemasa depan saya kompromikan dengan keluarga.

P : Masa depan disini, maksudnya?

I : Maksud saya ya untuk mencari pekerjaan atau…

P : Pekerjaan.., kalau masalah lain dari pendidikan mengapa harus melibatkan orang lain, selain pendidikan?

I : Ya karena saya berpendapat, ee.. kalau saya tidak mengutarakan kepada fihak keluarga nanti karena seseorang itu akan menilai, wah dikiranya saya seorang diri yang kuat atau bagaimana gitu, andaikata itu respon untuk keluarga bagaimana terserah, tapi saya hal tersebut kan sudah saya sampaikan. P : Eee.. berarti harus ada komunikasi? I : Iya, antar komunikasi keluarga

P : Eee.. terus kalau ada suatu masalah dalam keluarga nggih, ibu itu

Informan pernah

mengalami masalah yang dirasa sangat berat.

Karena informan harus menyikapi sebagai ibu dan peran sebagai ayah, seperti halnya ya masalah

ekonomi dan

perkembangan anak-anak untuk menuju masa depannya

Informan masih bisa mengatasi sendiri permasalahannya yang menyangkut pendidikan, tapi kalau sudah

melibatkan menuju kemasa depan informan

mengkompromikan dengan keluarganya.

Informan takut dikira sebagai seorang yang kuat.

75 80 85 90 95 100 105 110 115

menentukan tindakan sing, tindakan yang dipilih ibu itu bagaimana?

I : Ya yang terbaik. P : Yang terbaik seperti?

I : Eee.. ya menuju kepositifan, untuk anak.

P : Maksudnya?

I : Maksudnya ya, umpamanya anak itu sekolah memilih ini tapi saya arahkan, pekerjaan terserah, Tapi saya arahkan. P : Ooo.. Ee terus bu, apakah ibu itu selalu memikirkan akibat yang akan terjadi dari tindakan yang ibu pilih tadi, ibu lakukan?

I : Insya allah, yang sudah saya pikirkan itu, saya lakukan sudah saya pikirkan jernih, dengan bening insya allah tidak P : Jadi, ibu nggak, belum, apa istilahnya

nggak memikirkan akibat selanjudnya tuh?

I : Tidak, saya pasrah

P : Pasrah? Jadi intinya pasrah pada Allah. I : He’eh pasrah..

P : Emm.. terus kalau ketika masalah tersebut harus melibatkan orang lain apakah ibu bagaimana?

I : Melibatkan, dalam, kalau dalam

masalah keluarga ya tidak masalah, tapi kalau masalah yang perlu

dikomunikasikan sama keluarga ya saya konsultasikan, kalau nggak perlu ya nggak, nggak saya konsultasikan sama keluarga.

P : Berarti intinnya menjadi masalah ibu I : Iya..

P : Emm.. kalau boleh tahu ni seberapa besar peran ibu dalam mengatasi masalah dalam keluarga ibu?

I : Maksudnya yang besar ya? P : Hemm..

I : Yang masalah persoalan di dalam saya sebagai single parent, masalah yang besar sekali itu kalau sudah anak menginjak dewasa, ee.. menentukan apa itu, untuk masa depan anak ya itulah yang sangat berat

Tindakan yang dipilih informan adalah yang terbaik dan yang menuju kepositifan untuk anak.

Informan tidak

memikirkan akibat yang akan terjadi dari tindakan yang informan pilih karena informan telah pasrah.

Ketika informan

menghadapi masalah dan melibatkan orang lain informan

mengkomunikasikan dengan keluarganya dan konsultasikan, kalau tidak ya tidak dikonsultasikan.

Informan berperan besar dalam mengatasi masalah dalam keluarga. terlebih kalau sudah anak

menginjak dewasa, mau memasuki perguruan tinggi karena menentukan nasibnya untuk

120 125 130 135 140 145 150 155 160 165

P : Seperti sekolah gitu?

I : Iya, iya maksudnya kalau sudah keluar dari sekolah, mau memasuki perguruan tinggi, atau anak itu mau kemana itu nanti sangat berat

P : Ee.. mengapa menurut ibu sangat berat?

I : Ya karena menentukan nasibnya untuk selamannya,

P : Awal dari masa depannya? I : Iya..

P : Eee.. apakah ibu tuh sebelumnya pernah membayangkan kehidupan yang ibu alami seperti sekarang ini?

I : Tidak pernah

P : Tidak pernah ya? terus bagaimana perasaan ibu dan cara ibu

menyesuaikan diri pada masa awal ditinggal oleh bapak?

I : Pertama, menyesuaikan terhadap anak-anak itu karena yang biasannya

dilakukan oleh suami otomatis saya lakukan, ee terus ya.. kita harus bersikap sabar

P : Eee.. ya kalau boleh tahu, yang biasa dilakukan oleh suami itu seperti apa? I : Sok kadang-kadang, eh berapa minggu

sekali atau berapa bulan sekali anak diajak rekreasi atau pas minta, anak sok memohon eh untuk diajari belajar bersama ayahnya, na itu khan harus saya lakukan, itulah.

P : Setelah ditinggal ayah, masih sering melakukan piknik, rekreasi bersama? I : Tidak pernah, sama sekali

P : Tidak ingin mencoba untuk piknik lagi?, eh bu, mohon maaf lagi kalau perasaan ibu kalau menghadapi masalah itu bagaimana bu?

Menghadapi masalah dengan keluarga, seperti marah, bingung atau apa?

I : Kalau bingung tuh nggak mas, cuma apa sok kadang-kadang kesulitan yang tidak bisa teratasi untuk dirinya, hanya menyerahkan sama allah

P : Terus pasrah nggih, pasrah?

selamannya.

Informan sebelumnya tidak pernah

membayangkan kehidupan yang dialaminya seperti sekarang.

Perasaan informan dan cara informan

menyesuaikan diri pada masa awal ditinggal oleh suami adalah dengan menyesuaikan terhadap anak-anak dan bersikap sabar.

Perasaan informan kalau menghadapi masalah dalam keluarga hanya

170 175 180 185 190 195 200 205 210

I : Saya yakin Allah itu akan memberi jalan keluar

P : Eee.. nuwun sewu nggih bu, ee apakah ibu tuh ingin langsung sesegera mungkin menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi oleh keluarga ibu? bu I : Saya kalau ada masalah, saya ingin

karena saya anu tipe orangnya tuh tidak ingin menyimpan sesuatu hal yang dibohongi ataupun suatu persoalan yang tidak harus diselesaikan, segera diselesaikan, otomatis segera selesai besuk sudah ganti persoalan lagi.

P : Jadi langsung seketika itu juga? I : Iya

P : Terus, ee.. nuwun sewu malih apakah ada anggota keluarga lain yang membantu menyelesaikan masalah ibu ketika ada masalah dalam keluarga ibu?

I : Ya, terutama dari fihak keluarga saya, P : Heem.. kalau dari keluarga bapak? I : Ya, mungkin kalau ketemu ya,

P : Ee.. jadi masih sering berkomunikasi dengan keluarga bapak?

I : Setelah anak-anak menjelang dewasa tuh jarang, paling kalau kita pas silahturahmi

P : Momentum lebaran mungkin? I : Iya

P : Jadi intensitasnya lebih banyak ke keluarga ibu sendiri?

I : Iya, termasuk ibu saya

P : Apakah ibu tuh selalu menerima bantuan yang diberikan dari keluargannya ibu?

I : Yaa saya tidak pernah meminta ya cuma mungkin karena kegiatan saya itu tuh hanya pengajian dan tahu posisi anak saya tuh kan bener-benar anak yatim, mungkin ya saya tidak pernah menghilangkan, ya itu saya tidak memandang bantuan itu berupa apa, atau jumlah nilainya saya tidak pernah menilai seukuran banyaknnya tapi yang saya ukur itu adalah pengertian

menyerahkan sama allah dan yakin Allah itu akan memberi jalan keluar.

Informan langsung sesegera mungkin menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi oleh keluarganya karena informan

tipe orang yang tidak ingin menyimpan sesuatu hal yang dibohongi ataupun suatu persoalan yang tidak harus diselesaikan.

Yang membantu

menyelesaikan masalah informan ketika ada masalah dalam keluarga adalah dari fihak

keluargannya, termasuk ibu dari informan.

Informan tidak pernah meminta bantuan orang lain.

215 220 225 230 235 240 245 250 255

mungkin tidak seberapa kalau diukur nilai, apa itu bantuannya itu tidak seberapa kalau diukur dengan kebutuhan istilahnya sehari-hari, saya sangat menghargai, sangat-sangat menghargai dengan pengertian beliau-beliau tersebut.

P : Eee.. gitu

I : Walaupun itu hanya mungkin dari kedekatan saya, dari pergaulan sehari-hari untuk pengajian, apa gitu, yaa hanya itu. Kalau dari keluarga saya ya mungkin wong namanya dari fihak keluarga saya tahu kesulitan yang sebenarnya.

P : Jadi intinya mau menerima bantuan dari orang lain, keluarga lain walaupun bantuan sekecil apapun ibu tetap menerimannya.

I : Karena itu rejeki, mungkin rejeki anak saya tapi lewat mereka

P : Ooo.. gitu

I : Saya berpendapat begitu mas

P : Emm.. terus apabila nuwun sewu nggih..

I : He’em..

P : Apabila ibu tuh menerima bantuannya itu namannya bantuan tuh bagaimana ibu apa mempercayai dan menyikapi bantuan dari orang lain tuh lho bu.

I : Yaa.. saya pertama kali saya mengucapkan ee.. berterimakasih pada Allah, karena semua itu yang memberikan dan yang menglantari tuh semua Allah, ee.. kita sesama hanya lantaran, ee.. saya ucapkan terimakasih kepada Allah baru saya ucapkan kepada mereka, beliau

P : Emm.. jadi ibu mempercayai yang memberikan bantuan kepada ibu?

I : Saya yakin, semua datangnya dari Allah, cuma mer, anu hambannya tuh sebagai lantaran..

P : Emm…

I : Pinarak sik..(mempersilahkan orang yang datang untuk masuk kerumahnya)

Karena informan itu menganggap rejeki, dan mungkin rejeki anaknya tetapi lewat orang lain maka informan menerima bantuannya

Informan mempercayai dan menyikapi bantuan dari orang lain karena informan yakin semua datangnya dari Allah.

260 265 270 275 280 285 290 295 300

P : Terus, ee.. nuwun sewu nggih, apa harapane ibu anu kedepane, setelah dengan kondisi apa

I : Yang pertama, saya terhadap diri saya lebih baik dari pada hari ini, itu yang pertama kali, dan saya mengharap untuk anak-anak saya lebih baik daripada dari saya, dan untuk anak-anak saya semoga anak-anak-anak-anak saya menjadi anak yang betul-betul soleh dan solehah, bakti pada kepada orang tuannya, dunia sampai akherat itu yang saya harapkan, bukan apa-apa.

P : Jadi harapan ibu, anak nya menjadi anak yang sholeh?

I : Sholeh dan sholehah, dunia sampai ke akherat

P : Sukses dunia akherat? I : Yaa.. hanya itu harapan saya P : Ada harapan lain?

I : Yaa.. itu karena itu akan, yang namannya soleh dan solehah tuh akan menyangkut keseluruhannya, otomatis kalau anak yang soleh dan solehah itu akan mengerti lingkup dan lingkungan baik dilingkungan luar maupun lingkungan keluarga, itu saya yakin semua sudah diajaran semua sudah diterapkan.

P : Eee.. kalau sumpama harapan ibu mengenai anak itu sudah tercapai tuh apakah ada harapan yang lain bu? I : Harapan saya apabila Allah tuh masih

memberikan umur panjang yang berkah barokah, dengan kesehatan yang berkah dan barokah juga saya ingin pokoknya ingin membantu, pokoknya terutama pada posisi yang seperti saya-saya ini.

P : Terus lainnya selain posisi yang seperti ibu?

I : Yaa.. anu mendekatkan dirilah pada yang diatas

P : Yaa.. yaa itu saja? I : Iya

P : Eee.. makasih ya bu atas waktunnya,

Harapan informan kedepannya adalah lebih baik dari pada sekarang anak-anaknya lebih baik daripada darinya, dan semoga anak-anaknya menjadi anak yang betul-betul soleh dan solehah, bakti pada kepada orang tuannya, dunia sampai akherat.

Informan ingin membantu, terutama kepada orang yang seperti dirinya serta mendekatkan diri pada yang diatas.

305

maaf kalau mengganggu yaa..

I : Nggak apa-apa, kita saling mengisi, saling membantu

P : Maksih bu.. I : Yaa..

Verbatim Wawancara Informan 2 Kode : W1/S2

Nama : Ibu Y

Usia : 54 tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan terakhir : SMA

Usia anak : 22 Tahun (Dewasa awal) Hari/tanggal wawancara : Selasa, 9 September 2008

Tempat : Rumah orang tua ibu Y

Waktu : 12.30-13.00 WIB

(30 Menit)

Tujuan : Mengetahui pemecahan masalah pada wanita

sebagai orang tua tunggal, dan alasan pemilihan pemecahan masalah wanita sebagai orang tua tunggal.

P : Pewawancara I : Informan

Baris Uraian Interview Analisis

5 10 15 20 25 P : Siang bu I : Selamat siang

P : Bisa ganggu sebentar? I : Oo ya nggak pa pa

P : Eh.. bu, kalau boleh tahu yaa, selama ibu tuh menjadi seorang orang tua yang membesarkan anak seorang diri tuh apakah banyak masalah yang terjadi bu?

I : Iya.. masalahnya yaa.. apa masalah ekonomi terutama, ee.. masalah kenakalan, eh anak-anak nggak nakal, ya masalah sama keluarga tuh sok-sok nggak cocok trus keluargane suami P : Oh.. selain, trus?

I : Ya, sok-sok ndak cocok, kalau keluar tuh sok-sok ndak boleh, gitu karena bukan rumah sendiri saat itu, saya sendiri numpang dirumah mertua, pertama ya itu saja

P : Emm..

I : Trus saya pindah dirumah sendiri, anak-anak masih kecil.

P : Emm.. selain ekonomi dan keluarga tuh yang menurut ibu yang menjadi suatu masalah itu apa bu?

Selama informan menjadi orang tua yang

membesarkan anak seorang diri banyak masalah yang terjadi terutama masalah ekonomi, masalah keluarganya sendiri dan keluarga dari fihak suami karena bukan tinggal dirumahnya sendiri, tetapi numpang dirumah mertua. Informan menyikapi masalah hubungan dengan keluarga suami dengan cara pindah kerumah orang tuanya sendiri.

30 35 40 45 50 55 60 65 70

I : Yaa.. tak ada ya karena anak-anak kita sendiri, ya harus diurus sendiri, dibesarkan sendiri, saya ndak mau kalau anak-anak ikut orang lain, takut. P : Kenapa takut bu?

I : Yaa.. gimana ya, nek pisah itu nanti kasihan anak-anak, ya enak atau nggak enak kita harus menghadapi sendiri. P : Maksudte yang enak atau nggak enak

tuh? Enak nggak enak?

I : Enak nggak enak ya pamane, umpamane kita mesti kekurangan

P : Emm..

I : Trus kita, tapi nek anak-anak ikut orang lain kan kita memang diringankan bebannya, tapi kan harus pisah tuh kita ndak, anu ndak suka lah.

P : Ndak sukanya?

I : Ndak sukanya, ya ndak liat og, hee.. P : Ooo.. jadi?

I : Nek orang lain kita kan ndak liat, ndak anu ada yang mau minta, tapi saya ndak boleh

P : Ibu sayang ya? I : Ya mesti, pastinya

P : Trus kalau ada masalah yang itu menurut ibu tadi berat itu, trus bagaimana ibu cara menyikapi dan menyelesaikan suatu permasalahan itu bu?

I : Ya.. ya di pikir dengan, pikir sendiri, jalani apa adannya, ndak usah mikir yang lain-lain lah pokoknya, kita bisa menyukupi kebutuhan untuk anak-anak, bisa bekerja, gitu aja

P : Maksudnya?

I : Yaa.. nek nggak kerja kita ndak bisa makan, ya apa saja, sok yo ikut orang jahit diluar, keluar gitu

P : Terus?

I : Kalau ndak keluar ya sok-sok jahitan bawa pulang, kalau ndak kerja otomatis ndak punya uang karena anak-anak belum bisa apa-apa

P : Itu dulu yaa?, eh trus kalau boleh tahu ya, apakah ibu tuh pernah mengalami

Informan mengurus dan membesarkan anak-anaknya sendiri karena takut dan kasihan apabila anaknya ikut dengan orang lain.

Ketika ada permasalahan informan menyikapinya dengan memikirkan sendiri, menjalani apa adannya, dan tidak mikir yang lain-lain, yang

Dokumen terkait