• Tidak ada hasil yang ditemukan

Praktikum kali ini berjudul sampling dan analisis vegetasi dengan metode transek (jalur) dan kuadran. Pertama kali praktikum menggunakan metode transek dengan metode line intercept atau line transek. Menurut Tim Pembina Ekologi Tumbuhan (2016) bahwa metode ini biasa digunakan para ahli untuk mengetahui komunitas yang ada di padang rumput. Cara ini lebih praktis jika dibanding dengan menggunakan metode plot karena hanya mengukur satu baris yang telah digaris dengan menggunakan tali rafia dan mengukur panjang penutupannya. Praktikum yag kedua menggunakan metode kuadran dengan teknik poin-quarter. Menurut Tim Pembina Ekologi Tumbuhan (2016) metode kuadran umumnya dilakukan bila hanya vegetasi tingkat pohon saja yang menjadi bahan penelitian, metode ini mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominasi pohon dan menaksir volumenya. Syaratnya distribusi pohon yang akan diteliti harus acak.

Awal mula pengerjaan pada metode line transect adalah menentukan dua titik yang digunakan sebagai pusat garis transek. Jarak antara satu titik dengan titik lainnya adalah 10 m. Hal ini berarti bahwa spesies rumput yang nantinya akan dihitung sepanjang 10 m. Setelah itu membaginya menjadi segmen-segmen. Untuk panjang garis transek 10 m dapat dibagi menjadi segmen-segmen 1 m. Setelah itu dua titik yang menjadi pusat garis transek tersebut ditarik garis dengan menggunakan tali rafia. Pada setiap batas segmen diberi tanda menggunakan pasak. Setelah itu mencatat spesies yang ditemukan dan mengukur panjang penutupan yang ada pada garis transek pada setiap segmen. Mengukur panjang penutupan dengan cara memproyeksikan tegak lurus bagian basal atau aerial coverage yang terpotong garis transek ke tanah ((Tim Pembina Ekologi Tumbuhan, 2016).

Pertama-tama mengerjakan sampling dengan metode poin-quarter terlebih dahulu menentukan titik pusat yang dalam hal ini yang menjadi titik pusat adalah pohon. Pohon yang digunakan pada pertama pengukuran adalah pohon mahoni

sedangkan yang kedua adalah pohon matoa. Selanjutnya dipilih titik kuadran dengan ditentukannya titik 0° (utara), 90° (timur), 180° (selatan), dan 270° (barat). Pada masing-masing arah kuadran ditentukan pohon yang paling terdekat dengan pohon pusat. Pada kuadran satu ditentukan 1 pohon yaitu pohon matoa untuk pengamatan pertama dan pohon camelina untuk pengamatan kedua. Pada kuadran dua ditentukan 1 pohon yaitu pohon A untuk pengamatan pertama dan pohon mahoni untuk pengamatan kedua. Pada kuadran tiga ditentukan 1 pohon yaitu pohon mahoni untuk pengamatan pertama dan pohon mahoni untuk pengamatan kedua. Pada kuadran empat ditentukan 1 pohon yaitu pohon angsana untuk pengamatan pertama dan pohon camelina untuk pengamatan kedua. Setelah ditentukan pohon pada masing-masing kuadran lalu dibidik dan dihitung luas penutupan, jarak, dan sudutnya. Cara menentukan sudut pada kuadran 1 dihitung dari titik 0°. Pada kuadran dua dihitung dari titik kuadran 1 yang telah ditentukan pohonnya tadi kemudian ditarik garis menuju titik pohon terdekat dengan pusat pada kuadran 2 yang telah ditarik garis, dan begitu juga seterusnya.

Dalam praktikum kali ini digunakan dua metode sampling yaitu metode transek dan kuadran. Ada dua metode transek yaitu line intercept dan belt transect. Metode belt transect lebih cenderung digunakan untuk mempelajari kawasan hutan luas yang belum pernah dipelajari sebelumnya. Sedangkan untuk praktikum kali ini metode transek yang digunakan adalah line transect. Metode ini dipakai karena vegetasi yang diaati adalah rerumputan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Tim Pembina Ekologi Tumbuhan (2016) bahwa line transect biasa digunakan oleh ahli ekologi tanaman untuk mempelajari komunitas padang rumput. Metode line intersect memungkinkan untuk digunakan untuk menganalis vegetasi dalam jumlah yang relative kecil. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mareel (2015) yang menyatakan bahwa salah satu metode yang memungkinkan untuk mempelajari vegetasi suatu tumbuhan dalam jumlah sedikit adalah metode line transect. Pemilihan metode ini harus benar benar disesuaikan dengan peneletian yang akan dilakukan agar hasil yang diperoleh valid dan sesuai serta efektif (Latifah, 2005).

Selain metode transek metode lain yang digunakan adalah metode kuadran. Metode ini digunakan untuk menganalis vegetasi pohon. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Tim Pembina ekologi Tumbuhan (2016) yang mengemukakan bahwa metode kuadran umumnya dilakkan bila hanya vegetasi tingkat pohon saja yang menjadi bahan penelitian, metode ini mudah dan lebh cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominasi pohon dan menaksir volumenya. Metode ini berbeda dengan metode transek. Metode transek biasanya dapat digunakan untuk menganalisis berbegai vegetasi. Sebagai cntohnya adalah vegetasi rumput. Namun pada metode kuadran ini hanya dapat digunakan untuk vegetasi pohon saja. Teknik yang digunakan dalam metode kuadran adalah metode point-quarter. Metode ini dapat digunakan apabila distribusi pohonnya acak. Metode ini tidak bisa digunakan untuk populasi pohon yang pengelompokannya tinggi (mengelompok) atau yang menempati ruang secara seragam.

Dari pengamatan tentang sampling dan analisis vegetasi menggunakan metode transek (jalur) dan kuadran di peroleh hasil sebagai berikut :

Pada metode yang pertama yaitu metode transek (jalur), praktikan membuat 1 jalur dengan ukuran 10 m dan pada jalur tersebut dibagi menjadi 10 segmen, dimana pada setiap segmen diukur pnangnya sebesar 1 m. Pada segmen yang pertama ditemukan 2 jenis spesies tumbuhan yaitu brambangan sebanyak 3 brambangan 3 dan pegagan sebanyak 4, pada segmen yang pertama ini didominan oleh tumbuhan jenis pegagan. Selanjutnya pada segmen yang kedua ditemukan 6 jenis tumbuhan yang berbeda yaitu tumbuhan pegagan yang berjumlah 3, tumbuhan brambangan berjumlah 1, tumbuhan rumput A berjumlah 2, tumbuhan rumput B berjumlah 2, tumbuhan rumput C berjumlah 1 dan tumbuhan rumput X berjumlah 2. Dimana pada segmen yang kedua di dominan oleh tumbuhan jenis rumput pegagan yang berjumlah 3.

Selanjutnya pada segmen yang ketiga ditemukan 2 jenis tumbuhan yang berbeda yaitu tumbuhan rumput A yang berjumlah 2 dan rumput D yang berjumlah 1. Dimana pada segmen yang ketiga ini di dominan oleh tumbuhan jenis rumput A yang berjumlah 2. Selanjutnya pada segmen yang keempat

ditemukan 2 jenis tumbuhan yang berbeda yaitu tumbuhan rumput A yang berjumlah 1 dan rumput B yang berjumlah 1. Dimana pada segmen yang keempat ini jumlah jenis tumbuhan yang diketahui sama yaitu masing-masing jenis tumbuhan A dan B berjumlah 1. Selanjutnya pada segmen yang kelima ditemukan 2 jenis tumbuhan yang berbeda yaitu tumbuhan rumput A yang berjumlah 1 dan rumput B yang berjumlah 1. Dimana pada segmen yang kelima ini jumlah jenis tumbuhan antara tumbuhan A dan B sama seperti halnya pada segmen yang keempat.

Pada segmen yang keenam hanya ditemukan 1 jenis spesies tumbuhan saja yaitu jenis tumbuhan rumput A yang berjumlah 1. Selanjutnya pada segmen yang ketujuh ditemukan 2 jenis tumbuhan yang berbeda yaitu jenis tumbuhan rumput A yang berjumlah 3 dan yang kedua yaitu jenis tumbuhan pegagan yang berjumlah 1. Dimana pada segmen yang ketujuh ini di dominan oleh jenis tumbuhan rumput A yang berjumlah 3. Pada segmen yang kedelapan ditemukan 1 jenis tumbuhan saja yaitu tumbuhan jenis rumput A yang berjumlah 2, Sehingga pada segmen yang kedelapan ini hanya di dominan oleh jeis rumput A saja. Pada segmen yang kesembilan hanya ditemukan jenis rumput A saja yng berjumlah 1 dan pada segmen yang terakhir yaitu pada segmen sepuluh juga sama seperti pada segmen yang kesembilan yaitu hanya terdapat jenis spesies tumbuhan A yang berjumlah 1, sehingga antara segmen yang kesembilan dan kesepuluh jenis rumput yang dominan yaitu jenis rumput A.

Langkah selanjutnya setelah kita mengetahui jumlah masing-masing spesies tumbuhan dari masing-masing segmen yaitu melakukan perhitungan terhadap jenis tumbuhan tersebut. Parameter yang di ukur pada metode transek (jalur ) ini meliputi kepadatan (D), kepadatan relatif (RD), frekuensi (F), frekuensi relatif (RF), panjang penutupan (C) panjang penutupan relatif (RC) dan yang terakhir yaitu nilai penting ( importance value = IV).

Pada segmen yang pertama diperoleh jumlah kepadatan jenis tumbuhan brambangan sebesar 0,003.Sedangkan untuk jenis tumbuhan pegagan nilai kepadatannya sebesar 0,004. Pada segmen yang kedua diperoleh jumlah kepadatan jenis tumbuhan rumput A sebesar 0,002. Untuk jenis rumput B nilai

kepadatannya sebesar 0,002. Untuk jenis rumput C nilai kepadatannya sebesar 0,001. Pada jenis rumput X nilai kepadatannya sebesar 0,002. Dan pada jenis tumuhan pegagan nilai kepadatannya sebesar 0,003 dan yang terakhir untuk jenis tumbuhan brambangan nilai kepadatannya sebesar 0,001. Pada segmen yang ketiga dengan 2 jenis spesies tumbuhan rumput A dan rumput D diperoleh jumlah kepadatan jenis tumbuhan rumput A sebesar 0,002.Sedangkan untuk jenis tumbuhan rumput D nilai kepadatannya sebesar 0,001. Selanjutnya Pada segmen yang keempat diperoleh jumlah kepadatan jenis tumbuhan rumput A sebesar 0,001.Sedangkan untuk jenis tumbuhan rumput B nilai kepadatannya sebesar 0,001. Pada segmen yang kelima diperoleh jumlah kepadatan jenis tumbuhan rumput A sebesar 0,001.Sedangkan untuk jenis tumbuhan rumput B nilai kepadatannya sebesar 0,001. Pada segmen yang keenam yang hanya ditemukan 1 jenis spesies tumbuhan saja yaitu jenis rumput A diperoleh jumlah kepadatan jenis tumbuhan tersebut sebesar 0,001. Pada segmen yang ketujuh diperoleh jumlah kepadatan jenis tumbuhan rumput A sebesar 0,003. Sedangkan untuk jenis tumbuhan pegagan nilai kepadatannya sebesar 0,001. Pada segmen yang kedelapan, kesembilan dan kesepuluh hanya ditemukan 1 jenis tumbuhan yang sama yaitu jenis rumput A. Dimana pada segmen kedelapan diperoleh jumlah kepadatan jenis rumput A sebesar 0,002. Sedangkan untuk jenis rumput A disegmen kesembilan dan kesepuluh nilai kepadatannya sama yaitu sebesar 0,001. Nilai tersebut didapat dengan cara membagi jumlah total individu spesies i degan panjang total habitat (transek = sebesar 10 m).

Langkah selanjutnya setelah diketahui nilai kepadatan pada masing-masing tumbuhan di masing-masing-masing-masing segmen yaitu menentukan nilai dari kepadatan relatif (RD) pada masing-masing jenis tumbuhan. Pada segmen yang pertama nilai RD pada tumbuhan brambangan sebesar 0,081 dan pada tumbuhan pegagan sebesar 0,108. Selanjutnya pada segmen yang kedua yaitu pada tumbuhan jenis rumput A dan rumput B nilai RD-nya sama yaitu sebesar 0,054, pada jenis tumbuhan rumput C nilai RD-nya sebesar 0,027. Selanjutnya pada jenis tumbuhan rumput X nilai RD-nya sebesar 0,054. Dan pada jenis tumbuhan pegagan nilai RD-nya sebesar 0,081 dan yang terakhir pada segmen kedua yaitu

pada jenis tumbuhan brambangan dengan nilai RD-nya sebesar 0,027. Selanjutnya pada segmen yang ketiga yang hanya terdiri dari jenis tumbuhan A dan jenis tumbuhan D.

Pada tumbuhan jenis rumput A nilai RD-nya sebesar 0,054, sedangkan pada jenis tumbuhan rumput D nilai RD-nya sebesar 0,027. Selanjutnya pada segmen yang keempat yang hanya terdiri dari jenis tumbuhan A dan jenis tumbuhan B. Dimana pada tumbuhan jenis rumput A dan jenis rumput B nilai RD-nya sama yaitu sebesar 0,027. Selanjutnya pada segmen yang kelima yang hanya terdiri dari jenis tumbuhan A dan jenis tumbuhan B. Pada tumbuhan jenis rumput A dan jenis rumput B nilai RD-nya sama yaitu sebesar 0,027. Selanjutnya pada segmen yang keenam yang hanya terdiri dari 1 jenis tumbuhan saja yaitu jenis tumbuhan rumput A. Pada tumbuhan jenis rumput A ini diperoleh nilai RD-nya sebesar 0,027. SelanjutRD-nya pada segmen yang ketujuh yang haRD-nya terdiri dari 2 jenis tumbuhan yaitu jenis ruumput A dan pegagan. Pada tumbuhan jenis rumput A nilai RD-nya sebesar 0,081. Sedangkan pada jenis tumbuhan pegagan nilai RD-nya sebesar 0,027. Selanjutnya pada segmen yang kedelapan yang hanya terdiri dari 1 jenis tumbuhan yaitu jenis rumput A. Pada tumbuhan jenis rumput A ini nilai RD-nya sebesar 0,054. Dan yang terakhir yaitu pada segmen kesembilan dan kesepuluh dimaana pada segmen tersebut jumlah spesies dan jenis spesies tumbuhannya sama yaitu jenis tumbuhan rumput A dengan jumlah masing-masing 1. Nilai kepadatan relatif pada masing-masing segmen kesembilan dan kesepuluh yaitu sebesar 0,027. Nilai keseluruhan dari RDi = 1,242. Nilai kepdatan relatif dapat di ketahui dengan cara membagi kepadatan spesies i dengan jumlah total kepdatan dari semua spesies.

Langkah selanjutnya yaitu menghitung nilai frekuensi dari masing-masing spesies pada semua segmen dalam 1 transek. Dari hasil pengamatan yang sudah dilakukan dapat diketahui nilai frekuensi pada masing-masing spesies. Yang pertama yaitu pada tumbuhan jenis brambangan, nilai frekuensinya sebesar 0,4. Selanjutnya pada jenis tumbuhan pegagan nilai frekuensinya sebesar 0,8. Pada jenis tumbuhan rumput A nilai frekuensinya sebesar 1,3. Pada jenis tumbuhan rumput B nilai frekuensi yang diperoleh sebesar 0,4. Selanjutnya pada jenis

tumbuhan rumput C dan rumput D nilai frekuensinya sama yaitu sebesar 0,1 dan yang terakhir yaitu pada jenis tumbuhan rumput X dengan nilai frekuensi sebesar 0,2. Nilai tersebut dapat diperoleh dengan cara membagi jumlah interval line intercept dimana spesies i terdapat dengan jumlah total interval pada garis transek ( dalam praktikum ini menggunakan 10).

Langkah yang selanjutnya yaitu menghitung nilai frekuensi relatif (RF) dari masing-masing spesies pada semua segmen dalam 1 transek. Yang pertama yaitu pada tumbuhan jenis brambangan, nilai RF-nya sebesar 0,12. Selanjutnya pada jenis tumbuhan pegagan nilai RF-nya sebesar 0,24. Pada jenis tumbuhan rumput A nilai RF-nya sebesar 0,32. Pada jenis tumbuhan rumput B nilai RF-nya yang diperoleh sebesar 0,12. Selanjutnya pada jenis tumbuhan rumput C dan rumput D nilai RF-nya sama yaitu sebesar 0,3 dan yang terakhir yaitu pada jenis tumbuhan rumput X dengan nilai RF-nya sebesar 0,2. Nilai keseluruhan dari RFi = 0,99. Nilai tersebut dapat diperoleh dengan cara membagi frekuensi spesies i dengan jumlah frekuensi untuk semua spesies.

Langkah yang selanjutnya yaitu menghitung nilai panjang penutupan (C) dari masing-masing spesies pada semua segmen dalam 1 transek. Yang pertama yaitu pada tumbuhan jenis brambangan, nilai C-nya sebesar 0,0129. Selanjutnya pada jenis tumbuhan pegagan nilai C-nya sebesar 0,0107. Pada jenis tumbuhan rumput A nilai C-nya sebesar 0,1035. Pada jenis tumbuhan rumput B nilai C-nya yang diperoleh sebesar 0,029. Selanjutnya pada jenis tumbuhan rumput C nilai C-nya yaitu sebesar 0,0015 dan pada jenis tumbuhan D nilai C-C-nya sebesar 0,008. Dan yang terakhir yaitu pada jenis tumbuhan rumput X dengan nilai C-nya sebesar 0,0235. Nilai tersebut dapat diperoleh dengan cara membagi panjang penutupan total spesies yang sudah dketahui sebelumnya dengan panjang total transek di sampling (pada praktikum ini menggunakan 1000 cm).

Langkah yang selanjutnya yaitu menghitung nilai panjang penutupan relatif (RC) dari masing-masing spesies pada semua segmen dalam 1 transek. Yang pertama yaitu pada tumbuhan jenis brambangan, nilai RC-nya sebesar 0,068. Selanjutnya pada jenis tumbuhan pegagan nilai RC-nya sebesar 0,056. Pada jenis tumbuhan rumput A nilai RC-nya sebesar 0,547. Pada jenis tumbuhan

rumput B nilai RC-nya yang diperoleh sebesar 0,153. Selanjutnya pada jenis tumbuhan rumput C nilai RC-nya sebesar 0,007 dan yang selanjutnya pada jenis tumbuhan rumput D nilai RC-nya sebesar 0,042. Dan yang terakhir yaitu pada jenis tumbuhan rumput X dengan nilai RC-nya sebesar 0,124. Nilai keseluruhan dari RCi = 0.997. Nilai tersebut dapat diperoleh dengan cara membagi panjang penutupan spesies i (Ci) dengan jumlah panjang penutupan dari semua spesies (ΣC).

Dan yang terakhir yaitu menghitung nilai penting (IV). Cara yang digunakan untuk mengetahui nilai penting yaitu dengan cara menjumlah data dari ketiga pengukuran relatif (RDi), (RFi) dan (RCi). Dari hasil penjumlahan yang sudah pada RDi +RFi + RCi = 1,424 + 0,99 + 0,997 = 3,229.

Pada metode yang kedua yaitu menggunakan metode kuadran. Pada metode kuadran praktikan menentukan terlebih dahulu 1 pohon sebagai pusat kemudian mengambil 4 pohon sebagai kuadran dari pohon pusat yang berdekatan dengan pusat pohon tersebut dan kemudian mengukur sudut pohon, jarak penutupan dan luas penutupan pada pohon tersebut. Pada metode kuadran ini praktikan melakukan 2 kali percobaan yaitu kuadran I dan kuadran II dengan menggunakan lokasi pohon yang berbeda. Pada kuadran yang I jenis pohon yang menjadi pusat adalah pohon mahoni, kemudian jenis 4 pohon yang menjadi kuadran adalah pohon matoa, pohon A, pohon mahoni dan pohon angsana. Sudut antara pohon pusat (mahoni) dengan pohon matoa sebesar 30° dan jarak pohon matoa ke pohon pusat sejauh 5,5 m dengan luas penutupan sebesar 4,5. Selanjutnya sudut antara pohon pusat (mahoni) dengan pohon A sebesar 70°, dan jarak antara pohon A dengan pohon pusat sebesar 4 m dengan luas penutupan sebesar 8,1 m. Selanjutnya sudut antara pohon pusat (mahoni) dengan pohon mahoni sebesar 120°, dan jarak antara pohon mahoni dengan pohon pusat sebesar 4,8 m dengan luas penutupan sebesar 1,3 m. Dan yang terakhir antara pohon pusat dengan pohon angsana sudutnya sebesar 120°, dan jarak antara pohon angsana dengan pohon pusat sebesar 5,5 m dengan luas penutupan sebesar 6,2 m.

Pada kuadran yang II jenis pohon yang menjadi pusat adalah pohon matoa, kemudian jenis 4 pohon yang menjadi kuadran adalah pohon camelina, pohon

mahoni, pohon mahoni dan pohon camelina. Sudut antara pohon pusat (matoa) dengan pohon camelina sebesar 15°, dan jarak pohon camelina ke pohon pusat sejauh 4,6 m dengan luas penutupan sebesar 5,8 m. Selanjutnya sudut antara pohon pusat (matoa) dengan pohon mahoni sebesar 135°, dan jarak antara pohon mahoni dengan pohon pusat sebesar 5,5 m dengan luas penutupan sebesar 5,9 m. Selanjutnya sudut antara pohon pusat (matoa) dengan pohon mahoni sebesar 50°, dan jarak antara pohon mahoni dengan pohon pusat sebesar 5,6 m dengan luas penutupan sebesar 5,5 m. Dan yang terakhir antara pohon pusat dengan pohon camelina sudutnya sebesar 110°, dan jarak antara pohon camelina dengan pohon pusat sebesar 6,1 m dengan luas penutupan sebesar 9,3 m.

Langkah selanjutnya setelah sudut (dengan kompas), jarak pohon pusat dengan pohon kuadran dan luas penutupan yaitu menganalisis data dengan cara menghitung jarak pohon rata-rata (d), kepadatan seluruh jenis (TD), kepadatan relatif (RDi), kepdatan mutlak suatu jenis (Di), luas penutupan suatu jenis (Ci), luas penutupan relatif suatu jenis (RCi), frekuensi suatu jenis (Fi), frekuensi relatif suatu jenis (Fi) dan yang terakhir nilai penting suatu jenis (IV).

Pada kuadran I nilai jarak pohon rata-rata (d) sebesar 4,95 m untuk seluruh jenis pohon dari pohon pusat. Nilai tersebut diperoleh dengan cara menjumlah jarak masing-masing pohon ke titik pusat kuadran dikalikan dengan banyaknya pohon. Kemudian menghitung nilai kepadatan seluruh jens (TD). Nilai kepadatan seluruh jenis pohon pada kuadran I sebesar 505,05. Nilai tersebut dapat diperoleh dengan cara membagi luas habitat yang digunakan untuk menyatakan kepadatan (dalam prakikum ini menggunakan 2.500 m2) dengan kuadrat jarak pohon rata-rata.

Langkah selanjutnya yaitu menghitung kepadatan relatif (RDi) pada setiap pohon kuadran. Pada pohon matoa nilai RDi-nya sebesar 0,25. Selanjutnya pada pohon A nilai RDi-nya sebesar 0,25. Pada pohon yang ketiga yaitu pohon mahoni nilai RDi-nya sebesar 0,25 dan yang terakhir pada pohon angsana nilai RDi-nya sebesar 0,25. Nilai tersebut dapat diperoleh dengan cara menghitung jumlah pohon jenis i di bagi jumlah pohon semua jenis. Pada percobaan ini jumlah pohon yang digunakan yaitu berjumlah 1 semua sehingga nilai kepadatan relatif pada

semua pohon sama. Selanjutnya yaitu menghitung kepadatan mutlak suatu jenis (Di). Nilai pada Di dapat diperoleh dengan cara membagi kepadatan relatif di bagi dengan kepadatan seluruh jenis. Nilai kepadatan mutlak pada pohon matoa, pohon A, pohon mahoi dan pohon angsana sama yaitu sebesar 0,0005. Hal tersebut dikarenakan nilai kepadatan pada masing-masing pohon sama.

Selanjutnya menghitung luas penutupan suatu jenis (Ci). Luas penutupan suatu jenis dapat dihitung dengan cara megalikan luas penutupan dengan kepadatan mutlak jenis dan dibagi dengan jumlah pohon jenis i. Pada kuadran I ini nilai luas penutupan pada pohon matoa sebesar 0,00225. Pada pohon A nilai luas penutupannya sebesar 0,00405. Pada pohon mahoni nilai luas penutupannya sebesar 0,00065 dan yang terakhir yaitu pada pohon angsana dengan nilai luas penutupan sebesar 0,0031. Selanjutnya yaitu menghitung luas penutupan relatuf suatu jenis (RCi). Luas penutupan relatif suatu jenis dapat di hitung dengan cara membagi luas penutupan jenis di bagi dengan luas penutupan seluruh jenis. Dengan rumus tersebut maka di peroleh nilai luas penutupan relatif pada pohon matoa sebesar 0,224. Pada pohon A sebesar 0,403. Selanjutnya pada pohon mahoni sebesar 0,065 dan yang terakhir yaitu pada pohon angsana sebesar 0,308.

Selanjutnya yaitu menghitung frekuensi suatu jenis (Fi). Frekuensi suatu jenis dapat di hitung dengan cara mambagi jumlah kuadran ditemukannya jenis i di bagi dengan jumlah seluruh kuadran. Dengan rumus tersebut diperoleh nilai frekuensi pada pohon matoa sebesar 0,5. Pada pohon A sebesar 0,5. Selanjutnya pada pohon mahoni nilai freuensinya sebesar 1 dan yang terakhir yaitu pada pohon angsana sebesar 0,5. Setelah menghitug frekuensi suatu jenis maka selanjutnya yaitu menghitung frekuensi relatif suatu jenis (Fi). Untuk menghitung frekuensi relatif dapat di hitung dengan cara membagi frekuensi jenis i di bagi dengan jumlah frekuensi seluruh jenis. Dengan menggunakan rumus tersebut maka di peroleh nilai frekuensi relatf pada pohon matoa sebesar 0,125. Pada pohon A sebesar 0,125 dan pada pohon mahoni sebesar 0,25. Dan yang terakhir pada pohon angsana sebesar 0,125.

Pada kuadran II nilai jarak pohon rata-rata (d) sebesar 5,45 m untuk seluruh jenis pohon dari pohon pusat. Nilai tersebut diperoleh dengan cara

menjumlah jarak masing-masing pohon ke titik pusat kuadran dikalikan dengan banyaknya pohon. Kemudian menghitung nilai kepadatan seluruh jens (TD). Nilai kepadatan seluruh jenis pohon pada kuadran I sebesar 458,72. Nilai tersebut dapat diperoleh dengan cara membagi luas habitat yang digunakan untuk menyatakan kepadatan (dalam prakikum ini menggunakan 2.500 m2) dengan kuadrat jarak pohon rata-rata.

Langkah selanjutnya yaitu menghitung kepadatan relatif (RDi) pada setiap pohon kuadran. Pada pohon camelina nilai RDi-nya sebesar 0,5. Selanjutnya pada pohon mahoni nilai RDi-nya sebesar 0,5.. Nilai tersebut dapat diperoleh dengan cara menghitung jumlah pohon jenis i di bagi jumlah pohon semua jenis. Pada percobaan ini jumlah pohon yang digunakan yaitu berjumlah 2 (mahoni dan camelina) semua sehingga nilai kepadatan relatif pada pohon mahoni dan camelina sama. Selanjutnya yaitu menghitung kepadatan mutlak suatu jenis (Di). Nilai pada Di dapat diperoleh dengan cara membagi kepadatan relatif di bagi dengan kepadatan seluruh jenis. Nilai kepadatan mutlak pada pohon camelina dan

Dalam dokumen LAPORAN PRAKTIKUM 5 Algoritma Struktur D (Halaman 17-33)

Dokumen terkait