• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM 5 Algoritma Struktur D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM 5 Algoritma Struktur D"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN

SAMPLING DAN ANALISIS VEGETASI DENGAN METODE TRANSEK (JALUR) DAN KUADRAN

HALAMAN JUDUL

Oleh kelompok 3:

Lia Rahmawati 140210103004 Sindy Febriyanti 140210103010 Nurul Hidayah 140210103015

Buyami 140210103020

Erika Arifiana 140210103025 Chuck Nuris A. 140210103029 Aditya Tanjung Yulitasari 140210103031

Kelas A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER

(2)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...1

DAFTAR ISI...2

BAB I. PENDAHULUAN...4

1.1 Latar Belakang...4

1.2 Rumusan Masalah...4

1.3 Tujuan...5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...6

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN...7

3.1 Tempat dan Waktu Penelitiaan...7

3.2 Alat dan Bahan...7

3.2.1 Alat...7

3.2.2 Bahan...7

3.3 Desain Percobaan...7

3.3.1 Sampling dengan menggunakan metode transek (linetransect)...7

3.3.2 Sampling dengan menggunakan metode kuadran...8

3.4 Prosedur Percobaan...8

3.4.1 Sampling dengan menggunakan metode transek (linetransect)...8

3.4.2 Sampling dengan menggunakan metode kuadran...8

3.5 Skema Alur Percobaan...9

3.5.1 Sampling dengan menggunakan metode transek (line transect)...9

3.5.2 Sampling dengan menggunakan metode kuadran...10

BAB IV. HASIL PENGAMATAN...11

4.1 Tabel Hasil Pengamatan Metode Transek (Jalur)...11

(3)

4.3 Tabel Hasil Pengamatan Metode Kuadran...15

4.4 Tabel Perhitungan Metode Kuadran...16

BAB V. PEMBAHASAN...17

BAB VI. PENUTUP...32

6.1 Kesimpulan...32

6.2 Saran...32

DAFTAR PUSTAKA...33

LAMPIRAN GAMBAR...34

(4)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keseimbangan ekosistem dipengaruhi oleh vegetasi yang ada dalam ekosistem tersebut. Vegetasi dalam ekosistem memegang peranan penting dalam interksi yang terjadi di dalamnya. Selain itu vegetasi juga terkait dengan aktivitas pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air dan lain-lain.

Vegetasi dalam suatu ekosistem tidak selamanya dalam kondisi baik dan stabil. Banyak hal yang membuat keseimbangan vegetasi dalam ekosistem mengalami ketidakseimbangan salah satunya adalah hilangnya atau berkurangnya jenis vegetasi tertentu dalam ekosistem. Sebagai contohnya dalam ekosistem sebuah hutan di lereng gunung vegetasi rumput lebih banyak daripada vgetasi pohon perdu, hal itu menyebabkan penyerapan air pada hutan tersebut menjadi tidak maksimal. Untuk mengetahui apakah vegetasi yang ada dalam ekosistem itu seimbang maka terlebih dahulu harus mengerti tentang persebaran vegetasi pada ekosistem tersebut. Agar memudahkan untuk melakukan penelitian dan perhitungan yang terkait dengan vegetasi tertentu dalam suatu ekosistem perlu dilakukannya suatu metode sampling. Untuk jenis vegetasi tertentu misalnya rumput dapat menggunakan metode transek agar lebih efektif sedangkan metode yang digunakan untuk vegetasi tingkat pohon biasanya menggunakan metode kuadran.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana cara penerapan teknik sampling tumbuhan dengan menggunakan metode transek?

b. Bagaimana cara menganalisis data vegetasi dari hasil pengambilan sampling?

(5)

1.3 Tujuan

a. Memberikan pengetahuan tentang teknik sampling tumbuhan dengan menggunakan metode transek.

(6)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Sebelum melakukan analisis sampling suatu vegetasi perlu ditentukan metode yang sesuai. Pemilihan metode yang akan digunakan bergantung pada keadaan morfologi jenis tumbuhan dan penyebarannya, tujuan penelitian dan biaya serta tenaga yang tersedia (Latifah, 2005: 1).

Untuk jenis vegetasi tertentu seperti padang rumput, penggunaan metode plot seringkali kurang praktis dan membutuhkan banyak waktu. Untuk mengatasi maslah ini dapat digunakan metode transek. Ada dua metode transek yaitu line transect dan belt transect. Metode line transect biasa digunakan oleh ahli ekologi tanaman untuk mempelajari komunitas padang rumput. Metode belt transect biasa digunakan untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang luas dan belum diketahui keadaan sebelumnya. Cara ini juga efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topografi, dan elevasi. Transek dibuat memotong garis-garis topografi, dari tepi laut ke pedalaman, memotong sungai atau menaiki dan menuruni lereng pegunungan (Tim Pembina Ekologi Tumuhan, 2016: 17).

Metode line intersect memungkinkan untuk digunakan untuk menganalis vegetasi dalam jumlah yang relative kecil. Metode line intersect lebih sering digunakan untuk menganalis vegetasi dalam daerah yang sempit dengan keragaman vegetasi yang rendah (Mareel, 2015: 17-18).

(7)
(8)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitiaan

Penelitian dilakukan pada hari Selasa, 18 Oktober 2016. Daerah pengamatn analisis vegetasi dilakukan di kebun Biologi gedung 3, FKIP UNEJ dan halaman belakang Balai Penelitian Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat

1. Patok kayu atau bamboo 2. Tali rafia atau tali plastik 3. Pisau besar (bedung) 4. Palu

5. Kompas lapangan dengan derajat 0°-360° (dalam hal ini, 0°= utara, 90°= timur, 180°= selatan, 270°= barat)

6. Meteran panjang (30m-50m) 7. Penggaris

8. Kamera digital

3.2.2 Bahan

1. Bambu atau kayu 2. Buku identifikasi

3.3 Desain Percobaan

(9)

3.3.2 Sampling dengan menggunakan metode kuadran

3.4 Prosedur Percobaan

3.4.1 Sampling dengan menggunakan metode transek (line transect)

1. Daerah pengamatan analisis vegetasi dilakukan di kebun Biologi gedung 3, FKIP UNEJ.

2. Menggunakan tali rafia atau tali plastic, menarik garis transek sepanjang 10 meter, kemudian membuat segmen dengan panjang tiap segmen 1 meter.

3. Melakukan pengamatan terhadap tumbuhan tiap segmennya.

4. Menghitung panjang penutupan semua spesies tumbuhan pada segmen tersebut.

5. Menganalisis vegetasi dengan menghitung kepadatan, kepadatan relative, dst dapat menghitung dengan formula yang telah ditentukan. 3.4.2 Sampling dengan menggunakan metode kuadran

(10)

3. Setiap titik pandang dipandang sebagai pusat dari arah kompas. Dari titik tersebut didapat 4 buah kuadran.

4. Melakukan pengamatan pada masing-masing kuadran. Dengan mencatat jenis pohon, luas penutupan, dan jarak antar pohon terdekat dengan pusat kuadran.

3.5 Skema Alur Percobaan

3.5.1 Sampling dengan menggunakan metode transek (line transect)

Daerah pengamatan analisis vegetasi dilakukan di kebun Biologi gedung 3, FKIP UNEJ

Menggunakan tali rafia atau tali plastic, menarik garis transek sepanjang 10m, kemudian membuat segmen dengan panjang tiap segmen 1m

Melakukan pengamatan terhadap tumbuhan tiap segmennya

Menghitung panjang penutupan semua spesies tumbuhan pada segmen tersebut

(11)

3.5.2 Sampling dengan menggunakan metode kuadran

Menentukan pohon sebagai titik kuadran dan empat pohon secara acak

Menarik garis transek dengan menggunakan tali rafia

Setiap titik pandang dipandang sebagai pusat dari arah kompas. Dari titik tersebut didapat 4 buah kuadran

(12)

BAB IV. HASIL PENGAMATAN

4.1 Tabel Hasil Pengamatan Metode Transek (Jalur)

Segmen ke- Jenis Tumbuhan ∑ (jumlah) Spesies Panjang Penutupan (cm)

(13)

4.2 Tabel Perhitungan Metode Transek (Jalur)

Segmen ke- TumbuhanJenis Jumlah D RD F RF C RC

1 BrambanganPegagan 34 0,0030,004 0,0810,108

Br= 0,4 3 Rumput ARumput D 21 0,0020,001 0,0540,027

4 Rumput ARumput B 11 0,0010,001 0,0270,027

5 Rumput A

7 Rumput APegagan 31 0,0030,001 0,0810,027

8 Rumput A 2 0,002 0,054

9 Rumput A 1 0,001 0,027

10 Rumput A 1 0,001 0,027

Keterangan:

(14)
(15)

4.3 Tabel Hasil Pengamatan Metode Kuadran

(16)
(17)

BAB V. PEMBAHASAN

Praktikum kali ini berjudul sampling dan analisis vegetasi dengan metode transek (jalur) dan kuadran. Pertama kali praktikum menggunakan metode transek dengan metode line intercept atau line transek. Menurut Tim Pembina Ekologi Tumbuhan (2016) bahwa metode ini biasa digunakan para ahli untuk mengetahui komunitas yang ada di padang rumput. Cara ini lebih praktis jika dibanding dengan menggunakan metode plot karena hanya mengukur satu baris yang telah digaris dengan menggunakan tali rafia dan mengukur panjang penutupannya. Praktikum yag kedua menggunakan metode kuadran dengan teknik poin-quarter. Menurut Tim Pembina Ekologi Tumbuhan (2016) metode kuadran umumnya dilakukan bila hanya vegetasi tingkat pohon saja yang menjadi bahan penelitian, metode ini mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominasi pohon dan menaksir volumenya. Syaratnya distribusi pohon yang akan diteliti harus acak.

Awal mula pengerjaan pada metode line transect adalah menentukan dua titik yang digunakan sebagai pusat garis transek. Jarak antara satu titik dengan titik lainnya adalah 10 m. Hal ini berarti bahwa spesies rumput yang nantinya akan dihitung sepanjang 10 m. Setelah itu membaginya menjadi segmen-segmen. Untuk panjang garis transek 10 m dapat dibagi menjadi segmen-segmen 1 m. Setelah itu dua titik yang menjadi pusat garis transek tersebut ditarik garis dengan menggunakan tali rafia. Pada setiap batas segmen diberi tanda menggunakan pasak. Setelah itu mencatat spesies yang ditemukan dan mengukur panjang penutupan yang ada pada garis transek pada setiap segmen. Mengukur panjang penutupan dengan cara memproyeksikan tegak lurus bagian basal atau aerial coverage yang terpotong garis transek ke tanah ((Tim Pembina Ekologi Tumbuhan, 2016).

(18)

sedangkan yang kedua adalah pohon matoa. Selanjutnya dipilih titik kuadran dengan ditentukannya titik 0° (utara), 90° (timur), 180° (selatan), dan 270° (barat). Pada masing-masing arah kuadran ditentukan pohon yang paling terdekat dengan pohon pusat. Pada kuadran satu ditentukan 1 pohon yaitu pohon matoa untuk pengamatan pertama dan pohon camelina untuk pengamatan kedua. Pada kuadran dua ditentukan 1 pohon yaitu pohon A untuk pengamatan pertama dan pohon mahoni untuk pengamatan kedua. Pada kuadran tiga ditentukan 1 pohon yaitu pohon mahoni untuk pengamatan pertama dan pohon mahoni untuk pengamatan kedua. Pada kuadran empat ditentukan 1 pohon yaitu pohon angsana untuk pengamatan pertama dan pohon camelina untuk pengamatan kedua. Setelah ditentukan pohon pada masing-masing kuadran lalu dibidik dan dihitung luas penutupan, jarak, dan sudutnya. Cara menentukan sudut pada kuadran 1 dihitung dari titik 0°. Pada kuadran dua dihitung dari titik kuadran 1 yang telah ditentukan pohonnya tadi kemudian ditarik garis menuju titik pohon terdekat dengan pusat pada kuadran 2 yang telah ditarik garis, dan begitu juga seterusnya.

(19)

Selain metode transek metode lain yang digunakan adalah metode kuadran. Metode ini digunakan untuk menganalis vegetasi pohon. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Tim Pembina ekologi Tumbuhan (2016) yang mengemukakan bahwa metode kuadran umumnya dilakkan bila hanya vegetasi tingkat pohon saja yang menjadi bahan penelitian, metode ini mudah dan lebh cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominasi pohon dan menaksir volumenya. Metode ini berbeda dengan metode transek. Metode transek biasanya dapat digunakan untuk menganalisis berbegai vegetasi. Sebagai cntohnya adalah vegetasi rumput. Namun pada metode kuadran ini hanya dapat digunakan untuk vegetasi pohon saja. Teknik yang digunakan dalam metode kuadran adalah metode point-quarter. Metode ini dapat digunakan apabila distribusi pohonnya acak. Metode ini tidak bisa digunakan untuk populasi pohon yang pengelompokannya tinggi (mengelompok) atau yang menempati ruang secara seragam.

Dari pengamatan tentang sampling dan analisis vegetasi menggunakan metode transek (jalur) dan kuadran di peroleh hasil sebagai berikut :

Pada metode yang pertama yaitu metode transek (jalur), praktikan membuat 1 jalur dengan ukuran 10 m dan pada jalur tersebut dibagi menjadi 10 segmen, dimana pada setiap segmen diukur pnangnya sebesar 1 m. Pada segmen yang pertama ditemukan 2 jenis spesies tumbuhan yaitu brambangan sebanyak 3 brambangan 3 dan pegagan sebanyak 4, pada segmen yang pertama ini didominan oleh tumbuhan jenis pegagan. Selanjutnya pada segmen yang kedua ditemukan 6 jenis tumbuhan yang berbeda yaitu tumbuhan pegagan yang berjumlah 3, tumbuhan brambangan berjumlah 1, tumbuhan rumput A berjumlah 2, tumbuhan rumput B berjumlah 2, tumbuhan rumput C berjumlah 1 dan tumbuhan rumput X berjumlah 2. Dimana pada segmen yang kedua di dominan oleh tumbuhan jenis rumput pegagan yang berjumlah 3.

(20)

ditemukan 2 jenis tumbuhan yang berbeda yaitu tumbuhan rumput A yang berjumlah 1 dan rumput B yang berjumlah 1. Dimana pada segmen yang keempat ini jumlah jenis tumbuhan yang diketahui sama yaitu masing-masing jenis tumbuhan A dan B berjumlah 1. Selanjutnya pada segmen yang kelima ditemukan 2 jenis tumbuhan yang berbeda yaitu tumbuhan rumput A yang berjumlah 1 dan rumput B yang berjumlah 1. Dimana pada segmen yang kelima ini jumlah jenis tumbuhan antara tumbuhan A dan B sama seperti halnya pada segmen yang keempat.

Pada segmen yang keenam hanya ditemukan 1 jenis spesies tumbuhan saja yaitu jenis tumbuhan rumput A yang berjumlah 1. Selanjutnya pada segmen yang ketujuh ditemukan 2 jenis tumbuhan yang berbeda yaitu jenis tumbuhan rumput A yang berjumlah 3 dan yang kedua yaitu jenis tumbuhan pegagan yang berjumlah 1. Dimana pada segmen yang ketujuh ini di dominan oleh jenis tumbuhan rumput A yang berjumlah 3. Pada segmen yang kedelapan ditemukan 1 jenis tumbuhan saja yaitu tumbuhan jenis rumput A yang berjumlah 2, Sehingga pada segmen yang kedelapan ini hanya di dominan oleh jeis rumput A saja. Pada segmen yang kesembilan hanya ditemukan jenis rumput A saja yng berjumlah 1 dan pada segmen yang terakhir yaitu pada segmen sepuluh juga sama seperti pada segmen yang kesembilan yaitu hanya terdapat jenis spesies tumbuhan A yang berjumlah 1, sehingga antara segmen yang kesembilan dan kesepuluh jenis rumput yang dominan yaitu jenis rumput A.

Langkah selanjutnya setelah kita mengetahui jumlah masing-masing spesies tumbuhan dari masing-masing segmen yaitu melakukan perhitungan terhadap jenis tumbuhan tersebut. Parameter yang di ukur pada metode transek (jalur ) ini meliputi kepadatan (D), kepadatan relatif (RD), frekuensi (F), frekuensi relatif (RF), panjang penutupan (C) panjang penutupan relatif (RC) dan yang terakhir yaitu nilai penting ( importance value = IV).

(21)

kepadatannya sebesar 0,002. Untuk jenis rumput C nilai kepadatannya sebesar 0,001. Pada jenis rumput X nilai kepadatannya sebesar 0,002. Dan pada jenis tumuhan pegagan nilai kepadatannya sebesar 0,003 dan yang terakhir untuk jenis tumbuhan brambangan nilai kepadatannya sebesar 0,001. Pada segmen yang ketiga dengan 2 jenis spesies tumbuhan rumput A dan rumput D diperoleh jumlah kepadatan jenis tumbuhan rumput A sebesar 0,002.Sedangkan untuk jenis tumbuhan rumput D nilai kepadatannya sebesar 0,001. Selanjutnya Pada segmen yang keempat diperoleh jumlah kepadatan jenis tumbuhan rumput A sebesar 0,001.Sedangkan untuk jenis tumbuhan rumput B nilai kepadatannya sebesar 0,001. Pada segmen yang kelima diperoleh jumlah kepadatan jenis tumbuhan rumput A sebesar 0,001.Sedangkan untuk jenis tumbuhan rumput B nilai kepadatannya sebesar 0,001. Pada segmen yang keenam yang hanya ditemukan 1 jenis spesies tumbuhan saja yaitu jenis rumput A diperoleh jumlah kepadatan jenis tumbuhan tersebut sebesar 0,001. Pada segmen yang ketujuh diperoleh jumlah kepadatan jenis tumbuhan rumput A sebesar 0,003. Sedangkan untuk jenis tumbuhan pegagan nilai kepadatannya sebesar 0,001. Pada segmen yang kedelapan, kesembilan dan kesepuluh hanya ditemukan 1 jenis tumbuhan yang sama yaitu jenis rumput A. Dimana pada segmen kedelapan diperoleh jumlah kepadatan jenis rumput A sebesar 0,002. Sedangkan untuk jenis rumput A disegmen kesembilan dan kesepuluh nilai kepadatannya sama yaitu sebesar 0,001. Nilai tersebut didapat dengan cara membagi jumlah total individu spesies i degan panjang total habitat (transek = sebesar 10 m).

(22)

pada jenis tumbuhan brambangan dengan nilai RD-nya sebesar 0,027. Selanjutnya pada segmen yang ketiga yang hanya terdiri dari jenis tumbuhan A dan jenis tumbuhan D.

Pada tumbuhan jenis rumput A nilai RD-nya sebesar 0,054, sedangkan pada jenis tumbuhan rumput D nilai RD-nya sebesar 0,027. Selanjutnya pada segmen yang keempat yang hanya terdiri dari jenis tumbuhan A dan jenis tumbuhan B. Dimana pada tumbuhan jenis rumput A dan jenis rumput B nilai RD-nya sama yaitu sebesar 0,027. Selanjutnya pada segmen yang kelima yang hanya terdiri dari jenis tumbuhan A dan jenis tumbuhan B. Pada tumbuhan jenis rumput A dan jenis rumput B nilai RD-nya sama yaitu sebesar 0,027. Selanjutnya pada segmen yang keenam yang hanya terdiri dari 1 jenis tumbuhan saja yaitu jenis tumbuhan rumput A. Pada tumbuhan jenis rumput A ini diperoleh nilai RD-nya sebesar 0,027. SelanjutRD-nya pada segmen yang ketujuh yang haRD-nya terdiri dari 2 jenis tumbuhan yaitu jenis ruumput A dan pegagan. Pada tumbuhan jenis rumput A nilai RD-nya sebesar 0,081. Sedangkan pada jenis tumbuhan pegagan nilai RD-nya sebesar 0,027. Selanjutnya pada segmen yang kedelapan yang hanya terdiri dari 1 jenis tumbuhan yaitu jenis rumput A. Pada tumbuhan jenis rumput A ini nilai RD-nya sebesar 0,054. Dan yang terakhir yaitu pada segmen kesembilan dan kesepuluh dimaana pada segmen tersebut jumlah spesies dan jenis spesies tumbuhannya sama yaitu jenis tumbuhan rumput A dengan jumlah masing-masing 1. Nilai kepadatan relatif pada masing-masing segmen kesembilan dan kesepuluh yaitu sebesar 0,027. Nilai keseluruhan dari RDi = 1,242. Nilai kepdatan relatif dapat di ketahui dengan cara membagi kepadatan spesies i dengan jumlah total kepdatan dari semua spesies.

(23)

tumbuhan rumput C dan rumput D nilai frekuensinya sama yaitu sebesar 0,1 dan yang terakhir yaitu pada jenis tumbuhan rumput X dengan nilai frekuensi sebesar 0,2. Nilai tersebut dapat diperoleh dengan cara membagi jumlah interval line intercept dimana spesies i terdapat dengan jumlah total interval pada garis transek ( dalam praktikum ini menggunakan 10).

Langkah yang selanjutnya yaitu menghitung nilai frekuensi relatif (RF) dari masing-masing spesies pada semua segmen dalam 1 transek. Yang pertama yaitu pada tumbuhan jenis brambangan, nilai RF-nya sebesar 0,12. Selanjutnya pada jenis tumbuhan pegagan nilai RF-nya sebesar 0,24. Pada jenis tumbuhan rumput A nilai RF-nya sebesar 0,32. Pada jenis tumbuhan rumput B nilai RF-nya yang diperoleh sebesar 0,12. Selanjutnya pada jenis tumbuhan rumput C dan rumput D nilai RF-nya sama yaitu sebesar 0,3 dan yang terakhir yaitu pada jenis tumbuhan rumput X dengan nilai RF-nya sebesar 0,2. Nilai keseluruhan dari RFi = 0,99. Nilai tersebut dapat diperoleh dengan cara membagi frekuensi spesies i dengan jumlah frekuensi untuk semua spesies.

Langkah yang selanjutnya yaitu menghitung nilai panjang penutupan (C) dari masing-masing spesies pada semua segmen dalam 1 transek. Yang pertama yaitu pada tumbuhan jenis brambangan, nilai C-nya sebesar 0,0129. Selanjutnya pada jenis tumbuhan pegagan nilai C-nya sebesar 0,0107. Pada jenis tumbuhan rumput A nilai C-nya sebesar 0,1035. Pada jenis tumbuhan rumput B nilai C-nya yang diperoleh sebesar 0,029. Selanjutnya pada jenis tumbuhan rumput C nilai C-nya yaitu sebesar 0,0015 dan pada jenis tumbuhan D nilai C-C-nya sebesar 0,008. Dan yang terakhir yaitu pada jenis tumbuhan rumput X dengan nilai C-nya sebesar 0,0235. Nilai tersebut dapat diperoleh dengan cara membagi panjang penutupan total spesies yang sudah dketahui sebelumnya dengan panjang total transek di sampling (pada praktikum ini menggunakan 1000 cm).

(24)

rumput B nilai RC-nya yang diperoleh sebesar 0,153. Selanjutnya pada jenis tumbuhan rumput C nilai RC-nya sebesar 0,007 dan yang selanjutnya pada jenis tumbuhan rumput D nilai RC-nya sebesar 0,042. Dan yang terakhir yaitu pada jenis tumbuhan rumput X dengan nilai RC-nya sebesar 0,124. Nilai keseluruhan dari RCi = 0.997. Nilai tersebut dapat diperoleh dengan cara membagi panjang penutupan spesies i (Ci) dengan jumlah panjang penutupan dari semua spesies (ΣC).

Dan yang terakhir yaitu menghitung nilai penting (IV). Cara yang digunakan untuk mengetahui nilai penting yaitu dengan cara menjumlah data dari ketiga pengukuran relatif (RDi), (RFi) dan (RCi). Dari hasil penjumlahan yang sudah pada RDi +RFi + RCi = 1,424 + 0,99 + 0,997 = 3,229.

Pada metode yang kedua yaitu menggunakan metode kuadran. Pada metode kuadran praktikan menentukan terlebih dahulu 1 pohon sebagai pusat kemudian mengambil 4 pohon sebagai kuadran dari pohon pusat yang berdekatan dengan pusat pohon tersebut dan kemudian mengukur sudut pohon, jarak penutupan dan luas penutupan pada pohon tersebut. Pada metode kuadran ini praktikan melakukan 2 kali percobaan yaitu kuadran I dan kuadran II dengan menggunakan lokasi pohon yang berbeda. Pada kuadran yang I jenis pohon yang menjadi pusat adalah pohon mahoni, kemudian jenis 4 pohon yang menjadi kuadran adalah pohon matoa, pohon A, pohon mahoni dan pohon angsana. Sudut antara pohon pusat (mahoni) dengan pohon matoa sebesar 30° dan jarak pohon matoa ke pohon pusat sejauh 5,5 m dengan luas penutupan sebesar 4,5. Selanjutnya sudut antara pohon pusat (mahoni) dengan pohon A sebesar 70°, dan jarak antara pohon A dengan pohon pusat sebesar 4 m dengan luas penutupan sebesar 8,1 m. Selanjutnya sudut antara pohon pusat (mahoni) dengan pohon mahoni sebesar 120°, dan jarak antara pohon mahoni dengan pohon pusat sebesar 4,8 m dengan luas penutupan sebesar 1,3 m. Dan yang terakhir antara pohon pusat dengan pohon angsana sudutnya sebesar 120°, dan jarak antara pohon angsana dengan pohon pusat sebesar 5,5 m dengan luas penutupan sebesar 6,2 m.

(25)

mahoni, pohon mahoni dan pohon camelina. Sudut antara pohon pusat (matoa) dengan pohon camelina sebesar 15°, dan jarak pohon camelina ke pohon pusat sejauh 4,6 m dengan luas penutupan sebesar 5,8 m. Selanjutnya sudut antara pohon pusat (matoa) dengan pohon mahoni sebesar 135°, dan jarak antara pohon mahoni dengan pohon pusat sebesar 5,5 m dengan luas penutupan sebesar 5,9 m. Selanjutnya sudut antara pohon pusat (matoa) dengan pohon mahoni sebesar 50°, dan jarak antara pohon mahoni dengan pohon pusat sebesar 5,6 m dengan luas penutupan sebesar 5,5 m. Dan yang terakhir antara pohon pusat dengan pohon camelina sudutnya sebesar 110°, dan jarak antara pohon camelina dengan pohon pusat sebesar 6,1 m dengan luas penutupan sebesar 9,3 m.

Langkah selanjutnya setelah sudut (dengan kompas), jarak pohon pusat dengan pohon kuadran dan luas penutupan yaitu menganalisis data dengan cara menghitung jarak pohon rata-rata (d), kepadatan seluruh jenis (TD), kepadatan relatif (RDi), kepdatan mutlak suatu jenis (Di), luas penutupan suatu jenis (Ci), luas penutupan relatif suatu jenis (RCi), frekuensi suatu jenis (Fi), frekuensi relatif suatu jenis (Fi) dan yang terakhir nilai penting suatu jenis (IV).

Pada kuadran I nilai jarak pohon rata-rata (d) sebesar 4,95 m untuk seluruh jenis pohon dari pohon pusat. Nilai tersebut diperoleh dengan cara menjumlah jarak masing-masing pohon ke titik pusat kuadran dikalikan dengan banyaknya pohon. Kemudian menghitung nilai kepadatan seluruh jens (TD). Nilai kepadatan seluruh jenis pohon pada kuadran I sebesar 505,05. Nilai tersebut dapat diperoleh dengan cara membagi luas habitat yang digunakan untuk menyatakan kepadatan (dalam prakikum ini menggunakan 2.500 m2) dengan kuadrat jarak pohon

rata-rata.

(26)

semua pohon sama. Selanjutnya yaitu menghitung kepadatan mutlak suatu jenis (Di). Nilai pada Di dapat diperoleh dengan cara membagi kepadatan relatif di bagi dengan kepadatan seluruh jenis. Nilai kepadatan mutlak pada pohon matoa, pohon A, pohon mahoi dan pohon angsana sama yaitu sebesar 0,0005. Hal tersebut dikarenakan nilai kepadatan pada masing-masing pohon sama.

Selanjutnya menghitung luas penutupan suatu jenis (Ci). Luas penutupan suatu jenis dapat dihitung dengan cara megalikan luas penutupan dengan kepadatan mutlak jenis dan dibagi dengan jumlah pohon jenis i. Pada kuadran I ini nilai luas penutupan pada pohon matoa sebesar 0,00225. Pada pohon A nilai luas penutupannya sebesar 0,00405. Pada pohon mahoni nilai luas penutupannya sebesar 0,00065 dan yang terakhir yaitu pada pohon angsana dengan nilai luas penutupan sebesar 0,0031. Selanjutnya yaitu menghitung luas penutupan relatuf suatu jenis (RCi). Luas penutupan relatif suatu jenis dapat di hitung dengan cara membagi luas penutupan jenis di bagi dengan luas penutupan seluruh jenis. Dengan rumus tersebut maka di peroleh nilai luas penutupan relatif pada pohon matoa sebesar 0,224. Pada pohon A sebesar 0,403. Selanjutnya pada pohon mahoni sebesar 0,065 dan yang terakhir yaitu pada pohon angsana sebesar 0,308.

Selanjutnya yaitu menghitung frekuensi suatu jenis (Fi). Frekuensi suatu jenis dapat di hitung dengan cara mambagi jumlah kuadran ditemukannya jenis i di bagi dengan jumlah seluruh kuadran. Dengan rumus tersebut diperoleh nilai frekuensi pada pohon matoa sebesar 0,5. Pada pohon A sebesar 0,5. Selanjutnya pada pohon mahoni nilai freuensinya sebesar 1 dan yang terakhir yaitu pada pohon angsana sebesar 0,5. Setelah menghitug frekuensi suatu jenis maka selanjutnya yaitu menghitung frekuensi relatif suatu jenis (Fi). Untuk menghitung frekuensi relatif dapat di hitung dengan cara membagi frekuensi jenis i di bagi dengan jumlah frekuensi seluruh jenis. Dengan menggunakan rumus tersebut maka di peroleh nilai frekuensi relatf pada pohon matoa sebesar 0,125. Pada pohon A sebesar 0,125 dan pada pohon mahoni sebesar 0,25. Dan yang terakhir pada pohon angsana sebesar 0,125.

(27)

menjumlah jarak masing-masing pohon ke titik pusat kuadran dikalikan dengan banyaknya pohon. Kemudian menghitung nilai kepadatan seluruh jens (TD). Nilai kepadatan seluruh jenis pohon pada kuadran I sebesar 458,72. Nilai tersebut dapat diperoleh dengan cara membagi luas habitat yang digunakan untuk menyatakan kepadatan (dalam prakikum ini menggunakan 2.500 m2) dengan kuadrat jarak

pohon rata-rata.

Langkah selanjutnya yaitu menghitung kepadatan relatif (RDi) pada setiap pohon kuadran. Pada pohon camelina nilai RDi-nya sebesar 0,5. Selanjutnya pada pohon mahoni nilai RDi-nya sebesar 0,5.. Nilai tersebut dapat diperoleh dengan cara menghitung jumlah pohon jenis i di bagi jumlah pohon semua jenis. Pada percobaan ini jumlah pohon yang digunakan yaitu berjumlah 2 (mahoni dan camelina) semua sehingga nilai kepadatan relatif pada pohon mahoni dan camelina sama. Selanjutnya yaitu menghitung kepadatan mutlak suatu jenis (Di). Nilai pada Di dapat diperoleh dengan cara membagi kepadatan relatif di bagi dengan kepadatan seluruh jenis. Nilai kepadatan mutlak pada pohon camelina dan pohon mahoni sama yaitu sebesar 0,001. Hal tersebut dikarenakan nilai kepadatan pada pohon camelina dan mahoni sama.

Selanjutnya menghitung luas penutupan suatu jenis (Ci). Luas penutupan suatu jenis dapat dihitung dengan cara megalikan luas penutupan dengan kepadatan mutlak jenis dan dibagi dengan jumlah pohon jenis i. Pada kuadran II ini nilai luas penutupan pada pohon camelina sebesar 0,0029. Sedangkan pada pohon mahoni nilai luas penutupannya sebesar 0,003. Selanjutnya yaitu menghitung luas penutupan relatuf suatu jenis (RCi). Luas penutupan relatif suatu jenis dapat di hitung dengan cara membagi luas penutupan jenis di bagi dengan luas penutupan seluruh jenis. Dengan rumus tersebut maka di peroleh nilai luas penutupan relatif pada pohon camelina sebesar 0,429. Pada pohon mahoni sebesar 0,508.

(28)

menghitug frekuensi suatu jenis maka selanjutnya yaitu menghitung frekuensi relatif suatu jenis (Fi). Untuk menghitung frekuensi relatif dapat di hitung dengan cara membagi frekuensi jenis i di bagi dengan jumlah frekuensi seluruh jenis. Dengan menggunakan rumus tersebut maka di peroleh nilai frekuensi relatf pada pohon camelina sebesar 0,25. Nilai penting dapat di hitung dengan cara menjumlah RDi + RFi +RCi. Dari data yang sudah di ketahui maka nilai pentingnya yaitu sebesar 4,875. Nilai tersebut diperoleh dengan menjumlahkan RDi + RFi + RCi pada kuadran I dan kuadran II.

Pada praktikum ini, analisis vegetasi dengan metode transek dan kuadran dilakukan dengan menghitung kepadatan, kepadatan relatif, frekuensi, frekuensi relatif, luas penutupan, luas penutupan relatif dan nilai penting untuk masing-masing spesies pada setiap segmen transek dan kuadran. Perhitungan tersebut memiliki fungsi masing-masing untuk lebih mudah mengetahui suatu ekosistem pada suatu tempat, yaitu antara lain:

1. Kepadatan dan Kepadatan Relatif

Kepadatan atau density (D) adalah banyaknya jumlah masing-masing spesies yang ada pada garis transek tersebut sedangkan kepadatan relatif atau Relative Density (RD) merupakan banyaknya jumlah suatu spesies sepanjang garis transek dan biasanya dapat diukur persentase jumlahnya dari keseluruhan jumlah spesies yang ada. Jadi pada rumus ini kita dimudahkan untuk melihat jumlah masihg-masing spesies pada suatu ekosistem pada salah satu transek yang ditentukan. Untuk kepadatan relative sendiri untuk mengetahui jumlah spesies pada semua transek yang ada pada ekosistem yang diamati.

2. Frekuensi Dan Frekuensi Relatif

(29)

perhitungan frekuensi ini berfungsi untuk memudahkan kita untuk mengetahui derajat atau banyaknya penyebaran suatu spesies pada ekosistem yang kita amati.

Frekuensi relatif adalah persentase dari jumlah individu jenis yang bersangkutan dalam komunitasnya. Nilai dari frekuensi relatif ini dapat diperoleh dengan menghitung menggunakan rumus Rfi=Fi/∑F, dimana Fi merupakan frekuensi spesies i di dalam komunitasnya, ∑F adalah jumlah frekuensi untuk semua spesies. Frekuensi relative ini berfungsi untuk mengetahui jumlah undividu spesies tertentu pada komunitasnya.

3. Nilai Penting

Nilai penting mengacu pada sumbangan relative suatu spesies kepada seluruh komunitas. Nilai penting ini berguna untuk menetukan dominansi jenis tumbuhan terhadap jenis tumbuhan lainnya, karena dalam suatu komunitas yang bersifat heterogen data parameter vegetasi sendiri-sendiri dari nilai frekuensi, kerapatan dan dominansinya tidak dapat menggambarkan secara menyeluruh, maka untuk menentukan nilai pentingnya yang mempunyai kaitan dengan struktur komunitasnya dapat diketahui dari indeks nilai pentingnya, yaitu IVi=RDi+RFi+RCi.

Setelah melakukan semua perhitungan diatas, maka tahap terakhir yang harus dilakukan dalam analisis vegetasi menggunakan metode transek adalah menghitung / menjumlahkan nilai penting (IVi) dari ketiga pengukuran relatif diatas. Diantaranya : RDi + RFi + RCi. Nilai penting berkisar antara 0-3 (atau 300%). Nilai penting ini dapat digunakan untuk mengetahui dominasi suatu spesies dalam komunitas.

(30)

ini sendiri yaitu untuk memberikan pengetahuan mengenai tehnik sampling dengan menggunakan metode transek dan kuadran. Dalam model line intersept (metode transek) terdapat rumus untuk mencari kepadatan suatu spesies, kepadatan relatif, frekuensi, frekuensi relatif, panjang penutupan, panjang penutupan relatif, dan nilai penting dimana nilai penting adalah gabungan dari total hasil kepadatan relatif, frekuensi relatif, panjang penutupan relatif yg ketiganya dijumlahkan. Kepadatan relatif, frekuensi relatif serta panjang penutupan relatif didapat dari turunannya yaitu rumus mencari kepadatan, frekuensi serta panjang penutupan artinya nilai penting yg bertujuan untuk mengetahui dominasi suatu spesies dalam suatu komintas sanagat dipengaruhi oleh nilai dari kepadatan, frekuensi, dan panjang penutupan suatu spesies dimana rumus nilai penting adalah IVi = Rdi + Rfi + Rci (Tim Pembina Ekologi Tumbuhan, 2016). Hal demikian juga berlaku untuk metode kuadran menyinggung rumus mana yang paling berpengaruh, tentu pada rumus dasar yg nantinya akan menjadi sub di tingkatan rumus berikutnya sampai pada nilai penting suatu jenis yg menggunkan nilai dari rumus dasar sebelumnya.

Tanaman yang mendominasi disepanjang segmen yakni rumput A (didalam lampiran), namun setelah mencari referansi kelompok kami sudah mengetahui jenis rumput tersebut, yakni Rumput Gajah (Pennisetumpurpureum).

(31)

terhadap pemupukan, serta mengkhendaki tingkat kesuburan tanah yang tinggi. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) tumbuh merumpun dengan perakaran serabut yang kompak, dan terus menghasilkan anakan apabila dipangkas secara teratur. Morfologi Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) yang rimbun, dan dapat mencapai tinggi lebih dari 1 meter sehingga dapat berperan sebagai penangkal angin (wind break) terhadap tanaman utama (Seseray, 2013).

(32)

Distribusi jenis tumbuhan di alam dapat disusun dalam tiga pola dasar, yaitu acak, teratur dan mengelompok. Pola distirbusi demikian erat hubungannya dengan kondisi lingkungan. Organisme pada suatu tempat bersifat saling bergantung, dan tidak terikat berdasarkan kesempatan semata, dan bila terjadi gangguan pada suatu organisme atau sebagian factor lingkungan akan berpengaruh terhadap komunitas (Kuchler 1967; Barbour et.al., 1987). Bila seluruh faktor yang berpengaruh terhadap kehadiran spesies relative sedikit, maka factor kesempatan lebih berpengaruh, di mana spesies yang bersangkutan berhasil hidup di tempat tersebut. Hal ini biasanya menghasilkan pola distribusi (Kunarso: 2013).

(33)

BAB VI. PENUTUP

6.1 Kesimpulan

1. Teknik sampling vegetasi menggunakan metode transek (jalur) dilakukan dengan cara membentangkan tali rafia sepanjang 10m dan membanginya menjadi 10 segmen dengan panjang masing-masing segmen adalah 1m. Perhitungan vegetasi dilakukan dengan menghitung tumbuhan yang dilewati garis transek saja.

2. Teknik sampling vegetasi menggunakan metode kuadran dilakukan dengan cara menentukan 1 pohon terlebih dahulu sebagai pohon pusat. Kemudian dari pohon tersebut bidik sudut 0° (utara), 90°, 180° dan 270° hingga terbentuk 4 kuadran. Dari tiap kuadran, pilih satu pohon yang paling dekat dengan pohon pusat kemudian bidik sudut, ukur jaraknya dan berapa luas penutupan pohon tersebut.

6.2 Saran

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Fadhilah, dkk. 2013. Keanekaragaman Gastropoda Air Tawar di Berbagai Macam Habitat di Kecamatan Tanambulava Kabupaten Sigi. Jurnal e-Jipbiol. Vo. 2 : 13-19. Desember 2013

Kunarso, Adi et al. 2013. Keragaman Jenis Tumbuhan Bawah Pada Berbagai Tegakan Hutan Tanaman Di Benakat, Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol. 10 (2) : 85-98

Latifah, Siti. 2005. Analisis Vegetasi Hutan Alam. Sumatra Utara: e-USU Repository

Mareel, Eddy van der. 2015. Vegetation Ecology. USA: Blackwell Science

Seseray, Daniel Yohanes ,.dkk. 2013. Produksi Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) yang Diberi Pupuk N, P dan K dengan Dosis 0,50 dan 100% pada Devoilasi Hari ke-45 (Production of Elephant Grass (Pennisetum purpureum) Provided Fertilizer N, P and K the Doses 0,50 and 100% Defoliation 45th Day). Jurnal Penelitian Vol.11 (1), Maret 2013: 49-55.

Sofiah et al. 2013. Pola Penyebaran, Kelimpahan Dan Asosiasi Bambu Pada Komunitas Tumbuhan Di Taman Wisata Alam Gunung Baung Jawa Timur. Berita Biologi 12 (2) : 239 – 246

Tim Pembina Ekologi Tumbuhan. 2016. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan

(35)

LAMPIRAN GAMBAR

Segmen

ke- Gambar Segmen Gambar Tumbuhan

1

Brambangan Pegagan

2

Rumput A

Rumput B

Rumput C

Rumput X

Pegagan

Brambangan

3

Rumput D Rumput A

4

(36)

5

Rumput A Rumput B

6

Rumput A

7

Rumput A Pegagan

8

Rumput A

9

Rumput A

10

(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)

Gambar

Tabel Hasil Pengamatan Metode Transek (Jalur)...................................11
Tabel Hasil Pengamatan Metode Kuadran..............................................15
Gambar Segmen

Referensi

Dokumen terkait

Obat generik berlogo menggunakan bahan aktif yang sama dengan obat generik bermerek dan memiliki cara kerja yang sama dalam tubuh sehingga keduanya memiliki resiko dan

diharapkan Hasil pengujian 1 Login Pimpinan memasukkan username dan password Pimpinan masuk ke halaman utama pimpinan [√] Berhasil [ ] Tidak Berhasil 2 Melihat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa goal specificity tidak berpengaruh positif signifikan terhadap psychological empowerment, dan goal difficulty berpengaruh positif signifikan

[r]

Pada era modern, khususnya Indonesia, Islamic Center berubah menjadi sebuah komplek yang di dalamnya terdapat masjid sebagai bangunan utama dan bangunan-bangunan

KLASIFIKASI BAKU LAPANGAN USAHA INDONESIA (KBLI) SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP). BIDANG

Di antara penelitian dimaksud misalnya: (1) Pendidikan Karakter melalui Life Skills Development dalam Kurikulum Persekolahan (Penelitian Hibah Pasca 2005-2006

Terbitkan, 2014), Jurusan PAI, Fakultas Tarbiyah, IAIN Tulungagung, hal.. Tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta Tahun pelajaran 2015 tunagrahita. 2)