• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.2.1.

Penginputan data awal berupa shp

Pada tahap awal pembuatan sebuah peta dasar administrasi yang dilakukan adalah menginput system kordinat, add data, dan menambahkan layer objek.

3.2.2.

Visualisasi data

Pada membuatan peta administrasi langkah selanjutnya adalah melakukan visualisasi data, dengan tahapan klasifikasi dan simbolisasi data-data spasial.

3.2.3.

Layout peta

Langkah terakhir adalah melakukan Layouting Peta. Layout peta merupakan pekerjaan terakhir setelah input data,dan visualisasi data. Melalui fasilitas layout dapat membuat dan mengatur data mana saja yang akan digunakan sebagai output dari proses atau analisis gis yang digunakan serta bagaimana data tersebut akan ditampilkan. Layout ini akan bermanfaat untuk memperjelas peta dan memperindah secara tampilan, selain itu tujuan yang lebih penting mengenai layout peta adalah sebagai atribut pelengkap yang mampu menjelaskan isi peta, yang merupakan informasi-informasi penting. Tanpa adanya layout, sebuah peta tidak akan berarti apa-apa, dan hanya bermakna sebagai gambar biasa.

Adapun layout terdiri dari bagian-bagian seperti berikut:

1. Judul peta adalah bagian yang menunjukkan nama daerah yang dimuat pada peta tersebut.

2. Skala peta adalah bagian yang menunjukkan ukuran perbandingan jarak peta dengan yang sesunggunya.

3. Petunjuk Arah, koordinat/grid, legenda peta, tahun pembuatan, penerbit peta, dan index peta.

3.2.4.

Eksport peta dan Mencetak peta

Export peta bertujuan agar bisa disimpan ke dalam berbagai macam format, seperti PDF, JPEG, TIFF, dan lain-lain. Serta dapat memudahkan untuk berbagi peta dan mengeprint di computer lain. Kemudian peta yang telah selesai dapat dicetak dengan ukuran dan kualitas yang kita inginkan.

44

3.2.5.

Peta Buffer Jangkauan Pelayanan Rumah Sakit Pada Kota Bekasi

Buffer merupakan bentuk lain dari teknik analisis yang mengidentifikasi hubungan antara suatu titik dengan area di sekitarnya atau disebut sebagai Proximity Analysis (analisis faktor kedekatan). Dalam Prahasta (2002), secara anatomis Buffer merupakan sebentuk zona yang mengarah keluar dari sebuah obyek pemetaan apakah itu sebuah titik, garis, atau area (poligon).

Dengan membuat Buffer, akan terbentuk suatu area yang melingkupi atau melindungi suatu obyek spasial dalam peta (buffered object) dengan jarak tertentu. Jadi zona-zona yang terbentuk secara grafis ini digunakan untuk mengidentifikasi kedekatan-kedekatan spasial suatu obyek peta terhadap obyek-obyek yang berada di sekitarnya Buffer yang terbentuk dari titik biasanya menggambarkan kondisi mengenai cakupan atau jangkauan pelayanan dari sebuah fungsi di titik tersebut. Sementara pada buffer yang terbentuk dari unsur garis dan polygon lebih banyak menggambarkan kondisi dampak dari fenomena yang terkandung dalam unsur peta tersebut.

Proses pembentukan buffer menggunakan aplikasi ArcGis adalah sebagai berikut : 1. Menggunakan menu pull-down “Theme, Create Buffers” dimunculkan kotak dialog

dari fungsi ini kemudian harus dipastikan feature yang terpilih untuk dibuatkan buffer-nya. Tombol “next” akan melanjutkan ke tahap berikutnya.

2. Tahap berikutnya adalah menentukan jarak buffer (specify distance), dan jika ingin menggunakan buffer yang berlapis-lapis, dapat mengaktifkan “as multiple rings”

dan ditentukan juga berapa jumlah cincin buffer yang ingin ditampilkan beserta jarak antar cincin tersebut.

3. Tahap selanjutnya adalah penyelesaian dari pembuatan buffer dengan menentukan beberapa properties untuk tampilan dan penyimpanan data buffer.

4. Buffer yang terbentuk akan terlihat seperti cincin-cincin radius, menghasilkan buffer “area cakupan pelayanan” dalam radius yang telah ditentukan sebelumnya.

Analisa buffer dalam sistem informasi geografi dapat menjadi alat bantu untuk perencanaan wilayah dan kawasan dalam konteks mulai dari penentuan kebijakan hingga prediksi/simulasi keputusan spasial. Selain menjadi penentu dari strategi pemasaran, buffer berguna untuk mengukur dan memprediksi berbagai fungsi infrastruktur dalam wilayah atau kawasan apakah sudah mengakomodir kebutuhan sesuai dengan peran fungsinya.

45

3.2.6.

Peta Anilisis Overlay Rawan Banjir Pada Kabupaten Garut

Analisis overlay atau tumpang susun peta merupakan analisis data yang menggabungkan dua atau lebih data informasi yang dapat menghasilkan informasi baru, analisis overlay memiliki syarat yaitu terdapat pada lokasi yang sama dan koordinat yang sama.

Proses pembentukan buffer menggunakan aplikasi ArcGis adalah sebagai berikut :

1. Mempersiapkan Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Garut (kec_Garut.shp) dan melakukan pemisahan menjadi wilayah 1 dengan cara melakuan proses Dissolve yang berfungsi untuk penyederhanaan data. Hasil dissolve di simpan sebagai kel_1Garut.shp.

Tools Dissolve digunakan untuk meleburkan objek-objek yang mempunyai atribut yang sama atau menyederhanakan.

2. Menyiapkan peta-peta yang di gunakan sebagai parameter (kelerengan, tutupan lahan, jenis tanah dan curah hujan) untuk melakukan analisisa banjir. Langka-langkah yang dilakukan dengan menyiapkan peta kel_1Garut.shp dan peta kelerengan (garut.shp), dengan menggunakan tools Clip (memotong data), dengan langkah-langkah membuka tools geoprcsessing, Clip dan memasukan input feature garut, clip feature kel_1Garut, output feature class sebagai Garut_LRG_Kel1.shp. Hal yang sama dilakukan untuk tanah dan tutupan lahan.

3. Lalu dilakukan pengelompokkan dan memberikan bobot dan skoring masing-masing parameter serta penentuan kelas banjir tersebut. Langkah-langkah yang dilakukan dengan manambahkan field pada data atribut (skor tutupan lahan, kelerengan, jenis tanah dan curah hujan). Dilakukan juga penyederhanaan (dissolve) untuk masing-masing parameter.

4. Setelah melakukan pembobotan dan penskoringan masing-masing parameter dilakukan proses analisis overlay (Overlay merupakan proses penyatuan data dari lapisan layer yang berbeda, dalam hal ini dilakukan analisis union (yaitu menggabungkan fitur dari sebuah tema input dengan poligon dari tema overlay untuk menghasilkan output yang mengandung tingkatan atau kelas atribut)

5. Hasil overlay ke empat parameter tersebut (Union_Garut_LC_LRG_T_CH.shp) dilakukan penambahan field atribut total skor yang merupakan pengelompokan dari kelas banjir, dengan menggunakan fasilitas kalkulator yang merupakan penjumlahan dari skor masingmasing parameter dibagi 4Hasil perhitungan tersebut dikelompokkan lagi, dalam kasus ini dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu:

• 0,25 - 0,5 kategori rendah/aman

• 0,75 kategori sedang

• 1 – 1,25 kategori tinggi/bahaya

6. Dari layer Union_Garut_LC_LTG_T_CH.shp dilakukan lagi proses penyederhanaan (dissolve) untuk menampilkan peta analisa kawasan banjir Kabupaten Garut Kel1 dalam hal ini menjadi Garut_kel1_Kategori Banjir.

Dari hasil analisis kawasan banjir di Garut dalam hal ini Kelompok Garut satu, pengkategorian/pengelompokkan kelas banjir (Rendah, Sedang, Tinggi) didapat dilihat dari peta kawasan banjir dengan kategorinya menyebar di seluruh kecamatan yang ada di kawasan wilayah Garut kel 1.

46

BAB IV

PENUTUP

Dokumen terkait