• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daerah Asal Pengujung

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden diperoleh data bahwa pengunjung yang datang ke Kawasan Ekowisata Tangkahan berasal dari 5 zona/wilayah yaitu : Medan (27%), Binjai (31%), Stabat (5%), Batang Serangan ( 24%), dan Besitang (7%).

Cara Melakukan Kunjungan

Dalam melakukan kunjungan, umumnya responden datang ke Tangkahan secara sendiri ( 16% ), kelompok ( 52.1 % ), dan selebihnya adalah rombongan keluarga ( 31.9 % ). 31 27 24 7 5 0 5 10 15 20 25 30 35 J u m la h P e n g u n ju n g Binjai Medan B. Serangan Besitang Stabat Daerah Asal Pengunjung

Tabel 2. Presentase Responden berdasarkan cara kunjungan

No Cara Berkunjung Jumlah Presentase Responden ( % ) ( % ) 1. Sendiri 15 16 2. Kelompok 49 52.1 3. Rombongan keluarga 30 31.9 Jumlah 94 100

Pengunjung yang datang berkunjung ke Kawasan Ekowisata Tangkahan rata-rata berumur 21-25 tahun ( 34.0 %) selanjutnya data tentang karakteristik sosial ekonomi pengunjung dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Karakteristik Sosial Ekonomi Pengunjung

No. Identitas Jumlah Persentase (%)

1. Jenis kelamin Pria wanita 50 44 53.2 46.8 2. Umur ( tahun ) 17-20 21-25 26-30 31-35 36-40 41-45 46-50 30 32 20 6 4 5 1 31.9 34.0 20.2 5.3 3.2 4.3 1.1 3. Pendidikan terakhir SD SLTP SLTA PT 1 22 68 3 1.1 23.4 72.3 3.2 4. Perkejaan Pegawai negeri Pegawai swasta 9 9 30 9.6 9.6 32

Wiraswasta Pelajar POLRI/TNI Pedagang Petani 17 3 20 6 18.0 3.2 21.2 6.4 5. Penghasilan perbulan < 500.000 500.000 – 1.000.000 1.000.000 – 1.500.000 1.500.000 – 2.000.000 > 2.000.000 48 20 23 2 1 51.1 21.2 24.5 2.1 1.1 Motivasi Kunjungan

Tujuan responden yang datang ke Kawasan Ekowisata Tangkahan adalah untuk rekreasi (88.3%), melewatkan waktu (2.1%), berkemah (2.1%), penelitian (4.3%), lain-lain (3.2% ).

Tabel 4. Presentase Responden BerdasarkanMotivasi Kunjungan

No Motivasi Kunjungan Jumlah Persentase Responden ( % ) ( % ) 1. Rekreasi 83 88.3 2. Melewatkan waktu 2 2.1 3. Berkemah 2 2.1 4. Penelitian 4 4.3 5. Lain-lain 3 3.2 Jumlah 94 100

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden bahwa tujuan mereka datang berkunjung adalah untuk berekreasi sebanyak 88.3%, melewatkan waktu sebanyak 2.1%, untuk berkemah sebanyak 2.1%, melakukan penelitian 4.3%, dan melakukan kegiatan yang lain sebanyak 3.2%. Fandelin (1995) menyatakan bahwa ada lima bentuk motivasi yang mendorong wisatawan untuk melakukan

kegiatan dalam suatu kawasan wisata. Motivasi akibat dorongan fisik, seperti rekreasi ataupun kegiatan bersenang-senang merupakan dominan yang melatarbelakangi tujuan kunjungan wisata mereka.

Intensitas Kunjungan

Jumlah kunjungan dalam setahun responden ke ekowisata Tangkahan dibagi kedalam tujuh kelompok yaitu: satu kali ( 66% ), dua kali ( 15.9% ), tiga kali ( 9.6 %), empat kali ( 2.1% ), lima kali ( 4.2% ), > lima kali ( 3.2% ).

Tabel 5. Persentase Pengujung Berdasarkan Intensitas Kunjungan

No Intensitas Kunjungan Jumlah Responden (orang) Persentase (%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1 kali 2 kali 3 kali 4 kali 5 kali > 5 kali 62 14 3 2 4 3 66 14.9 9.6 2.1 4.2 3.2 Jumlah 94 100

Nilai Wisata Ekonomi

Penentuan nilai ekonomi wisata berdasarkan pada pendekatan biaya perjalanan yaitu, jumlah uang yang dihabiskan selama melakukan kunjungan wisata ke Tangkahan. Biaya tersebut meliputi biaya transportasi pulang pergi, biaya konsumsi selama melakukan rekreasi, biaya konsumsi harian, biaya dokumentasi da lain-lain ( termasuk harga karcis ). Berdasarkan wilayah asal dan

biaya perjalanan wisata pengunjung tersebut dapat dibagi ke dalam 5 zona. Rata-rata biaya perjalanan wisata masing-masing zona dapat dilihat pada tabel 6.

pengunjung pada tahun 2007 sebanyak 1080 orang. Hasil perhitungan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil dapat dilihat pada lampiran 4.

Tabel 6. Rata-rata Biaya PerjalananWisata Pengunjung

Zona Besarnya Biaya (Rp/Orang/Kunjungan) Transport PP Konsumsi Rekreasi Konsumsi Harian Konsumsi * Lain-lain** Total*** Binjai Medan B.Serangan Besitang Stabat 20.000 26.000 16.000 20.000 10.000 25.000 20.000 20.000 40.000 24.000 15.000 12.000 12.000 10.000 13.000 10.000 8.000 8.000 30.000 11.000 15.129 8.000 5.500 7.000 24.000 42.129 42.000 29.500 57.000 45.000 Keterangan :

*) Konsumsi rekreasi – konsumsi harian

**) Harga karcis,dokumentasi,penyeberangan,penginapan, pemandu. ***) Angka dibulatkan

Berdasarkan dugaan jumlah pengunjung tahun 2007 diperoleh jumlah pengunjung dari masing-masing zona bervariasi antara 54s/d 334 orang. Jumlah pengunjung dari masing-masing zona selanjutnya ditransformasikan menjadi jumlah kunjungan per 1000 penduduk. Data mengenai jumlah penduduk, rata-rata biaya perjalanan wisata dan jumlah kunjungan per 1000 penduduk dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Data Jumlah Penduduk, Rata-rata Biaya Perjalanan Wisata dan Jumlah Kunjungan per 1000 Penduduk

Zona Jumlah Pengunjung (orang) Jumlah Penduduk (orang) Biaya Kunjungan Wisata (Rp) Jumlah Kunjungan per 1000 Penduduk (orang) Binjai Medan B.Serangan Besitang Stabat 334 219 259 75 54 3.818 2.036.185 36.158 60.785 77.460 42.129 42.000 29.500 57.000 45.000 8.75 0.11 7.16 1.23 0.7

Sumber : BPS Sumatera Utara (2006)

Dengan menyatakan hubungan antara jumlah kunjungan per 1000 penduduk (Y) dengan biaya perjalanan rata-rata pengunjung (X) dalam satuan persamaan linear sederhana, diperoleh persamaan permintaan rekreasi dari penduduk seluruh zonasi terhadap Kawasan Ekowisata Tangkahan sebagai berikut Y = 11.82-0.00019(X)

Keterangan :

Y = Jumlah kunjungan per 1000 penduduk setiap zona

X = Biaya perjalana rata-rata tiap zona asal pengunjung (Rp/orang/kunjungan) Untuk menduga nilai manfaat rekreasi dari Kawasan Ekowisata Tangkahan digunakan perluasan metode biaya perjalanan dengan menggunakan simulasi harga karcis (Clawson, 1987 dalam Davis dan Johnson, 1986) harga karcis yang berlaku sekarang adalah Rp 1000.

Dalam penerapan perluasan metode biaya perjalanan dibuat simulasi harga karcis dari Rp 1000 sampai Rp 33.000. pada masin-masing tingkat harga diduga

masing-masing zonasi ditambah dengan nilai simulasi harga karcis masuk sebagai variabel bebas pada persamaan rekreasi. Hasil pendugaan jumlah kunjungan pada berbagai tingkat harga karcis dapat dilihat pada lampiran 1 dan 2. selanjutnya hasil pendugaan jumlah kunjungan pada tahun 2007 dapat dilihat pada lampiran 4. Berdasarkan lampiran 3 bahwa semakin besar harga karcis yang ditawarkan maka pengunjung yang datang untuk berkunjung semakin berkurang. Pendugaaan nilai manfaat rekreasi dilakukan berdasrkan kesediaan membayar para pengunjung untuk mendapatkan manfaat rekreasi yang diinginkan. Dengan menggunakan perluasan metode biaya perjalanan dengan simulasi harga karcis pada model pendugaan persamaan rekreasi yang didapatkan.

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa pengaruh biaya perjalanan (X) terhadap permintaan rekeasi (Y) tidak nyata pada selang kepercayaan 95 %. Hasil perhitungan untuk menentukan nilai koefisien dapat dilihat pada lampiran 5, berdasarkan hasil yang diperoleh nilai t hitung = 1.2531 sedangkan ttabel = 2.0150, maka t hitung < ttabel. Artinya pada tingkat nyata sebesar 5 % biaya perjalanan (X) tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah wisatawan yang datang (Y). Berdasarakan wawancara dengan pengunjung bahwa selama melakukan perjalanan pengunjung hanya sedikit mengeluarkan biaya, karena di lokasi tidak banyak warung yang menyediakan makanan, sementara warung yang menyediakan barang-barang seperti souvenir/cendramata tidak ada.

Berdasarkan persamaan regresi linear sederhana yang telah didapatkan, diperoleh nilai koefisien regresi sebesar – 0.00019, artinya penurunan biaya perjalanan sebesar satu rupiah akan menaikkan jumlah kunjungan per seribu penduduk, sebaliknya kenaikan biaya perjalanan sebesar satu rupiah akan

menurunkan jumlah kunjungan per seribu penduduk untuk seluruh zona sebesar 0.00019 kali.

Dalam studi ini, simulasi harga karcis dilakukan dari Rp 1000 sampai Rp 33.000, pada tarif masuk Rp 33.000 tingkat kunjungan adalah 0, yang berarti

tidak ada pengunjung yang bersedia membayar tarif karcis tersebut. Menurut Sukirno (1994) penawaran lebih besar dari permintaan akan mengakibatkan harga mengalami penurunan dan jumlah yang ditawarkan dipasar adalah melebihi daripada yang diminta para pembeli.

Dari lampiran 3 dapat diketahui untuk tahun 2007 jika terhadap

pengunjung dikenakan harga karcis masuk yang berlaku sekarang ini yaitu Rp 1000 jumlah pengunjung yang datang adalah 8087 orang/tahun dengan jumlah

penerimaan penjualan karcis sebesar Rp 8.087.000, sedangkan harga karcis yang paling optimal yang akan mendatangkan penerimaan karcis yang maksimal adalah Rp 15.000, pada tingkat harga karcis ini akan diperoleh penerimaan hasil penjualan karcis sebesar Rp 32.745.000. Nilai jauh lebih besar dari penerimaan yang akan diperoleh pada tingkat harga karcis sekarang. Rata-rata kesediaan membayar dari pengunjung sebesar Rp 10.678. Kesediaan membayar dari pengunjung akan bertambah jika kawasan tersebut dikelola dengan baik sebaliknya akan berkurang jika pengelolaan terhadap kawasan tidak baik.

Peningkatan pelayanan akan menyebabkan menurunnya nilai kesediaan membayar para pengunjung, hal ini akan menurunkan manfaat nilai rekreasi tersebut.

Analisis SWOT

Kekuatan/ Daya Tarik (Strenght)

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan sebelumnya diketahui bahwa Kawasan Ekowisata Tangkahan memiliki beberapa jenis wisata alam yang ditawarkan diantaranya pemandangan alam (panorama), pesona sungai, sumber air panas, dan tracking (berpetualang di hutan), thubing (menyusuri sungai dengan ban karet), menyusuri Gua, serta beberapa jenis wisata lainnya. Dari hasil yang didapat pengunjung datang dengan alasan ingin melihat dan menikmati keindahan alam. Hal ini berarti keindahan alam merupakan daya tarik utama yang paling disukai wisatawan, ditambah lagi dengan udara yang segar dan sejuk membuat para wisatawan merasakan kenyamanan.

Kelemahan (Weakness)

Kelemahan yang menjadi kendala di kawasan ini terutama adalah kondisi jalan menuju kawasan tersebut sangat buruk karena berupa jalan tanah dan berbatu terutama dii jalur perkebunan karet, sehingga responden mengatakan jalan rusak adalah faktor penghambat kunjungan mereka ke lokasi Ekowisata Tangkahan. Ini adalah masalah dan menjadi penghambat bagi wisatawan untuk berkunjung kembali. Untuk masalah kerusakan jalan dan memperbaikinya bagi pihak pengelola dan masyarakat sudah berupaya mengajukan permohonan kepada Pemda setempat, namun kurang mendapat tanggapan.

Disamping itu sebagian para pengunjung merasa bahwa fasilitas yang ada kurang lengkap seperti tidak adanya toilet, tempat ibadah, sarana komunikasi, dan kurangnya tempat sampah. Untuk itu pengelola diharapakan dapat memperbaiki

dan menambah sarana dan prasarana yang ada sehingga para pengunjung merasa lebih baik dan dapat menikmati wisata dengan nyaman.

Kelemahan lain yang juga terdapat di Kawasan Ekowisata tersebut adalah masalah kebersihan, seperti sampah yang berserakan. Para pengunjung merasa tidak nyaman dengan adanya sampah-sampah yang sebenarnya berasal dari mereka sendiri. Walaupun pengelola sudah menyediakan tempat sampah, namun disini kesadaran dari para pengunjung mengenai kebersihan masih kurang. Kelemahan-kelemahan tersebut dianggap sebagai hal yang paling penting karena bila tidak ditanggulangi maka akan berpengaruh terhadap minat dan ketertarikan pengunjung untuk datang berkunjung kembali.

Peluang (Opportunity)

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari para pengunjung, Kawasan Ekowisata Tangkahan memiliki peluang yang cukup baik untuk pengembangan dan promosinya. Para pengunjung yang datang berasal dari berbagai daerah. Menurut Yoeti (2002), semakin tersebarnya daerah asal wisata memberikan dampak tersebarnya informasi baik yang bersifat positif maupun negatif, hal ini memberikan peluang terjaringnya pengunjung dari kelompok lain bahkan sebaliknya pengunjung akan berkurang jika objek wisata yang ditinjau tidak memuaskan. Peluang berikutnya adalah Kawasan Ekowisata Tangkahan ini

menjadi objek wisata bagi pelajar/mahasiswa, instansi-instansi lain dan menjadi objek wisata bagi masyarakat umum dengan berada langsung di alam terbuka.

Maka dari itu untuk meningkatkan kualitas dari kawasan tersebut perlu dilakukan pembangunan dan penambahan fasilitas sehingga kawasan tersebut

dapat berkembang dengan baik. Adapun pengembangan yang diharapkan antara lain:

• Adanya peningkatan pengelolaan dan perawatan sarana dan prasarana agar pengunjung merasa nyaman dan puas.

• Perlu diadakannya kerjasama dengan lembaga pendidikan atau lembaga lainnya.

• Perlu dibuat miniatur lokasi di kantor Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT).

• Perlu adanya perbaikan sarana transportasi.

Dengan adanya pengembangan dan pembangunan yang sesuai dengan keinginan pengunjung diharapkan dapat memberikan dampak positip terhadap jumlah pengunjung dan penyebaran informasi/promosinya. Untuk penyebaran informasi baik di dalam maupun di luar daerah bisa dilakukan melalui brosur dan internet. Cara ini dinilai cukup efektif karena selain mudah dan cepat penyebarannya juga tidak membutuhkan biaya yang besar.

Ancaman (Threat)

Ada beberapa hal yang menjadi ancaman bagi kelangsungan kelestarian Kawasan Ekowisata Tangkahan untuk tetap dikunjungi para pengunjung terutama terjadinya kerusakan vegetasi dan punahnya satwa karena banyaknya para pengunjung yang melakukan kerusakan. Hal ini merupakan suatu ancaman yang dapat mempengaruhi minat wisata untuk berkunjung ke Kawasan Ekowisata Tangakahan. Pengunjung berpendapat hilangnya keindahan alam karena tidak adanya perawatan merupakan suatu hal yang penting dalam mendukung pelestarian dan kelangsungan Kawasan Ekowisata Tangkahan ini.

Untuk mengatasi/mengantisipasi hal ini diharapkan kebijakan penglola dan pemerintah setempat untuk memberikan himbauan terhadap pengunjung maupun masyarakat di kawasan tersebut. Untuk menjaga keindahan alam dan kebersihan lokasi maka perlu dilakukan penyediaan fasilitas kebersihan dan pekerja kebersihan sehingga upaya pembersihan dapat dilakukan secara optimal.

Hal-hal yang menjadi ancaman adalah banyaknya daerah-daerah tujuan wisata lainnya, baik disekitar Kabupaten Langkat maupun di Sumatera Utara secara keseluruhan sehingga dapat mengurangi peluang Kawasan Ekowisata Tangkahan untuk dikunjungi oleh para pengunjung. Mengingat Sumatera Utara mempunyai banyak objek-objek wisata yang cukup menarik apabila produk/jasa wisata yang ditawarkan oleh objek wisata lain lebih bervariasi,menarik dengan biaya yang lebih murah, maka para pengunjung akan lebih tertarik mengunjungi objek wisata tersebut.

Ancaman lainnya disebabkan oleh bencana alam yang sering terjadi di Indonesia seperti banjir, gempa bumi dan lainnya, dapat mengurangi minat para pengunjung untuk berwisata ke tempat yang rawan terjadinya bencana alam seperti di daerah pegunungan, pantai, dan sungai. Menurut Rangkuti (1997), strategi pengembangan dapat berupa pengembangan pasar, peningkatan kualitas dan kualitas serta fasilitas lainnya. Beberapa alternatif strategi dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Ringkasan SWOT Faktor-faktor Strategi Eksternal Peluang

- Daerah asal wisata cukup beragam - Potensi wisara cukup tinggi

- Menjadi objek wisata bagi masyarakat umum yang suka berpetualang

Faktor-faktor Strategi Internal Kekuatan

- Kawasan Ekowisata Tangkahan memiliki panorama yang indah dengan kesejukan alam yang asri - Pesona air terjun, pesona sungai - Sumber air panas (belerang) yang

dipercaya sebagai obat penyakit kulit

Ancaman

- Adanya daerah tujuan wisata lain - Bencana alam

- Kurang tertibnya pengunjung

- Rusaknya vegetasi dan punahnya satwa

Kelemahan

- Kondisi jalan yang sangat buruk - Minimnya transportasi

- Fasilitas kurang memadai - Kebersihan kawasan (sampah) - Kurangnya sumber daya manusia - Kurangnya informasi dalam lokasi

Strategi SO merupakan strategi jalan pikiran pengelola yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang, dengan daya tarik yang dimiliki, penyebaran informasi di dalam dan diluar daerah dapat terlaksana mengingat daerah asal wisata yang beragam. Namun, pengembangan pasarnya lebih ditekankan pada daerah asal pengunjung yang dominan yaitu Binjai, Medan, Stabat, Besitang, dan Batang Serangan. Didukung pula lokasi yang cukup strategis sehingga memperbesar para pengunjung untuk berkunjung. Selain itu dengan meningkatkan kualitas jasa rekreasi sesuai dengan daya teriknya serta potensi yang dimiliki akan menambah promosi dan ketertarikan Lembaga tertentu untuk menjalin kerja sama. Dengan diadakannya perlombaan yang berkaitan dengan alam seperti tracking, panjat tebing, thubing, secara langsung dapat mempromosikan objek-objek yang ada untuk para petulang.

Strategi WO merupakan strategi pemanfaatan peluang yang ada dengan cara mengatasi kelemahan yang dimiliki. Kelemahan yang ada dapat diminimalisir dengan memperbaiki dan menambah fasilitas seperti fasilitas untuk penginapan

yang ada, perbaikan jalan umum, penambahan tempat sampah, pemnambahan sarana transportasi menuju kawasan, penambahan sarana penyeberangan, penambahan kamar mandi, dan lapangan parkir. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada sehingga para pengunjung akan lebih tertarik berkunjung dan diharapkan Lembaga tertentu akan merasa tertarik pula untuk melakukan kerja sama.

Strategi ST merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman, maka perlu dilakukan pengembangan variasi wisata serta peningkatan mutu pelayanan sehingga diharapkan pengunjung tetap memiliki minat besar untuk berkunjung, dengan menawarkan produk dengan kemasan wisata dan menggalang kerjasama yang baik dengan Lembaga Kepariwisataan Kabupaten dan Propinsi. Selain itu ancaman terhadap rendahnya kualitas masyarakat dapat diatasi dengan melakukan pembinaan kepada masyarakat, sedangkan untuk mengatasi ancaman bencana alam kita dapat memberi imbauan kepada pengunjung, staf dan masyarakat agar selalu menjaga kelestarian alam tersebut.

Strategi WT merupakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman dengan adanya papan informasi serta paringatan dalam lokasi wisata dapat menghindari ancaman yang dapat merusak keindahan dalam lokasi serta mengurangi adanya pengunjung yang kurang tertib. Dengan

meningkatkan kualitas sarana papan larangan, rambu-rambu atau papan informasi mengenai lokasi kawasan Ekowisata Tangkahan dan prasarana serta pegawai

kebersihan serta pemandu wisata, berarti telah meminimalisir kelemahan sehingga para pengunjung akan merasa nyaman berkunjung.

Tabel 9. Analisis dengan Menggunakan Matriks SWOT Faktor Internal

Faktor Eksternal

Kekuatan/S Kelemahan/W

- Kawasa Ekowisata Tangkahan memiliki panorama yang indah dengan kesejukan alam yang asri

- Pesona air terjun, pesona sungai - Sumber air panas (belerang)

yang dipercaya sebagai obat penyakit kuli

- Kondisi jalan yang sangat buruk

- Minimnya transportasi - Fasilitas kurang memadai

- Kebersihan kawasan (sampah)

- Kurangnya sumber daya manusia

- Kurangnya informasi dalam lokas

Peluang/O Strategi S/O Strategi W/O

- Daerah asal wisata cukup beragam

- Potensi wisata cukup tinggi - Menjadi objek wisata bagi

masyarakat umum yang suka berpetualang

- Pengembangan pasar antar daerah

- Meningkatkan kualitas jasa rekreasi untuk promosi

- Kerjasama dengan Lembaga tertentu

- Diadakan perlombaan seperti tracking, panjat tebing dan lain-lainnya

- Memperbaiki fasilitas wisata

- Penambahan fasilitas wisata

- Meningkatkan kualitas dan kuantitas sdm

- Perbaikan jalan umum

Ancaman/T Strategi S/T Strategi W/T

- Adanya daerah tujuan wisata lain

- Bencana alam

- Kurang tertibnya pengunjung - Rusaknya vegetasi dan

punahnya satwa

- Meningkatka mutu pelayanan dengan pengembangan variasi wisata

- Menawarkan produk dengan kemasan wisata dan menggalang kerjasama yang baik dengan Lembaga Kepariwisataan

- Tetap mempertahankan objek-objek yang menjadi daya tarik pengunjung

- Memberikan imbauan kepada masyarakat, pengunjung da staf.

- Menambah papan informasi dan peringatan

dalam lokasi wisata

- Meningkatkan kualitas dan kuantitas saran dana prasarana

- Meningkatkan fasilitas sarana perhubungan dan komunikasi

Dari matriks SWOT tersebut maka dapat dilihat secara garis besar bentuk-bentuk alternatif strategi yang dapat dilakukan dalam upaya pengembangan di Kawasan Ekowisata Tangkahan. Namun, untuk aplikasinya merupakan wewenang dan tanggung jawab dari pihak pengelola, pemerintah daerah, serta masyarakat setempat yang secara tidak langsung turut berperan serta dalam melestarikan Kawasan Ekowisata Tangkahan.

Dokumen terkait