• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai Manfaat Ekonomi Kawasan Ekowisata Tangkahan Berdasarkan Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Nilai Manfaat Ekonomi Kawasan Ekowisata Tangkahan Berdasarkan Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method)"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI MANFAAT EKONOMI

KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN

BERDASARKAN METODE BIAYA PERJALANAN

(Travel Cost Method)

SKRIPSI

Oleh:

CUT RAFIKA PURNAMA SARI 021201008/Manajemen Hutan

DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

NILAI MANFAAT EKONOMI

KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN

BERDASARKAN METODE BIAYA PERJALANAN

(Travel Cost Method)

SKRIPSI

Oleh:

CUT RAFIKA PURNAMA SARI 021201008/Manajemen Hutan

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Nilai Manfaat Ekonomi Kawasan Ekowisata Tangkahan Berdasarkan Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method) Nama : Cut Rafika Purnama Sari

NIM : 021201008

Departemen : Kehutanan

Program Studi : Manajemen Hutan

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ir. Rura S. Ginting Moenthe Kansih Sri Hartini, S. Hut, MP

Ketua Anggota

Mengetahui,

Ketua Departemen Kehutanan

(4)

ABSTRAK

Hutan merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan

mempunyai peran penting bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

Salah satu permasalahan yang dihadapi didalam pembangunan wisata alam

adalah sampai saat ini belum banyak diketahui berapa besar nilai rekreasi di

hutan, baik di hutan wisata Taman Hutan Raya, maupun Taman Nasional, karena

sebagian besar produk di kawasan tersebut tidak memiliki nilai pasar, selain itu

dalam rangka pengambilan keputusan untuk pembangunan dan pengembangan

pemanfaatan suatu kawasan wisata, besar kecilnya nilai rekreasi dari kawasan

rekreasi perlu diketahui.

Pendugaan nilai rekreasi berdasarkan metode biaya perjalanan pada tahun

2007 dengan jumlah pengunjug 8087, akan diperoleh hasil penerimaan penjualan

karcis sebesar Rp 8.087.000/tahun dengan harga karcis sebesar Rp 1000. Rata-rata

kesediaan membayar pengunjung adalah Rp 10.687.

Kawasan Ekowisata Tangkahan memiliki kekuatan panorama yang indah

dengan kesejukan alam yang asri yang membuat suasana jadi segar dan nyaman

dengan peluang lokasi cukup strategis, potensi wisata cukup tinggi. Kelemahan

utama adalah masalah sampah, transportasi yang minim, fasilitas kurang

memadai, kondisi jalan yang rusak, kurangnya sdm, kurangnya informasi dalam

lokasi. Ancamannya adalah bencana alam, daerah-daerah tujuan wisata lainnya,

(5)

ABSTRACT

Natural Resources Gifts of nature things found in or on the earth. Some

examples would be rivers, minerals, animals, or plants. : Globalization is the

tendency of businesses, technologies, or philosophies to spread throughout the

world, or the process of making this happen. The global economy is sometimes

referred to as a globality, characterized as a totally interconnected marketplace,

unhampered by time zones or national boundaries. The proliferation of

McDonalds restaurants around the world is an example of globalization; the fact

that they adapt their menus to suit local tastes is an example of

known as

Services and facilities that support day-to-day economic activity.

Infrastructure includes roads, electricity, telephone service, and public

transportation. Infrastructure has traditionally been provided and maintained by

the government. However, some nations are currently experimenting with

privatization of some elements of the infrastructure.

Natural Resources: they are unaltered gifts of nature. Ex: The water

needed to make bread in a bakery. Human Resources: they are physical and

mental efforts people use to create goods and services. Ex: the baker who makes

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kuala Simpang pada tanggal 16 Mei 1984. Penulis

merupakan anak ketiga dari enam bersaudara. Ank dari ayahanda M. Yusuf Iba

dan ibunda Purnamawaty.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Umum (SMU)

di 1 Negeri Karang Baru pada tahun 2002. Diterima di Universitas Sumatera

Utara (USU) melalui jalur PMP di Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian,

jurusan Manajemen hutan.

Penulis pernah mengikuti Praktik Umum Kehutanan (PUK) di Desa

Bandar Khalipah Kabupaten Serdang Bedagai dan di hutan pegunungan Sinabung

Kabupaten Karo. Pada tahun 2006 penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan

(PKL) di PT. Hutan Musi Persada (MHP) kabupaten Muara Enim Sumatera

Selatan. Penulis melakukan penelitian di Kawasan Ekowisata Tangkahan

Kabupaten langkat, dengan judul nilai Manfaat Ekonomi Wisata Kawasan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini dengan

sebaik-baiknya.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada ayahanda dan ibunda serta keluarga besar penulis yang

telah membantu memberikan dukungan moral dan moril, kepada Bapak Ir. Rura

S. Ginting Moenthe dan Ibu Kansih Sri Hartini, MP sebagai dosen pembimbing

yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis, juga tidak lupa kepada

rekan-rekan seperjuangan serta pihak-pihak yang telah banyak membantu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan hasil ini masih jauh dari

sempurna, oleh karenanya penulis menerima kritik dan saran yang bersifat

membangun dari pada pembaca agar dimasa yang akan datang penulis dapat

memperbaikinya. Semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Medan, Agustus 2007

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

Manfaat Penelitian... 3

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Ekowisata ... 4

Nilai Sumberdaya Alam ... 5

Permintaan Rekreasi Alam ... 7

Pendekatan Biaya Perjalanan (Travel Cost Method)... 9

Analisis SWOT ... 10

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Luas, Letak dan Batas-Batas Kawasan ... 11

Karakteristik Kawasan... 13

Kondisi Setempat ... 14

Aksessibilitas ... 14

METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Kegiatan ... 15

Alat dan Bahan ... 15

Pengolahan Data... 15

Data Primer ... 15

Data Sekunder ... 16

Pengolahan Nilai Manfaat Rekreasi (Travel Cost Method) ... 16

Analisis SWOT ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN Daerah Asal Pengunjung ... 20

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 35

(9)

DAFTAR PUSTAKA ... 36 LAMPIRAN ... 38

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Perumusan Strategi dengan Matrik SWOT ... 19

2. Persentase Responden Berdasarkan Cara Kunjungan ... 21

3. Karakteristik Sosial Ekonomi Pengunjung ... 21

4. Persentase Responden Berdasarkan Motivasi Kunjungan ... 22

5. Persentase Pengunjung Berdasarkan Intensitas Kunjungan ... 23

6. Rata-rata Biaya Perjalanan Wisata Pengunjung ... 24

7. Data Jumlah Penduduk, Rata-rata Perjalanan Wisata, dan Jumlah Kunjungan per 1000 Penduduk ... 25

8. Ringkasan SWOT ... 32

9. Analisis dengan Menggunakan Matriks SWOT ... 34

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Hasil Pendugaan Jumlah Kunjungan per 1000 Penduduk

pada Berbagai Tingkat Harga Karcis Masuk di KET ... 38

2. Hasil Pendugaan jumlah Kunjungan Berbagai Tingkat Harga

Karcis Masuk di KET ... 38

3. Pendugaan Jumlah Kunjungan KET tahun 2007 Berdasarkan

Trend Kuadrat Terkecil ... 39

4. Hasil Pengolahan Data dengan Regresi ... 40

5. Hasil Pendugaan Jumlah Pengunjung per 1000 Penduduk Berbagai Harga Karcis ... 41

6. Hasil Pendugaan Jumlah Pengunjung Berbagai Tingkat Harga

(12)

ABSTRAK

Hutan merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan

mempunyai peran penting bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

Salah satu permasalahan yang dihadapi didalam pembangunan wisata alam

adalah sampai saat ini belum banyak diketahui berapa besar nilai rekreasi di

hutan, baik di hutan wisata Taman Hutan Raya, maupun Taman Nasional, karena

sebagian besar produk di kawasan tersebut tidak memiliki nilai pasar, selain itu

dalam rangka pengambilan keputusan untuk pembangunan dan pengembangan

pemanfaatan suatu kawasan wisata, besar kecilnya nilai rekreasi dari kawasan

rekreasi perlu diketahui.

Pendugaan nilai rekreasi berdasarkan metode biaya perjalanan pada tahun

2007 dengan jumlah pengunjug 8087, akan diperoleh hasil penerimaan penjualan

karcis sebesar Rp 8.087.000/tahun dengan harga karcis sebesar Rp 1000. Rata-rata

kesediaan membayar pengunjung adalah Rp 10.687.

Kawasan Ekowisata Tangkahan memiliki kekuatan panorama yang indah

dengan kesejukan alam yang asri yang membuat suasana jadi segar dan nyaman

dengan peluang lokasi cukup strategis, potensi wisata cukup tinggi. Kelemahan

utama adalah masalah sampah, transportasi yang minim, fasilitas kurang

memadai, kondisi jalan yang rusak, kurangnya sdm, kurangnya informasi dalam

lokasi. Ancamannya adalah bencana alam, daerah-daerah tujuan wisata lainnya,

(13)

ABSTRACT

Natural Resources Gifts of nature things found in or on the earth. Some

examples would be rivers, minerals, animals, or plants. : Globalization is the

tendency of businesses, technologies, or philosophies to spread throughout the

world, or the process of making this happen. The global economy is sometimes

referred to as a globality, characterized as a totally interconnected marketplace,

unhampered by time zones or national boundaries. The proliferation of

McDonalds restaurants around the world is an example of globalization; the fact

that they adapt their menus to suit local tastes is an example of

known as

Services and facilities that support day-to-day economic activity.

Infrastructure includes roads, electricity, telephone service, and public

transportation. Infrastructure has traditionally been provided and maintained by

the government. However, some nations are currently experimenting with

privatization of some elements of the infrastructure.

Natural Resources: they are unaltered gifts of nature. Ex: The water

needed to make bread in a bakery. Human Resources: they are physical and

mental efforts people use to create goods and services. Ex: the baker who makes

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan

mempunyai peran penting bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Hutan

memberikan manfaat berupa hasil hutan yang nyata dan dapat dihitung (tangible)

dan yang tak nyata dan tidak dapat dihitung (intangible). Pemanfaatannya dapat

bersifat konsumtif yang diperoleh dari hutan produksi dan non konsumtif yang

diperoleh dari hutan lindung, suaka alam dan hutan wisata

(Wiratno, dkk, 2004).

Kekayaan dan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya dapat

dimanfaatkan secara arif dan bijaksana. Menurut Fandeli dan Mukhlison (2000),

pemanfaatan yang konservatif pada keanekaragaman hayati dan ekosistemnya

dapat dilaksanakan dengan pengembangan sebagai objek dan daya tarik wisata,

pariwisata sebagai green industry akan dapat mengerem laju perusakan

sumberdaya hutan dan lingkungan. Namun apabila tidak direncanakan dengan

konsep pembangunan pariwisata berwawasan lingkungan, kerusakan lingkungan

akan terjadi.

Salah satu permasalahan yang dihadapi didalam pembangunan wisata alam

adalah sampai saat ini belum banyak diketahui berapa besar nilai rekreasi di

hutan, baik di hutan wisata Taman Hutan Raya, maupun Taman Nasional, karena

sebagian besar produk di kawasan tersebut tidak memiliki nilai pasar, selain itu

dalam rangka pengambilan keputusan untuk pembangunan dan pengembangan

(15)

rekreasi perlu diketahui. Menurut Saragih (1993) dalam Dewi (2005),

pengetahuan tentang permintaan rekreasi, investasi keuntungan pengolahan dan

dampak sosial ekonomi terhadap masyarakat dapat dijadikan pedoman

pengelolaan suatu wisata yang optimal.

Salah satu kawasan yang mulai dikembangkan di Sumatera khususnya di

Sumatera Utara adalah Tangkahan. Tangkahan berada di Kecamatan Batang

Serangan, Kabupaten Langkat yang berada di ujung dua desa yaitu Desa Namo

Sialang dan Desa Sei Serdang. Daerah ini berbatasan dengan Kawasan Taman

Nasional Gunung Leuser (TNGL). Keberadaan lokasi wisata ini berasal dari

keinginan beberapa orang pemandu wisata lokal Bukit Lawang untuk mencari

daerah baru yang lebih alami dan berbeda dari kondisi Bukit Lawang.

Berdasarkan kesepakatan bersama, masyarakat Desa Namo Sialang dan

Desa Sei Serdang, dibentuklah suatu kelompok lokal yang mereka beri nama

Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT). Lembaga ini dibentuk

untuk merencanakan dan mengelola objek wisata Tangkahan

(Kurniawan dan Burhanuddin, 2004).

Seiring dengan adanya peningkatan jumlah pengunjung dan peningkatan

kesejahteraan cenderung menyebabkan terjadinya peningkatan permintaan

rekreasi baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Untuk itu perlu

pengembangan dan pengelolaan yang tepat bagi setiap daerah tujuan wisata

di Sumatera Utara pada umumnya, khususnya Kawasan Ekowisata Tangkahan.

Langkah awal upaya pengembangan dan pengelolaannya antara lain adalah

dengan mengumpulkan data dan informasi tentang nilai rekreasi suatu objek

(16)

Penilaian suatu kawasan objek wisata dapat dilakukan dengan

menggunakan teknik biaya perjalanan (Travel Cost Methods). Teknik ini telah

banyak digunakan untuk mengestimasi nilai rekreasi suatu kawasan ekoturisme,

dengan melihat kesediaan membayar (willingness to pay) dari para pengunjung.

Adapun kelebihan dari metode ini adalah data yang digunakan merupakan data

yang sebenarnya yang dikeluarkan oleh pengunjung untuk mengunjungi tempat

rekreasi tersebut.

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui nilai rekreasi dari suatu kawasan objek wisata berdasarkan

kesediaan membayar (Willingness To Pay).

2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan/daya tarik,

kelemahan, peluang dan ancaman bagi kelangsungan Ekowisata

Tangkahan.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman dan dapat

memberikan informasi bagi pihak pengelola Kawasan Ekowisata Tangkahan

untuk meningkatkan nilai wisata dan dapat lebih baik lagi dalam pengelolaan dan

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Ekowisata

Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke

waktu. Namun pada hakekatnya, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata

yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami, memberi

manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya masyarakat

setempat (Fandeli dan Mukhlison, 2000).

Secara konseptual ekowisata dapat didefinisikan sebagai suatu konsep

pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung

upaya-upaya dalam pengelolaan yang konservatif sehingga memberikan manfaat

ekonomi kepada masyarakat setempat (Dirjen Pariwisata, 1995). Masyarakat

Ekowisata Indonesia/MEI pada tahun 1977 mendefinisikan ekowisata sebagai

suatu kegiatan perjalanan wisata yang bertanggung jawab di daerah yang masih

alami atau daerah-daerah yang dikelola dengan kaidah alam dimana tujuannya

selain untuk menikmati keindahannya juga melibatkan unsur pendidikan,

pemahaman dan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi alam serta

peningkatan pendapatan masyarakat setempat sekitar daerah tujuan ekowisata.

Ekowisata yang berasaskan konservasi terhadap keanekaragaman hayati

dan ekosistemnya merupakan prinsip yang penting dalam visi ekowisata.

Ditambah dengan pemberdayaan masyarakat lokal dan pembangunan ekonomi

kerakyatan dapat menjadi landasan pengembangan untuk merumuskan misi. Misi

ekowisata dapat dijabarkan melestarikan alam dengan mengkonservasi sumber

(18)

pengembangan ekonomi kerakyatan serta peningkatan pendapatan lokal maupun

regional secara adil, dapat dirumuskan sebagai strategi pengembangan ekowisata

yang menentukan kewilayahan yang berlandaskan ekosistem dan kesatuan

pengelolaannya.

Ciri-ciri ekowisata menurut Fandeli dan Mukhlison (2000), mengandung

unsur-unsur utama yaitu:

1. Konservasi.

2. Edukasi dan berperan serta.

3. Pemberdayaan masyarakat setempat.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa pengusaha ekowisata dalam kawasan hutan

harus bersasaran:

1. Melestarikan hutan dan kawasannya.

2. Mendidik semua orang untuk ikut melestarikan hutan yang dimaksud, baik

pengunjung, karyawan perusahaan sendiri sampai dengan masyarakat di

hutan dan sekitarnya.

3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat agar dengan demikian tidak

mengganggu hutan.

Nilai Sumberdaya Alam

Nilai (value) merupakan persepsi manusia tentang makna/manfaat

/kegunaan terhadap sesuatu bagi seseorang atau sesuatu pihak pada tempat dan

waktu tertentu, ukuran dari kegunaan/manfaat ditentukan oleh seseorang agar

dapat memperoleh, memiliki atau menggunakan barang dan jasa (Ichwandi,

1996). Penilaian adalah penentuan nilai manfaat suatu barang atau jasa bagi

(19)

(sumberdaya dan lingkungan) pada gilirannya akan mengarahkan prilaku

pengambilan keputusan yang dilakukan oleh individu, masyarakat maupun

organisasi.

Penilaian ekonomi merupakan suatu peralatan ekonomi yang

menggunakan teknik sumberdaya untuk mengestimasi nilai uang dari barang dan

jasa yang diberikan oleh suatu kawasan (Fandeli, 1995).

Valuasi ekonomi penggunaan sumber daya alam hingga saat ini telah

berkembang pesat dalam konteks ilmu ekonomi sumber daya lingkungan

perhitungan-perhitungan tentang biaya lingkungan sudah banyak berkembang.

Menurut Hufscmidt et all (1996), garis besar metode penilaian manfaat ekonomi

(biaya lingkungan) suatu sumber daya alam dan lingkungan pada pasar dan

pendekatan yang berorientasi survey atau penilaian hipotesis, disajikan sebagai

berikut:

1. Pendekatan orientasi pasar

a. Penilaian manfaat menggunakan pasar aktual barang dan jasa (aktual

based market methods).

i. Perubahan dalam nilai hasil produksi (change in productivity)

ii. Metode kehilangan penghasilan (cost ofearning methods)

b. Penilaian biaya dan menggunakan harga pasar aktual terhadap masukan

berupa lingkungan.

i. Pengeluaran pencegahan (avoid devensif expenditure methods)

ii. Biaya pengganti (replacement cost methods)

iii. Proyek bayangan (shadow project methods)

(20)

c. Penggunaan metode pasar pengganti (surrogate market based methods)

i. Barang yang dapat di pasarkan sebagai pengganti lingkungan

ii. Pendekatan nilai kepemilikan

iii. Pendekatan lain terhadap nilai tanah

iv. Biaya perjalanan (travel cost)

v. Pendekatan perbedaan upah (wage differential methods)

vi. Penerimaan kompensasi/pampasan

Permintaan Rekreasi Alam

Rekreasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk memanfaatkan waktu

luang secara konduktif dan menyenangkan. Rekreasi merupakan salah satu

kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi untuk memberikan keseimbangan,

keserasian dan gairah hidup. Pengelolaan rekreasi alam merupakan salah satu

bentuk pemanfaatan sumber daya berdasarkan prinsip kelestarian alam. Rekreasi

alam tersebut berupa kegiatan jalan kaki, berburu, memancing dan menikmati

pemandangan (Davis and Johnson , 1987).

Abdurahman (1993) dalam Dewi (2005), mendefinisikan permintaan

dengan beberapa pengertian yaitu:

1. Kuantitas suatu barang ekonomi yang akan dibeli pada suatu tingkatan.

2. Kuantitas suatu barang ekonomi yang dapat dibeli dengan semua harga

yang mungkin terjadi pada waktu itu dan sering disebut dengan kurva

permintaan.

3. Secara umum ilmu ekonomi permintaan merupakan keinginan seseorang

(21)

Pengaruh harga terhadap permintaan, mungkin hanya berlaku bagi

barang-barang kebutuhan manusia pada umumnya tetapi terhadap produk pariwisata agak

berbeda dan mungkin juga berlainan sama sekali. Banyak faktor yang dapat

mempengaruhi orang untuk melakukan perjalanan wisata pada suatu daerah tujuan

wisata tertentu. Faktor-faktor itu antara lain :

1. Pendapatan

Jumlah pendapatan seseorang setelah dikurangi dengan kewajiban pajak

atau kewajiban lainnya yang harus dibayar, baik kepada pemerintah

maupun pihak lainnya. Jadi pendapatan itu benar-benar bebas

dibelanjakan, karena semua kewajiban sudah dibayar lunas (tanpa hutang).

2. Waktu Senggang

Tersedianya waktu senggang juga akan mempengaruhi permintaan

terhadap produk industri pariwisata atau usaha perjalanan wisata. Banyak

orang sangat terikat dengan pekerjaannya, waktu senggang bagi mereka

yang bekerja tetap diperoleh dari cuti tahunan atau cuti panjang. Meskipun

tersedia uang, jika waktu senggang tidak ada perjalanan wisata tidak dapat

dilakukan.

3. Struktur Keluarga

Besar kecilnya jumlah keluarga mempengaruhi permintaan untuk

melakukan perjalanan wisata. Semakin kecil jumlah keluarga, semakin

besar kemungkinan keluarga itu untuk melakukan perjalanan.

4. Keamanan

Faktor keamanan sangat menentukan keinginan orang untuk melakukan

(22)

bersenang-senang bukan untuk mencati bahaya atau kesusahan. Sehingga diperlukan

keamanan yang terjamin.

5. Aksessiblitas

Faktor jarak dari daerah asal wisatawan dan daerah tujuan wisatawan

dapat mempengaruhi orang melakukan perjalanan wisata.

Pendekatan Biaya Perjalanan (Travel Cost Methods)

Menurut Davis dan Johnson (1987), pendugaan permintaan terhadap

manfaat intangible seperti rekreasi dapat dilakukan dengan pendekatan metode

biaya perjalanan. Metode tersebut berdasarkan pada kesediaan membayar dari

pengunjung (willingness to pay), dalam penilaian manfaat rekreasi dari sumber

daya hutan, pendekatan kesediaan membayar dilakukan dengan pendugaan kurva

permintaan yang menggambarkan kesediaan dari pengunjung untuk membayar

biaya yang perlu dikeluarkan untuk dapat menikmati suatu kegiatan rekreasi.

Secara umum, jumlah biaya perjalanan ini adalah termasuk biaya pulang

dan pergi ditambah dengan nilai uang dan waktu yang dihabiskan untuk

perjalanan dan rekreasi tersebut. Kemudian fungsi permintaan terhadap daerah

rekreasi tersebut diestimasi dengan menggunakan biaya perjalanan itu sebagai

representase dari nilai atau harga lokasi kunjungan itu, kalau lokasi perjalanan

adalah barang lingkungan maka besarnya biaya perjalanan dipandang sebagai nilai

yang diperoleh dari penyediaan barang lingkungan tersebut (Yoeti, 2002).

Selanjutnya Hufscmind et al. (1996), menyatakan bahwa dalam

permintaan rekreasi alam, semakin jauh tempat tinggal pengunjung dari suatu

(23)

semakin rendah. Sebaliknya untuk para pengunjung yang tempat tinggalnya dekat

dengan tempat rekreasi tersebut, maka permintaan semakin tinggi. Dalam

kaitannya dengan surplus konsumen, para konsumen yang datang dari tempat jauh

dengan biaya perjalanan yang mahal, dianggap memiliki surplus ekonomi yang

rendah, dan sebaliknya mereka yang bertempat tinggal lebih dekat dengan tempat

rekreasi dengan biaya perjalanan yang rendah memiliki surplus konsumen yang

lebih besar.

Surplus konsumen merupakan perbedaan antara jumlah yang dibayar oleh

pembeli untuk suatu produk dan kesediaan untuk membayar. Surplus konsumen

mencerminkan manfaat yang diperoleh karena dapat membeli semua barang pada

tingkat harga yang rendah yang sama (Hakim, 2004).

Analisis SWOT

Menurut PT. Inhutani IV (1996), analisis SWOT digunakan untuk

mengidentifikasi strategi yang perlu dikembangkan dalam rangka pengusahaan

ekowisata. Dalam penyusunannya dipertimbangkan berbagai kondisi internal

lokasi, yaitu strength dan weakness serta kondisi eksternal yaitu opportunity dan

threat. Analisis SWOT ini dirumuskan berdasarkan hasil studi pustaka,

wawancara dan pengamatan langsung di lapangan, selanjutnya hasil analisis ini

dipakai sebagai dasar untuk menyusun strategi dan operasionalisasi pengusaha

ekowisata.

Lundberg et al. (1997) menjelaskan bahwa proyek-proyek kepariwisataan

harus dilaksanakan setelah ditentukan tujuan dan sasaran strateginya. Suatu

(24)

Misi itu harus direncanakan dalam parameter-parameter strength (S, kekuatan),

weakness (W, kelemahan) dari organisasi kepariwisataan, opportunities

(O, kesempatan), threat (T, ancaman) dalam lingkungan. Suatu analisis sistematis

dari SWOT dimaksudkan untuk membantu organisasi mengenali

kesempatan-kesempatan yang sesuai dengan kekuatan yang ada, dalam hal ini untuk

menghindari kelemahan dan ancaman dari lingkungan.

(25)

KONDISI UMUM

Luas, Letak dan Batas-Batas Kawasan

Tangkahan merupakan sebuah kawasan di perbatasan Taman Nasional

Gunung Leuser di sisi Sumatera Utara. Kawasan Tangkahan terbagi kedalam

kawasan ekowisata yang meliputi kawasan hutan seluas 17.653 ha. Secara

geografis Kawasan Tangkahan berada pada 030 41' 01" LU, dan 980 4' 28,2" BT.

Sedangkan secara administrasi Kawasan Tangkahan termasuk kedalam Desa

Namo Sialang dan Desa Sei Serdang, Kecamatan Batang Serangan, Kabupaten

Langkat, Propinsi Sumatera Utara (Lembaga Pariwisata Tangkahan, 2005).

Kawasan yang akan dikembangkan sebagai kawasan ekowisata sebagian

berada di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, tepatnya pada Wilayah

Kerja Resort Tangkahan dan Resort Cinta Raja, Sub Seksi TNGL Wilayah-IV

Besitang, dengan batas-batas geografi adalah:

Sebelah Utara : Perkebunan kelapa sawit milik PTPN II kebun

Kuala Sawit

Sebelah Selatan : Perkebunan kelapa sawit milik PT. Ganda Permana

Sebelah Timur : Dusun Kuala Buluh

Sebelah Barat : Taman Nasional Gunung Leuser

Sedangkan batas-batas kawasan terdiri dari sungai

Batang Serangan, sungai Buluh dan perkebunan kelapa sawit

(26)

Karakterisitik Kawasan Fasilitas

Terdapat rakit penyeberangan di sungai Batang Serangan yang

menghubungkan ke sarana penginapan. Bamboo River Lodge memiliki 6 kamar

double dilengkapi kamar mandi Alex’s House dengan 8 kamar dan Mega Inn

dengan 4 kamar. Di masing-masing penginapan terdapat pendopo yang berfungsi

sebagai ruang pertemuan dan restoran (Kurniawan dan Burhanuddin, 2004).

Kunjungan

Pada hari libur banyak dikunjungi wisatawan domestik untuk rekreasi

mandi di sungai Batang Serangan dan sungai Buluh. Kawasan ini belum begitu

dikenal oleh wisatawan mancanegara namun sering dibawa oleh pemandu dari

Bukit Lawang (Kurniawan dan Burhanuddin, 2004).

Atraksi Wisata

Kawasan Tangkahan memiliki bentukan-bentukan alami yang dapat

menjadi potensi ekowisata. Beberapa potensi seperti sumber mata air panas di

Sei Buluh, Sei Sekucip dan Sei Glugur, air terjun Umang, air terjun Gambir, Gua,

Tebing, trekking, bersampan (kanoing) dan mengamati satwa merupakan potensi

unggulan bagi Kawasan Tangkahan. Paduan potensi sumberdaya alam dan aliran

sungai yang jernih, diyakini mampu mengundang decak kagum pengunjung

(27)

Kondisi Setempat Iklim

Suhu udara rata-rata 21,1º C – 27,5º C. Kelembaban nisbi 80% – 100%.

Musim hujan merata sepanjang tahun tanpa musim kering yang

berarti dengan curah hujan rata-rata 2000 – 3200 mm per tahun

(Kurniawan dan Burhanuddin, 2004).

Topografi

Berupa kawasan landai dan berbukitan dengan kemiringan yang bervariasi

(45% – 90%). Tangkahan berada pada ketinggian 130 – 200 mdpl, dengan jenis

tanah terdiri dari podsolik dan litosol (Kurniawan dan Burhanuddin, 2004).

Aksessibilitas

Jarak Tangkahan dari Medan ± 124 km melalui kota Tanjung Pura dengan

kondisi jalan yang baik. Jalur lain adalah melalui jalan memotong Stabat -

Simpang Sidodadi dengan jarak ± 95 km. Jalur ini sebagian jalannya dalam

keadaan rusak (13 km) terutama di kawasan perkebunan. Bus umum melayani

rute Medan menuju Tangkahan pada jam-jam tertentu dengan waktu tempuh

6 jam perjalanan . Rute ke Tangkahan dapat juga dilakukan sepanjang hari dengan

rute Medan - Kuala Sawit. Lokasi pemberhentian bus terakhir di Simpang Robert,

perjalanan menuju lokasi dilanjutkan dengan menggunakan ojek dengan waktu

tempuh 2 jam perjalanan.

(28)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu dilakukan

Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Ekowisata Tangkahan Kecamatan

Batang Serangan, Kabupaten Langkat. Dilaksanakan selama satu bulan yaitu pada

tanggal 19 Maret sampai 19 April 2007.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah kuisioner, kalkulator, alat tulis menulis

dan kamera. Bahan atau objek yang diperlukan adalah Kawasan Ekowisata

Tangkahan, para pengunjung yang datang selama penelitian serta pihak pengelola

Kawasan Ekowisata Tangkahan.

Pengumpulan Data Data Primer

Data yang dikumpulkan melalui observasi dan wawacara terhadap

reesponden di lapangan melalui data :

Karakteristik Pengujung

Data karektiristik pengujung yang dicatat adalah: nama, umur, jenis

kelamin, pekerjaan, pendidikan terakhir, pendapatan, tempat tinggal, tujuan

kunjungan, motivasi kunjungan dan cara melakukan kunjungan. Pengumpulan

data dilakukan melalui wawacara dengan menggunakan kuisoner dan observasi

(29)

yang lebih akurat dan mendalam dari responden. Pemilihan pengujung sebagai

responden dilakukan dengan cara random sampling ( secara acak ) yaitu cara

pengambilan elemen-eleme dari populasi sedemikian rupa sehingga setiap elemen

mendapatkan kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Pengambilan sampel ini juga dilakukan berdasarkan pertimbangan biaya,

tenaga dan waktu. Sehingga untuk menentukan ukuran sampel digunakan rumus

Slovin. (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000 )

n = 2

1 Ne

N

+

Keterangan :

n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

e = Batas ketelitian ( persentase kelonggaran ketelitian, karena kesalahan dalam

pengambilan sampel)

Jumlah total populasi yang di ambil berdasarkan pada jumlah kunjungan

di Kawasan Ekowisata Tangkahan pada tahun 2006 adalah 1671 orang

berdasarkan Lembaga Pariwisata Tangkahan, dengan batas ketelitian 10 %

(diambil karena merupakan batas maksimum ketidak telitian) sehingga jika

dimasukan dalam rumus Slovin diperoleh jumlah sampel sebanyak 94 orang.

Data Sekunder

(30)

Biaya perjalanan adalah jumlah total biaya yang dilakukan selama

melakukan kegiatan rekreasi. Perhitungan biaya perjalanan menurut Sudarsono

(1993) adalah sebagai berikut:

BP = BT + (BKr – BKh) + BD + BL

Keterangan:

BP = Biaya perjalanan (Rp/orang/hari kunjungan)

BT = Biaya transport (Rp)

BKr = Biaya konsumsi dikeluarkan selama kegiatan rekreasi (Rp/hari

kunjungan)

BKh = Biaya konsumsi harian yang dikeluarkan dalam keadaan normal

(Rp/hari kunjungan)

BD = Biaya dokumentasi (Rp)

BL = Biaya lain-lain (Rp)

Untuk mengetahui kurva permintaan, dibuat model permintaan yang

merupakan hubungan antara jumlah kunjungan per seribu penduduk daerah asal

(zona pengunjung dengan biaya perjalanan). Menurut Bahruni (1993) langkah

yang dilakukan dalam fungsi permintaan tersebut adalah:

1. Menentukan jumlah pengunjung tahun 2007 (JKT) berdasarkan data yang

ada di kantor Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT).

2. Menduga jumlah pengunjung berdasarkan daerah asal pengunjung.

Pi = x100% Y

(31)

Keterangan:

Pi = Persentase jumlah pengunjung zone-i (%)

Zi = Jumlah pengunjung zone-i (orang/tahun)

Y = Jumlah pengunjung seluruh zona

3. Menentukan biaya perjalanan rata-rata dari zona tertentu (BPRi) yang

ditentukan berdasarkan biaya perjalanan responden (Bpi).

BPRi = Ni

BPij n

i J

=

Keterangan:

BPRi = Biaya kunjungan rata tiap zona-i (Rp/hari orang kunjungan)

n= J

BPij 1

= Jumlah total biaya perjalanan ke-j dari zone-i

(Rp/hari orang kunjungan)

Ni = Jumlah total pengunjung pada zona-i (orang

kunjungan/tahun)

Data yang diperoleh dari hasil pengisian kuisioner dan wawancara dengan

pengunjung kemudian dinyatakan dalam persamaan permintaan rekreasi yang

menjelaskan pengaruh hubungan tingkat kunjungan per seribu penduduk dengan

biaya perjalanan. Dengan analisis regresi linier sederhana model persamaan yang

digunakan adalah :

(32)

Keterangan:

Y = Jumlah kunjungan per seribu penduduk dari masing-masing zonasi

(orang/kunjungan/tahun)

X = Biaya perjalanan rata-rata dari masing-masing zonasi

(Rp/orang/hari kunjungan)

b0 = intercept

b1 = Koefisien regresi dari X

b. Analisis SWOT

Analisis SWOT meliputi aspek strength (kekuatan), weakness (kelemahan)

opportunities (kesempatan/peluang), threat (ancaman) dilakukan secara deskriptif.

Tabel 1. Perumusan Strategi dengan Matrik SWOT

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Strengths (S) Weaknesses (W)

Opportunies (O) Strategi (SO) Strategi (WO)

(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Daerah Asal Pengujung

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden diperoleh data bahwa

pengunjung yang datang ke Kawasan Ekowisata Tangkahan berasal dari 5

zona/wilayah yaitu : Medan (27%), Binjai (31%), Stabat (5%), Batang Serangan

( 24%), dan Besitang (7%).

Cara Melakukan Kunjungan

Dalam melakukan kunjungan, umumnya responden datang ke Tangkahan

secara sendiri ( 16% ), kelompok ( 52.1 % ), dan selebihnya adalah rombongan

(34)

Tabel 2. Presentase Responden berdasarkan cara kunjungan

Pengunjung yang datang berkunjung ke Kawasan Ekowisata Tangkahan

rata-rata berumur 21-25 tahun ( 34.0 %) selanjutnya data tentang karakteristik

sosial ekonomi pengunjung dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Karakteristik Sosial Ekonomi Pengunjung

No. Identitas Jumlah Persentase (%)

1. Jenis kelamin

3. Pendidikan terakhir

• SD

• Pegawai negeri

• Pegawai swasta

(35)

• Wiraswasta

5. Penghasilan perbulan

• < 500.000

Tujuan responden yang datang ke Kawasan Ekowisata Tangkahan adalah

untuk rekreasi (88.3%), melewatkan waktu (2.1%), berkemah (2.1%), penelitian

(4.3%), lain-lain (3.2% ).

Tabel 4. Presentase Responden BerdasarkanMotivasi Kunjungan

No Motivasi Kunjungan Jumlah Persentase

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden bahwa tujuan mereka

datang berkunjung adalah untuk berekreasi sebanyak 88.3%, melewatkan waktu

sebanyak 2.1%, untuk berkemah sebanyak 2.1%, melakukan penelitian 4.3%, dan

melakukan kegiatan yang lain sebanyak 3.2%. Fandelin (1995) menyatakan

(36)

kegiatan dalam suatu kawasan wisata. Motivasi akibat dorongan fisik, seperti

rekreasi ataupun kegiatan bersenang-senang merupakan dominan yang

melatarbelakangi tujuan kunjungan wisata mereka.

Intensitas Kunjungan

Jumlah kunjungan dalam setahun responden ke ekowisata Tangkahan

dibagi kedalam tujuh kelompok yaitu: satu kali ( 66% ), dua kali ( 15.9% ), tiga

kali ( 9.6 %), empat kali ( 2.1% ), lima kali ( 4.2% ), > lima kali ( 3.2% ).

Tabel 5. Persentase Pengujung Berdasarkan Intensitas Kunjungan

No Intensitas Kunjungan

Nilai Wisata Ekonomi

Penentuan nilai ekonomi wisata berdasarkan pada pendekatan biaya

perjalanan yaitu, jumlah uang yang dihabiskan selama melakukan kunjungan

wisata ke Tangkahan. Biaya tersebut meliputi biaya transportasi pulang pergi,

biaya konsumsi selama melakukan rekreasi, biaya konsumsi harian, biaya

dokumentasi da lain-lain ( termasuk harga karcis ). Berdasarkan wilayah asal dan

biaya perjalanan wisata pengunjung tersebut dapat dibagi ke dalam 5 zona.

Rata-rata biaya perjalanan wisata masing-masing zona dapat dilihat pada tabel 6.

(37)

pengunjung pada tahun 2007 sebanyak 1080 orang. Hasil perhitungan dengan

menggunakan metode kuadrat terkecil dapat dilihat pada lampiran 4.

Tabel 6. Rata-rata Biaya PerjalananWisata Pengunjung

Zona Besarnya Biaya (Rp/Orang/Kunjungan) Transport

*) Konsumsi rekreasi – konsumsi harian

**) Harga karcis,dokumentasi,penyeberangan,penginapan, pemandu.

***) Angka dibulatkan

Berdasarkan dugaan jumlah pengunjung tahun 2007 diperoleh jumlah

pengunjung dari masing-masing zona bervariasi antara 54s/d 334 orang. Jumlah

pengunjung dari masing-masing zona selanjutnya ditransformasikan menjadi

jumlah kunjungan per 1000 penduduk. Data mengenai jumlah penduduk, rata-rata

biaya perjalanan wisata dan jumlah kunjungan per 1000 penduduk dapat dilihat

(38)

Tabel 7. Data Jumlah Penduduk, Rata-rata Biaya Perjalanan Wisata dan Jumlah Kunjungan per 1000 Penduduk

Zona Jumlah

Sumber : BPS Sumatera Utara (2006)

Dengan menyatakan hubungan antara jumlah kunjungan per 1000

penduduk (Y) dengan biaya perjalanan rata-rata pengunjung (X) dalam satuan

persamaan linear sederhana, diperoleh persamaan permintaan rekreasi dari

penduduk seluruh zonasi terhadap Kawasan Ekowisata Tangkahan sebagai berikut

Y = 11.82-0.00019(X)

Keterangan :

Y = Jumlah kunjungan per 1000 penduduk setiap zona

X = Biaya perjalana rata-rata tiap zona asal pengunjung (Rp/orang/kunjungan)

Untuk menduga nilai manfaat rekreasi dari Kawasan Ekowisata

Tangkahan digunakan perluasan metode biaya perjalanan dengan menggunakan

simulasi harga karcis (Clawson, 1987 dalam Davis dan Johnson, 1986) harga

karcis yang berlaku sekarang adalah Rp 1000.

Dalam penerapan perluasan metode biaya perjalanan dibuat simulasi harga

karcis dari Rp 1000 sampai Rp 33.000. pada masin-masing tingkat harga diduga

(39)

masing-masing zonasi ditambah dengan nilai simulasi harga karcis masuk sebagai

variabel bebas pada persamaan rekreasi. Hasil pendugaan jumlah kunjungan pada

berbagai tingkat harga karcis dapat dilihat pada lampiran 1 dan 2. selanjutnya

hasil pendugaan jumlah kunjungan pada tahun 2007 dapat dilihat pada lampiran 4.

Berdasarkan lampiran 3 bahwa semakin besar harga karcis yang

ditawarkan maka pengunjung yang datang untuk berkunjung semakin berkurang.

Pendugaaan nilai manfaat rekreasi dilakukan berdasrkan kesediaan membayar

para pengunjung untuk mendapatkan manfaat rekreasi yang diinginkan. Dengan

menggunakan perluasan metode biaya perjalanan dengan simulasi harga karcis

pada model pendugaan persamaan rekreasi yang didapatkan.

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa pengaruh biaya perjalanan (X)

terhadap permintaan rekeasi (Y) tidak nyata pada selang kepercayaan 95 %. Hasil

perhitungan untuk menentukan nilai koefisien dapat dilihat pada lampiran 5,

berdasarkan hasil yang diperoleh nilai t hitung = 1.2531 sedangkan ttabel = 2.0150,

maka t hitung < ttabel. Artinya pada tingkat nyata sebesar 5 % biaya perjalanan (X)

tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah wisatawan yang datang (Y).

Berdasarakan wawancara dengan pengunjung bahwa selama melakukan

perjalanan pengunjung hanya sedikit mengeluarkan biaya, karena di lokasi tidak

banyak warung yang menyediakan makanan, sementara warung yang

menyediakan barang-barang seperti souvenir/cendramata tidak ada.

Berdasarkan persamaan regresi linear sederhana yang telah didapatkan,

diperoleh nilai koefisien regresi sebesar – 0.00019, artinya penurunan biaya

perjalanan sebesar satu rupiah akan menaikkan jumlah kunjungan per seribu

(40)

menurunkan jumlah kunjungan per seribu penduduk untuk seluruh zona sebesar

0.00019 kali.

Dalam studi ini, simulasi harga karcis dilakukan dari Rp 1000 sampai

Rp 33.000, pada tarif masuk Rp 33.000 tingkat kunjungan adalah 0, yang berarti

tidak ada pengunjung yang bersedia membayar tarif karcis tersebut. Menurut

Sukirno (1994) penawaran lebih besar dari permintaan akan mengakibatkan harga

mengalami penurunan dan jumlah yang ditawarkan dipasar adalah melebihi

daripada yang diminta para pembeli.

Dari lampiran 3 dapat diketahui untuk tahun 2007 jika terhadap

pengunjung dikenakan harga karcis masuk yang berlaku sekarang ini yaitu

Rp 1000 jumlah pengunjung yang datang adalah 8087 orang/tahun dengan jumlah

penerimaan penjualan karcis sebesar Rp 8.087.000, sedangkan harga karcis yang

paling optimal yang akan mendatangkan penerimaan karcis yang maksimal adalah

Rp 15.000, pada tingkat harga karcis ini akan diperoleh penerimaan hasil

penjualan karcis sebesar Rp 32.745.000. Nilai jauh lebih besar dari penerimaan

yang akan diperoleh pada tingkat harga karcis sekarang. Rata-rata kesediaan

membayar dari pengunjung sebesar Rp 10.678. Kesediaan membayar dari

pengunjung akan bertambah jika kawasan tersebut dikelola dengan baik

sebaliknya akan berkurang jika pengelolaan terhadap kawasan tidak baik.

Peningkatan pelayanan akan menyebabkan menurunnya nilai kesediaan

membayar para pengunjung, hal ini akan menurunkan manfaat nilai rekreasi

(41)

Analisis SWOT

Kekuatan/ Daya Tarik (Strenght)

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan sebelumnya diketahui bahwa

Kawasan Ekowisata Tangkahan memiliki beberapa jenis wisata alam yang

ditawarkan diantaranya pemandangan alam (panorama), pesona sungai, sumber

air panas, dan tracking (berpetualang di hutan), thubing (menyusuri sungai dengan

ban karet), menyusuri Gua, serta beberapa jenis wisata lainnya. Dari hasil yang

didapat pengunjung datang dengan alasan ingin melihat dan menikmati keindahan

alam. Hal ini berarti keindahan alam merupakan daya tarik utama yang paling

disukai wisatawan, ditambah lagi dengan udara yang segar dan sejuk membuat

para wisatawan merasakan kenyamanan.

Kelemahan (Weakness)

Kelemahan yang menjadi kendala di kawasan ini terutama adalah kondisi

jalan menuju kawasan tersebut sangat buruk karena berupa jalan tanah dan

berbatu terutama dii jalur perkebunan karet, sehingga responden mengatakan jalan

rusak adalah faktor penghambat kunjungan mereka ke lokasi Ekowisata

Tangkahan. Ini adalah masalah dan menjadi penghambat bagi wisatawan untuk

berkunjung kembali. Untuk masalah kerusakan jalan dan memperbaikinya bagi

pihak pengelola dan masyarakat sudah berupaya mengajukan permohonan kepada

Pemda setempat, namun kurang mendapat tanggapan.

Disamping itu sebagian para pengunjung merasa bahwa fasilitas yang ada

kurang lengkap seperti tidak adanya toilet, tempat ibadah, sarana komunikasi, dan

(42)

dan menambah sarana dan prasarana yang ada sehingga para pengunjung merasa

lebih baik dan dapat menikmati wisata dengan nyaman.

Kelemahan lain yang juga terdapat di Kawasan Ekowisata tersebut adalah

masalah kebersihan, seperti sampah yang berserakan. Para pengunjung merasa

tidak nyaman dengan adanya sampah-sampah yang sebenarnya berasal dari

mereka sendiri. Walaupun pengelola sudah menyediakan tempat sampah, namun

disini kesadaran dari para pengunjung mengenai kebersihan masih kurang.

Kelemahan-kelemahan tersebut dianggap sebagai hal yang paling penting karena

bila tidak ditanggulangi maka akan berpengaruh terhadap minat dan ketertarikan

pengunjung untuk datang berkunjung kembali.

Peluang (Opportunity)

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari para pengunjung, Kawasan

Ekowisata Tangkahan memiliki peluang yang cukup baik untuk pengembangan

dan promosinya. Para pengunjung yang datang berasal dari berbagai daerah.

Menurut Yoeti (2002), semakin tersebarnya daerah asal wisata memberikan

dampak tersebarnya informasi baik yang bersifat positif maupun negatif, hal ini

memberikan peluang terjaringnya pengunjung dari kelompok lain bahkan

sebaliknya pengunjung akan berkurang jika objek wisata yang ditinjau tidak

memuaskan. Peluang berikutnya adalah Kawasan Ekowisata Tangkahan ini

menjadi objek wisata bagi pelajar/mahasiswa, instansi-instansi lain dan menjadi

objek wisata bagi masyarakat umum dengan berada langsung di alam terbuka.

Maka dari itu untuk meningkatkan kualitas dari kawasan tersebut perlu

(43)

dapat berkembang dengan baik. Adapun pengembangan yang diharapkan antara

lain:

• Adanya peningkatan pengelolaan dan perawatan sarana dan prasarana

agar pengunjung merasa nyaman dan puas.

• Perlu diadakannya kerjasama dengan lembaga pendidikan atau lembaga

lainnya.

• Perlu dibuat miniatur lokasi di kantor Lembaga Pariwisata Tangkahan

(LPT).

• Perlu adanya perbaikan sarana transportasi.

Dengan adanya pengembangan dan pembangunan yang sesuai dengan

keinginan pengunjung diharapkan dapat memberikan dampak positip terhadap

jumlah pengunjung dan penyebaran informasi/promosinya. Untuk penyebaran

informasi baik di dalam maupun di luar daerah bisa dilakukan melalui brosur dan

internet. Cara ini dinilai cukup efektif karena selain mudah dan cepat

penyebarannya juga tidak membutuhkan biaya yang besar.

Ancaman (Threat)

Ada beberapa hal yang menjadi ancaman bagi kelangsungan kelestarian

Kawasan Ekowisata Tangkahan untuk tetap dikunjungi para pengunjung terutama

terjadinya kerusakan vegetasi dan punahnya satwa karena banyaknya para

pengunjung yang melakukan kerusakan. Hal ini merupakan suatu ancaman yang

dapat mempengaruhi minat wisata untuk berkunjung ke Kawasan Ekowisata

Tangakahan. Pengunjung berpendapat hilangnya keindahan alam karena tidak

adanya perawatan merupakan suatu hal yang penting dalam mendukung

(44)

Untuk mengatasi/mengantisipasi hal ini diharapkan kebijakan penglola

dan pemerintah setempat untuk memberikan himbauan terhadap pengunjung

maupun masyarakat di kawasan tersebut. Untuk menjaga keindahan alam dan

kebersihan lokasi maka perlu dilakukan penyediaan fasilitas kebersihan dan

pekerja kebersihan sehingga upaya pembersihan dapat dilakukan secara optimal.

Hal-hal yang menjadi ancaman adalah banyaknya daerah-daerah tujuan

wisata lainnya, baik disekitar Kabupaten Langkat maupun di Sumatera Utara

secara keseluruhan sehingga dapat mengurangi peluang Kawasan Ekowisata

Tangkahan untuk dikunjungi oleh para pengunjung. Mengingat Sumatera Utara

mempunyai banyak objek-objek wisata yang cukup menarik apabila produk/jasa

wisata yang ditawarkan oleh objek wisata lain lebih bervariasi,menarik dengan

biaya yang lebih murah, maka para pengunjung akan lebih tertarik mengunjungi

objek wisata tersebut.

Ancaman lainnya disebabkan oleh bencana alam yang sering terjadi di

Indonesia seperti banjir, gempa bumi dan lainnya, dapat mengurangi minat para

pengunjung untuk berwisata ke tempat yang rawan terjadinya bencana alam

seperti di daerah pegunungan, pantai, dan sungai. Menurut Rangkuti (1997),

strategi pengembangan dapat berupa pengembangan pasar, peningkatan kualitas

dan kualitas serta fasilitas lainnya. Beberapa alternatif strategi dapat dilihat pada

(45)

Tabel 8. Ringkasan SWOT

Faktor-faktor Strategi Eksternal Peluang

- Daerah asal wisata cukup beragam - Potensi wisara cukup tinggi

- Menjadi objek wisata bagi masyarakat umum yang suka berpetualang

Faktor-faktor Strategi Internal Kekuatan

- Kawasan Ekowisata Tangkahan memiliki panorama yang indah dengan kesejukan alam yang asri - Pesona air terjun, pesona sungai - Sumber air panas (belerang) yang

dipercaya sebagai obat penyakit kulit

Ancaman

- Adanya daerah tujuan wisata lain - Bencana alam

- Kurang tertibnya pengunjung

- Rusaknya vegetasi dan punahnya satwa

Kelemahan

- Kondisi jalan yang sangat buruk - Minimnya transportasi

- Fasilitas kurang memadai - Kebersihan kawasan (sampah) - Kurangnya sumber daya manusia - Kurangnya informasi dalam lokasi

Strategi SO merupakan strategi jalan pikiran pengelola yang menggunakan

kekuatan untuk memanfaatkan peluang, dengan daya tarik yang dimiliki,

penyebaran informasi di dalam dan diluar daerah dapat terlaksana mengingat

daerah asal wisata yang beragam. Namun, pengembangan pasarnya lebih

ditekankan pada daerah asal pengunjung yang dominan yaitu Binjai, Medan,

Stabat, Besitang, dan Batang Serangan. Didukung pula lokasi yang cukup

strategis sehingga memperbesar para pengunjung untuk berkunjung. Selain itu

dengan meningkatkan kualitas jasa rekreasi sesuai dengan daya teriknya serta

potensi yang dimiliki akan menambah promosi dan ketertarikan Lembaga tertentu

untuk menjalin kerja sama. Dengan diadakannya perlombaan yang berkaitan

dengan alam seperti tracking, panjat tebing, thubing, secara langsung dapat

mempromosikan objek-objek yang ada untuk para petulang.

Strategi WO merupakan strategi pemanfaatan peluang yang ada dengan cara

mengatasi kelemahan yang dimiliki. Kelemahan yang ada dapat diminimalisir

(46)

yang ada, perbaikan jalan umum, penambahan tempat sampah, pemnambahan

sarana transportasi menuju kawasan, penambahan sarana penyeberangan,

penambahan kamar mandi, dan lapangan parkir. Meningkatkan kualitas sumber

daya manusia yang ada sehingga para pengunjung akan lebih tertarik berkunjung

dan diharapkan Lembaga tertentu akan merasa tertarik pula untuk melakukan

kerja sama.

Strategi ST merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk

mengatasi ancaman, maka perlu dilakukan pengembangan variasi wisata serta

peningkatan mutu pelayanan sehingga diharapkan pengunjung tetap memiliki

minat besar untuk berkunjung, dengan menawarkan produk dengan kemasan

wisata dan menggalang kerjasama yang baik dengan Lembaga Kepariwisataan

Kabupaten dan Propinsi. Selain itu ancaman terhadap rendahnya kualitas

masyarakat dapat diatasi dengan melakukan pembinaan kepada masyarakat,

sedangkan untuk mengatasi ancaman bencana alam kita dapat memberi imbauan

kepada pengunjung, staf dan masyarakat agar selalu menjaga kelestarian alam

tersebut.

Strategi WT merupakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk

menghindari ancaman dengan adanya papan informasi serta paringatan dalam

lokasi wisata dapat menghindari ancaman yang dapat merusak keindahan dalam

lokasi serta mengurangi adanya pengunjung yang kurang tertib. Dengan

meningkatkan kualitas sarana papan larangan, rambu-rambu atau papan informasi

mengenai lokasi kawasan Ekowisata Tangkahan dan prasarana serta pegawai

kebersihan serta pemandu wisata, berarti telah meminimalisir kelemahan sehingga

(47)

Tabel 9. Analisis dengan Menggunakan Matriks SWOT

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Kekuatan/S Kelemahan/W

- Kawasa Ekowisata Tangkahan memiliki panorama yang indah dengan kesejukan alam yang asri

- Pesona air terjun, pesona sungai - Sumber air panas (belerang)

yang dipercaya sebagai obat penyakit kuli

- Kondisi jalan yang sangat buruk

- Minimnya transportasi - Fasilitas kurang memadai

- Kebersihan kawasan (sampah)

- Kurangnya sumber daya manusia

- Kurangnya informasi dalam lokas

Peluang/O Strategi S/O Strategi W/O

- Daerah asal wisata cukup beragam

- Potensi wisata cukup tinggi - Menjadi objek wisata bagi

masyarakat umum yang suka berpetualang

- Pengembangan pasar antar daerah

- Meningkatkan kualitas jasa rekreasi untuk promosi

- Kerjasama dengan Lembaga tertentu

- Diadakan perlombaan seperti tracking, panjat tebing dan lain-lainnya

- Memperbaiki fasilitas wisata

- Penambahan fasilitas wisata

- Meningkatkan kualitas dan kuantitas sdm

- Perbaikan jalan umum

Ancaman/T Strategi S/T Strategi W/T

- Adanya daerah tujuan wisata lain

- Bencana alam

- Kurang tertibnya pengunjung - Rusaknya vegetasi dan

punahnya satwa

- Meningkatka mutu pelayanan dengan pengembangan variasi wisata

- Menawarkan produk dengan kemasan wisata dan menggalang kerjasama yang baik dengan Lembaga Kepariwisataan

- Tetap mempertahankan objek-objek yang menjadi daya tarik pengunjung

- Memberikan imbauan kepada masyarakat, pengunjung da staf.

- Menambah papan informasi dan peringatan

dalam lokasi wisata

- Meningkatkan kualitas dan kuantitas saran dana prasarana

- Meningkatkan fasilitas sarana perhubungan dan komunikasi

Dari matriks SWOT tersebut maka dapat dilihat secara garis besar

bentuk-bentuk alternatif strategi yang dapat dilakukan dalam upaya pengembangan di

Kawasan Ekowisata Tangkahan. Namun, untuk aplikasinya merupakan wewenang

dan tanggung jawab dari pihak pengelola, pemerintah daerah, serta masyarakat

setempat yang secara tidak langsung turut berperan serta dalam melestarikan

(48)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pendugaan nilai rekreasi berdasarkan metode biaya perjalanan pada tahun

2007 dengan jumlah pengunjug 8087, akan diperoleh hasil penerimaan

penjualan karcis sebesar Rp 8.087.000/tahun dengan harga karcis sebesar

Rp 1000. Rata-rata kesediaan membayar pengunjung adalah Rp 10.687.

2. Kawasan Ekowisata Tangkahan memiliki kekuatan panorama yang indah

dengan kesejukan alam yang asri yang membuat suasana jadi segar dan

nyaman dengan peluang lokasi cukup strategis, potensi wisata cukup

tinggi. Kelemahan utama adalah masalah sampah, transportasi yang

minim, fasilitas kurang memadai, kondisi jalan yang rusak, kurangnya

sdm, kurangnya informasi dalam lokasi. Ancamannya adalah bencana

alam, daerah-daerah tujuan wisata lainnya, rendahnya kualitas masyarakat

dan kurang tertibnya pengunjung.

Saran

1. Untuk meningkatkan nilai ekonomi wisata diperlukan pengelolaan

kawasan wisata yang lebih baik, antara lain merawat sarana dan prasarana

yang telah ada.

2. Pemerintah dapat bekerjasama dengan pihak swasta dalam upaya

pengembangan kegiatan pariwisata yang telah ada.

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Bahruni. 1999. Penilaian Sumberdaya Hutan dan Lingkungan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Badan Pusat Statistik Kota Medan. 2006. Medan Dalam Angka 2006. Badan Pusat Statistik Kota Medan dengan Badan Perencanaan Pembangunan Kota Medan. Medan

Davis, L.S., and Jhonson. 1987. Forest Management. Mc Graw Hill Book Company. New York

Dewi,R. 2005. Prospek Pengelolaan Fasilitas Rekreasi di Taman Hutan Raya DR. Muhammad Hatta PropinsiSumatera Barat. Skripsi. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian USU. Tidak Diterbitkan

Dirjen Pariwisata. 1995. Proyek Pengembangan Pariwisata Sumatera Utara. CV. Miko Yove Consultan Engeneering. Medan

Fandeli,C., dan Mukhlison. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Fandeli. 1995. Kepariwisataan Alam. Liberti. Yogyakarta

Hakim, L. 2004. Dasar-Dasar Ekowisata. Bayumedia Publishing. Malang

Hufscmid. MM. DE. James, A.D. Meister, B.T. Bower, J.A. Dixon. 1996. Lingkungan sistem Alami dan Pembangunan. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta

Ichwandi. 1996. Nilai Ekonomi Sumberdaya Hutan dan Lingkungan. Fakultas Kehutanan. Bogor

Kurniawan, J dan Burhanuddin. 2004. Pengembangan Ekowisata di Kawasan Ekosistem Leuser : Salah Satu Pendekatan dalam Upaya Pelestarian Kawasan Ekosistem Leuser. Unit Manajemen Leuser. Medan

Kusmayadi., dan Sugiarto. E. 2000. Metodologi Penelitian dalam Bidang Kepariwisataan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Lembaga Pariwisata Tangkahan. 2005. Laporan Data Pengunjung. Tangkahan

(50)

Rangkuti, F. 1997. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Surdasono. 1983. Pengantar Ekonomi Mikro. LP3ES. Pustaka. Jakarta

Sukirno, S., 1994. Pengantar Teori Mikroekonomi. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Supranto, J., 1994. Statistik : Teori dan Aplikasi. Erlangga. Jakarta

(51)

Lampiran 1.Hasil Pendugaan Jumlah Kunjungan per 1000 Penduduk pada Berbagai Tingkat Harga Karcis Masuk di Kawasan Ekowisata

Tangkahan

Harga Karcis (Rp)

Jumlah Kunjungan (orang) berdasarkan zona asal Binjai Medan Btg.

Serangan

Besitang Stabat

1000

Lampiran 2. Hasil Pendugaan Jumlah Kunjungan Berbagai Tingkat Harga Karcis Masuk di Kawasan Ekowisata Tangkahan

Harga Karcis (Rp)

Jumlah Kunjungan (orang) Berdasarkan Zona Asal Binjai Medan Btg,

Serangan

Besitang Stabat Total

(52)

Lampiran 3. Pendugaan Jumlah Kunjungan Kawasan Ekowisata Tangkahan Tahun 2007 Berdasarkan Trend Kuadrat Terkecil

Tahun X Y XY X2

Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah pengunjung sebesar 770

orang.

Persamaan trend linear Y = 2620 – 770 (X)

Untuk meramalkan jumlah pengunjung (Y) tahun 2007, nilai X = 2, dimasukkan

ke dalam persamaan di atas , maka :

Y = 2620 - 770 (2)

= 1080

(53)

Lampiran 4. Hasil Pengolahan Data dengan Regresi

X y

45,000 0.7

57,000 1.23

29,500 7.16

42,000 0.11

45,129 8.75

SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics

Multiple R 0.457111

R Square 0.208951

Adjusted R

Square -0.05473

Standard Error 4.152778

Observations 5

ANOVA

df SS MS F Significance F

Regression 1 13.66592 13.66592 0.792431 0.438945

Residual 3 51.73668 17.24556

Total 4 65.4026

Coefficients

Standard

Error t Stat P-value Lower 95%

Intercept 11.8265 9.437113 1.253191 0.298917 -18.2066

45,000 -0.00019 0.000212 -0.89019 0.438945 -0.00086

Upper 95% Lower 95.0% Upper 95.0%

41.85963648

-18.20662905 41.85963648

0.000485053

(54)

Lampiran 5. Hasil Pendugaan jumlah Pengunjung per 1000 Penduduk Berbagai Karcis

Harga Binjai Medan Btg,

Serangan

Besitang Stabat

(55)

Lampiran 6. Hasil Pendugaan Jumlah Pengunjung Berbagai Tingkat Harga Karcis di Kawasan Ekowisata Tangkahan

Harga Binjai Medan Btg. Serangan

Besitang Stabat Total

(56)

Lampiran 6. Dokumentasi

Gambar 1. Papan Nama Kawasan Ekowisata Tangkahan

Gambar 2. Pintu Masuk Kawasan Ekowisata Tangkahan

(57)

Gambar 4. Tangga Turun Menuju Kawasan

Gambar 5. Getek sebagai Sarana Penyeberangan

(58)

Gambar 7. Aktivitas Pengunjung di Air Panas

Gambar 8. Air Terjun Garud

(59)

Gambar 10. kegiatan Thubing

Gambar 11. Gajah

(60)

Gambar 13. Penginapan Bambu River

(61)

Gambar 15. Keindahan Alam di Kawasan Ekowisata Tangkahan

(62)

Gambar

Tabel 1. Perumusan Strategi dengan Matrik SWOT
Tabel 2. Presentase Responden berdasarkan cara kunjungan
Tabel 4. Presentase Responden BerdasarkanMotivasi Kunjungan
Tabel 5. Persentase Pengujung Berdasarkan Intensitas Kunjungan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data timbulan dan karakteristik fisik sampah di TPA Tamangapa maka pengolahan sampah yang dapat dilakukan adalah daur ulang untuk sampah kertas dan

menyatakan setuju ingin memberikan informasi yang dibutuhkan klien mengenai kontrasepsi, 70% responden setuju ingin meningkatkan kemampuan dalam hal konseling, dan

Penelitian ini bertujuan memahami dampak stigmatisasi dalam hubungannya dengan perilaku kekerasan terhadap penderita; serta untuk mengetahui perilaku kekerasan yang dilakukan

maupun tingkah laku. Media pembelajaran audiovisual dalam bentuk diktat kartun adalah media yang menarik dan menyenangkan untuk digunakan dalam proses pembelajaran,

Untuk PT B yang terjadi adalah perusahaan tersebut melaporkan bahwa usaha pokoknya adalah pengolahan sawit yang terintegrasi dengan pengolahannya, namun setelah

Salah satu tindakan yang dapat disebut dengan manajemen profesional tercermin dalam pengambilan keputusan yang tepat, dan akuntansi manajemen dapat membantu

program program pembuatan minuman kesehatan dilakukan dengan tuuan untuk memberikan informasi kepada warga Dusun Karang tentang akan diadakan penyuluhan dan

Judul Prosiding : Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Petemakan Berkelanjutan ke-9 &#34;Tantangan Dunia Petemakan dalam Meningkatkan Nilai Tambah dan Daya Saing Sumber