• Tidak ada hasil yang ditemukan

Langkah-langkah eksternal:

B. PEMBAHASAN MASALAH

1. Untuk mengetahui perbandingan realisasi dan target penerimaan pajak di KPP Pratama Surakarta sebelum dan sesudah Reformasi Birokrasi

Reformasi Birokrasi Perpajakan merupakan suatu sistem yang dicetuskan oleh pemerintah yang pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

liv

pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan. Reformasi Birokrasi Perpajakan sudah dicanangkan sejak lama tetapi baru dilaksanakan pada tahun 2007. Salah satu KPP Pratama yang terkena dampak dari perubahan sistem ini adalah KPP Pratama Surakarta dimana KPP Pratama di kota Solo ini mempunyai peningkatan penerimaan pajak yang sangat signifikan setelah adanya Reformasi Birokrasi Perpajakan. Maka dari itu untuk mengetahui perbandingan antara realisasi dan target penerimaan pajak baik sebelum reformasi maupun setelah reformasi birokrasi perpajakan yaitu:

a. Rumus untuk mengetahui tingkat efektivitas penerimaan pajak:

b. Rumus untuk mengetahui tingkat pertumbuhan penerimaan pajak (Halim, 2004):

Keterangan:

r = Laju Pertumbuhan

pt = Realisasi penerimaan Pajak tahun berikutnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lv

lv

Berikut adalah tabel perbandingan penerimaan pajak yang ada di KPP Pratama Surakarta sebelum dan setelah reformasi birokrasi perpajakan.

Tabel II.2

Efektivitas Penerimaan Pajak di Kota Surakarta berdasar Jenis-jenis Pajaknya dari tahun 2007-2010

(dalam Rupiah)

a. PPH

Tahun Target Realisasi

Efektivitas (%) 2007 337.380.268.031 267.259.922.919 79,22 2008 325.862.846.057 321.289.687.287 98,60 2009 346.315.388.302 359.865.369.377 103,91 2010 409.059.269.449 400.062.048.835 97,80

Berdasar data diatas dapat dilihat bahwa tingkat efektivitas penerimaan PPH di KPP Pratama Surakarta belum efektif setiap tahunnya. Hal ini disebabkan tidak semua target penerimaan PPH yang telah ditetapkan dapat tercapai, hanya pada tahun 2009 saja target penerimaan PPH dapat tercapai dikarenakan efektivitas penerimaan PPH telah efektif yaitu sebesar 103,91% yang berarti telah melampaui target yang ditetapkan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lvi

Untuk target penerimaan PPH yang tidak tercapai misal pada tahun 2007 efektivitas penerimaan PPH hanya sebesar 79,22%, . Pada tahun 2008 efektivitas penerimaan PPH juga belum efektif karena efektivitasnya sebesar 98,60%. Dan pada tahun 2010 efektivitas penerimaan PPH juga belum efektif karena efektivitasnya sebesar 97,80%.

b. PPN dan PPnBM

Tahun Target Realisasi

Efektivitas (%) 2007 143.964.528.467 149.606.922.568 103,92 2008 187.565.540.420 158.505.745.364 84,51 2009 186.844.111.162 166.575.827.878 89,15 2010 246.794.133.780 163.518.678.447 66,26

Berdasar data diatas penerimaan PPN dan PPnBM dapat dikatakan tidak stabil. Pada tahun 2007 target telah tercapai yaitu sebesar 103,92% akan tetapi secara umum dari tahun 2008 sampai tahun 2010 malah sebaliknya target tidak dapat tercapai. Bahkan pada tahun 2010 terjadi penurunan sebesar Rp 3.057.149.431,- atau 22,89% dari realisasi di tahun 2009. Penurunan terjadi disebabkan karena tidak meningkatnya volume tingkat penjualan baik penjualan berupa barang maupun jasa di Kota Solo pada tahun 2010.

c. PBB dan BPHTB

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lvii lvii (%) 2007 2008 - 64.025.655.000 - 60.853.382.314 - 95,05 2009 75.087.137.000 75.179.040.812 100,12 2010 81.838.013.212 86.115.353.243 105,23

Berdasar data diatas PBB dan BPHTB di Kota Solo selalu mengalami peningkatan realisasi setiap tahunnya. Dapat dilihat setiap tahun target yang ditetapkan selalu tercapai. Hanya pada tahun 2008 saja yang targetnya tidak tercapai karena hanya sebesar 95,05%. Tetapi secara umum realisasi PBB dan BPHTB di Kota Solo terus meningkat. Banyaknya pembangunan berupa gedung-gedung bertingkat seperti mall, apartemen dan gedung perkantoran menjadi salah satu faktornya.

d. Pendapatan atas Pajak Lainnya

Tahun Target Realisasi

Efektivitas (%) 2007 21.719.913.500 18.502.523.206 85,19 2008 16.680.633.571 19.270.704.516 115,53 2009 17.140.054.318 20.105.177.168 117,30 2010 24.589.695.795 21.549.903.724 87,64

Berdasar data diatas Pendapatan atas Pajak Lainnya di Kota Solo tingkat efektivitasnya tidak tercapai. Misal pada tahun 2007 belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lviii

tercapai karena efektivitasnya hanya sebesar 85,19% dan tahun 2010 target juga tidak tercapai dan hanya sebesar 87,64%. Akan tetapi pada tahun 2008 target dapat tercapai yaitu target yang ditetapkan sebesar Rp 16.680.633.571,- menjadi realisasinya sebesar Rp 19.270.704.516,- atau 115,53% . Pada tahun 2009 telah melampaui target sebesar 117,30%. Faktor yang mempengaruhi tidak stabilnya Pajak Lainnya yaitu setiap tahun mungkin transaksi keuangan yang dilakukan tidak tentu atau berubah-ubah. Seperti penjualan bea materai. Bea materai tidak selalu digunakan hanya apabila ada pembuatan perjanjian, kontrak, dan surat pernyataan yang bersifat resmi saja baru digunakan.

Dari semua penjelasan-penjelasan diatas serta perbandingan antara realisasi dengan target dari tahun ke tahun berdasar jenis pajaknya maka dapat disimpulkan bahwa tingkat efektivitas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta secara umum setelah adanya Reformasi Birokrasi Perpajakan mengalami peningkatan penerimaan pajaknya.

Tabel II.3

Tingkat Pertumbuhan Penerimaan Pajak di Kota Surakarta berdasar Total Penerimaan Pajak dari tahun 2006-2010

(dalam Rupiah)

Tahun

Realisasi Tahun ke-n (Pt) Realisasi Tahun Sebelumnya (Po) Pt-Po r 2006 439.636.237.380 - - -

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lix lix 2007 435.369.368.694 439.636.237.380 - 4.266.868.700 - 0,97% 2008 559.919.519.481 435.369.368.694 124.550.150.787 28,61% 2009 621.725.415.235 559.919.519.481 61.805.895.754 11,04% 2010 671.245.984.249 621.725.415.235 49.520.569.014 7,97%

Berdasar data diatas tingkat pertumbuhan penerimaan pajak di Kota Solo dari tahun ke tahun secara umum juga mengalami peningkatan. Misal pada tahun 2008 mengalami peningkatan yang sangat signifikan yaitu sebesar Rp 559.919.519.481,- atau 28,61%. Tahun 2009 juga mengalami peningkatan tetapi tidak setinggi tahun 2008 yaitu sebesar Rp 621.725.415.235,- atau 11,04%. Tahun 2010 pun juga mengalami peningkatan tetapi peningkatan tersebut juga hanya sebesar Rp 671.245.984.249,- atau 7,97% dibanding dengan realisasi tahun sebelumnya yang sebesar Rp 621.725.415.235,-. Sedangkan pada tahun 2007 justru mengalami penurunan yang drastis bahkan hingga menyebabkan minus di tahun tersebut. Laju pertumbuhan di tahun 2007 sangat rendah yaitu sebesar -0,97% hal ini disebabkan tidak tercapainya realisasi PPH Pasal Final dan Fiskal Luar Negeri dengan targetnya yang ternyata mempunyai selisih sebesar Rp 90.049.506.864,-.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lx Gambar II.2

Grafik Pertumbuhan Penerimaan Pajak di Kota Surakarta berdasar Total Penerimaan Pajak dari tahun 2006-2010

2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pengaruh Reformasi Birokrasi Perpajakan terhadap penerimaan pajak di KPP Pratama Surakarta.

Reformasi Birokrasi Perpajakan pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan. KPP Pratama Surakarta salah satu KPP Pratama yang telah melakukan pembaharuan tersebut. Pada awalnya yang semula berbasis jenis pajak sekarang berubah menjadi berbasis fungsi yaitu seperti fungsi pengawasan dan konsultasi, pemeriksaan, maupun penagihan pajak. Sistem ini lebih mengedepankan aspek pelayanan sehingga lebih mempermudah masyarakat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxi

lxi a. Kelebihan:

1) Dengan adanya perubahan fungsi yang awalnya berdasar jenis pajak sekarang menjadi fungsi pengawasan dan konsultasi, pemeriksaan, ekstensifikasi maupun penagihan pajak, maka kinerja pegawai dapat terorganisir dan tertata dengan baik.

2) Setelah adanya Reformasi Birokrasi Perpajakan pertumbuhan penerimaan pajak di KPP Pratama Surakarta secara umum meningkat. 3) Jika ada pegawai atau oknum-oknum tertentu yang ingin melakukan

kecurangan-kecurangan akan terdeteksi oleh sistem. b. Kekurangan:

1) Ada beberapa pegawai tidak mau mengikuti perubahan/ reformasi yang telah ditetapkan pemerintah, sehingga pelaksanaan sistem Reformasi Birokrasi Perpajakan tidak terlaksana secara optimal.

2) Sumber daya manusia di Direktorat Jenderal Pajak masih banyak yang tidak siap untuk di asah keterampilannya terutama untuk masalah Teknologi Informasi (TI).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxii BAB III

TEMUAN

Berdasarkan pembahasan mengenai Pengaruh Reformasi Birokrasi Perpajakan terhadap Penerimaan Pajak di KPP Pratama Surakarta, maka penulis dapat mengemukakan beberapa kelebihan dan kelemahan yang ada pada pembahasan tersebut. Adapum kelebihan dan kelemahan tersebut adalah sebagai berikut:

A. KELEBIHAN

1. Dengan adanya perubahan fungsi yang awalnya berdasar jenis pajak sekarang menjadi fungsi pengawasan dan konsultasi, pemeriksaan, ekstensifikasi maupun penagihan pajak, maka kinerja pegawai pajak lebih dapat terorganisir dan tertata dengan baik karena penanganan berdasarkan fungsi.

2. Setelah adanya Reformasi Birokrasi Perpajakan pertumbuhan penerimaan pajak di KPP Pratama Surakarta secara umum meningkat.

3. Jika ada pegawai atau oknum-oknum tertentu yang ingin melakukan kecurangan-kecurangan akan terdeteksi oleh system dan dengan adanya Direktorat Khusus yang memberikan pengawasan kepada pegawai yaitu Direktorat Jenderal Pajak KITSDA (Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya Aparatur).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxiii

lxiii B. KELEMAHAN

1. Ada beberapa pegawai yang masih memiliki pola pikir dan moral yang kurang baik, sehingga masih berusaha mencari celah dari sistem yang telah diperbaharui sekarang ini. Hal ini menjadikan pelaksanaan sistem Reformasi Birokrasi Perpajakan tidak terlaksana secara optimal.

2. Sumber Daya Manusia (SDM) di Direktorat Jenderal Pajak masih banyak yang tidak siap untuk di asah keterampilannya terutama untuk masalah Teknologi Informasi (TI). Dalam masalah ini banyak SDM yang merupakan generasi tua yang tidak mau tahu/ tidak mau belajar lagi karena mereka merasa sebentar lagi akan pensiun.

3. Penggunaan sistem komputerisasi yang berbasis jaringan tidak didukung dengan tersedianya batewith yang optimal dan kadang sering terjadi gangguan pada saat sibuk lalu komputer menjadi lelet.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxv lxv BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta maka Pengaruh Reformasi Birokrasi Perpajakan terhadap Penerimaan Pajak di KPP Pratama Surakarta dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Setelah adanya Reformasi Birokrasi Perpajakan pertumbuhan penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta selalu mengalami peningkatan, tapi keadaan tersebut tidak selalu terjadi tergantung dari target yang ditentukan Kantor Pusat dan juga kondisi sektor ekonomi Wajib Pajak Di Kota Solo.

2. Sistem Reformasi Birokrasi Perpajakan mempermudah para pegawai untuk melaksanakan tugas-tugas perpajakan serta tanggung jawabnya dalam melayani kepentingan masyarakat yang sudah tercantum di SOP (Standar Operasi Prosedur) dan Sistem penyelesai kegiatan melalui aplikasi perpajakan.

3. Penerimaan pajak dari PBB dan BPHTB tiap tahunnya selalu mengalami peningkatan, sedangkan untuk penerimaan pajak dari PPH, PPN dan PPnBM, serta Pendapatan atas Pajak Lainnya berfluktuasi terjadinya dari kondisi sektor ekonomi yang ada di Kota Solo.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxvi B. REKOMENDASI

Berdasarkan pada kelemahan-kelemahan yang dibuat oleh penulis maka penulis memberikan saran dan rekomendasi yang diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan penerimaan pajak di Kota Surakarta, yaitu:

1. Memberikan pengarahan-pengarahan secara intensif dan persuasif kepada pegawai-pegawai yang tidak ingin mengikuti perubahan/ reformasi sehingga para pegawai mengerti dengan apa yang digulirkan pemerintah tentang Reformasi Birokrasi Perpajakan.

2. Pegawai yang masih belum bisa mengoperasikan komputer dengan benar diberi pelatihan secara khusus.

3. Untuk menghindari trouble dalam hal penggunaan komputer atau internet sebaiknya ada penambahan fasilitas seperti ada tambahan bathwith dan komputer yang mempunyai spesifikasi lebih baik.

4. Memberian insentif khusus terhadap pegawai yang mampu meningkatkan penerimaan pajak setinggi-tingginya agar meningkatkan motivasi kerja pegawai.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxvii

lxvii DAFTAR PUSTAKA

Balai Pustaka. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional.

Halim, Abdul. 2004. Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: AMP YKPN.

http://www.kejaksaan.go.id/. Pengertian Reformasi Birokrasi. Tgl 10 April 2011.

http://www.pajak.go.id/. Direktorat Jenderal Pajak. Tgl 10 April 2011.

http://www.wploan.com/. Pengertian Pajak. Tgl 10 April 2011.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 30/KMK.01/2007 tentang Reformasi Birokrasi Departemen Keuangan

KOMPAS, 26-11-2005

Mardiasmo. 2008. Perpajakan Edisi Revisi 2008. Yogyakarta: Andi Offset.

Moleong, L. J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remadja Rosda.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxviii

Prakosa, Bambang. 2003. Pajak dan Retribusi Daerah (Edisi Revisi). Yogyakarta: UII Press.

Ranadireksa, Hendarmin. 2007. Dinamika Konstitusi Indonesia. Jakarta: Fokusmedia.

Suandi, Erly. 2002. Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat.

Sukamdani. 2010. Pedoman Umum Reformasi Birokrasi. Jakarta: UI.

Suryono, Agus. 2007. Budaya Birokrasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: Leutica.

Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan tata cara perpajakan

Dokumen terkait