perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
1
PENGARUH REFORMASI BIROKRASI PERPAJAKAN
TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DI KPP PRATAMA
SURAKARTA
Tugas Akhir
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan
Disusun Oleh :
Puspa Tantri Estuningsih
NIM. F3408068
PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
5
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Nabi SAW bersabda, “ Janganlah engkau enggan untuk berdoa, karena tiada
seorang pun yang celaka karena berdoa” .
(HR. Ibnu Hiban, Hakim, Dhiya’ dari Anas bin Malik ra.)
Cinta terbesar dan cinta hakiki bagi orang yang beriman ialah cinta kepada
Allah. Sehingga cinta kepada Allah-lah yang seharusnya menjadi motivator
terbesar dan tidak terbatas.
(Rahmat)
Jika Anda menginginkan sesuatu yang belum pernah anda miliki, Anda harus
bersedia melakukan sesuatu yang belum pernah Anda lakukan.
(
Thomas Jefferson)Karya ini dipersembahkan kepada:
§
Bapak Ibuku tercinta
§
Kakakku tersayang, saudara-saudara
§
Seseorang yang selalu mendukungku
§
Sahabat-sahabat ku
§
Almamaterku
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kepada ALLAH SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Tugas Akhir ini dalam rangka memenuhi persyaratan guna
memperoleh gelar Ahli Madya pada Fakultas Ekonomi Program Studi Perpajakan
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Adapun judul yang penulis ambil dalam
penyusunan Tugas Akhir ini adalah “PENGARUH REFORMASI BIROKRASI
PERPAJAKAN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DI KPP PRATAMA
SURAKARTA“.
Penyusunan Tugas Akhir ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa
dukungan dan kerjasama dari semua pihak. Penulis mengucapkan terimakasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya ini.
1.
ALLAH SWT yang selalu memberikan kemudahan, kesehatan, keselamatan
dan kemampuan kepada penulis.
2.
Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3.
Bapak Drs. Santoso Tri Hananto, M.Si., Ak. Selaku Ketua Program Diploma
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4.
Bapak Sri Suranta, SE., M.Si., Ak., BKP. selaku Ketua Program Studi
Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
7
5.
Bapak Anas Wibawa, S.E., M.si., Ak. selaku pembimbing Tugas Akhir yang
telah mengarahkan dan memberikan motivasi secara penuh selama
berlangsungnya penyusunan Tugas Akhir.
6.
Bapak Usman, Bapak Junaedi, dan Mas Aat serta keluarga besar KPP
Pratama Surakarta yang telah membantu penulis dalam penyediaan data dan
memberikan ilmu-ilmu dan pengalaman yang sangat bernilai.
7.
Bapak Sutanto dan Ibu Sri Lestari atas doa, semangat, dan kasih sayangnya
yang tiada henti bagi penulis.
8.
Kakak ku Aryo Budi Satriyo atas doa, motivasi, dan kasih sayangnya.
9.
Mas Deni, Mas Andi maturnuwun untuk doa, dukungan dan bantuannya
selama ini.
10.
Keluarga besar Sukasdi dan keluarga besar Mitrosaroyo untuk doa, dukungan
dan kasih sayangnya.
11.
Wahyu Aji Saputro seseorang yang selalu ada di hati ku terimakasih untuk
doa, waktu, dukungan, kesabarannya, cinta dan kasih sayangnya.
12.
Sahabat-sahabatku ”cah grupis” kagem Vina, Tika, Presella, Ita, Alyin, Dita,
Sheila yang selalu memberikan canda dan hiburan kepada penulis.
13.
Sahabat ku Nurul, Ratih, Yuniar, Evi, Corima, Melti, Tenta, Wildan yang
sudah memberikan persahabatan terindah.
14.
Teman-teman seperjuangan, almamater Diploma III Perpajakan angkatan
2008.
15.
Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam bentuk apapun yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
Namun demikian penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan penulis, untuk itu kritik dan saran yang bersifat
membangun akan penulis terima dengan senang hati.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Hanya kepada ALLAH SWT kita memohon dan semoga amal kita semua
mendapat balasan yang setimpal dari ALLAH SWT. Amiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, 23 Mei 2011
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
9
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...
i
ABSTRAK ...
ii
HALAMAN PERSETUJUAN...
iii
HALAMAN PENGESAHAN ...
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...
v
KATA PENGANTAR ...
vi
DAFTAR ISI ...
ix
DAFTAR TABEL... ...
xi
DAFTAR GAMBAR ...
xii
BAB I. PENDAHULUAN
A.
Gambaran Umum Perusahaan ...
1
B.
Latar Belakang Masalah ...
17
C.
Rumusan Masalah ...
20
D.
Tujuan Penelitian...
21
E.
Manfaat Penelitian...
21
F.
Teknik Analisis Data ...
22
BAB II. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A.
Landasan Teori ...
25
1.
Pajak Secara Umum...
25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
3.
Fungsi Pajak...
28
4.
Sistem Pemungutan Pajak...
28
5.
Pembagian Pajak...
30
6.
Tarif Pajak ...
31
7.
Reformasi Birokrasi...
33
B.
Pembahasan Masalah...
42
1.
Perbandingan realisasi dan target penerimaan pajak di KPP
Pratama Surakarta sebelum dan sesudah Reformasi Birokrasi...
42
2.
Kelebihan dan kekurangan pengaruh Reformasi Birokrasi
Perpajakan terhadap penerimaan pajak di KPP Pratama
Surakarta...
48
BAB III. TEMUAN
A.
Kelebihan...
50
B.
Kelemahan ... 51
BAB IV. PENUTUP
A.
Simpulan...
52
B.
Rekomendasi ...
53
DAFTAR PUSTAKA
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
11
DAFTAR TABEL
TABEL
Halaman
II.1
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi ...
32
II.2
Efektivitas Penerimaan Pajak di Kota Surakarta berdasar Jenis-jenis
Pajaknya dari tahun 2007-2010...
43
II.3
Tingkat Pertumbuhan Penerimaan Pajak di Kota Surakarta berdasar Total
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR
Halaman
I.1
Struktur Organisasi KPP PRATAMA Surakarta...
7
II.2 Grafik Pertumbuhan Penerimaan Pajak di Kota Surakarta berdasar Total
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) merupakan salah satu instansi di bawah Kementerian Keuangan Republik Indonesia yang memiliki posisi yang sangat strategis dalam pencapaian penerimaan negara yang dituangkan dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN).
Untuk mengkoordinasikan pelaksanaan tugas di daerah, dibentuk beberapa kantor Inspektorat Daerah Pajak yaitu di Jakarta dan beberapa daerah seperti di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Indonesia Timur. Inspektorat Daerah ini kemudian menjadi Kanwil Ditjen Pajak (Kantor Wilayah) seperti yang ada sekarang ini.
Sebagai instansi yang berperan sebagai pengelola penerimaan negara di sektor perpajakan, Direktorat Jenderal Pajak mempunyai sasaran berperan dalam peningkatan penerimaan negara dan pengamanan keuangan negara dengan tetap mempertimbangkan perkembangan dunia usaha dan aspek keadilan masyarakat.
1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
berlokasi di Jalan Kyai Haji Agus Salim Nomor 1 Surakarta 57147, Telepon (0271) 717522/ 718400/ 720821, Faximile (0271) 728436, Homepage DJP:
www.pajak.go.id.
Sebelum tahun 1966, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta berstatus sebagai Kantor Dinas Luar Tingkat I (KDL Tk. I) Surakarta dibawah wewenang wilayah kerja dari Kantor Inspeksi Keuangan Yogyakarta. Pada tahun 1966 karena semakin banyaknya jumlah Wajib Pajak dan jumlah penerimaan pajak, Kantor Dinas Luar (KDL Tk. I) Surakarta ditingkatkan menjadi Kantor Inspeksi Keuangan (KIK) Surakarta yang membawahi diantaranya KDL Tk. I Klaten. Pada tanggal 1 April 1989 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor: 276/ KMK.01/ 1989 tentang organisasi dan tata kerja Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Surakarta dipecah menjadi:
a. Kantor Pelayanan Pajak Surakarta Tipe B dengan wilayah kerja sebagai berikut:
1) Kotamadya Surakarta 2) Kabupaten Karanganyar 3) Kabupaten Surakarta
b. Kantor Pelayanan Pajak Klaten dengan wilayah kerja sebagai berikut: 1) Kota Administrasi Klaten
2) Kota Boyolali
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
15
c. Unit Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (UPP) Surakarta tipe B, dengan wilayah kerja seeks-Karesidenan Surakarta (wilayah kerja Kantor Inspeksi Pajak Surakarta).
Pada tahun 1994 semua istilah Kantor Inspeksi Pajak Surakarta berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 94/ KMK.01/ 1994 tanggal 29 Maret 1994 tentang Organisasi dan Tata Kerja DJP berubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Surakarta type A dengan wilayah kerja yang meliputi Kotamadya Surakarta, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Sragen.
Sehubungan dengan reorganisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, KPP Surakarta telah berubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta dibentuk berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Pajak Kep-141/ PJ/ 2007 yang ditetapkan pada tanggal 3 Oktober 2007 tentang Penerapan Organisasi, Tata Kerja, dan Saat Mulai Beroperasinya Kantor Wilayah DJP Jawa Tengah II dan Kantor Palayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan di lingkungan Kantor Wilayah DJP Jawa Tengah I Kantor Wilayah DJP Jawa Tengah II, Kantor Wilayah DJP Daerah Istimewa Yogyakarta. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Surakarta mulai beroperasi tahun 30 Oktober 2007 dan sampai saat ini KPP Pratama Surakarta sudah meliputi wilayah kerja 5 kecamatan yaitu: Laweyan, Jebres, Serengan, Pasar Kliwon dan Banjarsari.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
tahun 2002 ditandai dengan terbentuknya Kantor Wilayah (Kanwil) dan Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar. Pembentukan KPP Pratama lanjutan dilandasi oleh terbitnya SE-19/ PJ/ 2007 tanggal 13 April 2007 tentang Persiapan Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
Pembentukan Kantor Palayanan Pajak Pratama di Seluruh Indonesa tahun 2007-2008. Perubahan yang dilakukan meliputi struktur organisasi, proses bisnis, teknologi informasi dan komunikasi, sarana dan prasarana serta manajemen sumber daya manusia. Perbaikan dalam struktur DJP terefleksi pada karakter kantor modern antara lain adanya Account Representative untuk pelayanan Kepada Wajib Pajak, penerapan Kode Etik Pegawai yang diawasi oleh komite kode etik pegawai, dan sistem penggajian yang lebih baik.
2. Tugas Pokok Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta
Melaksanakan pelayanan, pengawasan administrative, dan pemeriksaan sederhana terhadap wajib pajak dalam bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan Pajak Tidak Langsung Lainnya dalam wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta
a. Pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, pengamatan potensi perpajakan, dan ekstensifikasi wajib pajak.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
17
c. Pengawasan pembayaran masa Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan Pajak Tidak Langsung Lainnya.
d. Penatausahaan piutang pajak, penerimaan penagihan, penyelesaian keberatan, penatausahaan banding, dan penyelesaian restitusi Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan Pajak Tidak Langsung Lainnya.
e. Pemeriksaan sederhana dan penerapan sanksi perpajakan. f. Penerbitan surat ketetapan pajak.
g. Pembetulan surat ketetapan pajak. h. Pengurangan sanksi pajak.
i. Penyuluhan dan konsultasi perpajakan.
j. Pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta. 4. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta
Visi
Dalam menjalankan tugas-tugasnya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta mengacu pada visi Direktorat Jenderal Pajak yaitu “Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan system administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi”.
Misi
Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta yaitu “Menghimpun
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien”.
Nilai
“Profesionalisme Integritas Teamwork Inovasi”
5. Tujuan
Tujuan yang akan dicapai KPP Pratama Surakarta adalah mengoptimalkan penerimaan pajak di Kota Solo.
6. Struktur Organisasi
Dalam setiap instansi baik pemerintah maupun swasta perlu ditetapkan adanya struktur organisasi. Pengertian struktur organisasi itu sendiri adalah kerangka antar hubungan satuan-satuan orang yang ada didalamnya terdapat pejabat, tugas dan tanggungjawab yang masing-masing mempunyai peranan tertentu dalam kesatuan yang utuh.
19
Gambar I.1
STRUKTUR ORGANISASI KPP PRATAMA SURAKARTA
Kepala Kantor
Kelompok Fungsional
Pemeriksa Seksi
Ekstensifikasi Seksi
PDI Seksi
Pelayanan
Seksi
Penagihan Seksi
Pemeriksaan Seksi
Waskon IV Seksi
Waskon III Seksi
Waskon II Seksi
Waskon I
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
1 7. Deskripsi Jabatan
Kantor Pelayanan Pajak Pratama merupakan penggabungan tiga jenis unit kantor yang berbeda yakni gabungan dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Bumi dan Bangunan (KPPBB) dan Karikpa (Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak) dengan masing-masing seksi kedalam seksi-seksi yang baru sebagai berikut:
a. Sub Bagian Umum
Melaksanakan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga. Dengan rincian sebagai berikut:
1) Menerima dokumen, memproses dan penatausahaan dokumen masuk di Sub Bagian Umum serta penyampaian dokumen di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta.
2) Mengajukan pengajuan kesehatan pegawai, pengurusan gaji, TKPKN, SPJ, pengajuan uang makan PNS, pemberhentian gaji dan TKPKN.
3) Melaksanakan pelantikan, sumpah dan serah terima jabatan, serta pengambilan sumpah PNS (Pegawai Negeri Sipil).
4) Membuat kartu tanda pengenal pemeriksa, menerbitkan izin melanjutkan pendidikan di luar kedinasan, mengajukan usul peserta pendidikan di luar negeri
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
xxi
sebagai PNS atas permintaan sendiri, dan pengajuan usul pengangkatan bendahara.
6) Menyusun RKAKL, laporan bulanan konversi energi, laporan berkala, laporan tahunan, laporan atau daftar realisasi anggaran, laporan SAKPA tingkat satuan kerja atau UAKPA (Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran).
7) Permohonan uang duka meninggal, permohonan kartu tanda asuransi, dan Taspen mekanisme pembayaran anggaran belanja.
8) Melakukan pembayaran tagihan melalui mekanisme langsung (LS) kepada rekanan.
9) Permintaan dan pembayaran lembur pegawai.
10) Melaksanakan penutupan buku kas umum, penerimaan inventaris dari rekanan/ pihak lain, pelaksanaan penghapusan barang milik Negara dengan lelang pada unit Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta.
11) Pemusnahan dokumen, serta penyusunan tanggapan/ tindak lanjut terhadap Surat Hasil Pemeriksaan (SHP) atau Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dari Itjen DepKeu/ BPK/ BPKP/ Unit Fungsional Pemeriksa Lainnya.
b. Seksi Pelayanan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xxii
penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta melakukan kerjasama perpajakan. Dengan rincian sebagai berikut:
1) Penatausahaan surat, dokumen masuk, dokumen WP, laporan WP pada tempat tata cara pendaftaran NPWP, penghapusan NPWP, perubahan identitas WP, serta pemberitahuan penggunaan norma penghitungan. 2) Menyelesaikan permohonan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP)
dan pencabutan PKP.
3) Menyelesaikan pemindahan WP dan PKP di KPP lama. 4) Menyelesaikan pemindahan WP dan PKP di KPP baru. 5) Menerima dan mengolah SPT Tahunan PPh dan SPT Masa.
6) Menyelesaikan permohonan perpanjangan waktu penyampaian SPT Tahunan PPh, cetak salinan dan pembetulan SPPT atau SKP atau STP. 7) Menerbitkan Surat Teguran penyampaian SPT Masa dan Tahunan, serta
Surat Ketetapan Pajak (SKP).
8) Meneliti hasil keluaran berupa SPPT/ STP/ DHKP/ DHR. 9) Meminjamkan atau mengirimkan berkas.
10) Melaksanakan pemenuhan konfirmasi dan klarifikasi.
11) Menyelesaikan permohonan pembukuan dalam bahasa inggris dan mata uang dollar Amerika Serikat.
12) Menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak untuk perwakilan Negara Asing dan badan-badan Internasional serta pejabat atau tenaga ahlinya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiii
xxiii
14) Melayani permintaan penetapan sebagai daerah terpencil.
15) Menyisihkan anak berkas WP yang tahun/ masa pajaknya telah melampaui 10 tahun.
c. Seksi Pusat Data dan Informasi (PDI)
Melakukan pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT, dan e-filling serta penyiapan laporan kerja. Dengan rincian sebagai berikut:
1) Memproses dan penatausahaan dokumen masuk serta alat keterangan seksi PDI.
2) Menyusun rencana penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan ekonomi dan keuangan.
3) Pembentukan dan pemanfaatan bank data.
4) Membuat dan menyampaikan Surat Perhitungan (SPH) ke KPP lain. 5) Meminjamkan berkas data atau alat keterangan kepada seksi terkait. 6) Penatausahaan pnerimaan PBB Non Elektronik.
7) Membuat laporan penerimaan PBB atau BPHTB, serta menyelesaikan pembagian hasilnya.
d. Seksi Ekstensifikasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiv
1) Memproses dan penatausahaan dokumen masuk di Seksi Ekstensifikasi. 2) Pendaftaran obyek pajak baru baik dengan penelitian kantor maupun
lapangan.
3) Menerbitkan Surat Himbauan untuk ber-NPWP, dan daftar nominatif untuk usulan SP3 PSL Ekstensifikasi.
4) Mencari data dari pihak ketiga dalam pembentukan/ pemutakhiran bank data perpajakan , serta data potensi perpajakan dalam monografi fiskal.
5) Melaksanakan penilaian individual obyek PBB dan memelihara data obyek dan subyek PBB.
6) Membuat Daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB) dan pembentukan atau penyempurnaan ZNT atau NIR.
7) Menyelesaikan permohonan penundaan pengembalian SPOP, permohonan surat keterangan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP), dan mutasi sebagian ataupun seluruh obyek dan subyek PBB.
e. Waskon (Pengawasan dan Konsultasi)
Secara umum memberikan pelayanan kepada WP yang berupa bimbingan atau penyuluhan. selain itu ada tugas pengawasan yang berupa kepatuhan pembayaran dan pelaporan, juga melakukan penggalian potensi berdasar hasil pengawasan dan bimbingan. Berdasarkan wilayah di kota Surakarta, maka Seksi Waskon di KPP Pratama Surakarta ini dibagi menjadi 4 :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xxv
xxv
3)Waskon III untuk wilayah Kecamatan Serengan dan Pasar Kliwon 4)Waskon IV untuk wilayah Kecamatan Banjarsari
Waskon mempunyai rincian tugas sebagai berikut:
1) Memproses dan penatausahaan dokumen masuk di Seksi Pengawasan dan Konsultasi, serta menyusun estimasi penerimaan pajak per-WP.
2) Menyelesaikan permohonan keberatan, pembetulan ketetapan, pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi PPh, PPN dan PPnBM di KPP.
3) Menyelesaikan permohonan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar PPh, PPN dan PPnBM di KPP.
4) Menyelesaikan permohonan pengurangan/ penghapusan sanksi administrasi PBB, perubahan metode pembukuan.
5) Melayani permintaan perubahan tahun buku pertama, pemusatan PPN, permohonan Surat Keterangan Fiskal WP Non Bursa.
6) Menyelesaikan pemberian ijin pembubuhan tanda bea materai lunas baik dengan mesin teraan materai, teknologi percetakan, maupun dengan sistem komputerisasi.
7) Menyelesaikan permohonan penambahan deposito baik dengan mesin teraan materai teknologi percetakan, maupun dengan sistem komputerisasi.
8) Menetapkan angsuran PPh Pasal 25 WP Bank, sewa guna usaha dengan hak opsi, BUMN dan BUMD serta menetapkan WP patuh.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xxvi
10) Melaksanakan putusan gugatan atau banding, ekualisasi, penelitian dan analisis kepatuhan material WP.
11) Menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP), Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga (SPMIB), Surat Tagihan Pajak (STP), SKPKB/ SKPKBT/ STB, Surat Ketetapan Pajak PBB, teguran pengembalian SPOP, surat himbauan pembetulan Surat Pemberitahuan (SPT), serta menerbitkan penggantian SPMKP atau SPMIB karena lewat waktu atau daluwarsa, rusak atau salah baik yang telah didistribusikan maupun yang belum didistribusikan.
12) Menyelesaikan permohonan penggunaan nilai buku dalam penggabungan, pengambilalihan atau pemekaran usaha.
f. Seksi Pemeriksaan
Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pelaksana Pajak (SP3), serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya. Dengan rincian sebagai berikut:
1) Memproses dan penatausahaan dokumen masuk di Seksi Pemeriksaan. 2) Menyelesaikan Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan PPh lebih bayar,
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran PPN dan PPnBM selain WP patuh.
3) Menyelesaikan usulan pemeriksaan dan pemeriksaan bukti permulaan. 4) Melaksanakan pemeriksaan kantor dan lapangan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xxvii
xxvii
Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan pengahapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan. Dengan rincian sebagai berikut:
1) Memproses dan penatausahaan dokumen masuk di Seksi Penagihan, Surat Ketetapan Pajak (SKP), Surat Tagihan Pajak beserta bukti pembayarannya, Surat Keputusan Pembetulan/ Keberatan/ Putusan Banding/ Pengurangan/ Pembatalan Ketetapan Pajak, dan Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasipada Seksi Penagihan.
2) Menjawab konfirmasi data tunggakan pajak WP.
3) Menyelesaikan permohonan penundaan pembayaran pajak dan usulan pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak.
4) Penagihan pajak seketika dan sekaligus. 5) Menghapus piutang pajak.
6) Menerbitkan Surat Teguran Pajak (STP) bunga penagihan, Surat Teguran Penagihan, Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP), dan Surat Keputusan Pencabutan Sita.
7) Pemindahan berkas dari KPP ke KPP lainnya.
8) Membuat usulan pencegahan dan penyanderaan terhadap WP tertentu. 9) Melaksanakan lelang dan menyelesaikan permohonan pembatalan
lelang.
10) Membuat laporan Seksi Penagihan ke Kantor Wilayah.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xxviii B. LATAR BELAKANG MASALAH
Negara Republik Indonesia merupakan Negara hukum yang berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila, yang dalam perkembangannya telah menghasilkan kemajuan dan pembangunan untuk seluruh rakyat Indonesia. Pelaksanaan pembangunan di Indonesia selain bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum, juga untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila, sebagai dasar Negara. Sektor pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat potensial. Selain karena jumlahnya yang relatif stabil tetapi juga merupakan cerminan partisipasi aktif masyarakat dalam membiayai pembangunan Negara. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam menghimpun penerimaan Negara dari sektor pajak agar penerimaan pajak lebih maksimal adalah dengan pembaharuan peraturan, kebijakan, dan administrasi perpajakannya. Oleh karena itu Direktorat Jenderal Pajak harus mengupayakan suatu perubahan untuk menjawab tantangan dalam mengamankan penerimaan negara dari sektor pajak. Langkah awal yang dilakukan Pemerintah untuk meningkatkan peran pajak sebagai sumber penerimaan Negara adalah dengan melakukan pembaharuan sistem perpajakan nasional atau lebih dikenal dengan reformasi pajak (tax reform) yang mulai dicanangkan sejak tahun 1984. Perubahan ini mutlak harus dilakukan karena beberapa masalah yang dialami oleh birokrasi pemerintahan di Indonesia sampai dengan saat ini.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xxix
xxix
1. Rendahnya kualitas SDM yang meliputi mayoritas aparat birokrasi.
2. Disiplin, semangat kerja dan kesadaran atas tugas serta tanggung jawab yang rendah.
3. Kurang memahami fokus tujuan dari tugasnya, banyak yang berprinsip “yang penting prosesnya benar tapi tidak peduli bila tujuannya tidak tercapai”. 4. Lemahnya fungsi koordinasi.
5. Organisasi birokrasi sangat gemuk dan memakan anggaran yang besar. 6. Masih tingginya budaya korupsi.
7. Pemahaman yang rendah atas tugasnya sebagai Pelayan Publik.
Buruknya citra aparat pajak di masa lalu dan belum tampaknya upaya nyata Direktorat Jenderal Pajak untuk membenahi citra pajak/ aparat pajak yang bobrok dan korup membuat agenda perubahan di Direktorat Jenderal Pajak menjadi agenda yang mendesak. Perubahan ini diharapkan dapat mengubah persepsi umum tentang pajak yang masih negatif, seperti mengurus pajak berbelit-belit, perhitungan nilai pajak tidak transparan dan aparat pajak mudah disuap (KOMPAS, 26-11-2005).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xxx
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 30/ KMK.01/ 2007 dilakukan penyempurnaan program reformasi birokrasi melalui pencanangan program utama reformasi birokrasi yang mencakup:
1. Penataan Organisasi, meliputi: modernisasi organisasi, pemisahan, penggabungan, dan penajaman fungsi organisasi;
2. Perbaikan Proses Bisnis, meliputi: analisis dan evaluasi jabatan, analisis beban kerja, dan penyusunan Standar Prosedur Operasi (SOP); dan
3. Peningkatan Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM), meliputi: penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi, pembangunan assessment center, penyusunan pola mutasi, peningkatan disiplin, dan pengintegrasian Sistem Informasi Manajemen SDM.
Hal mendasar dalam reformasi birokrasi di bidang perpajakan ini adalah terjadinya perubahan paradigma perpajakan. Dari semula berbasis jenis pajak, sehingga terkesan ada dikotomi, menjadi berbasis fungsi yang lebih mengedepankan aspek pelayanan kepada masyarakat. Kemudian didukung juga dengan adanya fungsi pengawasan melalui pemeriksaan dan penagihan pajak.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxi
xxxi
tinggi yaitu kapasitas SDM di bidang perpajakan yang profesional, budaya organisasi yang kondusif dan pelaksanaan good governance.
Reformasi birokrasi dapat dikatakan sebagai sebuah komitmen dari pemerintah untuk memperbaiki administrasi pemerintahannya dan komitmen dari organisasi yang terlibat di dalamnya untuk meningkatkan kinerja dan kualitas pelayanan kepada Wajib Pajak sebagai konsumen. Jika kualitas organisasi Direktorat Jenderal Pajak sudah ditingkatkan, maka kualitas pelayanan kepada Wajib Pajak diharapkan akan meningkat pula sehingga kinerja Direktorat Jenderal Pajak sebagai sebuah organisasi akan semakin positif.
Sehubungan dengan agenda reformasi birokrasi ini, penulis tertarik untuk meneliti sejauh mana pelaksanaan reformasi birokrasi yang telah digulirkan oleh Direktorat Jenderal Pajak, serta berusaha untuk menelaah hubungannya terhadap Penerimaan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta sebagai salah satu kantor yang menerapkan program reformasi birokrasi perpajakan. Dengan latar belakang tersebut, penulis mengambil judul “Pengaruh Reformasi Birokrasi Perpajakan terhadap Penerimaan Pajak di KPP Pratama Surakarta”.
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan di atas, maka penulis merumuskan beberapa pokok permasalahan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxii
Surakarta sebelum dan sesudah reformasi birokrasi perpajakan?
2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari pengaruh reformasi birokrasi perpajakan terhadap penerimaan pajak di KPP Pratama Surakarta?
D. TUJUAN PENELITIAN
Secara khusus sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui perbandingan realisasi dan target penerimaan pajak di KPP Pratama Surakarta sebelum dan sesudah reformasi birokrasi.
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pengaruh reformasi birokrasi perpajakan terhadap penerimaan pajak di KPP Pratama Surakarta.
E. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi penulis, penulis melakukan penelitian ini adalah dalam rangka untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan.
2. Menerapkan teori yang didapat di bangku kuliah dengan realita didunia kerja.
3. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai ilmu perpajakan khususnya tentang reformasi birokrasi perpajakan.
4. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan ilmu pengetahuan dan sebagai salah satu bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxiii
xxxiii Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
F. TEKNIK ANALISIS DATA a. Desain Penelitian
Desain penelitian berupa studi kasus yang dilakukan dengan membuat analisis dan deskripsi yang terbatas pada kasus pengaruh reformasi perpajakan terhadap penerimaan pajak di KPP Pratama Surakarta.
b. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah KPP Pratama Surakarta. Alasan dipilihnya KPP Pratama Surakarta sebagai objek penelitian, karena penulis
pernah mengadakan penelitian dan magang kerja di instansi tersebut. Dan juga karena objek tersebut memiliki potensi yang tinggi untuk penerimaan pajaknya.
c. Sumber Data
Menurut Loefland dalam bukunya Moleong (2002: 112) menyatakan bahwa “Sumber data yang pertama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan yang selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”.
a. Sumber Data berasal dari:
1) Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari objek yang
diteliti mengenai data-data yang berhubungan langsung dengan peneliti, target, dan realisasi penerimaan pajak di Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxiv
dengan mempelajari buku-buku, literatur, makalah, Undang-undang Perpajakan yang berlaku dan buku-buku yang terkait dengan penulisan.
b. Sumber Data diambil dari:
1) Informan yaitu orang yang dipandang mengetahui permasalahan yang akan dikaji dan bersedia memberikan informasi.
2)Dokumen merupakan sumber data yang memiliki posisi penting dalam penelitian kualitatif. Dokumen merupakan bahan tertulis atau benda yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktivitas, tetapi juga berupa gambaran atau benda peninggalan yang berhubungan dengan suatu peristiwa tertentu.
d. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi/ pengamatan
Dalam penelitian melalui pengamatan ini diadakan langsung ke lokasi penelitian untuk mendapatkan gambaran yang jelas atas penelitian yang penulis bahas di Kota Surakarta.
b. Interview/ wawancara
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik wawancara mendalam dengan pertanyaan yang bersifat open-minded.
c. Studi Pustaka
[image:34.595.135.512.234.492.2]perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxv
xxxv
beberapa referensi. Referensi diperoleh dari data-data tertulis dan tercetak yang relevan seperti buku-buku dan Tugas Akhir sebelumnya yang relevan dan ada kaitanya dengan objek penelitian.
e. Analisis Penelitian
[image:35.595.143.513.229.506.2]a. Data Kualitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxvi BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI 1. Pajak
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut penguasa berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum. Lembaga Pemerintah yang mengelola perpajakan negara di Indonesia adalah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang merupakan salah satu direktorat jenderal yang ada di bawah naungan Departemen Keuangan Republik Indonesia.
Para ahli mengemukakan batasan-batasan atau definisi tentang “pajak” diantaranya adalah :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxvii
xxxvii
pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.
b. Menurut P. J. A. Adriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapatkan prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
c. Menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., & Brock Horace R, pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.
d. Sedangkan Pajak menurut Pasal 1 UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah "kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxviii
Dari berbagai definisi yang diberikan terhadap pajak dapat ditarik kesimpulan tentang unsur-unsur yang terdapat pada pengertian pajak antara lain sebagai berikut:
a. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Asas ini sesuai dengan perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan "pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dalam undang-undang."
b. Tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi perseorangan) yang dapat ditunjukkan secara langsung. Misalnya, orang yang taat membayar pajak kendaraan bermotor akan melalui jalan yang sama kualitasnya dengan orang yang tidak membayar pajak kendaraan bermotor.
c. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan.
d. Pemungutan pajak dapat dipaksakan. Pajak dapat dipaksakan apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan dan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
e. Selain fungsi budgeter (anggaran) yaitu fungsi mengisi kas Negara/ Anggaran Negara yang diperlukan untuk menutup pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pajak juga berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan sosial (fungsi mengatur / regulatif).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxix
xxxix
Karena peranan pajak sangatlah besar, maka pajak memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Fungsi Anggaran
Pajak sebagai sumber pendapatan negara berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Misalnya untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan.
b. Fungsi Mengatur
Pajak sebagai alat untuk mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak agar dapat mencapai tujuan.
c. Fungsi Stabilitas
Pajak sebagai sumber dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan.
d. Fungsi Redistribusi Pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xl
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pemungut pajak (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak
yang harus dibayar (pajak yang terutang) oleh sesesorang.
Ciri-cirinya:
1)
Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang pada
fiskus.
2)
Wajib Pajak bersifat pasif.
3)
Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh
fiskus.
b. Self Assesment System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.
Ciri-cirinya:
1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang pada Wajib Pajak sendiri.
2) Wajib Pajak bersifat aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang.
3) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
c.
With Holding SystemAdalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xli
xli
Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.
5. Pembagian Pajak
Pembagian pajak dapat dilakukan berdasarkan golongan, wewenang pemungutan, maupun sifatnya (Prakosa: 2003). Adapun penjelasannya sebagai berikut:
a. Pembagian pajak berdasarkan golongannya dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Pajak Langsung adalah pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak yang bersangkutan dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain.
2) Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan atau digeser kepada pihak lain sehingga sering disebut sebagai pajak tidak langsung.
b. Pembagian pajak berdasarkan wewenang pemungutnya, dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Pajak Pusat/ Negara adalah pajak yang wewenang pemungutnya ada pada pemerintah pusat yang pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan melalui Direktorat Jenderal Pajak.
2) Pajak Daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada pemerintahan daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xlii
a) Pajak Propinsi: Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, dan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan. b)Pajak Kabupaten/ Kota: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak
Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C, Pajak Parkir, Pajak lain-lain.
c. Pembagian pajak berdasarkan sifatnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Pajak Subyektif adalah pajak yang memperhatikan kondisi atau keadaan Wajib Pajak.
2) Pajak Obyektif adalah pajak yang pada awalnya memperhatikan obyek yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar, kemudian baru mencari subyeknya baikorang pribadi maupun badan.
6. Tarif Pajak
Menurut Suandy (2002: 71) ada empat macam tarif pajak, yaitu:
a. Tarif sebanding/ proposional
Tarif berupa persentase yang tetap terhadap berapapun jumlah yang
dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proposional
terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xliii
xliii
Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah
yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.
c. Tarif progresif
Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang
dikenai pajak semakin besar.
Contoh: pasal 17 Undang-undang Pajak penghasilan
Tabel II. 1
Lapisan Penghasilan Kena Pajak
Wajib Pajak Orang Pribadi
Lapisan Penghasilan Kena Pajak
Tarif
Sampai dengan Rp. 50.000.000,00
5 %
Di atas Rp. 50.000.000,00 s.d Rp. 250.000.000,00
15 %
Di atas Rp. 250.000.000,00 s.d Rp. 500.000.000,00
25 %
Di atas Rp. 500.000.000,00
30 %
Menurut kenaikan persentase tarifnya, tarif progresif dibagi:
1)
Tarif progresif progresif: kenaikan persentase semakin besar,
2)
Tarif progresif tetap: kenaikan persentase tetap, dan
3)
Tarif progresif degresif: kenaikan persentase semakin kecil.
d. Tarif degresif
Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.
[image:43.595.107.517.243.499.2]perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xliv
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 939) “Reformasi adalah perubahan secara drastis untuk perbaikan bidang sosial, politik, atau agama dalam suatu masyarakat atau negara”.
Reformasi berarti perubahan ke arah yang lebih baik untuk
keperluan masa depan dengan menghentikan
penyimpangan-penyimpangan dan praktik yang salah dengan memperkenalkan
prosedur yang lebih baik. Reformasi merupakan suatu perombakan
menyeluruh dari suatu sistem kehidupan dalam aspek politik,
ekonomi, hukum, sosial atau bidang pendidikan. Reformasi juga
berarti memperbaiki, membenarkan, menyempurnakan dengan
membuat sesuatu yang salah menjadi benar. Oleh karena itu,
reformasi berimplikasi pada mengubah sesuatu untuk menghilangkan
yang tidak sempurna menjadi lebih sempurna seperti melalui
perubahan
kebijakan
institusional.
Karakteristik
yang
melatarbelakangi reformasi dalam suatu bidang tertentu diantaranya
adanya keadaan yang tidak memuaskan pada masa yang lalu,
keinginan untuk memperbaikinya pada masa yang akan datang,
adanya perubahan besar-besaran, adanya orang yang melakukan,
adanya pemikiran atau ide-ide baru, adanya sistem dalam suatu
institusi tertentu baik dalam skala kecil seperti sekolah maupun skala
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xlv
xlv
Dalam proses mengusahakan reformasi ini, bukan berarti tidak ada
hambatan atau tantangan. Hambatan atau tantangan ini dapat terjadi
baik secara internal maupun eksternal. Dalam internal oganisasi,
sangat dimungkinkan sebagian dari anggota organisasi merasa bahwa
nilai-nilai lama tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Hal tersebut
normal dan sangat manusiawi. Pro dan kontra terhadap budaya
baru yang dikembangkan sangatlah wajar. Akan tetapi, apabila ada
rasa nostalgia tentang budaya lama dari sebagian anggota organisasi,
sesungguhnya hal tersebut merupakan sinyal ketidaksetujuan terhadap
budaya organisasi yang sedang dikembangkan. Apabila diantara
pihak-pihak yang tidak setuju akan perubahan bertemu dan
membicarakan tentang kelebihan-kelebihan nilai budaya lama, maka
“ Underground Culture”
sedang berkembang. Seandainya budaya
tersembunyi terus berkembang, dan kelompok-kelompok tertentu
merasa nyaman terhadap penyimpangan tersebut. Akibatnya akan
tumbuh budaya campuran yang kontraproduktif terhadap tujuan
organisasi.
Hal yang penting dalam proses perubahan budaya organisasi
adalah pimpinan harus dapat mengidentifikasi perubahan mana yang
kiranya akseptabel, karena apabila terjadi situasi dimana perubahan
organisasi merupakan satu-satunya jalan, akan mengakibatkan
“ culture shock”
yang membawa dampak ketidaknyamanan bagi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xlvi
bersifat situasional, disesuaikan dengan iklim organisasi, dan tidak
dapat diseragamkan.
b. Pengertian Birokrasi
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 156) birokrasi yaitu:
1) Sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah berpegang pada hiearki dan jenjang jabatan.
2) Cara bekerja atau susunan pekerjaan yang serba lamban serta menurut tata aturan yang banyak liku-likunya.
Ranadireksa (2007: 244) mengemukakan bahwa:
“Birokrasi adalah susunan jabatan yang bertingkat-tingkat dengan pengangkatan yang bebas dari pengaruh pihak lain, dengan tingkat keahlian tertentu, hak dan kekuasaannya ditetapkan dengan teliti”.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xlvii
xlvii
mendapatkan citra negatif yang kontraproduktif bagi perkembangan birokrasi itu sendiri (terutama dalam hal pelayanan publik).
Ada
beberapa
perubahan
yang
harus
dilakukan
untuk
menanggulangi kesan buruk birokrasi yang telah ada selama ini,
menurut Suryono (2007: 19) yaitu:
1) Birokrasi harus lebih mengutamakan sifat pendekatan tugas yang diarahkan pada aspek pengayoman dan pelayanan masyarakat, serta menghindarkan kesan pendekatan kekuasaan dan kewenangan.
2) Birokrasi perlu melakukan penyempurnaan organisasi yang bercirikan organisasi modern, ramping, efektif, dan efisien yang mampu membedakan antara tugas-tugas yang perlu ditangani dan yang tidak perlu ditangani (termasuk membagi tugas-tugas yang dapat diserahkan kepada masyarakat).
3) Birokrasi harus mampu dan mau melakukan perubahan sistem dan prosedur kerjanya yang lebih berorientasi pada ciri-ciri organisasi modern, yaitu pelayanan cepat, tepat, akurat, terbuka dengan tetap mempertahankan kualitas, efesiensi biaya, dan ketepatan waktu. Birokrasi harus memposisikan diri sebagai fasilitator pelayan publik yang berperan sebagai agen pembaharu (agent of change)
pembangunan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xlviii c. Reformasi Birokrasi
Menurut
http://www.kejaksaan.go.id/
, Reformasi Birokrasi pada
hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaruan dan
perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan,
terutama menyangkut aspek-aspek sebagai berikut :
1) Kelembagaan (organisasi)
2) Ketatalaksanaan (business process)
3) Sumber daya manusia aparatur
Reformasi birokrasi menjadi usaha mendesak mengingat
implikasinya yang begitu luas bagi masyarakat dan negara. Perlu
usaha-usaha serius agar pembaharuan birokrasi menjadi lancar dan
berkelanjutan. Berikut ini adalah langkah-langkah yang perlu
ditempuh untuk menuju reformasi birokrasi.
Langkah-langkah internal:
1) Meluruskan orientasi
Reformasi birokrasi harus berorientasi pada demokratisasi dan bukan pada kekuasaan. Perubahan birokrasi harus mengarah pada amanah rakyat karena reformasi birokrasi harus bermuara pada pelayanan masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xlix
xlix
Tekad birokrat untuk berubah harus ditumbuhkan. Ini prasyarat penting, karena tanpa disertai tekad yang kuat dari birokrat untuk berubah maka reformasi birokrasi akan menghadapi banyak kendala. Untuk memperkuat tekad perubahan di kalangan birokrat perlu ada stimulus, seperti peningkatan kesejahteraan akan tetapi pada saat yang sama tidak memberikan ampun bagi mereka yang membuat kesalahan atau bekerja tidak benar.
3) Membangun kultur baru
Kultur birokrasi kita begitu buruk, konotasi negatif seperti mekanisme dan prosedur kerja yang berbelit-belit serta penyalahgunaan status perlu dirubah. Sebagai perubahannya yaitu melakukan pembenahan kultur dan etika birokrasi dengan konsep transparansi, melayani secara terbuka, dan jelas kode etiknya.
4) Rasionalisasi
Struktur kelembagaan birokrasi cenderung gemuk dan tidak efisien. Rasionalisasi kelembagaan dan personalia menjadi penting dilakukan agar birokrasi menjadi ramping dan lincah dalam menyelesaikan permasalahan serta dalam menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat, termasuk kemajuan teknologi informasi.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
l
Upaya reformasi birokrasi perlu dilandasi dengan aturan hukum yang jelas. Aturan hukum yang jelas bisa menjadi koridor dalam menjalankan perubahan- perubahan .
6) Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia
Semua upaya reformasi birokrasi tidak akan memberikan hasil yang optimal tanpa disertai sumber daya manusia yang handal dan profesional.
Langkah-langkah eksternal:
1) Komitmen dan keteladanan elit politik
Reformasi birokrasi merupakan pekerjaan besar karena menyangkut sistem besar negara yang mengalami tradisi buruk untuk kurun yang cukup lama. Untuk memutus tradisi lama dan menciptakan tatanan dan tradisi baru, perlu kepemimpinan yang kuat dan yang patut diteladani. Kepemimpinan yang kuat berarti hadirnya pemimpin-pemimpin yang berani dan tegas dalam membuat keputusan. Sedangkan keteladanan adalah keberanian memberikan contoh kepada bawahan dan masyarakat.
2) Pengawasan masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
li
li
Seiring dengan program reformasi birokrasi yang dicanangkan oleh pemerintah sejak tahun 2002 Direktorat Jenderal Pajak menjadi salah satu
pilot project (program percontohan) untuk menjalankan agen dan perubahan ini. Reformasi birokrasi yang dilaksanakan di Departemen (sekarang Kementerian) Keuangan Republik Indonesia populer dengan istilah modernisasi. Modernisasi ini ditandai dengan pembentukan Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar yang melayani kewajiban perpajakan untuk Wajib Pajak pembayar pajak terbesar di Indonesia. Sejak tahun 2007, secara bertahap dilakukan modernisasi secara menyeluruh pada seluruh Kantor Pelayanan Pajak yang ada di Indonesia. Modernisasi bukan hanya dilakukan atas sistem pelayanan, tetapi juga secara menyeluruh, termasuk sistem manajemen Sumber Daya Manusia.
Reformasi birokrasi di Kementerian Keuangan sebagaimana dinyatakan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 30/ KMK.01/ 2007 tentang Reformasi Birokrasi Departemen Keuangan, dilakukan penyempurnaan program reformasi birokrasi melalui pencanangan program utama sebagai berikut:
a. Penataan Organisasi, meliputi: modernisasi organisasi, pemisahan, penggabungan, dan penajaman fungsi organisasi;
b. Perbaikan Proses Bisnis, meliputi: analisis dan evaluasi jabatan, analisis beban kerja, dan penyusunan Standar Operasi Prosedur (SOP); dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
lii
pembangunan assessment center, penyusunan pola mutasi, peningkatan disiplin, dan pengintegrasian Sistem Informasi Manajemen Sumber Daya Manusia.
Konsep modernisasi pajak adalah pelayanan prima dan pengawasan intensif dengan pelaksanaan good governance. Tujuannya, meningkatkan kepatuhan pajak juga meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap administrasi perpajakan, serta produktivitas pegawai pajak yang tinggi.
Hal yang mendasar dalam modernisasi pajak adalah terjadinya perubahan paradigma perpajakan. Dari semula berbasis jenis pajak, sehingga terkesan ada dikotomi, menjadi berbasis fungsi. Lebih mengedepankan aspek pelayanan kepada masyarakat. Kemudian didukung oleh fungsi pengawasan, pemeriksaan, maupun penagihan pajak.
Pembenahan sistem pengelolaan dan manajemen SDM di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak ini diharapkan dapat mengoptimalkan program penataan organisasi dan penyempurnaan proses bisnis yang menjadi bagian dari tiga pilar utama Reformasi Birokrasi di Direktorat Jenderal Pajak. Direktorat Jenderal Pajak merencanakan mengimplementasikan program modernisasi perpajakan secara komprehensif yang mencakup semua lini operasi organisasi secara nasional.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
liii
liii
pelayanan, serta sistem penyuluhan, Direktorat Jenderal Pajak juga telah menyempurnakan program modernisasi melalui bidang teknologi informasi. Hal tersebut mencakup peluncuran produk-produk e-system, yaitu e-registration
(pendaftaran NPWP secara online), MP3 (Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak), e-filing (pelaporan SPT secara online), dan pengembangan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP). Selain itu juga tersedia sistem informasi terpadu atau Integrated Information System yang dapat diakses melalui situs www.pajak.go.id.
Modernisasi dapat dikatakan sebagai sebuah komitmen, dalam hal ini adalah komitmen dari pemerintah sendiri untuk memperbaiki administrasi kepemerintahannya dan komitmen dari sumber daya yang terlibat untuk meningkatkan kinerja dan kualitas pelayanan kepada Wajib Pajak sebagai konsumen. Jika kualitas sumber daya sudah ditingkatkan, maka secara siklus iklim pelayanan akan positif sehingga kinerja Direktorat Jenderal Pajak sebagai sebuah organisasi akan semakin baik.
B. PEMBAHASAN MASALAH
1. Untuk mengetahui perbandingan realisasi dan target penerimaan pajak di KPP Pratama Surakarta sebelum dan sesudah Reformasi Birokrasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
liv
pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan. Reformasi Birokrasi Perpajakan sudah dicanangkan sejak lama tetapi baru dilaksanakan pada tahun 2007. Salah satu KPP Pratama yang terkena dampak dari perubahan sistem ini adalah KPP Pratama Surakarta dimana KPP Pratama di kota Solo ini mempunyai peningkatan penerimaan pajak yang sangat signifikan setelah adanya Reformasi Birokrasi Perpajakan. Maka dari itu untuk mengetahui perbandingan antara realisasi dan target penerimaan pajak baik sebelum reformasi maupun setelah reformasi birokrasi perpajakan yaitu:
a. Rumus untuk mengetahui tingkat efektivitas penerimaan pajak:
b. Rumus untuk mengetahui tingkat pertumbuhan penerimaan pajak (Halim, 2004):
Keterangan:
r = Laju Pertumbuhan
pt = Realisasi penerimaan Pajak tahun berikutnya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
lv
lv
[image:55.595.149.481.246.517.2]Berikut adalah tabel perbandingan penerimaan pajak yang ada di KPP Pratama Surakarta sebelum dan setelah reformasi birokrasi perpajakan.
Tabel II.2
Efektivitas Penerimaan Pajak di Kota Surakarta berdasar Jenis-jenis Pajaknya dari tahun 2007-2010
(dalam Rupiah)
a. PPH
Tahun Target Realisasi
Efektivitas (%) 2007 337.380.268.031 267.259.922.919 79,22 2008 325.862.846.057 321.289.687.287 98,60 2009 346.315.388.302 359.865.369.377 103,91 2010 409.059.269.449 400.062.048.835 97,80
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
lvi
Untuk target penerimaan PPH yang tidak tercapai misal pada tahun 2007 efektivitas penerimaan PPH hanya sebesar 79,22%, . Pada tahun 2008 efektivitas penerimaan PPH juga belum efektif karena efektivitasnya sebesar 98,60%. Dan pada tahun 2010 efektivitas penerimaan PPH juga belum efektif karena efektivitasnya sebesar 97,80%.
b. PPN dan PPnBM
Tahun Target Realisasi
Efektivitas (%) 2007 143.964.528.467 149.606.922.568 103,92 2008 187.565.540.420 158.505.745.364 84,51 2009 186.844.111.162 166.575.827.878 89,15 2010 246.794.133.780 163.518.678.447 66,26
Berdasar data diatas penerimaan PPN dan PPnBM dapat dikatakan tidak stabil. Pada tahun 2007 target telah tercapai yaitu sebesar 103,92% akan tetapi secara umum dari tahun 2008 sampai tahun 2010 malah sebaliknya target tidak dapat tercapai. Bahkan pada tahun 2010 terjadi penurunan sebesar Rp 3.057.149.431,- atau 22,89% dari realisasi di tahun 2009. Penurunan terjadi disebabkan karena tidak meningkatnya volume tingkat penjualan baik penjualan berupa barang maupun jasa di Kota Solo pada tahun 2010.
c. PBB dan BPHTB
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
lvii
lvii
(%) 2007
2008
- 64.025.655.000
- 60.853.382.314
- 95,05 2009 75.087.137.000 75.179.040.812 100,12 2010 81.838.013.212 86.115.353.243 105,23
Berdasar data diatas PBB dan BPHTB di Kota Solo selalu mengalami peningkatan realisasi setiap tahunnya. Dapat dilihat setiap tahun target yang ditetapkan selalu tercapai. Hanya pada tahun 2008 saja yang targetnya tidak tercapai karena hanya sebesar 95,05%. Tetapi secara umum realisasi PBB dan BPHTB di Kota Solo terus meningkat. Banyaknya pembangunan berupa gedung-gedung bertingkat seperti mall, apartemen dan gedung perkantoran menjadi salah satu faktornya.
d. Pendapatan atas Pajak Lainnya
Tahun Target Realisasi
Efektivitas (%) 2007 21.719.913.500 18.502.523.206 85,19 2008 16.680.633.571 19.270.704.516 115,53 2009 17.140.054.318 20.105.177.168 117,30 2010 24.589.695.795 21.549.903.724 87,64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
lviii
tercapai karena efektivitasnya hanya sebesar 85,19% dan tahun 2010 target juga tidak tercapai dan hanya sebesar 87,64%. Akan tetapi pada tahun 2008 target dapat tercapai yaitu target yang ditetapkan sebesar Rp 16.680.633.571,- menjadi realisasinya sebesar Rp 19.270.704.516,- atau 115,53% . Pada tahun 2009 telah melampaui target sebesar 117,30%. Faktor yang mempengaruhi tidak stabilnya Pajak Lainnya yaitu setiap tahun mungkin transaksi keuangan yang dilakukan tidak tentu atau berubah-ubah. Seperti penjualan bea materai. Bea materai tidak selalu digunakan hanya apabila ada pembuatan perjanjian, kontrak, dan surat pernyataan yang bersifat resmi saja baru digunakan.
[image:58.595.167.512.245.492.2]Dari semua penjelasan-penjelasan diatas serta perbandingan antara realisasi dengan target dari tahun ke tahun berdasar jenis pajaknya maka dapat disimpulkan bahwa tingkat efektivitas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta secara umum setelah adanya Reformasi Birokrasi Perpajakan mengalami peningkatan penerimaan pajaknya.
Tabel II.3
Tingkat Pertumbuhan Penerimaan Pajak di Kota Surakarta berdasar Total Penerimaan Pajak dari tahun 2006-2010
(dalam Rupiah)
Tahun
Realisasi Tahun ke-n
(Pt)
Realisasi Tahun Sebelumnya
(Po)
Pt-Po r
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
lix
lix
2007 435.369.368.694 439.636.237.380 - 4.266.868.700 - 0,97% 2008 559.919.519.481 435.369.368.694 124.550.150.787 28,61% 2009 621.725.415.235 559.919.519.481 61.805.895.754 11,04% 2010 671.245.984.249 621.725.415.235 49.520.569.014 7,97%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
[image:60.595.113.509.111.492.2]lx Gambar II.2
Grafik Pertumbuhan Penerimaan Pajak di Kota Surakarta berdasar Total Penerimaan Pajak dari tahun 2006-2010
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pengaruh Reformasi Birokrasi Perpajakan terhadap penerimaan pajak di KPP Pratama Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
lxi
lxi a. Kelebihan:
1) Dengan adanya perubahan fungsi yang awalnya berdasar jenis pajak sekarang menjadi fungsi pengawasan dan konsultasi, pemeriksaan, ekstensifikasi maupun penagihan pajak, maka kinerja pegawai dapat terorganisir dan tertata dengan baik.
2) Setelah adanya Reformasi Birokrasi Perpajakan pertumbuhan penerimaan pajak di KPP Pratama Surakarta secara umum meningkat. 3) Jika ada pegawai atau oknum-oknum tertentu yang ingin melakukan
kecurangan-kecurangan akan terdeteksi oleh sistem. b. Kekurangan:
1) Ada beberapa pegawai tidak mau mengikuti perubahan/ reformasi yang telah ditetapkan pemerintah, sehingga pelaksanaan sistem Reformasi Birokrasi Perpajakan tidak terlaksana secara optimal.
2) Sumber daya manusia di Direktorat Jenderal Pajak masih banyak yang tidak siap untuk di asah keterampilannya terutama untuk masalah Teknologi Informasi (TI).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
lxii BAB III
TEMUAN
Berdasarkan pembahasan mengenai Pengaruh Reformasi Birokrasi Perpajakan terhadap Penerimaan Pajak di KPP Pratama Surakarta, maka penulis dapat mengemukakan beberapa kelebihan dan kelemahan yang ada pada pembahasan tersebut. Adapum kelebihan dan kelemahan tersebut adalah sebagai berikut:
A. KELEBIHAN
1. Dengan adanya perubahan fungsi yang awalnya berdasar jenis pajak sekarang menjadi fungsi pengawasan dan konsultasi, pemeriksaan, ekstensifikasi maupun penagihan pajak, maka kinerja pegawai pajak lebih dapat terorganisir dan tertata dengan baik karena penanganan berdasarkan fungsi.
2. Setelah adanya Reformasi Birokrasi Perpajakan pertumbuhan penerimaan pajak di KPP Pratama Surakarta secara umum meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
lxiii
lxiii B. KELEMAHAN
1. Ada beberapa pegawai yang masih memiliki pola pikir dan moral yang kurang baik, sehingga masih berusaha mencari celah dari sistem yang telah diperbaharui sekarang ini. Hal ini menjadikan pelaksanaan sistem Reformasi Birokrasi Perpajakan tidak terlaksana secara optimal.
2. Sumber Daya Manusia (SDM) di Direktorat Jenderal Pajak masih banyak yang tidak siap untuk di asah keterampilannya terutama untuk masalah Teknologi Informasi (TI). Dalam masalah ini banyak SDM yang merupakan generasi tua yang tidak mau tahu/ tidak mau belajar lagi karena mereka merasa sebentar lagi akan pensiun.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user