• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A Deskripsi Data

B. Pembahasan Metode Kontekstual

Melalui langkah-langkah pembelajaran kontekstual dapat dilakukan pembelajaran tokoh dan penokohan dalam novel Rumah Tanpa Jendela

karya Asma Nadia untuk siswa SMA kelas XI semester I. Langkah- langkah tersebut sebagai berikut:

1. Identifikasi novel Rumah Tanpa Jendelakarya Asma Nadia

Pada tahap awal ini, siswa membaca secara seksama novel

Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia dan memahami isi

ceritanya. Kemudian, siswa membuat sinopsis atau ringkasan cerita dengan tujuan agar siswa lebih memahami secara mendalam isi ceritanya. Berikut ini sinopsis setiap bab novel Rumah Tanpa Jendela

karya Asma Nadia. (1) Bab satu

Rara, seorang gadis kecil yang memiliki cita-cita sederhana yaitu menginginkan jendela bagi rumahnya yang kecil. Tidak banyak yang bisa ia lakukan untuk mendapatkan jendela selain berdoa dan meminta kepada Bapak serta Ibunya. Selain impian memiliki jendela, Rara sangat menginginkan sang Ibu sehat lagi sehingga dapat melihatnya tersenyum penuh kasih padanya.

(2) Bab dua

Rara tidak pernah menghentikan impiannya. melalui imajinasinya ia terus membiarkan angannya memiliki jendela terpelihara. Teman-teman Rara selalu mengejek impiannya, tetapi ia

tidak pernah putus asa karena selalu ada Ibu, Simbok, serta Bude Asih yang tidak pernah melarangnya bermimpi dan ada Bapak yang selalu memberinya nasihat.

(3) Bab tiga

Rara merasa lebih beruntung daripada teman sebaya di sekitar rumahnya. Ia satu-satunya anak yang tidak pernah dipukul orang tuanya berbeda dengan teman-temannya yang lain. Rara terus membayangkan suatu saat memiliki jendela dan hidup di rumah yang nyaman.

(4) Bab empat

Alia adalah guru sukarelawan yang memiliki budi baik memberikan sekolah gratis di lingkungan Rara tinggal. Akan tetapi, gejolak dalam hatinya muncul manakala orang tuanya melarangnya mengajar dan memintanya untuk segera menikah dengan laki-laki pilihan Abah (Bapak Alia).

(5) Bab lima

Rara merasa sangat bahagia karena akan memiliki seorang adik. Akan tetapi, kebahagiaan yang belum sempat ia rasakan itu tiba- tiba lenyap ketika sang Ibu terpeleset di rumahnya yang mengakibatkan sang Ibu dan calon adiknya meninggal dunia. Setelah sang Ibu meninggal, Rara tinggal bersama Bapak, Bude Asih dan Simbok.

(6) Bab enam

Selepas kepergian sang Ibu, Rara masih belum merasakan warna hidupnya. Ada satu hal yang baru dimengerti oleh Rara mengapa Bapak tidak suka dengan Bude Asih, ternyata Bude Asih adalah pelacur. Raga menyimpan kebencian terhadap Bude Asih hingga membuat Bude Asih pergi dari rumah.

(7) Bab tujuh

Bu Alia, seorang guru cantik yang mengajari Rara dan teman- temannya secara sukarela. Rara sangat menyukai sosok Bu Alia. Di mata Rara, Bu Alia adalah sosok yang sempurna, cantik, baik, dan pintar. Rara merasa bersyukur karena dapat bersekolah meskipun usianya sudah terlambat.

(8) Bab delapan

Rara bertemu dengan teman barunya di sebuah sanggar lukis ketika Rara bekerja mengojek payung. Sahabat barunya adalah Aldo, anak berkebutuhan khusus. Akan tetapi, Rara tak pernah memilih dalam berteman. Pada saat mengojek payung, Rara tertabrak mobil lalu di bawa oleh Aldo dan neneknya ke rumah sakit.

(9) Bab sembilan

Adam adalah kakak Aldo. Adam menyukai guru Rara yang bernama Alia. Adam membuat beberapa puisi untuk Alia. Alia mulai tertarik, namun tidak mau memberi harapan lebih kepada Adam

karena ia harus menghibur Rara yang terkena kecelakaan dan Alia sudah dijodohkan oleh lelaki pilihan orang tuanya..

(10) Bab sepuluh

Bapak Rara membuat gambar di tembok tipleks rumahnya. Gambar itu adalah gambar jendela. Bapaknya berusaha memberikan kejutan kepada anaknya yang selalu merengek meminta jendela. Akan tetapi, setelah Bapak menunjukkan pada Rara, justru Rara menangis karena kecewa. Setelah kejadian itu, Bapaknya mengukir mimpi anaknya di hatinya.

(11) Bab sebelas

Rara kini tidak sendiri dalam menggapai mimpinya. Teman- temannya mulai menyadari pentingnya memiliki jendela. Rara telah memberikan pengaruh pada anak-anak lain. Ia terus ingat nasihat sang Ibu dan juga nasihat Bu Alia untuk selalu berdoa.

(12) Bab dua belas

Andini adalah kakak kedua Aldo. Andini merayakan ulang tahunnya yang ke-17 di salah satu kafe. Aldo dan sang Nenek berinisiatif mengundang Rara dan teman-temannya untuk menghadiri dan meramaikan acara ulang tahun Andini. Adam, kakak tertua Aldo mendukung rencana itu. Tibalah saat di mana mereka tampil di acara ulang tahun Andini, akan tetapi hal ini justru membuat Andini malu. Andini menangis dan merasa pestanya telah gagal.

(13) Bab tiga belas

Rara teringat satu hal yang terjadi sore itu, Simbok membantunya menyiapkan segala sesuatu untuk menghadiri acara ulang tahun Andini. Sepulang dari acara Andini, Rara harus melihat kenyataan rumahnya terbakar. Rara takut, Bapak dan Simbok tak ditemukan.

(14) Bab empat belas

Rara masih berusaha mencari keberadaan Bapak dan Simbok, akan tetapi mereka tidak ditemukan. Di waktu kejadian, Bapak Rara yang baru saja pulang bekerja membawa jendela untuk sang anak merasa terkejut melihat rumahnya terbakar. Ia lantas berlari ke dalam dan menyelamatkan Simbok. Akan tetapi, ketika hendak keluar dari rumah mereka, Raga yang sedang memapah Simbok tertimpa reruntuhan kayu yang terbakar.

(15) Bab lima belas

Kabar berdatangan mengenai penyebab kebakaran terjadi. Akan tetapi hal itu tidak dihiraukan Rara, yang ia tahu sekarang ia telah kehilangan Bapaknya. Bapaknya meninggal dalam kebakaran itu dan Simbok terbaring lemah di rumah sakit. Rara menyesal mengapa di waktu kejadian, ia tak dapat menemukan Bapak dan Simbok yang dibawa ambulan. Setelah itu, ia melihat kembali rumahnya yang terbakar. Ia menemukan sebuah jendela, jendela dari Bapak untuknya.

(16) Bab enam belas

Aldo bertemu Billy, teman laki-laki kakaknya Andini di rumahnya. Aldo berbicara dan bercengkrama dengan Billy, tetapi setelah Andini melihatnya ia justru marah dan malu kepada Billy. Malu karena Andini memiliki adik seperti Aldo. Bukan Andini saja yang mengabaikan Aldo, Papa dan Mama Aldo juga tidak memperhatikan Aldo. Berbeda dengan Adam yang begitu menyayangi sang adik. Andini melontarkan kekesalannya kepada Aldo. Awalnya Aldo tak mengerti apa yang dikatakan Andini. Namun, semakin lama Aldo semakin mengerti.

(17) Bab tujuh belas

Rara menunggu Simbok yang terbaring di rumah sakit. Teman- teman Rara dan Bu Alia terkadang datang menjenguk dan menguatkan Rara. Rara terus berdoa demi kesehatan satu-satunya anggota keluarga yang Rara punyai itu. Suatu malam ketika Rara mengambil wudhu ia terkejut melihat Aldo datang sendirian.

(18) Bab delapan belas

Nenek mencari Aldo yang hilang. Mama dan Papa Aldo panik mendengar sang anak hilang. Mereka teringat ketika mereka malu akan tingkah Aldo di hadapan teman-teman mereka. Hanya Adam yang menganggap Aldo ada. Andini merasa bersalah atas hilangnya Aldo. Andini mencari Aldo ditemani oleh Billy. Di perjalanan, Billy menceritakan kisah saudaranya yang memiliki penyakit serupa dengan

Aldo yang kini sudah tiada. Cerita itu membuat Andini tersadar, apa yang dilakukan selama ini adalah salah.

(19) Bab sembilan belas

Aldo mengajak Rara pergi, sedangkan Rara masih tidak mengerti atas sikap Aldo. Aldo menitikkan air mata dan mengucapkan terima kasih kepada Rara, seseorang yang tulus menganggapnya sebagai seorang sahabat. Adam masih mencari Aldo, mencari di rumah sakit, rumah teman-teman Rara kemudian mencari di rumah Bu Alia. Alia kaget mendengar mereka hilang, ia meminta izin kepada Abah untuk mencari mereka. Abah tidak mengizinkan, akan tetapi Ummi membujuk Abah. Di rumah Aldo, Nenek dan Mama serta Papa Aldo shalat berjamaah memohon keselamatan Aldo.

(20) Bab dua puluh

Mama dan Papa Aldo masih meratapi kepergian sang anak. Mereka menyesali apa yang mereka lakukan pada Aldo. Ketika subuh tiba, mereka melakukan shalat berjamaah kembali. Di tempat lain, Rara dan Aldo berlari dengan napas tersengal karena di kejar orang gila. Ketika mereka hendak di tangkap oleh orang gila itu, satu hal yang tak disangka terjadi.

(21) Bab dua puluh satu

Adam dan Bu Alia telah menyelamatkan Aldo dan Rara. Adam dan Alia saling melemparkan senyuman. Setelah kejadian Aldo pergi dari rumah, keluarga Aldo kini bersikap baik terhadapnya. Ratna

memutuskan untuk menjaga Aldo di rumah dan melakukan bisnis melalui akun sosial media berkat saran Andini. Diterimanya Aldo di keluarganya membuat Rara ikut merasakan kebahagiaan. Kini, kebahagiaan Rara bertambah lagi. Simbok telah sehat dan kini Rara tinggal di rumah Villamilik keluarga Aldo dan Rara dapat bersekolah dengan biaya dari orang tua Aldo. Bude Asih juga ikut tinggal bersama mereka dan memutuskan meninggalkan dunia gelapnya setelah mengetrahui Raga meninggal dan Simbok sakit. Rara tidak pernah lupa mengirim doa untuk kedua orang tuanya. Impian Rara telah terwujud, ia telah memiliki banyak jendela di rumahnya.

Sinopsis atau ringkasan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia secara keseluruhan adalah sebagai berikut.

Rara adalah seorang gadis kecil yang sangat periang dan baik hati. Rara tinggal dalam rumah tak berjendela di sebuah perkampungan kumuh di Jakarta. Ia sangat ingin mempunyai jendela di rumahnya yang kecil berdinding tripleks. Tidak banyak keinginannya, cukup satu jendela saja agar dari dalam rumah tiap malam ia dapat melihat keindahan bulan, melihat senyum matahari, melihat kupu-kupu dan ramainya rintik hujan.

Rara kecil tinggal bersama dengan Bapak dan Ibunya. Bapaknya Raga yang bekerja sebagai pemulung dan penjual ikan hias, tidak cukup punya uang untuk membuat atau membeli bahkan hanya

selembar daun jendela dan kusennya saja. Sampai suatu ketika Rara merasa sangat bahagia karena hendak memiliki adik, akan tetapi Tuhan berkehendak lain. Ibu Rara yang sedang hamil terpeleset di kamar mandi dan meninggal dunia. Selepas Ibu dan calon adiknya meninggal, Rara tinggal dengan Bapak, Nenek dan Budenya. Bude Rara bernama Asih, ia tidak tahu jika budenya bekerja secara tidak halal, Mbok dan Raga tidak suka dengan pekerjaan Asih tersebut. Raga tidak suka Asih tinggal bersama mereka, sehingga Asih memutuskan untuk pergi dari rumah Raga.

Rara tetap merajut mimpinya, melalui imajinasi dan gambar- gambar rumah berjendela sederhana yang ia buat. Ia hanya ingin melalui jendela, melihat burung-burung yang berkicau di pagi hari, hujan yang turun atau sekedar menikmati sinar mentari pagi yang menyentuh wajahnya. Bersama teman-temannya sesama anak pemulung, sebelum ngamen atau ngojek payung jika hari sedang hujan, Rara sekolah di tempat sederhana khususnya untuk anak jalanan. Bangunan sekolah tersebut hanya berdinding tepas setinggi 1,5 meter dan beratap seng bekas. Bu Alia satu-satunya pengajar sukarelawan disitu yang membimbing dan membina anak- anak pemulung tersebut .

Di tempat lain, di perumahan mewah Kota Jakarta adalah Aldo anak lelaki berusia 10 tahun yang sedikit terbelakang mental, merindukan kehangatan keluarga di tengah keluarganya yang sibuk

dengan urusanya masing-masing. Aldo tidak memiliki sahabat, sehingga ia juga memerlukan uluran tangan sahabat yang tulus. Ia anak bungsu dari pengusaha sukses, Pak Syahri dan Nyonya Ratna. Kakak tertua Aldo bernama Adam berusia 23 tahun adalah seorang vokalis sekaligus pemimpin dalam group bandnya sedangkan kakak keduanya Andini, seorang gadis cantik berusia 17 tahun yang malu mempunyai adik seperti Aldo. Kehadiran Nenek, Ibunya Pak Syahri yang baru datang dari Medan dan kini menetap dirumah Pak Syahri, menjadi penghiburan untuk Aldo.

Aldo berkenalan dengan Rara yang saat itu tengah mengojek payung dan terserempet mobil Aldo. Sejak itu mereka menjadi akrab, bahkan Rara dan beberapa anak pemulung lainnya jadi sering bermain ke rumah Aldo. Ratna dan Andini terganggu dengan kehadiran teman-teman baru Aldo, namun karena Pak Syahri mengizinkan mereka tidak bisa melarang Aldo.

Suatu hari Andini merayakan ulang tahunnya yang ke-17 di gedung, ia mendapat kejutan berupa pertujukan tari dan nyanyi dari Aldo, Nenek Aisyah, Rara serta teman-teman pemulungnya. Bukannya senang, Andini marah besar karena ia merasa Aldo telah mempermalukannya di depan umum. Andini tidak suka karena menurutnya semua orang jadi tahu kalau ia punya adik yang cacat! sementara itu, di perkampungan kumuh tempat Rara tinggal terjadi

kebakaran yang mengakibatkan Bapaknya meninggal dan Neneknya (Simbok) koma. Rara sangat sedih dan terpukul dengan kejadian itu.

Andini penyebab Aldo pergi dari rumah. Aldo merasa kecewa dengan sikap kakaknya yang terang- terangan merasa malu memiliki adik seperti dirinya. Aldo pergi ke rumah sakit tempat di mana Simbok dirawat. Ketika Aldo melihat Abangnya Adam mencarinya hingga ke rumah sakit, Aldo akhirnya pergi dari rumah sakit di temani oleh Rara. Rara yang bingung atas sikap Aldo tanpa sadar ikut menemani Aldo pergi. Semuanya sibuk mencari, mereka bingung mencari Aldo karena Rara juga tidak ada di rumah sakit.

Aldo tetap tidak mau pulang walaupun Rara sudah berusaha membujuknya. Hari semakin larut dan hujan turun, mereka kelaparan. Rara meminjam payung kepada penjual makanan untuk digunakan mengojek payung agar dapat membeli makanan. Rara dan Aldo dikejar oleh orang gila, untung saja Bu Alia dan Adam menemukan mereka di waktu yang tepat. Setelah kejadian Aldo pergi dari rumah, keluarga kini lebih memperhatikan Aldo. Andini tidak malu memiliki adik seperti Aldo, justru Andini sadar dan sangat sayang kepada Aldo.

Simbok telah sadar dari komanya, hati Rara sangat gembira. Rara dan Neneknya tidak ada tempat tinggal, maka Ayah Aldo meminta mereka tinggal di sebuah Villa milik keluarga Aldo. Rara dan teman- teman pemulungnya di sekolahkan. Aldo sering berkunjung dan

bermain kesana. Rara telah mengubur mimpinya untuk mempunyai jendela, karena di Villa tersebut banyak sekali jendela sehingga dapat memandangi lingkungan sekitar yang indah. Ketika Bude Asih mendengar Raga telah meninggal ia memutuskan untuk berhenti bekerja sebagai PSK dan menemani Rara dan Simbok tinggal di Villa.

2. Identifikasi Tokoh dan Penokohan novel Rumah Tanpa Jendelakarya Asma Nadia

Peserta didik diharapkan mampu menganalisis tokoh dan penokohan dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat pada silabus bahasa Indonesia untuk SMA kelas XI semester I.

a. Tokoh

Peserta didik diminta menemukan tokoh dalam novel Rumah

Tanpa Jendelakarya Asma Nadia di lihat dari segi peranannya.

Tokoh terbagi menjadi dua, yaitu tokoh utama (sentral), dan tokoh bawahan. Peserta didik akan menganalisis tokoh berdasarkan utama dan tokoh tambahan (tokoh dari segi peranannya) dengan menggunakan teori yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro (2007: 176— 177). Langkah-langkah yang dapat digunakan untuk menganalisis tokoh adalah sebagai berikut.

(1) Membaca novel dengan seksama.

(2) Memahami definisi tokoh utama dan tokoh tambahan.

(3) Menganalisis atau mencari tokoh utama dan tokoh tambahan dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.

(4) Menemukan tokoh utama dan tokoh tambahan dalam novel

Rumah Tanpa Jendelakarya Asma Nadia.

(5) Menyusun dalam bentuk laporan.

Dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia ini, peneliti menemukan tokoh utama dan tokoh tambahan yang sangat berperan penting dalam jalannya cerita.

(1) Tokoh utama (sentral)

Tokoh utama (central character) adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2007: 176—177). Tokoh utama sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan, tokoh utama selalu hadir sebagai pelaku yang dikenai kejadian dan konflik. Kehadiran tokoh utama (sentral) lebih dominan daripada tokoh lain serta menjadi pusat perhatian bagi pembaca.

Novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia, tokoh utama atau tokoh sentralnya adalah Rara dan Aldo. Rara disebut sebaga tokoh sentral dikarenakan setiap kejadian atau peristiwa yang diangkat baik secara langsung maupun tidak langsung menceritakan

kehidupan kedua tokoh tersebut, sedangkan tokoh Aldo disebut sebagai tokoh sentral karena tokoh Aldo juga banyak diceritakan, banyak berhubungan dengan Rara, mempengaruhi perkembangan plot, bahkan perwujudan mimpi oleh tokoh Rara tokoh Aldo yang mewujudkan.

(2) Tokoh bawahan/tambahan

Tokoh tambahan (peripheral character) adalah tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itu pun dalam porsi penceritaan yang relatif pendek (Nurgiyantoro, 2007: 176— 177). Tokoh bawahan juga sering disebut sebagai tokoh tambahan. Disebut sebagai tokoh tambahan karena kedudukannya tidak sentral, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk mendukung tokoh utama.

Tokoh bawahan yang ditemukan dalam novel Rumah

Tanpa Jendela karya Asma Nadia adalah: Ibu, Raga, Rafi, Akbar,

Alia, Abah, Ummi, Yati, Bude Asih, Ibu Yati, Nenek Aldo, Adam, Andini, Salma, Suster, Bi siti, Simbok, Ratna, Syafri, dan Billy.

(3) Tokoh Berdasarkan Fungsi Penampilan

Peserta didik diminta menemukan sifat tokoh dalam novel

Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia berdasarkan fungsi

penampilannya.

Berdasarkan fungsi penampilannya, tokoh dalam cerita terbagi dua macam yaitu tokoh protagonis dan antagonis. Peserta

didik akan menganalisis tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Peserta didik menganalisis tokoh protagonis dan tokoh antagonis dengan menggunakan teori yang dikemukakan oleh Nurgiantoro (2007: 178—179).

Langkah-langkah yang digunakan dalam menganalisis tokoh berdasarkan fungsi penampilan adalah sebagai berikut.

(1) Membaca novel dengan seksama.

(2) Memahami definisi tokoh antagonis dan tokoh protagonis.

(3) Menganalisis tokoh antagonis dan tokoh protagonis dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.

(4) Menemukan tokoh antagonis dan protagonis dalam novel Rumah Tanpa Jendelakarya Asma Nadia. (5) Menyajikan dalam bentuk laporan.

Peneliti menganalisis tokoh dari segi fungsi penampilan setiap bab novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Hasil analisis tersebut adalah sebagai berikut.

1. Bab Satu

Pada bab satu dengan sub judul pada novel: gadis kecil dan doanya, peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsi penampilan. Hasil analisis sebagai berikut.

(1) Rara

Berdasarkan kutipan novel (1—2) oleh tokoh Rara, peneliti menemukan bahwa sifat Rara berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Ini dibuktikan dengan kebaikan hatinya pada harapan kesembuhan ibunya serta impian baiknya memiliki jendela dengan tetap berdoa kepada Tuhan.

(2) Ibu

Kutipan novel (3), menggambarkan bahwa tokoh Ibu berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis Tokoh Ibu muncul untuk mengatasi persoalan anaknya dalam bermimpi dengan berdoa.

2. Bab dua

Pada bab dua dengan sub judul novel: perjalanan mimpi teman kecil, peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsi penampilannya. Hasil analisis sebagai berikut.

(1) Rara

Berdasarkan kutipan novel (4— 6), dapat disimpulkan bahwa tokoh Rara berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Kutipan novel (4&5), pembaca dapat melihat nilai kebaikan seperti layaknya seorang anak baik hati yang mengikuti apa nasihat yang diberikan oleh orang tuanya. Pada kutipan novel (6), Rara juga mampu membuat orang tuanya selalu bangga dengan mimpinya.

(2) Ibu

Berdasarkan kutipan novel (7—9), peneliti menyimpulkan bahwa tokoh Ibu berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Ibu baik hati selalu mendorong anaknya untuk tetap bermimpi dan tidak mematahkan impian sang anak. Tokoh Ibu selalu menasihati sang anak agar berani mengahadapi ketakutan.

(3) Raga

Berdasarkan kutipan novel (10— 12) dapat disimpulkan bahwa tokoh Raga memiliki sifat Protagonis. Hal ini dibuktikan dengan caranya menunjukkan kasih sayang kepada Rara serta nasihat lembut yang diberikan kepada anaknya guna membangun anaknya agar lebih berani melawan rasa takut.

(4) Rafi

Berdasarkan kutipan novel (13 & 14), dapat disimpulkan bahwa Rafi berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Rafi seorang penakut, tetapi ia justru berusaha untuk tidak membuat teman-temannya takut dengan membuat lelucon agar teman-temannya tertawa karena merasa salah sangka atas apa yang terjadi padanya.

3. Bab tiga

Pada bab tiga dengan sub judul novel: perjalanan mimpi teman-teman kecil, peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsi penampilannya. Hasil analisis sebagai berikut.

(1) Rara

Kutipan novel (15 & 16), menunjukkan bahwa tokoh Rara berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Kutipan tersebut, memberikan gambaran kepada pembaca bahwa tokoh Rara mempunyai nilai optimis. Optimis mengenai mimpinya memiliki jendela di rumahnya dengan berbagai keterbatasan yang ada sehingga dapat membuat pembaca tersentuh sehingga tokoh Rara layak di sebut tokoh protagonis.

(2) Akbar

Berdasarkan kutipan novel (17-18), peneliti menyimpulkan bahwa tokoh Akbar berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Akbar sering menerima perlakuan fisik dari bapaknya sampai mengalami luka lebam, tetapi hal ini tidak menjadi beban bagi Akbar. Akbar tidak dendam atas apa yang dilakukan oleh bapaknya.

(3) Yati

Pada kutipan novel (19), dapat disimpulkan bahwa tokoh Yati berdasakan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Tokoh Yati digambarkan sebagai tokoh yang sabar menghadapi

perlakuan Ibunya, ia tidak pernah terlihat menjadikan itu sebagai beban hidupnya. Yati tidak menaruh dendam atas apa yang dilakukan ibunya terhadapnya.

(4) Rafi

Berdasarkan kutipan novel (20 & 21), dapat disimpulkan bahwa tokoh Rafi berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh

Dokumen terkait