• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode kontekstual dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia untuk siswa SMA kelas XI semester 1.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Metode kontekstual dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia untuk siswa SMA kelas XI semester 1."

Copied!
290
0
0

Teks penuh

(1)

viii ABSTRAK

Novika, Vitalis Cicik. 2016. Metode Kontekstual dalam Pembelajaran Tokoh dan Penokohan Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia Untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1”. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini menggunakan metode kontekstual dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan metode kontekstual dalam pembelajaran tokoh dan penokohan dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia untuk siswa SMA kelas XI semester 1. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia, dalam kata-kata atau bahasa yang baik dan benar.

Peneliti menerapkan langkah-langkah metode kontekstual yang digunakan dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia yang terdiri dari (1) membuat sinopsis, (2) mengidentifikasi tokoh dan penokohan, (3) bertanya, (4) diskusi kelompok, (5) pemodelan, (6) refleksi, (7) penilaian autentik. Pada penelitian yang dilakukan, peneliti menganalisis tokoh dan penokohan yang terdapat pada novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Tokoh yang dianalisis dalam penelitian ini ada dua jenis, dari segi peranan (tokoh utama dan tokoh tambahan) dan dari segi fungsi penampilan (tokoh protagonis dan antagonis). Analisis penokohan menggunakan metode tidak langsung terdiri dari: (1) karakterisasi melalui dialog, (2) lokasi dan situasi percakapan, (3) jati diri tokoh yang dituju oleh penutur, (4) kualitas mental para tokoh, (5) nada, suara, tekanan, dan dialek, (6) karakterisasi melalui tindakan para tokoh. Tokoh utama dalam novel adalah Rara dan Aldo. Tokoh tambahan yang terdapat dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia adalah Ibu, Raga, Rafi, Akbar, Alia, Abah Alia, Umi Alia, Yati, Bude Asih, Ibu Yati, Nenek Aldo, Adam, Andini, Salma, Suster, Bi Siti, Simbok, Ratna, Papa Aldo, dan Billy. Dari segi fungsi penampilan, tokoh yang termasuk dalam tokoh protagonis adalah: Rara, Aldo, Ibu, Raga, Nenek, Akbar, Rafi, Yati, Salma, Alia, Adam, Syarif, Simbok, Asih, Abah, Ummi, Bi Siti, Suster, dan Billy. Tokoh yang termasuk tokoh antagonis adalah: Ratna, Andini dan Ibu Yati. Analisis penokohan menggunakan metode tidak langsung menghasilkan gambaran penokohan tokoh yang terlibat dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.

(2)

ix ABSTRACT

Novika, Vitalis Cicik. 2016. “Contextual Method in Character and Characterization Learning on Novel Rumah Tanpa Jendela Written by Asma Nadia to the First Semester Senior High Schools Students of Class XI”. Thesis. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

This research examined contextual method in character and characterization learning on novel Rumah Tanpa Jendela written by Asma Nadia. This research was aimed to describe contextual method in character and characterization learning on novel Rumah Tanpa Jendela written by Asma Nadia to the First Semester Senior High Schools Students of Class XI. The method used in this research was descriptive qualitative approach. Descriptive qualitative approach method was used to describe the character and characterization on novel Rumah Tanpa Jendela written by Asma Nadia, in the words or language is good and true.

Reserchers apply the steps used in the contextual method learning character and characterization of the novel Rumah Tanpa Jendela written by Asma Nadia were: (1) making synopsis, (2) identifying of the character and characterization, (3) questioning, (4) learning in groups, (5) modeling, (6) reflection, (7) authentic assessment. On research, researchers analyzed character and characterization on novel Rumah Tanpa Jendela written by Asma Nadia. Character analyzed in this research are two type, in terms of the role (the main character and additional figures) and in terms of function appearance (protagonist and antagonist). Characterizations found by the reasearchers examined the indirect method were: (1) characterization through dialogue, (2) the location and situation of the conversation, (3) identity figures targeted by speakers, (4) mental quality leaders (5) tone, sound, pressure, and dialects, (6) characterization through action figures. The main character in the novel is Rara and Aldo. The addtional figures in the novel is Ibu, Raga, Rafi, Akbar, Alia, Abah Alia, Umi Alia, Yati, Bude Asih, Ibu Yati, Nenek Aldo, Adam, Andini, Salma, Suster, Bi Siti, Simbok, Ratna, Papa Aldo, and Billy. In the terms of function appearance, a figure by which included in figures protagonist is Rara, Aldo, Ibu, Raga, Nenek, Akbar, Rafi, Yati, Salma, Alia, Adam, Syarif, Simbok, Asih, Abah, Ummi, Bi Siti, Suster, and Billy. Figure by which included in figures antagonist is Ratna, Andini dan Ibu Yati. Analyzed characterization used the indirect produce picture characterization figures involved on novel Rumah Tanpa Jendela written by Asma Nadia.

(3)

METODE KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN TOKOH DAN PENOKOHAN NOVEL RUMAH TANPA JENDELA

KARYA ASMA NADIA

UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER I

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:

Vitalis Cicik Novika 121224016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

METODE KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN TOKOH DAN PENOKOHAN NOVEL RUMAH TANPA JENDELA

KARYA ASMA NADIA

UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER I

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:

Vitalis Cicik Novika 121224016

PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk:

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberkati, memberi perlindungan, kekuatan, dan kesabaran untuk saya.

2. Orang tua saya, Bapak Ignasius Sumanto dan Ibu Valentina Eni Indawati. 3. Adik saya, Yustina Mentari Adri Anjani dan Antonius Firmanda Tegar

Hermawan.

(8)

v

MOTO

Mimpi dan rencana hanya akan menjadi bayangan semata, jika tanpa

usaha untuk mewujudkan. Karena sebaik-baiknya mimpi dan rencana adalah

lebih baik tindakan. (Penulis)

“Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang”

(Amsal, 23: 18).

“Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan

diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka

pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima

dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok,

(9)
(10)
(11)

viii ABSTRAK

Novika, Vitalis Cicik. 2016. Metode Kontekstual dalam Pembelajaran Tokoh dan Penokohan Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia Untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1”. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini menggunakan metode kontekstual dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan metode kontekstual dalam pembelajaran tokoh dan penokohan dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia untuk siswa SMA kelas XI semester 1. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan tokoh dan penokohan novel

Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia, dalam kata-kata atau bahasa yang baik

dan benar.

Peneliti menerapkan langkah-langkah metode kontekstual yang digunakan dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia yang terdiri dari (1) membuat sinopsis, (2) mengidentifikasi tokoh dan penokohan, (3) bertanya, (4) diskusi kelompok, (5) pemodelan, (6) refleksi, (7) penilaian autentik. Pada penelitian yang dilakukan, peneliti menganalisis tokoh dan penokohan yang terdapat pada novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Tokoh yang dianalisis dalam penelitian ini ada dua jenis, dari segi peranan (tokoh utama dan tokoh tambahan) dan dari segi fungsi penampilan (tokoh protagonis dan antagonis). Analisis penokohan menggunakan metode tidak langsung terdiri dari: (1) karakterisasi melalui dialog, (2) lokasi dan situasi percakapan, (3) jati diri tokoh yang dituju oleh penutur, (4) kualitas mental para tokoh, (5) nada, suara, tekanan, dan dialek, (6) karakterisasi melalui tindakan para tokoh. Tokoh utama dalam novel adalah Rara dan Aldo. Tokoh tambahan yang terdapat dalam novel Rumah Tanpa Jendelakarya Asma Nadia adalah Ibu, Raga, Rafi, Akbar, Alia, Abah Alia, Umi Alia, Yati, Bude Asih, Ibu Yati, Nenek Aldo, Adam, Andini, Salma, Suster, Bi Siti, Simbok, Ratna, Papa Aldo, dan Billy. Dari segi fungsi penampilan, tokoh yang termasuk dalam tokoh protagonis adalah: Rara, Aldo, Ibu, Raga, Nenek, Akbar, Rafi, Yati, Salma, Alia, Adam, Syarif, Simbok, Asih, Abah, Ummi, Bi Siti, Suster, dan Billy. Tokoh yang termasuk tokoh antagonis adalah: Ratna, Andini dan Ibu Yati. Analisis penokohan menggunakan metode tidak langsung menghasilkan gambaran penokohan tokoh yang terlibat dalam novel Rumah Tanpa Jendelakarya Asma Nadia.

(12)

ix ABSTRACT

Novika, Vitalis Cicik. 2016. “Contextual Method in Character and

Characterization Learning on Novel Rumah Tanpa Jendela Written by Asma Nadia to the First Semester Senior High Schools Students of Class XI”. Thesis. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

This research examined contextual method in character and characterization learning on novel Rumah Tanpa Jendela written by Asma Nadia. This research was aimed to describe contextual method in character and characterization learning on novel Rumah Tanpa Jendela written by Asma Nadia to the First Semester Senior High Schools Students of Class XI. The method used in this research was descriptive qualitative approach. Descriptive qualitative approach method was used to describe the character and characterization on novel Rumah Tanpa Jendela written by Asma Nadia, in the words or language is good and true.

Reserchers apply the steps used in the contextual method learning character and characterization of the novel Rumah Tanpa Jendela written by Asma Nadia were: (1) making synopsis, (2) identifying of the character and characterization, (3) questioning, (4) learning in groups, (5) modeling, (6) reflection, (7) authentic assessment. On research, researchers analyzed character and characterization on novel Rumah Tanpa Jendela written by Asma Nadia. Character analyzed in this research are two type, in terms of the role (the main character and additional figures) and in terms of function appearance (protagonist and antagonist). Characterizations found by the reasearchers examined the indirect method were: (1) characterization through dialogue, (2) the location and situation of the conversation, (3) identity figures targeted by speakers, (4) mental quality leaders (5) tone, sound, pressure, and dialects, (6) characterization through action figures. The main character in the novel is Rara and Aldo. The addtional figures in the novel is Ibu, Raga, Rafi, Akbar, Alia, Abah Alia, Umi Alia, Yati, Bude Asih, Ibu Yati, Nenek Aldo, Adam, Andini, Salma, Suster, Bi Siti, Simbok, Ratna, Papa Aldo, and Billy. In the terms of function appearance, a figure by which included in figures protagonist is Rara, Aldo, Ibu, Raga, Nenek, Akbar, Rafi, Yati, Salma, Alia, Adam, Syarif, Simbok, Asih, Abah, Ummi, Bi Siti, Suster, and Billy. Figure by which included in figures antagonist is Ratna, Andini dan Ibu Yati. Analyzed characterization used the indirect produce picture characterization figures involved on novel Rumah Tanpa Jendela written by Asma Nadia.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Metode Kontekstual dalam Pembelajaran Tokoh dan Penokohan Novel Rumah Tanpa

Jendela karya Asma Nadia Untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I”. Skripsi ini

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.

Penulis menyadari bahwa terselesainya skripsi ini berkat dukungan, doa, semangat, bimbingan, nasihat, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang selalu memberikan motivasi kepada penulis agar cepat menyelesaikan skripsi ini.

3. Drs. B. Rahmanto, M.Hum., selaku dosen pembimbing I yang selalu membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam menyusun skripsi.

4. Drs. P. Hariyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang selalu membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam menyusun skripsi.

5. Seluruh dosen PBSI yang telah membimbing, mendampingi, dan mendidik penulis selama menempuh perkuliahan.

6. Bapak Robertus Marsidiq, selaku staff sekretariat yang telah memberikan pelayanan administrasi di Prodi PBSI.

7. Seluruh karyawan dan staf Universitas Sanata Dharma.

(14)
(15)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN PERSEMBAHAN iv

MOTO v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS vii

ABSTRAK viii

ABSTRACT ix

KATA PENGANTAR x

DAFTAR ISI xii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 5

C. Tujuan 5

D. Manfaat 5

E. Definisi Istilah 6

F. Sistematika Penyajian 8

BAB II LANDASAN TEORI 9

A. Penelitian yang Relevan 9

(16)

xiii

1. Metode Kontekstual 12

a. Definisi Metode Kontekstual 12

b. Prinsip Metode Kontekstual 13

c. Komponen Pembelajaran Kontekstual 15 d. Langkah-Langkah Penerapan CTLdi Kelas 16

2. Hakikat Novel 22

3. Tokoh 23

4. Penokohan 24

C. Pembelajaran Sastra di SMA 30

1. Silabus 30

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 32 3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 33

D. Kerangka Berpikir 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 37

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 37

B. Metode Penelitian 37

C. Sumber Data 38

D. Instrumen Penelitian 39

E. Teknik Pengumpulan Data 40

F. Teknik Analisis Data 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 42

A. Deskripsi Data 42

B. Pembahasan Metode Kontekstual 43

1. Identifikasi Novel Rumah Tanpa Jendela

Karya Asma Nadia 43

2. Identifikasi Tokoh dan Penokohan Novel Rumah Tanpa

JendelaKarya Asma Nadia 54

a. Identifikasi tokoh Novel Rumah Tanpa Jendela

(17)

xiv

b. Identifikasi Penokohan Novel Rumah Tanpa Jendela

Karya Asma Nadia 108

3. Bertanya 192

4. Diskusi Kelompok 192

5. Pemodelan 193

6. Refleksi 196

7. Penilaian Autentik 197

C. Implementasi Pembelajaran Tokoh dan Penokohan Novel

Rumah Tanpa JendelaKarya Asma Nadia 201

1. Silabus 202

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 205

BAB V PENUTUP 226

A. Kesimpulan 226

B. Implikasi 228

C. Saran 228

DAFTAR PUSTAKA 230

LAMPIRAN 232

A. Lampiran kutipan novel Rumah Tanpa Jendela

karya Asma Nadia 233

B. Bab sembilan Belas novel Rumah Tanpa Jendela

karya Asma Nadia 259

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, kompetensi dasar membaca novel maupun membaca terjemahan novel merupakan materi yang wajib dipelajari oleh peserta didik, khususnya pada jenjang SMA kelas XI semester 1. Materi ini termasuk dalam empat komponen keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Empat keterampilan berbahasa tersebut saling berkaitan. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam membaca novel memerlukan dua aspek kemampuan. Aspek kemampuan tersebut meliputi aspek kemampuan berbahasa dan aspek kemampuan bersastra.

Pada dasarnya, proses pengajaran sastra bukanlah hal yang mudah. Pengetahuan yang dimiliki oleh guru bukan menjadi hal utama suksesnya pembelajaran sastra ini. Selain memiliki pengetahuan, seorang guru yang kreatif harus mampu mengembangkan kemampuan mengajar dengan berbagai metode pembelajaran yang efektif dan efisien yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan peserta didiknya.

(19)

strategi juga secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap proses aktivitas peserta didik di kelas, karena pada dasarnya yang terpenting bukanlah hasil akhir siswa dalam pembelajaran melainkan proses belajar siswa dalam memahami materi.

Metode kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Pembelajaran kontekstual

Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep

pembelajaran dengan mengaitkan antara materi pembelajaran dengan dunia nyata siswa dengan mendorong siswa agar membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari (Muslich, 2007: 41). Dalam pembelajaran kontekstual, siswa bukan hanya belajar mengenai materi bahasa dan sastra Indonesia khususnya novel saja, melainkan siswa dapat mengambil pesan atau manfaat dari isi novel tersebut untuk kemudian diaplikasikan secara nyata ke dalam kehidupan siswa sehari-hari.

Sastra merupakan gambaran dari kehidupan masyarakat yang dituangkan dalam bentuk tulisan, gerak, maupun simbol tertentu. Karya sastra diciptakan oleh pengarang bukan hanya untuk dibaca saja, melainkan digunakan untuk diapresiasi dan dinikmati secara turun temurun.

(20)

dan merupakan kesatuan dinamis yang bermakna (Wahyuningtyas & Santoso, 2011: 47). Novel memiliki unsur pembangun yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Salah satu unsur intrinsik yang penting dan memengaruhi jalannya cerita dalam novel yaitu adanya tokoh yang digambarkan atau diceritakan.

Tokoh dalam novel berkaitan erat dengan penokohan. Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman via Budianta, 2008: 86), sedangkan penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku (Jauhari, 2013: 161).

Novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia memuat cerita yang sederhana namun mampu menggambarkan situasi kehidupan saat ini. Novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia merupakan salah satu novel yang sukses menarik banyak pembaca dan dapat menjadi novel yang layak diperhitungkan. Alasan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia layak diperhitungkan karena isi cerita mengandung fakta berkaitan dengan kelas sosial dan kelas ekonomi yang terjadi pada masyarakat sekarang. Melihat tanggapan dan antusias pembaca yang sangat baik terhadap cerita novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia, cerita dalam novel kemudian di filmkan dengan judul yang sama. Film Rumah

Tanpa Jendela menjadi film terbaik dan memenangkan penghargaan

(21)

Tanpa Jendela karya Asma Nadia dapat dijadikan gambaran dan pertimbangan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran novel.

Ketertarikan peneliti terhadap novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia di dalam novel ini terdapat unsur yang membangun karya sastra itu sendiri yaitu unsur tokoh dan penokohan. Selain itu, tindakan yang dilakukan oleh para tokoh dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan dapat dijadikan contoh bagi siswa sehingga novel ini dapat dijadikan sebagai bahan baru dalam pengajaran sastra di SMA kelas XI semester 1 terutama pada materi ajar tokoh dan penokohan.

Peneliti memilih metode kontekstual dalam menganalisis tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendelakarya Asma Nadia agar siswa dapat mengaitkan kesesuaian antara penokohan dengan perilaku yang ditimbulkan. Dengan adanya metode kontekstual ini, peserta didik dapat belajar memaknai kehidupan dengan membaca novel tersebut kemudian mengambil nilai yang terkandung untuk diaplikasikan dalam perilaku sehari-hari. Peneliti melakukan penelitian terhadap novel Rumah Tanpa

Jendela ini dengan berfokus dalam salah satu unsur intrinsik dalam novel

(22)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini ialah “bagaimana penerapan metode kontekstual dalam pembelajaran tokoh dan penokohan Novel Rumah

Tanpa Jendela karya Asma Nadia untuk siswa SMA kelas XI semester 1

dalam bentuk silabus dan RPP?”.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan penerapan metode kontekstual dalam pembelajaran tokoh dan penokohan Novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia untuk siswa SMA kelas XI semester 1 dalam bentuk silabus dan RPP.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Memberikan sumbangan bagi ilmu pembelajaran sastra dan pendidikan yaitu implementasi metode kontekstual.

2. Memperkaya pemahaman terhadap unsur tokoh dan penokohan novel

Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.

(23)

4. Bagi guru bidang studi Bahasa Indonesia khususnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk materi pengajaran dan strategi pengajaran sastra.

5. Bagi peneliti sendiri, dapat menambah pemahaman peneliti terhadap strategi pembelajaran dengan menerapkan metode kontekstual dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

E. Definisi Istilah 1. Novel

Novel merupakan cerita rekaan yang menyajikan aspek kehidupan manusia yang mendalam yang senantiasa berubah-ubah dan merupakan kesatuan dinamis yang bermakna (Wahyuningtyas & Santosa, 2011: 47).

2. Tokoh

Sudjiman via Budianta, dkk (2008: 86) tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita.

3. Penokohan

(24)

4. Implementasi

Im-ple-men-ta-si/ n/ pelaksanaan; penerapan (Depdiknas, 2008: 529).

5. Metode Kontekstual

Pendekatan kontekstual atau contextual teaching and learning

merupakan suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu (Hosnan, 2014: 267).

6. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh tiap-tiap satuan pendidikan/ sekolah (Muslich, 2007: 10).

7. Silabus

Silabus merupakan seperangkat rencana dan peraturan tentang implementasi kurikulum, yang mencakup kegiatan pembelajaran, pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, kurikulum dan hasil belajar, serta penilaian berbasis kelas (Mulyasa, 2008: 133).

8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

(25)

F. Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian penelitian ini terdiri dari lima bagian utama, yaitu:

(1) Pendahuluan. Bab pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. (2) Landasan teori. Landasan teori terdiri dari penelitian yang relevan, dan kajian teori. Bab ini akan memuat teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini. (3) Metodologi penelitian. Metodologi penelitian terdiri dari pendekatan dan jenis penelitian, metode penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, serta teknik analisis data. (4) Pembahasan. Hasil penelitian dan pembahasan terdiri dari deskripsi data, pembahasan metode kontekstual dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel

Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia, dan implementasi hasil analisis

(26)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan disajikan beberapa teori yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian. Bab ini meliputi tiga komponen penting, yaitu (A) penelitian yang relevan, (B) landasan teori, serta (C) pembelajaran sastra di SMA (D) kerangka berpikir.

A. Penelitian Yang Relevan

Peneliti menemukan dua penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Erna Lawu Niri dari Universitas Sanata Dharma dengan judul “Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Alur Novel Manusia Langit Karya Jajang Agus Sonjaya Untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I” (Niri, 2011).

(27)

Hasil analisis yang telah dilakukan dalam novel Manusia Langit

karya Jajang Agus Sonjaya sebagai berikut, tema yang ditemukan yaitu mempertahankan harga diri dan menjunjung nilai kebudayaan. Kemudian dari segi alur, ditemukan bahwa alur yang digunakan yaitu alur sorot-balik atau flash back.Hasil analisisnya berimplikasi dalam pembelajaran sastra dalam bentuk silabus dan RPP.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Herlina, Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Program Pascasarjana UNS dengan judul “Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia (Kajian Sosiologi Sastra, Resepsi Sastra, dan Nilai Pendidikan)” (Herlina, 2013).

(28)

Hasil penelitian adalah sebagai berikut: (1) latar belakang sosial budaya yang terdapat dalam novel Rumah Tanpa Jendela tampak pada seperti kebiasaan-kebiasaan, prilaku, sikap, sopan santun, hubungan kekerabatan, tampak pada kesempatan memperoleh pendidikan, ajaran-ajaran tertentu, Sifat kemandirian, (2) hal yang paling mendasar yang mempengaruh latar belakang sosial pengarang terhadap proses penciptaan novel Rumah Tanpa JendelaKarya Asma Nadia adalah keadaan ekonomi keluarga pengarang novel ini yang sangat sederhana, permasalahan hidup yang pernah dialami oleh pengarang, dan keyakinan yang kuat terhadap agamanya.

(3) Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan terhadap pembaca novel Rumah Tanpa Jendela, Tanggapan terhadap novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia dinilai positif. Sebab novel ini dapat mampu membawa pengaruh positif dalam diri pembacanya. (4) nilai pendidikan yang terkandung di dalam novel Rumah

Tanpa Jendela karya Asma Nadia yaitu nilai pendidikan agama,

(29)

agar tidak mengutamakan kepentingan pribadi dan segala perbuatan kita jangan sampai merugikan orang lain.

Secara garis besar penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang berjudul “Metode Kontekstual dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia untuk siswa SMA kelas XI semester I” terdapat persamaan dan perbedaan dengan kedua peneliti terdahulu. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Erna Lawu Niri adalah sama-sama menggunakan metode kontekstual, sedangkan perbedaannya yaitu sumber data (judul novel) serta analisis unsurnya. Persamaan penelitian ini dengan penelitian kedua yang di lakukan oleh Herlina adalah objek penelitiannya sama (novel), sedangkan perbedaannya adalah kajian yang digunakan dalam meneliti.

B. Landasan Teori 1. Metode Kontekstual

a. Definisi Metode Kontekstual

Metode kontekstual atau contextual teaching and learning

(30)

konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkannya dalam dunia nyata (Rusnan, 2012: 187).

Dalam pembelajaran kontekstual, guru mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang ia miliki dalam hal ini materi yang diberikan oleh guru dengan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Strategi pembelajaran kontekstual yaitu bahwa materi tidak seluruhnya dari guru. Akan tetapi, siswa dituntut untuk mencari, melakukan, dan mengalami dari pembelajaran sastra yang telah dilakukan. Hal tersebut karena pada dasarnya dalam pembelajaran sastra mengandung pesan yang baik untuk siswa dalam memecahkan permasalahan yang ia alami dalam lingkungan keluarga maupun masyarakatnya.

b. Prinsip Metode Kontekstual

Metode kontekstual dalam implementasinya memerlukan perencanaan pembelajaran yang mencerminkan konsep dan prinsip CTL (Rusman, 2012: 193). Ada tujuh prinsip pembelajaran kontekstual yang wajib dikembangkan oleh guru, yaitu sebagai berikut:

1) Kontruktivisme (Contructivism)

(31)

konsep dengan kenyataan merupakan unsur yang diutamakan dibandingkan dengan penekanan terhadap beberapa banyak pengetahuan yang harus diingat siswa.

2) Menemukan (Inquiry)

Proses ini merupakan kegiatan inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil penemuan sendiri.

3) Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang dimulai dengan bertanya. Dalam implementasi CTL, pertanyaan yang diajukan oleh guru atau siswa harus dijadikan alat atau pendekatan untuk menggali informasi atau sumber belajar yang ada kaitannya dengan kehidupan nyata.

4) Masyarakat-belajar (Learning Community)

(32)

5) Pemodelan (Modeling)

Tahap pemodelan dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan pembelajaran agar siswa bisa memenuhi harapan siswa secara menyeluruh, dan membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh para guru. Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoritik-abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme.

6) Refleksi (Reflection)

Reflleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru saja terjadi atau baru saja dipelajari. Pada saat refleksi, siswa diberi kesempatan untuk mencerna, menimbang, membandingkan menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri

(learning to be). Setiap pengetahuna, sikap dan keterampilan pada dunia nyata akan diaktualisasikan pada kehidupan selanjutnya yang telah diinternalisasikan melalui pengalaman sebelumnya.

7) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment)

Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dari informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa.

c. Komponen Pembelajaran Kontekstual

(33)

1) Menjalin hubungan-hubungan yang bermakna (making meaningful connections)

2) Mengajarkan pekerjaan-pekerjaan yang berarti (doing significant work)

3) Melakukan proses belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning)

4) Mengadakan kolaborasi (collaborating)

5) Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thingking) 6) Memberikan layanan secara individual (nurturing the

individual)

7) Mengupayakan pencapaian standar yang tinggi (reaching high standards)

8) Menggunakan asesmen autentik (using authentic assessment).

d. Langkah-langkah Penerapan CTL Di Kelas

Menurut Trianto (2009:111) secara garis besar langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas adalah sebagai berikut:

1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksikan sendiri pengetahuaan dan keterampilan barunya.

2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. Maksudnya adalah siswa

(34)

4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok).

5) Hadirkan model sebagi contoh pembelajaran. 6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan.

7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. Melalui langkah-langkah pembelajaran kontekstual (CTL) di atas, dapat dilakukan implementasi metode kontekstual terhadap proses pembelajaran tokoh dan penokohan sebagai berikut:

1) Membuat Sinopsis

Siswa membuat sinopsis atau ringkasan cerita novel sesuai dengan pemahaman siswa. Hal ini berkaitan dengan metode kontekstual dimana siswa berperan aktif sehingga siswa dapat menghubungkan cerita novel dengan situasi siswa sehari-hari dan siswa dapat menemukan hasil penemuan sendiri.

2) Mengidentifikasi unsur tokoh a) Tokoh

(35)

(1) Membaca novel dengan seksama.

(2) Memahami teori definisi tokoh utama dan tokoh tambahan, kemudian mengartikan atau menangkap makna sesuai dengan konsep pemahaman siswa sendiri, selanjutnya menghubungkan definisi dengan novel.

(3) Menganalisis atau mencari tokoh utama dan tokoh tambahan dalam novel.

(4) Menemukan tokoh utama dan tokoh tambahan berdasarkan hasil penemuan sendiri (inquiry).

(5) Mengkomunikasikan hasil temuan.

Berdasarkan fungsi penampilannya, terdapat dua jenis tokoh yaitu tokoh protagonis dan antragonis. Langkah-langkah identifikasi tokoh antagonis dan protagonis adalah sebagai berikut.

(1) Membaca cerita novel dengan seksama dan teliti. (2) Memahami definisi tokoh protagonis dan tokoh

antagonis, mengartikan definisi dengan sederhana sesuai dengan pemahaman sendiri.

(36)

(4) Menemukan tokoh antagonis dan protagonis berdasarkan hasil penemuan sendiri (inquiry). (5) Mengkomunikasikan hasil temuan.

b) Penokohan

Langkah-langkah menemukan penokohan dalam novel berdasarkan metode kontekstual adalah sebagai berikut.

(1) Membaca secara seksama novel dan memahami isinya.

(2) Memahami teori definsi penokohan yang diterangkan oleh guru melalui pemahamannya sendiri secara sederhana.

(3) Mencari dan menganalisis penokohan dalam novel berdasarkan pemahamannya.

(4) Menemukan penokohan tokoh yang terdapat dalam novel dan menyusun menggunakan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan pemahaman siswa (Inquiry).

(5) Mengkomunikasikan hasil analisis atau temuan.

(37)

Jendela karya Asma Nadia pada siswa SMA kelas XI semester I. Langkah-langkah pembelajaran CTL tersebut adalah sebagai berikut:

1) Identifikasi novel Rumah Tanpa Jendelakarya Asma Nadia Pada langkah awal, siswa secara individu diberikan waktu untuk mengerjakan tugas membaca novel Rumah Tanpa

Jendela karya Asma Nadia dan memahami isi ceritanya,

kemudian siswa menuliskan sinopsis atau ringkasan cerita agar lebih memahami secara mendalam isi cerita tersebut.

2) Mengidentifikasi unsur tokoh dan penokohan novel Rumah

Tanpa Jendelakarya Asma Nadia

Pada langkah ketiga, siswa menganalisis unsur tokoh dan penokohan sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat dalam silabus Bahasa Indonesia pada novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Oleh karena itu, siswa diharapkan terlebih dahulu mengetahui definisi tokoh dan penokohan.

3) Bertanya

(38)

Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia dengan kehidupan siswa sehari-hari.

4) Diskusi kelompok

Siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang. Setiap kelompok dibagikan teks bab sembilan belas (19) dari bacaan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Kemudian siswa mendiskusikan tokoh dan penokohan yang terdapat pada bab sembilan belas novel Rumah Tanpa Jendela

karya Asma Nadia. Belajar dalam kelompok akan menambah pengetahuan peserta didik dalam proses belajar. Kemudian, siswa melalui perwakilan kelompok menyampaikan hasil diskusi.

5) Pemodelan

Pada langkah kelima ini, guru menyediakan dan memberikan contoh atau model sebuah novel yang telah dianalisis. Contoh yang diberikan kepada peserta didik dapat menjadi acuan bagi peserta didik untuk menganalisis unsur tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendelakarya Asma Nadia.

6) Refleksi

(39)

7) Penilaian autentik

Ciri khusus dalam pendekatan kontekstual yaitu melakukan penilaian autentik. Tujuannya agar guru mengetahu sejauh mana pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh peserta didik. Peserta didik akan diuji mengenai pemahamannya dengan memberikan tugas baru mengenai pembelajaran menganalisis novel Rumah Tanpa Jendelakarya Asma Nadia.

2. Hakikat Novel

Novel merupakan cerita rekaan yang menyajikan tentang aspek kehidupan manusia yang lebih mendalam yang senantiasa berubah-ubah dan merupakan kesatuan dinamis yang bermakna (Wahyuningtyas & Santoso, 2011: 47). Novel memiliki dua unsur pembangun yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

(40)

pandangan hidup yang semuanya itu akan mempengaruhi karya yang ditulisnya. Dalam hal ini, unsur intrinsik dan ekstrinsik saling berkaitan guna terciptanya suatu karya sastra berupa novel.

3. Tokoh

Sudjiman via Budianta, dkk (2008: 86) mendefinisikan tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Jenis tokoh menurut peranannya terdiri dari tokoh utama dan tokoh tambahan.

Tokoh utama (central character) adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2007: 176-177). Tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Tokoh utama sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan, tokoh utama selalu hadir sebagai pelaku yang dikenai kejadian dan konflik. Tokoh utama dalam novel, dapat lebih dari satu orang, meskipun kadar keutamaannya tidak sama. Keutamaan ditentukan oleh dominasi, banyaknya penceritaan, dan pengaruhnya terhadap perkembangan plot secara keseluruhan.

(41)

Pemunculan tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung ataupun tak langsung.

Berdasarkan fungsi penampilan tokoh, tokoh dalam cerita terbagi atas 2 macam, sebagai berikut.

1) Tokoh Protagonis adalah tokoh yang dikagumi, tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita (Altenbernd & Lewis via Nurgiantoro, 2007: 178).

2) Tokoh Antagonis adalah tokoh yang melawan protagonis. Penyebab terjadinya konflik dalam sebuah novel adalah tokoh antagonis, kekuatan antagonis, atau keduanya sekaligus (Nurgiantoro, 2007: 179).

Di dalam penelitian ini akan dibahas mengenai tokoh protagonis dan antagonis pada bab IV yaitu hasil penelitian dan pembahasan.

4. Penokohan

Secara etimologi karakterisasi berasal dari bahasa Inggris

(42)

karakterisasi berarti pemeranan, pelukisan watak. Watak, perwatakan dan karakter, menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh.

Penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku (Jauhari, 2013: 161). Penokohan dan karakterisasi-karakterisasi sering juga disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita.

Metode penokohan/karakterisasi dalam karya sastra adalah metode melukiskan watak para tokoh yang terdapat dalam suatu karya fiksi (Minderop, 2011: 2). Beberapa cara yang dapat dipergunakan oleh pengarang untuk melukiskan rupa, watak atau pribadi para tokoh (Jauhari, 2013: 161) adalah sebagai berikut.

1) Melukiskan bentuk lahir pelakon (physical description).

2) Melukiskan jalan pikiran pelakon atau apa yang terlintas dalam pikirannya (portrayal of thought stream or of conscious thought).

3) Melukiskan bagaimana reaksi pelakon itu terhadap kejadian-kejadian (Reaction to events).

4) Pengarang langsung menganalisis watak pelakon (direct author analysis).

(43)

6) Pengarang melukiskan bagaimana pandangan pelakon lain dalam suatu cerita terhadap pelaku utama (reaction of other about/to character).

7) Pelakon-pelakon lain dalam suatu cerita memperbincangkan keadaan tokoh utama (conversation of other about character).

Pelukisan atau penggambaran karakter (watak) tokoh, pada umumnya pengarang menggunakan dua cara atau metode dalam karyanya, metode langsung (telling) dan metode tidak langsung (showing) (Minderop, 2011: 6).

Metode langsung (telling) dilakukan secara langsung oleh si pengarang (Minderop, 2011: 6-7). Metode ini biasanya digunakan oleh kisah-kisah rekaan zaman dahulu sehingga pembaca hanya mengandalkan penjelasan yang dilakukan pengarang semata. Metode ini mencakup:

(1) Karakterisasi melalui penggunaan nama tokoh (chararterizkoh,

action through the use of the names). Nama tokoh dalam suatu

karya sastra kerap kali digunakan untuk memberikan ide atau menumbuhkan gagasan, memperjelas serta mempertajam perwatakan tokoh. Pemberian nama pada tokoh bertujuan untuk melukiskan kualitas karakteristik yang membedakannya dengan tokoh yang lain.

(44)

memegang peranan penting dengan telaah karakterisasi. Penampilan tokoh dapat berbentuk apa yang dikenakan dan bagaimana ekspresinya. Metode perwatakan menggunakan penampilan tokoh memberikan kebebasan pengarang untuk mengekspresikan persepsi dan sudut pandangnya.

(3) Karakterisasi melalui tuturan pengarang (chararterization by the author). Metode ini memberikan tempat yang luas dan bebas kepada pengarang atau narator dalam menentukan kisahnya. Pengarang berkomentar tentang watak dan kepribadian para tokoh sehingga menembus ke dalam pikiran, perasaan, dan gejolak batin tokoh. Di samping itu, dalam metode ini pengarang tidak sekadar menggiring perhatian pembaca terhadap komentarnya tentang watak tokoh, tetapi juga mencoba membentuk persepsi pembaca tentang tokoh yang dikisahkannya.

Metode tidak langsung adalah metode yang lebih banyak dipilih penulis modern. Pada metode ini, pembaca harus memahami watak tokoh dengan melalui dialog dan action mereka (Minderop, 2011: 7-9). Metode tidak langsung terdiri dari:

1) Karakterisasi melalui dialog

(45)

percakapan, jatidiri tokoh yang dituju oleh penutur, kualitas mental para tokoh, nada suara, penekanan, dialek, dan kosa kata. Melalui dialog yang dilakukan oleh tokoh, maka pembaca dapat menganalisis dan menarik kesimpulan berkaitan dengan penokohan/ perwatakan tokoh yang dimaksud.

2) Lokasi dan situasi percakapan

Lokasi dan situasi percakapan berperan penting dalam sebuah cerita agar pembaca memiliki gambaran cerita. Melalui lokasi percakapan, pengarang dapat menggambarkan suatu keadaan. Melalui situasi percakapan, pengarang dapat juga menggambarkan watak para tokoh dalam suatu cerita.

3) Jati diri tokoh yang dituju oleh penutur

Penutur yang dimaksudkan disini adalah tokoh lain dalam cerita yang menyampaikan tuturan atau cerita mengenai tokoh tertentu yang berperan pula dalam cerita tersebut.

4) Kualitas mental para tokoh

(46)

5) Nada, suara, tekanan, dialek

Nada suara jika di ekspresikan baik secara eksplisit maupun implisit maka dapat memberikan gambaran kepada pembaca berkaitan dengan watak si tokoh. Penekanan suara memberikan gambaran penting tentang tokoh karena memperlihatkan keaslian watak tokoh. Misalnya watak pemarah, penyabar, dan bijaksana. Selain itu, penekanan suara juga dapat merefleksikan pendidikan, profesi dan dari kelas mana si tokoh berasal.

Dialek dan kosa kata dapat memberikan fakta penting tentang seorang tokoh karena keduanya memperlihatkan keaslian watak. Bahkan, dapat Mengungkapkan pendidikan profesi dan status sosial si tokoh, apakah ia seorang berpendidikan, dari kalangan tertentu, pekerjaan dan wataknya yang hakiki.

6) Karakterisasi melalui tindakan para tokoh.

(47)

menganalisis watak tokoh yaitu dengan melalui ekspresi wajah dan motivasi tokoh berperilaku demikian.

Berdasarkan kesesuaian penelitian yang dilakukan, peneliti memilih menggunakan metode tidak langsung dalam menganalisis penokohan/karakterisasi tokoh yang terdapat pada novel Rumah tanpa

Jendelakarya Asma Nadia karena sesuai dengan tujuan penelitian.

C. Pembelajaran Sastra di SMA

Hal yang paling mendasar dalam mengolah pembelajaran sastra di SMA adalah memilih materi yang tepat yang dipadukan dengan kemampuan guru menggunakan daya kreativitasnya dalam penyampaian materi. Selain itu, seorang guru memerlukan pegangan berupa rancangan pembelajaran agar dalam proses pembelajarannya nanti dapat beralur atau tertata. Rancangan pembalajaran itu berupa Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

1. Silabus

(48)

Muslich (2007: 25—26) mengemukakan prinsip pengembangan silabus sebagai berikut.

a. Ilmiah

Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

b. Relevan

Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai atau ada keterkaitan dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.

c. Sistematis

Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.

d. Konsisten

Adanya hubungan yang konsisten (ajek, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.

e. Memadai

(49)

f. Aktual dan Kontekstual

Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memerhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.

g. Fleksibel

Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomondasikan keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi disekolah dan tuntutan masyarakat.

h. Menyeluruh

Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, dan psikomotor).

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

(50)

Prinsip dalam pengembangan RPP untuk menyukseskan implementasi dalam kurikulum KTSP (Mulyasa, 2008 :157- 158) adalah sebagai berikut:

a. Kompetensi yang dirumuskan dalam RPP harus jelas, makin konkret kompetensi makin mudah diamati, dan makin tepat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk kompetensi tersebut.

b. Rencana pembelajaran harus sederhana dan fleksibel, serta dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik.

c. Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam RPP harus menunjang dan disesuaikan dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.

d. RPP yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta jelas pencapaiannya.

e. Harus ada koordinasi antar komponen pelaksanaan program disekolah, terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim (team teaching) atau moving class.

3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

(51)

menyiapkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sebagai acuan oleh para pelaksana (guru) dalam mengembangkan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Mulyasa, 2008: 231).

Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia (Mulyasa, 2008: 239).

Peneliti menemukan bahwa Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang terdapat pada Silabus pelajaran Bahasa Indonesia jenjang SMA kelas XI semester I sesuai dengan penelitian ini, yaitu sebagai berikut.

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Jenjang Pendidikan : SMA

Kelas : XI

Semester : 1

No Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1 Membaca:

7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/ novel terjemahan.

(52)

Berdasarkan SK-KD tersebut, peneliti merumuskan indikator yang sesuai dengan tujuan penelitian yaitu:

1. Mampu menjelaskan pengertian novel.

2. Mampu menjelaskan unsur intrinsik novel yaitu tokoh dan penokohan.

3. Mampu mengidentifikasi tokoh yang terdapat pada novel. 4. Mampu mengidentifikasi penokohan yang terdapat pada novel. 5. Mampu menganalisis tokoh dalam novel dari segi peranan dan

fungsi penampilan.

6. Mampu menganalisis penokohan dalam novel menggunakan teori tidak langsung.

(53)

D. Kerangka Berpikir belajar, menemukan jawaban setiap persoalan, mengaplikasikan hasil pembelajaran dalam kehidupan sehari hari.

mengerti materi ajar, belajar lebih aktif, dan mampu mengambil manfaat dari pembelajaran dalam kehidupan nyata.

(54)

37 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian dengan judul Metode Kontekstual dalam Pembelajaran Tokoh dan Penokohan Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia

Untuk SMA Kelas XI Semester 1 menggunakan metode kontekstual.

Melalui metode kontekstual, diharapkan memberikan ide baru baik bagi guru maupun peserta didik dalam menganalisis tokoh dan penokohan yang terdapat dalam novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia. Selain itu, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya (Moleong, 2006:6). Tujuan dalam penelitian kualitatif adalah untuk menganalisis yang diteliti agar diperoleh informasi mengenai perilaku mereka, perasaannya, keyakinan ide, bentuk pemikiran, serta dapat menghasilkan sebuah teori (Syamsuddin, 2007:74).

B. Metode Penelitian

(55)

digunakan adalah metode deskriptif, penelitian ini mendeskripsikan tokoh dan penokohan yang terdapat dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.

C. Sumber Data

Data penelitian yaitu bahan jadi (lawan dari bahan mentah). Data dalam penelitian ini berupa percakapan (Sudaryanto melalui Mahsun, 2007: 18). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu sumber data utama dan sumber data penunjang. Sumber data penunjang dalam hal ini adalah buku-buku yang berkaitan dengan pembelajaran kontekstual, tokoh, serta perwatakan. Sedangkan, sumber data utama yaitu sumber dimana didapatkannya informasi dari data yang diteliti. Dalam hal ini, sumber data utamanya adalah metode kontekstual dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia untuk siswa SMA kelas XI semester 1. Berikut ini merupakan klasifikasi dari data utama:

Judul Novel : Rumah Tanpa Jendela Pengarang : Asma Nadia

Penerbit : PT Kompas Media Nusantara Tahun Terbit : Januari 2011

(56)

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yaitu alat sebagai pengumpul data. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti bertindak sebagai alat pengumpul data.

Menurut Moleong (2006: 169), ciri peneliti sebagai alat pengumpul data mencakup beberapa segi. Segi yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Responsif maksudnya peneliti bersifat interaktif terhadap orang dan

lingkungannya.

2. Dapat menyesuaikan diri maksudnya sikap menyesuaikan terhadap keadaan dan situasi pengumulan data.

3. Menekankan keutuhan maksudnya peneliti berkepentingan dengan konteks dalam keadaan utuh.

4. Mendasarkan diri atas pengetahuan maksudnya ialah peneliti sebagai pengumpul data dengan menggunakan berbagai metode, tentu saja sudah membekali pengetahuan dan mungkin latihan-latihan yang diperlukan.

5. Memproses secepatnya maksudnya peneliti setelah mendapatkan data segera diproses secepatnya.

(57)

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan dan mengolah informasi yaitu teknik baca dan catat. Pada tahap awal, peneliti membaca beberapa teori yang berkaitan dengan metode kontekstual kemudian menerapkannya dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia. Selain itu, untuk memahami isi cerita novel Rumah Tanpa Jendela, peneliti membaca keseluruhan cerita. Teknik catat digunakan oleh peneliti untuk mencatat kutipan dialog yang sekiranya dapat menunjukkan gambaran penokohan setiap tokoh dalam novel tersebut.

F. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif. Analisis deskriptif yaitu analisis dengan merinci dan menjelaskan secara panjang lebar keterkaitan data penelitian dalam bentuk kalimat (Nurastuti, 2007: 130). Berikut ini langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam mengumpulkan data dengan teknik baca catat. Bagian yang akan dideskripsikan dalam penelitian ini merupakan salah satu unsur intrinsik yaitu unsur tokoh yang berkaitan erat dengan penokohan.

Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam menganalisis tokoh dan penokohan adalah sebagai berikut:

(58)

2. Peneliti menandai nama-nama tokoh yang terdapat dalam novel

Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.

3. Peneliti mencatat nama-nama tokoh yang terdapat dalam novel

Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.

4. Peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsi peranannya yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan.

5. Peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsi penampilannya yaitu tokoh antagonis dan protagonis.

6. Peneliti menganalisis penokohan masing-masing tokoh menggunakan teori tidak langsung dengan mencatat setiap dialog yang dapat melukiskan watak tokoh yang terdapat dalam setiap bab novel yang diperankan oleh masing-masing tokoh. 7. Peneliti merelevansikan novel Rumah Tanpa Jendela ke dalam

pembelajaran sastra di SMA dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

(59)

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

Pada bab ini akan dikemukakan data metode kontekstual dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia ini terdiri dari dua puluh satu bab. Dalam bab-bab tersebut menggunakan judul kecil tertentu dan menggunakan numerik/angka. Dari dua puluh satu bab tersebut, peneliti menganalisis tokoh dan penokohan yang terlibat dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia kemudian mengimplementasikan dalam pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester 1 melalui silabus dan RPP.

(60)

B. Pembahasan Metode Kontekstual

Melalui langkah-langkah pembelajaran kontekstual dapat dilakukan pembelajaran tokoh dan penokohan dalam novel Rumah Tanpa Jendela

karya Asma Nadia untuk siswa SMA kelas XI semester I. Langkah-langkah tersebut sebagai berikut:

1. Identifikasi novel Rumah Tanpa Jendelakarya Asma Nadia

Pada tahap awal ini, siswa membaca secara seksama novel

Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia dan memahami isi

ceritanya. Kemudian, siswa membuat sinopsis atau ringkasan cerita dengan tujuan agar siswa lebih memahami secara mendalam isi ceritanya. Berikut ini sinopsis setiap bab novel Rumah Tanpa Jendela

karya Asma Nadia. (1) Bab satu

Rara, seorang gadis kecil yang memiliki cita-cita sederhana yaitu menginginkan jendela bagi rumahnya yang kecil. Tidak banyak yang bisa ia lakukan untuk mendapatkan jendela selain berdoa dan meminta kepada Bapak serta Ibunya. Selain impian memiliki jendela, Rara sangat menginginkan sang Ibu sehat lagi sehingga dapat melihatnya tersenyum penuh kasih padanya.

(2) Bab dua

(61)

tidak pernah putus asa karena selalu ada Ibu, Simbok, serta Bude Asih yang tidak pernah melarangnya bermimpi dan ada Bapak yang selalu memberinya nasihat.

(3) Bab tiga

Rara merasa lebih beruntung daripada teman sebaya di sekitar rumahnya. Ia satu-satunya anak yang tidak pernah dipukul orang tuanya berbeda dengan teman-temannya yang lain. Rara terus membayangkan suatu saat memiliki jendela dan hidup di rumah yang nyaman.

(4) Bab empat

Alia adalah guru sukarelawan yang memiliki budi baik memberikan sekolah gratis di lingkungan Rara tinggal. Akan tetapi, gejolak dalam hatinya muncul manakala orang tuanya melarangnya mengajar dan memintanya untuk segera menikah dengan laki-laki pilihan Abah (Bapak Alia).

(5) Bab lima

(62)

(6) Bab enam

Selepas kepergian sang Ibu, Rara masih belum merasakan warna hidupnya. Ada satu hal yang baru dimengerti oleh Rara mengapa Bapak tidak suka dengan Bude Asih, ternyata Bude Asih adalah pelacur. Raga menyimpan kebencian terhadap Bude Asih hingga membuat Bude Asih pergi dari rumah.

(7) Bab tujuh

Bu Alia, seorang guru cantik yang mengajari Rara dan teman-temannya secara sukarela. Rara sangat menyukai sosok Bu Alia. Di mata Rara, Bu Alia adalah sosok yang sempurna, cantik, baik, dan pintar. Rara merasa bersyukur karena dapat bersekolah meskipun usianya sudah terlambat.

(8) Bab delapan

Rara bertemu dengan teman barunya di sebuah sanggar lukis ketika Rara bekerja mengojek payung. Sahabat barunya adalah Aldo, anak berkebutuhan khusus. Akan tetapi, Rara tak pernah memilih dalam berteman. Pada saat mengojek payung, Rara tertabrak mobil lalu di bawa oleh Aldo dan neneknya ke rumah sakit.

(9) Bab sembilan

(63)

karena ia harus menghibur Rara yang terkena kecelakaan dan Alia sudah dijodohkan oleh lelaki pilihan orang tuanya..

(10) Bab sepuluh

Bapak Rara membuat gambar di tembok tipleks rumahnya. Gambar itu adalah gambar jendela. Bapaknya berusaha memberikan kejutan kepada anaknya yang selalu merengek meminta jendela. Akan tetapi, setelah Bapak menunjukkan pada Rara, justru Rara menangis karena kecewa. Setelah kejadian itu, Bapaknya mengukir mimpi anaknya di hatinya.

(11) Bab sebelas

Rara kini tidak sendiri dalam menggapai mimpinya. Teman-temannya mulai menyadari pentingnya memiliki jendela. Rara telah memberikan pengaruh pada anak-anak lain. Ia terus ingat nasihat sang Ibu dan juga nasihat Bu Alia untuk selalu berdoa.

(12) Bab dua belas

(64)

(13) Bab tiga belas

Rara teringat satu hal yang terjadi sore itu, Simbok membantunya menyiapkan segala sesuatu untuk menghadiri acara ulang tahun Andini. Sepulang dari acara Andini, Rara harus melihat kenyataan rumahnya terbakar. Rara takut, Bapak dan Simbok tak ditemukan.

(14) Bab empat belas

Rara masih berusaha mencari keberadaan Bapak dan Simbok, akan tetapi mereka tidak ditemukan. Di waktu kejadian, Bapak Rara yang baru saja pulang bekerja membawa jendela untuk sang anak merasa terkejut melihat rumahnya terbakar. Ia lantas berlari ke dalam dan menyelamatkan Simbok. Akan tetapi, ketika hendak keluar dari rumah mereka, Raga yang sedang memapah Simbok tertimpa reruntuhan kayu yang terbakar.

(15) Bab lima belas

(65)

(16) Bab enam belas

Aldo bertemu Billy, teman laki-laki kakaknya Andini di rumahnya. Aldo berbicara dan bercengkrama dengan Billy, tetapi setelah Andini melihatnya ia justru marah dan malu kepada Billy. Malu karena Andini memiliki adik seperti Aldo. Bukan Andini saja yang mengabaikan Aldo, Papa dan Mama Aldo juga tidak memperhatikan Aldo. Berbeda dengan Adam yang begitu menyayangi sang adik. Andini melontarkan kekesalannya kepada Aldo. Awalnya Aldo tak mengerti apa yang dikatakan Andini. Namun, semakin lama Aldo semakin mengerti.

(17) Bab tujuh belas

Rara menunggu Simbok yang terbaring di rumah sakit. Teman-teman Rara dan Bu Alia terkadang datang menjenguk dan menguatkan Rara. Rara terus berdoa demi kesehatan satu-satunya anggota keluarga yang Rara punyai itu. Suatu malam ketika Rara mengambil wudhu ia terkejut melihat Aldo datang sendirian.

(18) Bab delapan belas

(66)

Aldo yang kini sudah tiada. Cerita itu membuat Andini tersadar, apa yang dilakukan selama ini adalah salah.

(19) Bab sembilan belas

Aldo mengajak Rara pergi, sedangkan Rara masih tidak mengerti atas sikap Aldo. Aldo menitikkan air mata dan mengucapkan terima kasih kepada Rara, seseorang yang tulus menganggapnya sebagai seorang sahabat. Adam masih mencari Aldo, mencari di rumah sakit, rumah teman-teman Rara kemudian mencari di rumah Bu Alia. Alia kaget mendengar mereka hilang, ia meminta izin kepada Abah untuk mencari mereka. Abah tidak mengizinkan, akan tetapi Ummi membujuk Abah. Di rumah Aldo, Nenek dan Mama serta Papa Aldo shalat berjamaah memohon keselamatan Aldo.

(20) Bab dua puluh

Mama dan Papa Aldo masih meratapi kepergian sang anak. Mereka menyesali apa yang mereka lakukan pada Aldo. Ketika subuh tiba, mereka melakukan shalat berjamaah kembali. Di tempat lain, Rara dan Aldo berlari dengan napas tersengal karena di kejar orang gila. Ketika mereka hendak di tangkap oleh orang gila itu, satu hal yang tak disangka terjadi.

(21) Bab dua puluh satu

(67)

memutuskan untuk menjaga Aldo di rumah dan melakukan bisnis melalui akun sosial media berkat saran Andini. Diterimanya Aldo di keluarganya membuat Rara ikut merasakan kebahagiaan. Kini, kebahagiaan Rara bertambah lagi. Simbok telah sehat dan kini Rara tinggal di rumah Villamilik keluarga Aldo dan Rara dapat bersekolah dengan biaya dari orang tua Aldo. Bude Asih juga ikut tinggal bersama mereka dan memutuskan meninggalkan dunia gelapnya setelah mengetrahui Raga meninggal dan Simbok sakit. Rara tidak pernah lupa mengirim doa untuk kedua orang tuanya. Impian Rara telah terwujud, ia telah memiliki banyak jendela di rumahnya.

Sinopsis atau ringkasan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia secara keseluruhan adalah sebagai berikut.

Rara adalah seorang gadis kecil yang sangat periang dan baik hati. Rara tinggal dalam rumah tak berjendela di sebuah perkampungan kumuh di Jakarta. Ia sangat ingin mempunyai jendela di rumahnya yang kecil berdinding tripleks. Tidak banyak keinginannya, cukup satu jendela saja agar dari dalam rumah tiap malam ia dapat melihat keindahan bulan, melihat senyum matahari, melihat kupu-kupu dan ramainya rintik hujan.

(68)

selembar daun jendela dan kusennya saja. Sampai suatu ketika Rara merasa sangat bahagia karena hendak memiliki adik, akan tetapi Tuhan berkehendak lain. Ibu Rara yang sedang hamil terpeleset di kamar mandi dan meninggal dunia. Selepas Ibu dan calon adiknya meninggal, Rara tinggal dengan Bapak, Nenek dan Budenya. Bude Rara bernama Asih, ia tidak tahu jika budenya bekerja secara tidak halal, Mbok dan Raga tidak suka dengan pekerjaan Asih tersebut. Raga tidak suka Asih tinggal bersama mereka, sehingga Asih memutuskan untuk pergi dari rumah Raga.

Rara tetap merajut mimpinya, melalui imajinasi dan gambar-gambar rumah berjendela sederhana yang ia buat. Ia hanya ingin melalui jendela, melihat burung-burung yang berkicau di pagi hari, hujan yang turun atau sekedar menikmati sinar mentari pagi yang menyentuh wajahnya. Bersama teman-temannya sesama anak pemulung, sebelum ngamen atau ngojek payung jika hari sedang hujan, Rara sekolah di tempat sederhana khususnya untuk anak jalanan. Bangunan sekolah tersebut hanya berdinding tepas setinggi 1,5 meter dan beratap seng bekas. Bu Alia satu-satunya pengajar sukarelawan disitu yang membimbing dan membina anak- anak pemulung tersebut .

(69)

dengan urusanya masing-masing. Aldo tidak memiliki sahabat, sehingga ia juga memerlukan uluran tangan sahabat yang tulus. Ia anak bungsu dari pengusaha sukses, Pak Syahri dan Nyonya Ratna. Kakak tertua Aldo bernama Adam berusia 23 tahun adalah seorang vokalis sekaligus pemimpin dalam group bandnya sedangkan kakak keduanya Andini, seorang gadis cantik berusia 17 tahun yang malu mempunyai adik seperti Aldo. Kehadiran Nenek, Ibunya Pak Syahri yang baru datang dari Medan dan kini menetap dirumah Pak Syahri, menjadi penghiburan untuk Aldo.

Aldo berkenalan dengan Rara yang saat itu tengah mengojek payung dan terserempet mobil Aldo. Sejak itu mereka menjadi akrab, bahkan Rara dan beberapa anak pemulung lainnya jadi sering bermain ke rumah Aldo. Ratna dan Andini terganggu dengan kehadiran teman-teman baru Aldo, namun karena Pak Syahri mengizinkan mereka tidak bisa melarang Aldo.

(70)

kebakaran yang mengakibatkan Bapaknya meninggal dan Neneknya (Simbok) koma. Rara sangat sedih dan terpukul dengan kejadian itu.

Andini penyebab Aldo pergi dari rumah. Aldo merasa kecewa dengan sikap kakaknya yang terang- terangan merasa malu memiliki adik seperti dirinya. Aldo pergi ke rumah sakit tempat di mana Simbok dirawat. Ketika Aldo melihat Abangnya Adam mencarinya hingga ke rumah sakit, Aldo akhirnya pergi dari rumah sakit di temani oleh Rara. Rara yang bingung atas sikap Aldo tanpa sadar ikut menemani Aldo pergi. Semuanya sibuk mencari, mereka bingung mencari Aldo karena Rara juga tidak ada di rumah sakit.

Aldo tetap tidak mau pulang walaupun Rara sudah berusaha membujuknya. Hari semakin larut dan hujan turun, mereka kelaparan. Rara meminjam payung kepada penjual makanan untuk digunakan mengojek payung agar dapat membeli makanan. Rara dan Aldo dikejar oleh orang gila, untung saja Bu Alia dan Adam menemukan mereka di waktu yang tepat. Setelah kejadian Aldo pergi dari rumah, keluarga kini lebih memperhatikan Aldo. Andini tidak malu memiliki adik seperti Aldo, justru Andini sadar dan sangat sayang kepada Aldo.

Gambar

Gambar itu adalah gambar jendela. Bapaknya berusaha memberikan
gambar rumah berjendela sederhana yang ia buat. Ia hanya ingin

Referensi

Dokumen terkait

NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL RUMAH TANPA JENDELA KARYA ASMA NADIA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA.. Skripsi Diajukan

Nadia bukan hanya dibaca saja, namun beberapa di antara karyanya telah dijadikan film yang dinikmati berbagai penontonnya. Salah satu karya Asma Nadia yang

Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan struktur novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia, (2) nilai-nilai pendidikan dalam novel Rumah Tanpa Jendela

Setelah diadakan penelitian, dapat disimpulkan bahwa (1) latar belakang sosial budaya yang terdapat dalam novel Rumah Tanpa Jendela tampak pada seperti kebiasaan-kebiasaan,

Berdasarkan sifatnya, tokoh dibedakan menjadi tokoh protagonis dan antagonis, sedangkan berdasarkan kedudukannya tokoh dibagi menjadi tokoh utama (tokoh major) dan

îò Ì»³°¿¬ Ì»®¾«µ¿ ¿¬¿« Ì»³°¿¬ Õ±-±²¹òòòòòòòòòòòòòòòòòòòòò ìç íò

karya Asma Nadia meliputi (1) unsur intrinsik yang berupa tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan amanat, (2) nilai religius yang berupa nilai

Mekanisme pertahanan diri tokoh Hindun dalam Novel Rumah di Atas Ombak karya Arini Hidyajati yaitu struktur kepribadian terdiri dari id, ego dan super ego lalu