Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
SUCI GUSTI GUNARSIH
107051002785
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata I di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 Januari 2014
Suci Gusti Gunarsih, 107051002785, Analisis Wacana Pesan Dakwah Dalam Novel “Rumah Tanpa Jendela” Karya Asma Nadia, dibawah Bimbingan Dr. Rulli Nasrullah, M.Si.
Novel adalah salah satu bentuk karya sastra yang dimanfaatkan oleh para tokoh
agama ataupun lainnya sebagai sarana dakwah untuk mengajak manusia ke jalan Tuhan (ud’u
ila sabiili rabbika), sehingga tujuan dakwah yaitu agar mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat dapat tercapai. Secara keseluruhan, pesan dakwah yang ditampilkan berkaitan sangatlah erat dengan kehidupan masyarakat sehari-hari. Asma Nadia merupakan salah satu penulis yang tulisan-tulisannya sebagian besar bermuatan dakwah baik berupa novel, buku motivasi, maupun cerpen.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan menggunakan teknik analisis wacana terhadap novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Dalam analisis wacana
lebih melihat pada “bagaimana” dari pesan atau teks komunikasi dengan melihat bagaimana
bangunan struktur kebahasaan tersebut, analisis wacana lebih bisa melihat makna yang tersembunyi di suatu teks. Analisis wacana yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model Teun A. Van Dijk. Model ini menganalisis wacana dari segi Makro (teks sosial meliputi tema), Superstruktur (segi skematik), Mikro (segi semantik, segi sintaksis, segi stilistik, dan segi retoris), Kognisi Sosial dan Konteks Sosial. Melalui model ini, setiap bab dalam novel diuraikan secara terstruktur sehingga menghasilkan kesimpulan pesan dakwah yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa novel yang ditulis oleh Asma Nadia ini menghimpun kisah-kisah yang bermuatan nilai-nilai ajaran islam yang
berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah, yang dikemas dalam bentuk bahasa yang ringan,
tidak terkesan menggurui dan menghindarkan kejenuhan dari bahasa formal dan budaya tradisional. Sehingga membuat para pembaca mudah memahaminya. Adapun pesan dakwah yang terdapat dalam novel ini adalah pelajaran bagaimana seharusnya impian itu dicapai, khususnya bagi mereka yang merasa impiannya itu terbentur oleh situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan sehingga tidak pernah menyerah dalam menggapai impian. Karena impian itu dapat diraih apabila kita terus meyakinkan diri kita lalu berusaha dan selalu berdoa kepada Allah SWT.
Berdakwah dapatlah dilakukan dengan media tulisan seperti novel, hal ini sangatlah relevan bagi juru dakwah untuk membuat novel dakwah yang menarik. Setiap individu sebenarnya memiliki kesempatan yang sama dalam menyampaikan pesan-pesan nilai keislaman sesuai dengan kodrat kemampuan masing-masing. Novel ini membuktikan bahwa pesan dakwah dan sosial dapat menjadi sebegitu menarik ketika diolah secara kreatif.
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
dengan segala anugerah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW.
Banyak rintangan, cobaan yang penulis rasakan dalam penyusunan skripsi ini, namun
selangkah demi selangkah serta do’a dan kemudahan yang Allah berikan, Alhamdulillah kesulitan tersebut dapat teratasi.
Penulis menyadari, betapa skripsi yang sudah merupakan bagian tak terpisahkan dari
penulis, ternyata adalah suatu kebanggaan dan begitu banyaknya orang yang ikut
memberikan semua yang dibutuhkan oleh penulis dalam proses penyelesaiannya. Maka
dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
2. Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan I, Drs. Jumroni, M.Si selaku Wakil Dekan
II, Dr. H. Sunandar, MA selaku Wakil Dekan III, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Rachmat Baihaky, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fita
Fathurokhmah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
4. Dr. Rulli Nasrullah, M.Si selaku Pembimbing Skripsi ini, yang telah sangat bijaksana,
serta memberikan semangat dan masukan-masukan di tengah-tengah kesibukan beliau
6. Seluruh pengelola dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Dakwah yang
telah melayani dan meyiapkan fasilitas literatur, selama penulis belajar sampai bisa
menyelesaikan studi di UIN Jakarta.
7. Kedua Orang Tua Saya tercinta, H. Agus Slamet dan Dra. Hj. Yeritza Roslin, yang
dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang yang tulus dan ikhlas mengasuh mendidik serta
senantiasa mendo’akan penulis, sehingga penulis bisa mengenyam pendidikan formal
tingkat perguruan tinggi, hingga selesai. Semoga selalu sehat dan tidak lelah menasihati
serta mendo’akan anak-anaknya. Terkhusus kepada Almarhumah Mama tercinta, semoga amal ibadah Beliau diterima di sisi-Nya.
8. Untuk kakak-kakakku tersayang Ronal, Riri, Cici, Anto, serta Adikku Randy yang ikut
andil dalam memberikan motivasi pada penulis, serta Keponakan-keponakanku Amanda,
Dzahwan, Mirai, Ichan, Aisha, Fairuz yang telah mengisi hari-hari penulis.
9. Kawan-kawan terdekatku, Uwy, Kiki, Faizah, Aah, Mila, Upay yang selalu mendukung
saya dalam keadaan apapun.
10.Kawan-kawan KPI A seperjuangan angkatan 2007 yang selalu memberi motivasi dan
semangat yang kuat kepada penulis, serta kawan-kawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi angkatan 2007 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Pada kesempatan ini, Penulis mendo’akan semoga bantuan, dukungan, bimbingan,
dan perhatian yang telah diberikan oleh semua pihak akan mendapatkan pahala yang berlipat
Jakarta, 10 Januari 2013 M
ABSTRAK ……… i
KATA PENGANTAR ……….. ii
DAFTAR ISI ……….. v
DAFTAR TABEL ………... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ……… 5
C. Tujuan Penelitian ……… 5
D. Manfaat Penelitian ………. 5
E. Tinjauan Pustaka ……….. 6
F. Metodologi Penelitian ……… 7
G. Sistematika Penulisan ………. 10
BAB II TINJAUAN TEORI A. Novel Sebagai Karya Fiksi ……… 12
1. Pengertian Novel ……….. 12
2. Unsur Intrinsik Novel ……… 14
3. Setting atau Latar ………. 17
4. Point Of View ……….. 18
B. Novel Sebagai Media Dakwah ……….. 18
1. Pengertian Dakwah ………. 18
2. Aqidah Dalam Islam ………. 30
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Profil Asma Nadia ………...32
B. Profil Novel Rumah Tanpa Jendela ………...39
BAB IV STRUKTUR ANALISIS DATA
A. Teks Dakwah ………. 41
B. Analisis Kognisi Sosial ……...……….. 82 C. Analisis Konteks Sosial ...……….. 86
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ……… 89
B. Saran ………. 90
DAFTAR PUSTAKA ……… 91
Tabel 1: Gadis Kecil dan Do’anya ……… 45
Tabel 2: Pintu Mimpi Terbuka ………... 51
Tabel 3: Perjalanan Mimpi Teman Kecil Rara ………. 58
Tabel 4: Seorang Gadis dan Pernikahan ……… 64
Tabel 5: Do’a Yang Tak Diminta ……… 71
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Novel adalah salah satu bentuk karya sastra yang dimanfaatkan oleh para
tokoh agama ataupun lainnya sebagai sarana dakwah untuk mengajak manusia ke
jalan Tuhan (ud’u ila sabiili rabbika), sehingga tujuan dakwah yaitu agar
mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat dapat tercapai.
Sastra adalah salah satu karya seni, karya seni itu mengandung unsur
estetika. Karena karya sastra yang berbentuk novel tidak lepas dari latar belakang
pengarangnya, apalagi pengarang tersebut seorang muslim, besar kemungkinan
kelahiran karya tersebut dilatar belakangi oleh motivasinya untuk menyampaikan
pesan moral yang terkandung dalam ajaran agamanya, yaitu peristiwa yang
berlangsung atau dialaminya.1
Setiap novel mengandung tema yaitu dasar pemikiran penulis yang
disampaikan lewat karya-karyanya, maka dasar atau tema cerita merupakan
sasaran atau tujuan yang penting dalam sebuah cerita. Maka apabila sebuah novel
dimuat dengan tema-tema dakwah yang dikemas oleh penulisnya dalam bentuk
sebuah cerita yang imajinatif, agar pesan dakwahnya itu dapat diterima dan
dipahami oleh pembacanya.2
Novel adalah salah satu hasil karya sastra yang tertulis, sejalan dengan
keinginan manusia untuk memahami masalah melalui karya tulis, maka novel
1
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1995), h. 322
2
hadir di tengah-tengah masyarakat sebagai salah satu bentuk komunikasi dengan
media tulisan.
Novel merupakan salah satu buah karya yang dilahirkan dari karya sastra,
novel juga dapat dijadikan sebagai media komunikasi untuk menyampaikan pesan
yang tersirat pada tulisan-tulisannya yang tercantum di dalam novel tersebut.
Adapun keunggulan dari karya sastra yaitu mampu memberikan ruang
fikir yang lebih luas untuk sepakat atau tidak sepakat terhadap isi pesan yang
terkandung dalam karya sastra tersebut.
Salah satu sifat yang sangat dominan dari sebuah novel ialah mampu
merubah pandangan hidup ataupun cara berfikir pembacanya, oleh karena itu
novel merupakan salah satu bentuk sarana yang efektif dalam kegiatan
berdakwah, karena pada dasarnya kegiatan dakwah itu adalah proses mengubah
prilaku seseorang untuk menjadi lebih baik.
Tatkala seorang pembaca menikmati isi dari novel tersebut, kemudian ia
menangis maka tangisannya itu adalah hasil dari pemikirannya yang panjang, dan
inilah salah satu bentuk ummat yang berkualitas. Berbeda dengan dakwah bil
lisan tatkala seorang da’i berceramah maka yang terjadi adalah tidak adanya ruang
fikir yang banyak bagi seorang mad’u untuk meresapi secara maksimal apa yang dikatakan oleh da’inya. Pada saat ini novel juga sudah menjamah dan banyak
memuat unsur-unsur keagamaan.
Karena masyarakatlah yang menjadi target utama maka dari itu sastra
Islam lebih mengarah kepada pembentukan jiwa. Sedangkan dari sudut pandang
dakwah, masih perlu diadakan lagi kajian-kajian yang mendalam mengenai novel
Asma Nadia merupakan salah satu penulis, baik berupa novel, buku
motivasi, maupun cerpen. Karya tulisnya banyak digemari oleh remaja, dan tidak
jarang pula ibu-ibu muda yang menyukai karya tulis dari Asma Nadia. Karya
tulisnya bukan bermaksud untuk menggurui para pembaca tetapi hanya sekedar
memberitahu ajaran islam mengenai cinta secara sederhana tapi juga amat sangat
mengena di hati mereka yang membacanya.
Asma Nadia adalah salah satu penulis best seller yang paling produktif di
Indonesia. Dalam waktu 10 tahun ia telah menulis lebih dari 50 buku. Berbagai
penghargaan nasional dan regional di bidang kepenulisan juga telah diraihnya,
antara lain: Pengarang Terbaik Nasional penerima Adikarya Ikapi Award tahun
2000, 2001, dan 2005, peraih Penghargaan dari Majelis Sastra Asia Tenggara
(Mastera) tahun 2005, Anugerah IBF Award sebagai novelis islami terbaik
(2008), Peserta terbaik lokakarya perempuan penulis naskah drama yang diadakan
FIB UI dan Dewan Kesenian Jakarta.
Kiprah penulis yang masa kecilnya dihabiskan di rumah kontrakan
sederhana di pinggir rel kereta api ini juga merambah ke dunia Internasional. Ia
pernah diundang menghadiri acara kepenulisan di Singapura, Malaysia, dan
Brunei Darussalam. Tahun 2006 ia menjadi satu dari dua sastrawan muda
Indonesia yang diundang untuk tinggal oleh pemerintah Korea Selatan selama 6
bulan. Undangan yang sama diperolehnya dari Le Chateau de Lavigny (2009)
untuk tinggal di Switzerland.3
3
Asma Nadia, Artikel diakses pada 4 November 2012 dari
Salah satu karya tulis Asma Nadia yang fenomenal adalah novel yang
berjudul “Rumah Tanpa Jendela” yang kemudian dibuat dalam bentuk film di
tahun 2011. Sebuah novel yang menceritakan tentang kepercayaan seseorang akan
impiannya yang mungkin sulit untuk dicapai tetapi tetap istiqomah dalam meraih
impiannya.
Novel Rumah Tanpa Jendela mengajak bangkit mereka yang terpuruk.
Mengajak berbesar hati mereka yang kehilangan. Mengajak para pembaca melihat
juga potret sosial di tanah air. Selain, meluruskan keikhlasan untuk menerima
semua pemberian Allah, sebagai sebuah anugerah, bagaimanapun kondisinya.
Maka dari itu, pada penelitian kali ini penulis mengangkat novel yang
berjudul “Rumah Tanpa Jendela” karya Asma Nadia. Dengan alasan bahwa
setiap pesan-pesan yang terkandung dalam novel karya Asma Nadia, banyak
memuat pesan-pesan dakwah dalam setiap rangkaian ceritanya, yang penuh
dengan nuansa islami. Dan ini merupakan salah satu contoh yang baik untuk
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Novel ini menghimpun kisah-kisah yang bermuatan nilai-nilai ajaran islam
yang berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah, yang dikemas dalam bentuk bahasa
yang ringan dan tidak terkesan menggurui. Sehingga membuat para pembaca
mudah memahaminya. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis
mengambil judul pada penelitian ini yaitu “Analisis Wacana Pesan Dakwah
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Penyusun membatasi penelitian pada karya Asma Nadia terutama
berkenaan dengan wacana dakwah yang terkandung dalam novel Rumah Tanpa
Jendela. Novel tersebut tidak dikaji dari aspek sastrawinya, melainkan dari aspek
pesan yang didekati dari analisis wacana.
2. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalahnya sebagai berikut:
a. Bagaimana wacana pesan dakwah yang dikemas oleh Asma Nadia di
dalam novel Rumah Tanpa Jendela?
b. Apa pesan dakwah yang diangkat novel “Rumah Tanpa Jendela” jika dilihat dari segi kognisi sosial dan konteks sosial?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini ialah:
a. Untuk mengetahui wacana pesan dakwah yang dikemas oleh Asma
Nadia dalam novel Rumah Tanpa Jendela.
b. Untuk mengetahui apa pesan dakwah yang terkandung dalam novel
Rumah Tanpa Jendela jika dilihat dari segi kognisi sosial dan konteks
sosial.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini ialah:
a. Manfaat Akademis
Dari sisi intelektualitas dan pengetahuan akademis, maka penelitian ini
komunikasi dan penyiaran tentang pengetahuan dalam pembuatan tulisan atau
karangan yang baik dan layak untuk dinikmati dan dibaca oleh khalayak.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan menambah
wawasan untuk Islam bagi mahasiswa, dan elemen masyarakat luas serta para
praktisi dakwah bahwa setiap muslim dapat berperan aktif dalam mengembangkan
tugas dakwah melalui tulisan seperti novel.
E. Tinjauan Pustaka
Terdapat banyak penelitian yang mengangkat tentang novel khususnya
tentang isi pesan yang disajikan. Pada penelitian ini akan disampaikan analisis
wacana pesan dakwah dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
Merujuk pada penelitian-penelitian terdahulu seperti skripsi karya Siti Aminah
Mahasiswi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syatif Hidayatullah Jakarta dengan judul
Analisis Wacana Pesan Moral Dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata
tahun 2008. Namun, hal ini jelas berbeda, jika yang dilakukan saudari Siti adalah
mengangkat pesan-pesan yang menyangkut aspek kehidupan sosial, penulis dalam
penelitian ini mengungkap pesan dakwah yang berkaitan dengan keagamaan.
Berbeda dengan yang dilakukan oleh Lisa Badriah Mahasiswi Komunikasi
dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2006 dengan judul Analisis
Wacana Pesan Dakwah Melalui Film Koran Gondrong. Pada penelitian yang
peneliti lakukan objek penelitiannya adalah novel sedangkan pada penelitian
F. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan menggunakan teknik
analisis wacana terhadap novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Pada
analisis wacana lebih melihat pada “bagaimana” dari pesan atau teks komunikasi
dengan melihat bagaimana bangunan struktur kebahasaan tersebut, analisis
wacana lebih bisa melihat makna yang tersembunyi di suatu teks.4
Model yang digunakan oleh peneliti adalah model Teun A. Van Dijk
menurutnya penelitian wacana tidak hanya terbatas pada teks semata, tetapi juga
bagaimana suatu teks diproduksi. Kelebihan analisis wacana model Van Dijk
adalah bahwa penelitian wacana tidak semata-mata dengan menganalisis teks saja,
tetapi juga melihat bagaimana struktur sosial, dominasi dan kelompok kekuasaan
yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi/pikiran serta kesadaran yang
membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu.5
Elemen analisis wacana dalam struktur teks yang dipaparkan oleh Van
Dijk dibedakan menjadi tiga struktur atau tingkatan. Dengan struktur tersebut kita
tidak hanya mengetahui apa yang diliput oleh media, tetapi juga bagaimana media
mengungkapkan peristiwa ke dalam pilihan bahasa tertentu. Kalau digambarkan
maka struktur teks adalah sebagai berikut:
4
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framming (Bandung: Rasda Karya, 2004), h. 48
5
Tabel 1 Struktur Makro
Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik/tema yang diangkat oleh suatu teks
Superstruktur
Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan
Struktur Mikro
Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat dan
gaya yang dipakai oleh suatu teks6
Berikut akan dijelaskan satu per satu elemen wacana Teun A. Van Dijk
yang diterapkan dalam dimensi teks sosial penelitian ini:
Tabel 2
STRUKTUR WACANA HAL YANG DIAMATI ELEMEN
Struktur Makro Tematik
Tema/topik yang dikedepankan
dalam Novel Rumah Tanpa
Jendela
Topik
Superstruktur Skematik
Bagaimana bagian dari urutan novel dikemas dalam teks yang utuh
Skema
Struktur Mikro 1. Semantik
Makna yang ingin ditekankan
dalam Novel Rumah Tanpa
Latar,
Detail, dan Maksud
6
Jendela
2. Sintaksis
Bagaimana kalimat (bentuk, susunan) yang dipilih
3. Stilistik
Bagaimana pilihan kata yang
dipakai dalam Novel Rumah
Tanpa Jendela
4. Retoris
Bagaimana dan dengan cara
apa penekanan cerita
dilakukan7
Bentuk Kalimat Koherensi, dan Kata Ganti
Leksikon
Grafis, Metafora
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah novel Rumah Tanpa Jendela karya
Asma Nadia, sedangkan objek penelitiannya adalah konstruksi wacana dari segi
atau dimensi teks sosial, kognisi sosial, dan konteks sosial.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh datanya penulis melakukan studi dokumentasi karena
merupakan sumber yang stabil, berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian, hasil
pengkajian dokumen akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas
pengetahuan terhadap sesuatu yang diteliti. Dokumen yang dikumpulkan
semuanya berkaitan dengan penelitian.
7
Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data-data atau teori-teori dari
buku, majalah, internet dan yang lainnya yang ada hubungannya dengan masalah
yang diteliti.
4. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian analisis wacana ini, data-data akan disesuaikan dengan
metode yang digunakan Teun A. Van Dijk, yaitu meneliti dari analisis teks,
kognisi sosial dan konteks sosial. Data-data tersebut merupakan data yang
terdapat dalam novel Rumah Tanpa Jendela, kemudian akan ditafsirkan oleh
peneliti dengan disesuaikan pada kerangka dalam analisa wacana.
Dalam analisis wacana, proses penafsiran dari peneliti merupakan hal
utama dalam menganalisis datanya karena dalam penelitian ini, subjek yang
diteliti adalah novel Rumah Tanpa Jendela.
Setelah melakukan penafsiran, selanjutnya melakukan penyajian data yang
berbentuk sekumpulan informasi yang kemudian data tersebut kemungkinan akan
dijadikan sebagai acuan dalam penarikan kesimpulan dan pemberian saran.
G. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab. Dimana masing-masing bab
dibagi ke dalam sub-sub dengan penulisan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan. Bab ini memuat Latar Belakang Masalah, Batasan dan
Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan
Pustaka, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II : Tinjauan Teori. Bab ini memuat tentang Ruang Lingkup Novel yang
terdiri dari Pengertian Novel, Unsur Intrinsik Novel, serta Novel
Pengertian Dakwah, Tujuan, Metode, Media dakwah. Konsep
Analisis Wacana yang terdiri dari Pengertian Analisis Wacana dan
Kerangka Analisis Wacana.
BAB III : Gambaran Umum. Bab ini memuat tentang Riwayat Hidup Asma
Nadia, Karya-Karya Asma Nadia, dan Sinopsis Novel Rumah
Tanpa Jendela.
BAB IV : Temuan Data dan Pembahasan. Bab ini memuat Wacana Pesan
Dakwah yang ditampilkan Oleh Asma Nadia di Dalam Novel
Rumah Tanpa Jendela, Analisis Novel Rumah Tanpa Jendela
Dilihat dari Kognisi Sosial, Analisis Novel Rumah Tanpa Jendela
Dilihat dari Konteks Sosial.
BAB V : Penutup. Bab ini memuat Kesimpulan yang merupakan jawaban dari
permasalahan yang dibahas, peneliti juga memberikan saran-saran
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Novel Sebagai Karya Fiksi 1. Pengertian Novel
Novel menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah karangan prosa
yang panjang mengandung rangkaian cerita seseorang dengan orang-orang
disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.1 Novel
biasanya lebih panjang dan lebih kompleks dari pada cerpen, umumnya novel
bercerita tentang tokoh-tokoh dalam kehidupan sehari-hari.
Ismail Kusmayadi, menjelaskan dalam bukunya “Think smart bahasa
Indonesia” bahwa Novel adalah karya sastra yang berbentuk prosa narasi, bersifat
imajinatif, ceritanya lebih panjang dari cerpen, merupakan peniruan dari
kehidupan manusia, dan melibatkan banyak tokoh.2
Menurut abdullah Ambary, Novel adalah cerita yang menceritakan suatu
kejadian luar biasa dari kehidupan pelakunya yang menyebabkan perubahan sikap
hidup atau menentukan nasibnya.3
Sedangkan Menurut Zainuddin yang dikutip dari bukunya “Materi Pokok
Bahasa dan Sastra Indonesia” Novel adalah salah satu karya yang berbentuk
prosa, dimana sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar
1
DepDiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), edisi ke-3 h. 778.
2
Ismail Kusmayadi , Think Smart Bahasa Indonesia, (Bandung: Media Grafindo Pratama 2006), h. 45.
3
kesusastraan, standar kesusastraan yang dimaksud adalah penggunaaan kata yang
indah dan daya bahasa serta gaya cerita yang menarik.4
Novel memiliki istilah sendiri yang sama dengan istilah Roman. Kata
novel berasal dari bahasa Italia yang kemudian berkembang di Inggris dan
Amerika Serikat. Sedang istilah Roman berasal dari Genre Romance dari abad
pertengahan yang merupakan cerita panjang tentang kepahlawanan dan
percintaan. Istilah roman berkembang di Jerman, Belgia, Perancis, dan
bagian-bagian Eropa daratan yang lain.5
Novel memungkinkan adanya penyajian secara panjang lebar mengenai
tempat (ruang) tertentu. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika posisi
manusia dalam masyarakat memiliki dimensi ruang dan waktu. Sebuah
masyarakat jelas berhubungan dengan dimensi tempat, tetapi peranan seorang
tokoh dalam masyarakat berupa dan berkembang dalam waktu. Khasnya, novel
mencapai keutuhannya secara inklusi (inclution), yaitu bahwa novelis
mengukuhkan keseluruhannya dengan kendali tema karyanya.
Novel adalah genre sastra dari Eropa yang muncul di lingkungan kaum
Borjuis di Inggris dalam abad 18. Novel merupakan produk terpelajar,
bermartabat, tergolong highclass (kaya), memiliki banyak waktu ruang untuk
berfikir dan resapi kandungan makna isinya.
Novel merupakan salah satu jenis prosa fiksi. Prosa fiksi adalah karya
sastra yang khasnya mempunyai elemen-elemen seperti : plot, tokoh, setting, dan
4
Zainuddin, Materi Pokok Bahasa dan sastra Indonesia, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992), h. 99
5
lain-lain. Dalam sebuah novel juga cenderung menitikberatkan munculnya
kompleksitas.
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa secara
istilah banyak para ahli mengartikan novel sebagai suatu karya yang menceritakan
tentang kehidupan baik secara fiksi yang mengandung suatu kejadian yang luar
biasa dari kehidupan penulisnya.
2. Unsur Intrinsik Novel
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut
membangun cerita. Dengan adanya perpaduan unsur intrinsik inilah yang
membuat sebuah novel terwujud.
Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya
sastra itu, tetapi secara tidak langsung yang berbeda mempengaruhi. Menurut
Welleck dan Warren, sebagaimana dikutip Burhan Nurgiantoro bahwa
unsur-unsur tersebut antara lain keadaan subjektifitas pengarang yang memiliki sikap,
keyakinan dan pandangan hidup yang kesemuanya akan mempengaruhi karya
yang ditulisnya.6
Diantara beberapa unsur intrinsik dalam novel prosa yaitu:
1. Plot
Plot merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tak sedikit orang
yang menganggapnya sebagai yang terpenting diantara berbagai unsur
fiksi lain. Hal itu kiranya beralasan, sebab kejelasan plot, kejelasan tentang
kaitan antara peristiwa yang dikisahkan secara linear, akan mempermudah
pemahaman kita terhadap cerita yang ditampilkan. Kejelasan plot dapat
6
berarti kejelasan cerita, kesederhanaan plot berarti kemudahan cerita untuk
dimengerti. Sebaliknya plot sebuah karya fiksi yang kompleks dan sulit
dikenali hubungan kausalitas antar peristiwanya, menyebabkan cerita
menjadi lebih sulit dipahami.7
Plot sering dikupas menjadi lima elemen penting, yaitu pengenalan,
timbulnya konflik, konflik memuncak, klimaks, dan pemecahan masalah.8
Secara teoritis plot dapat dibedakan menjadi dua kategori. Pertama,
plot progresif atau lurus, yaitu jika peristiwa-peristiwa yang diceritakan
bersifat kronologis, peristiwa yang pertama kali diikuti oleh (atau:
menyebabkan terjadinya) peristiwa-peristiwa yang kemudian. Atau secara
berurutan cerita dimulai dari tahap awal (penyituasian, pengenalan,
pemunculan konflik), tengah (konflik meningkat, klimaks), dan akhir
(penyelesaian). Kedua, plot regresif atau alur sorot balik (flash back),
yakni peristiwa yang diceritakan tidak bersifat kronologis. Cerita tidak
dimulai dari tahap awal melainkan mulai dari tahap tengah atau bahkan
tahap akhir, baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan. Namun tidak ada
novel yang secara mutlak berplot lurus-kronologis atau sebaliknya
sorot-balik. Maka Burhan Nurgiantoro dalam pembahasan yang sama mengenai
plot, menambahkan satu kategori plot yaitu progresif-regresif atau dapat
dinamakan plot-campuran.9
7
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1995),h. 110
8
Ibid, h. 120
9
2. Tokoh dan Penokohan
Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, misalnya
sebagai jawaban terhadap pertanyaan: “siapakah tokoh utama novel itu?”, atau ada berapa jumlah pelaku novel itu?” dan lain sebagainya. Watak,
perwatakan, dan karakter, menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh
seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada sifat dan sikap
para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk kepada
kualitas pribadi seorang tokoh. Penokohan dan karakterisasi menunjuk
pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak tertentu dalam
sebuah cerita. Atau seperti yang dikatakan Jones, sebagaimana dikutip
oleh Burhan Nurgiantoro, penokohan adalah pelukisan gambaran yang
jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.10
Tokoh dapat dibedakan menjadi tokoh utama, protagonis, antagonis,
tritagonis, dan tokoh pembantu:
a. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam
sebuah novel. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan,
baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian, termasuk
konflik sehingga tokoh tersebut mempengaruhi perkembangan plot.11
Kriteria yang digunakan untuk menentukan tokoh utama bukan
frekuensi kemunculan tokoh itu dalam cerita, melainkan intensitas
10
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1995), h. 164-165
11
keterlibatan tokoh-tokoh di dalam peristiwa-peristiwa yang
membangun cerita.12
b. Tokoh Protagonis, Altenberhand dan Lewis, sebagaimana yang
dikutip oleh Burhan Nurgiantoro, mengartikan tokoh protagonis
sebagai tokoh yang kita kagumi, tokoh yang merupakan
pengejawatahan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita.13
c. Tokoh Antagonis yaitu tokoh atau pelaku yang menentang tokoh
protagonis sehingga terjadi konflik dalam cerita.14
d. Tokoh Tritagonis yaitu tokoh yang menjadi penengah antara pelaku
protagonis dengan antagonis.
e. Tokoh Pembantu dan tambahan yaitu pelaku yang bertugas membantu
pelaku utama dalam rangkaian mata rantai cerita pelaku pembantu,
mungkin berperan sebagai pahlawan, mungkin juga sebagai pemenang
atu penengah jika terjadi konflik.
3. Setting atau Latar
Latar atau setting, menurut M.H. Abrams adalah sebagaimana yang dikutip
oleh Burhan nurgiantoro, dapat juga disebut sebagai landas tumpu yang menyaran
pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya
peristiwa yang diceritakan. Latar atau tempat terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar waktu lampau
berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diveritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar sosial menyarankan pada hal-hal yang
12
Adib Sofia dan Sugihastuti, Feminisme dan Sastra: Menguak Citra Perempuan dalam Layar Terkembang, (Bandung: Katarsis, 2003), h. 16
13
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1995) h. 178
14
berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang
diceritakan dalam karya fiksi.15
4. Point Of View
Sudut pandang atau point of view oleh Robert Stanton, sebagaimana yang
dikutip oleh Adib Sofia dan Sugihastuti, diartikan sebagai posisi yang merupakan
dasar berpijak kita untuk melihat secara hati-hati agar ceritanya dapat memiliki
hasil yang sangat memadai.16
Unsur lain yang menarik dari novel dapat dilihat dari isi dialog dalam
sebuah novel. Dialog dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti
percakapan (sandiwara atau cerita), atau karya tulis yang disajikan dalam bentuk
percakapan antara dua tokoh atau lebih.17
B. Novel Sebagai Media Dakwah 1. Pengertian Dakwah
Secara etimologi (lughatan) kata dakwah berasal dari bahasa Arab,
yaitu dari kata da’a, yad’u, da’watun. Kata da’a mengandung arti
mengajak, menyeru, memanggil, maka kata da’watun berarti ajakan,
seruan, panggilan.18 Dakwah dapat dipahami sebagai ajakan, seruan,
panggilan kepada Islam.
Menurut Toto Tasmara yang dikutip dari bukunya “Komunikasi
Dakwah” Dakwah merupakan suatu proses penyampaian pesan-pesan
15
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1995), h. 81
16
Adib Sofia dan Sugihastuti, Feminisme dan Sastra: Menguak Citra Perempuan dalam Layar Terkembang, (Bandung: Katarsis, 2003) h. 16
17
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 204
18
tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain
memenuhi ajakan tersebut.19
Sedangkan secara Terminologi (Istilah), dakwah memiliki
beberapa pengertian atau definisi yang berbeda. Berikut ini definisi
dakwah menurut beberapa tokoh dengan sudut pandangnya
masing-masing:
1) Arifin mendefinisikan dakwah sebagai suatu kegiatan ajakan baik
dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku yang dilakukan secara
sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik
secara individual maupun kelompok agar timbul dalam dirinya
suatu pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan serta pengalaman
terhadap ajaran agama sebagai pesan yang disampaikan padanya
tanpa adanya unsur paksaan.20
2) Toha Yahya Omar mendefinisikan dakwah sebagai usaha mengajak
manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai
dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan
mereka di dunia dan akhirat.21
3) Hamzah Yaqub dalam bukunya publisistik Islam, memberikan
pengertian dakwah sebagai usaha mengajak manusia dengan
hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah SWT dan
Rasul-Nya.22
19
Drs. H. Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h. 31
20
H.M. Arifin, Psikologi Dakwah (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 6
21
Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah (Jakarta: PT. Widjaja, 1971), h. 1
22
Dari beberapa pengertian dakwah menurut beberapa tokoh diatas,
dapat disimpulkan bahwa dakwah merupakan usaha mengajak manusia
agar masuk ke dalam jalan Allah SWT (sistem Islam) secara menyeluruh,
baik melalui lisan, tulisan maupun perbuatan sebagai ikhtiar muslim dalam
mewujudkan Islam menjadi kenyataan dalam kehidupan pribadi, dan
kelompok sehingga terwujud Khairul Ummah.
Tujuan dakwah dalam arti luas adalah menegakkan ajaran agama
kepada setiap insan baik individu maupun masyarakat, sehingga ajaran
tersebut mampu mendorong suatu perbuatan yang sesuai dengan ajaran
tersebut.23 Jadi, dapat disimpulkan bahwa tujuan dakwah adalah mengajak
umat manusia kepada jalan yang benar yang diridhai Allah SWT agar
dapat hidup bahagia dan sejahtera di dunia maupun di akhirat.
a. Pesan dan Materi Pesan Dakwah
1. Pesan Dakwah
Pesan dakwah mengandung arti, “perintah, nasehat,
permintaan, amanat, yang harus dilakukan untuk disampaikan pada
orang lain”.24
Menurut Toto Tasmara yang dikutip dari bukunya “Komunikasi Dakwah” pesan dakwah merupakan suatu pernyataan
yang bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah, baik itu tertulis
maupun lisan dari pesan-pesan (risalah) tersebut.25
23
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Islam, (Surabaya: al-ikhlas, 1983), h. 46
24
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Islam, (Surabaya: Al-ikhlas, 1983), h. 43.
25
Sedangkan yang dimaksud pesan-pesan dakwah itu sendiri
sebagaimana yang digariskan di dalam al-Qur’an adalah merupakan
pernyataan maupun pesan (risalah) al-Qur’an dan as-Sunnah yang
diyakini telah mencakup keseluruhan aspek dari setiap tindakan dan
segala urusan manusia di dunia. Tidak ada satu bagianpun dari
aktivitas muslimyang terlepas dari sorotan dan cakupan al-Qur’an
dan as-Sunnah ini.26
Dengan demikian inti dari pesan dakwah adalah
pesan-pesan yang mengandung seruan untuk pembentukan akhlak mulia
dan bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah, nasehat orang bijak,
pengalaman hidup, seni dan budaya, ilmu pengetahuan, filsafat dan
sumber-sumber lainnya. Pesan dakwah ditujukan untuk mengajak
manusia agar menjalankan agama Islam serta mentauhidkan Allah
dengan bersumber kepada al-Qur’an dan as-Sunnah.
2. Materi Pesan Dakwah
Isi materi pesan dakwah sangat menentukan pada
keberhasilan suatu kegiatan dakwah secara menyeluruh, terutama
pada tujuan yang hendak dicapai. Sumber-sumber materi pesan
dakwah yang sebenarnya dan paling utama adalah dari al-Qur’an
dan as-Sunnah.
Materi pesan dakwah merupakan bagian dari komponen
dakwah dari sejumlah unsur-unsur dakwah agar proses dakwah
berjalan dengan baik, maka pemilihan materi pesan dakwah yang
26
tepat dan sesuai dengan kondisi dan keadaan mad’u yang dalam hal
ini adalah masyarakat atau umat manusia, akan mempermudah
tercapainya tujuan dakwah itu sendiri, mudah dimengerti dan dapat
diterima oleh mad’u. Jadi, materi pesan dakwah adalah bahan
-bahan yang hendak disampaikan kepada mad’u berupa ajaran
Islam, yang bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah. Adapun
ajaran Islam tercakup dalam tiga garis besar yaitu: aqidah, akhlak
dan ibadah yang dalam kegiatan dakwah dimanapun dengan media
apapun menjadikan ketiganya sebagai materi-materi pesan dakwah
yang utama.
b. Metode dan Media Dakwah
1. Metode Dakwah
Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan yaitu “meta” (melalui) dan “hodos” (jalan, cara).27 Dengan demikian
dapat diartikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus
dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sumber lain menyebutkan
bahwa metode berasal dari bahasa Jerman methodica artinya ajaran
tentang metode. Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata
methodos artinya jalan, yang di dalam bahasa Arab disebut
thariq.28 Apabila diartikan secara bebas metode adalah cara yang
telah diatur melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu
maksud.
27
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 61.
28
Jadi metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang
dilakukan oleh seorang da’i kepada mad’u dalam menyampaikan materi dakwah agar mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan
kasih sayang.
2. Media Dakwah
Media dakwah adalah hal, keadaan, benda, yang dapat
digunakan sebagai perantara untuk melaksanakan dakwah yang
digunakan oleh juru dakwah untuk menyampaikan pesan
dakwahnya kepada mad’u.29
Kepandaian seorang juru dakwah dalam memilih media
merupakan salah satu unsur keberhasilan dakwah. Hamzah Ya’qub
membagi sarana atau media dakwah menjadi tiga bagian:
1) Spoken Words, yakni media dakwah yang berbentuk ucapan
atau bunyi yang ditangkap dengan indera telinga, seperti radio,
telephone, handphone dan lainnya.
2) Printed Writing, berbentuk tulisan, gambar, lukisan, dan
sebagainya yang dapat ditangkap mata.
3) Audio Visual, berbentuk gambar hidup yang dapat didengar
sekaligus dapat dilihat, seperti televisi, video, film, dan
sebagainya.30
Dari ketiga sarana atau media dakwah ini, semuanya dapat
digabungkan serta digunakan sekaligus, maupun memilih salah
29
Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, h. 163.
30
satu sarana atau media dakwah ini, yang tentunya disesuaikan
dengan situasi dan kondisi yang ada di masyarakat.
2. Novel Sebagai Media Dakwah
Pengertian Media itu sendiri secara etimologi diambil dari bahasa latin
yaitu “median” yang berarti alat perantara dalam buku Asmuni Syukir
mendefinisikan media sebagai sesuatu yang dapat dijadikan alat perantara untuk
mencapai tujuan tertentu, dapat berupa (material), orang, tempat, kondisi tertentu
dan sebagai.31
Kebutuhan media untuk menyampaikan pesan dakwah sangat urgen sekali
seperti yang diungkapkan oleh M. Bahri Ghazali “kepentingan dakwah terhadap
media atau alat sangat urgen sekali, sehingga dapat dikatakan dengan
menggunakan media, dakwah akan mudah dicerna dan diterima oleh komunikan
(mad’unya).32
Tulisan merupakan cara atau media informasi yang memiliki kelebihan
diantara media-media dakwah lainnya seperti, elektronik, berceramah, dan
lainnya. Hal ini dibuktikan dengan adanya perbedaan cara penyampaiannya.
Berdakwah melalui media elektronik tentu hanya bisa dinikmati pada satu saat,
dalam kesempatan yang berbeda tentu akan berbeda pula yang diterima mad’u.
Sedangkan pada media bi Al-qolam atau media tulisan, disaat yang berbeda
mad’u masih bisa menciptakan rasa, pesan, pengertian yang sama dari sumber
tulisan yang pernah dibacanya.
31
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983. H. 104
32
Novel Islam sebagai media tulis yang memiliki kelebihan, banyak novelis
Islam yang memasukan nilai-nilai dakwah. Karena hal itu merupakan salah satu
cara mengemas materi dakwah agar selalu terlihat menarik, tidak monoton, dapat
menghibur, dapat dinikmati kapan saja, dalam jangka waktu yang lama, pembaca
juga dapat membaca ulang jika lupa.
Dakwah melalui tulisan adalah salah satu metode dakwah Rasulullah
SAW. Hal ini pernah dilakukan dengan mengirim surat pada sejumlah pengurus
Arab saat itu atau yang paling mungkin lagi karena pesan pertama Al-Qur’an
adalah membaca, tentu perintah membaca ini erat kaitannya dengan perintah
menulis.33
Sebuah novel bernilai dakwah bila segala unsur yang terdapat dalam novel
tersebut memiliki pesan-pesan dakwah dan nilai-nilai keIslaman. Hal itu juga bisa
dilihat dari pribadi pengarangnya, keinginan pengarang dalam berdakwah, dan
pengetahuan pengarang mengenai Islam.
Berdakwah di era informasi seperti saat ini tidak cukup jika hanya
disampaikan melalui lisan tanpa bantuan alat-alat komunikasi massa, yaitu pers
(percetakan), radio, televisi, atau film. Karena kata-kata yang terucapkan dari
manusia hanya dapat menjangkau jarak yang sangat terbatas, sedangkan alat-alat
komunikasi itu jangkauannya tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu. Novel
adalah alat atau media tulisan yang digunakan juru dakwah dalam penyampaian
pesan-pesan dakwah yang berbentuk karya sastra.
Dengan media dan sarana yang tersedia, maka para da’i dituntut untuk
mempunyai kemampuan berdakwah melalui berbagai aspek. Mengingat
33
kecenderungan umat saat ini yang sibuk dengan kegiatan masing-masing, dengan
kemampuan seorang da’i untuk menggunakan media yang ada, artinya kegiatan dakwah tidak harus selalu diadakan dengan cara tatap muka secara langsung,
sebagaimana kita ketahui sudah banyak orang-orang yang mampu memanfaatkan
karya sastra, terutama fiksi, sebagai media dakwah atau sarana untuk
menyampaikan atau mengekspresikan ajaran-ajaran keislaman (dakwah). Semua
itu biasanya mengandung nilai-nilai moral yang dapat kita ambil dan kita pelajari
yang kemudian diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
C. Wacana Dalam Novel 1. Wacana
Wacana dapat berarti rentetan kalimat yang berkaitan, yang
menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya, membentuk
satu kesatuan, sehingga terbentuklah makna yang serasi diantara kalimat-kalimat
tersebut. Wacana merupakan kesatuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau
terbesar diatas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang tinggi dan
berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata,
disampaikan secara lisan dan tertulis.34
Wacana merupakan rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa
komunikasi, biasanya terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan
pengertian yang satu dengan yang lain. Komunikasi ini dapat menggunakan
bahasa lisan, dan dapat pula memakai bahasa tulisan.35
Analisis wacana atau discourse analysis adalah suatu cara atau metode
untuk mengkaji wacana yang terdapat atau terkandung di dalam pesan-pesan
34
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LkiS, 2001), h. 2
35
komunikasi baik secara tekstual maupun kontekstual. Analisis wacana berkenaan
dengan isi pesan komunikasi, yang sebagian diantaranya berupa teks.36
Analisis wacana adalah ilmu baru yang muncul beberapa puluh tahun
belakangan ini. Aliran-aliran linguistik selama ini membatasi penganalisaannya
hanya kepada soal kalimat dan barulah belakangan ini sebagian ahli bahasa
memalingkan perhatiannya kepada penganalisaan wacana.37
Pada umumnya para ahli berpendapat bahwa wacana adalah unsur
bahasa yang paling lengkap baik dari segi struktur, makna maupun intonasi.
Wacana merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan yang tidak dapat
dipisah-pisahkan antara bunyi, frasa, klausa, maupun kalimatnya.
Wacana sering dipergunakan dalam berbagai disiplin ilmu mulai dari
studi bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra dan lain sebagainya.
Arti dari wacana itu sendiri tergantung pada pemakaian atau konteks disiplin ilmu
tersebut, sehingga banyak ahli yang mendefiniskan dan memberi batasan yang
berbeda. Didalam kamus pun, akan mempunyai pengertian yang berbeda.
Metode
a. Teks
Menurut Van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya
didasarkan pada analisis atau teks semata, karena teks hanya hasil dari
suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Van Dijk melihat suatu
wacana terdiri atas berbagai struktur atau tingkatan, yang
36
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogyakarta: LkiS, 2007), h. 170
37
masing bagian saling mendukung. Van Dijk membaginya dalam tiga
tingkatan.38
1. Struktur Makro, merupakan makna global atau umum dari suatu teks yang dapat dipahami dengan melihat topik dari suatu teks.
Tema wacana ini bukan hanya isi, tetapi juga sisi tertentu dari suatu
peristiwa.
2. Superstruktur, merupakan kerangka suatu teks: bagaimana struktur dan elemen wacana itu disusun dalam teks secara utuh.
Adapun yang diamati adalah lead, atau teras berita, background
atau latar belakang cerita, ulasan, kutipan, dan sebagainya.
3. Struktur Mikro, merupakan makna wacana yang dapat diamati dengan menganalisis kata, kalimat, proposisi, anak kalimat,
paraphrase yang dipakai dan sebagainya.
b. Kognisi Sosial
Analisis kognisi sosial menekankan bagaimana peristiwa
dipahami, didefinisikan, dianalisis dan ditafsirkan, kemudian
ditampilkan dalam suatu model dalam memori. Proses terbentuknya
teks pada tahap ini memasukkan informasi yang digunakan untuk
menulis dari suatu wacana tertentu.
c. Konteks Sosial
Konteks sosial berusaha memasukkan semua situasi dan hal
yang berada diluar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa. Dalam
pandangan Van Dijk segala teks bisa bisa dianalisis dengan
38
menggunakan elemen tersebut. Berikut adalah penjelasan singkat
tentang elemen-elemen tersebut:
1) Tematik, secara harfiah berarti “segala sesuatu yang telah
diuraikan”. Kata ini berasal dari kata Yunani “thitenai” yang berarti menempatkan atau meletakkan. Tema adalah pokok
pemikiran penulis yang disampaikan kepada khalayak.39
2) Skematik, menggambarkan bentuk umum dari suatu teks. Bentuk
wacana umum itu disusun dengan sejumlah kategori atau
pembagian umum seperti pendahuluan, isi, kesimpulan, pemecahan
masalah, dan penutup. Dalam konteks penyajian berita, meskipun
mempunyai bentuk dan skema yang beragam, berita umumnya
secara hipotetik mempunyai dua kategori skema besar. Pertama,
summary yang terdiri dari dua elemen yaitu judul dan lead. Kedua,
story, isi berita secara keseluruhan.
3) Semantik, adalah disiplin ilmu bahasa yang menelaah makna
satuan lingual, baik makna leksikal maupun makna gramatikal.
Makna leksikal adalah makna unit semantic yang terkecil yang
disebut leksem, sedangkan makna gramatikal adalah makna yang
berbentuk dari penggabungan satuan-satuan kebahasaan.40
4) Sintaksis, berasal dari kata Yunani Sun dan Tattein yang berarti
menempatkan. Jadi, sintaksis berarti menempatkan bersama-sama
kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.
39
Gorys Keraf, Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, (Ende- Flores: Nusa Indah, 1980) h. 107
40
5) Stilistik, adalah ilmu penggunaan bahasa dan gaya bahasa dalam
kesusatraan. Maksudnya bahasa sebagai sarana yang disampaikan
penulis.
6) Retoris, adalah gaya yang diungkapkan seseorang ketika berbicara
atau menulis. Retoris mempunyai fungsi persuasif, dan yang
berhubungan erat dengan bagaimana pesan itu disampaikan kepada
khalayak.41
2. Aqidah Dalam Islam
1. Pengertian Aqidah
Aqidah adalah ketentuan atau ketetapan Allah yang fitrah, selalu
bersandar kepada kebenaran (haq), sah selamanya (tidak pernah berubah),
dan terikat ke dalam hati manusia.
Misalnya: keyakinan manusia akan wujud (adanya) Sang Pencipta,
kekayaan maupun ilmu yang dimiliki-Nya, pertemuan dengan Allah
sesudah mati, adanya hari pembalasan, dan sebagainya.
Manusia akan meyakini bahwa nafas yang mereka hirup sehari-hari
berada ditangan-Nya. Semua persoalan yang mereka hadapi bersandar,
pasrah, dan tawakal kepada Allah.
Tiada Tuhan selain Allah. Tiada yang diimani keculai Dia. Allah
maha penolong dan maha pemberi dengan mencintai-Nya Allah akan
mencintai kita. Dengan membenci-Nya. Allah juga akan membenci kita.
41
Secara etimologi (lughatan) aqidah berakar dari kata „aqada-ya’qidu -„aqdan-aqidatan. „aqdan berarti simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh. Setelah
terbentuk menjadi „aqidah berarti keyakinan. Relevansi antara arti kata „aqdan dan „aqidah adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh didalam hati, bersifat
mengikat dan mengandung perjanjian.42
Secara teminologis (ishthilahan), terdapat beberapa definisi antara lain:
1. menurut Hasan al-Banna:
“aqa’id bentuk jamak dari aqidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati(mu), mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan
yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.”43
2. menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy:
“Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia
berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. (Kebenaran) itu dipatrikan (oleh manusia) di dalam
hati (serta) diyakini kesahihan dan keberadaannya (secara pasti) dan ditolak segala
sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.”44
42
Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, (Yogyakarta: Lembaga pengkajian dan pengamalan Islam (LPPI), 2000), h. 1
43
Ibid, h. 1
44
32 BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Profil Asma Nadia
Asmarani Rosalba adalah nama asli dari Asma Nadia. Penulis yang lahir di
Jakarta, tanggal 26 maret 1972. Ia lahir dari pasangan Amin Usman dan Maria Eri
Susanti. Asma Nadia, adik dari penulis Helvy Tiana Rosa.
Asma Nadia juga aktif menulis cerpen, puisi, dan resensi di media
sekolah. Setelah lulus dari SMA 1 Budi Utomo Jakarta, Asma Nadia melanjutkan
kuliah di Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Namun, kuliah
yang dijalaninya tidak tamat. Dia harus menjalani istirahat karena sakit yang
dideritanya.
Asma Nadia memang tidak memiliki gelar kesarjanaan, karena ketika kecil
sakit-sakitan (jantung, paru-paru, gegar otak, tumor) tetapi alhamdulillah, Ia telah
berbicara di hadapan banyak audience termasuk di berbagai universitas ternama di
Indonesia, seperti Universitas Indonesia, ITB, UNPAD, UGM, IPB, Unsyiah,
Universitas Brawijaya, dan perguruan tinggi ternama lainnya.
Perempuan yang berpendirian kuat, tetapi lemah lembut ini, mempunyai
obsesi untuk menulis. Itulah sebabnya, ketika kesehatannya menurun, Ia tetap
semangat untuk menulis. Disamping itu, dorongan dan semangat yang diberikan
keluarga dan orang-orang yang menyayanginya, memotivasi Asma untuk terus
dan terus menulis.
Walaupun sewaktu kecil Asma Nadia tidak pernah bercita-cita ingin
Astronom, karena menurutnya banyak keindahan yang ada di langit, dan
menurutnya seperti sebuah pintu bagi banyak rahasia.
Saat usianya 27 tahun, baru Ia berkomitmen untuk menjadi seorang
penulis, walaupun sebenarnya dunia menulis sudah Ia sukai sejak Ia ber-Sekolah
Dasar (SD). Sebelum berkomitmen untuk menjadi penulis, Ia sempat menjadi
pengajar nasyid, sempat mengajar B. Inggris di beberapa perkantoran di Jakarta.1
Asma Nadia merupakan salah satu penulis best seller wanita paling
produktif di Indonesia. Dalam waktu 10 tahun Nadia telah menulis lebih dari 40
buku, dan menyusun puluhan antologi. Diantara penghargaan yang pernah diraih
Nadia termasuk penghargaan Pengarang Terbaik Nasional penerima Adikarya
Ikapi Award tahun 2000, 2001, dan 2005; Penghargaan dari Majelis Sastra Asia
Tenggara (Mastera) tahun 2005; Anugrah IBF Award sebagai novelis islami
terbaik (2008), serta penghargaan sebagai peserta terbaik lokakarya perempuan
penulis naskah drama yang diadakan FIB UI dan Dewan Kesenian Jakarta.
Melalui maling list pembacaasmanadia, Ia berusaha memberdayakan
pembacanya, yang sebagian besar perempuan (sesama istri dan ibu rumah tangga)
serta generasi muda untuk terlibat dalam kampanye Perempuan Indonesia
Menulis! Hasil dari gerakan itu adalah lahirnya puluhan antologi yang ditulisnya
dengan pembaca dan diterbitkan berbagai penerbit.
Dari milis pembacaasmanadia@yahoogroups.com perempuan kelahiran
Jakarta 26 Maret ini, dibantu moderator milis lain, berupaya menyemangati kaum
perempuan untuk membaca, sehingga lahir klub buku Asma Nadia (KBA) di
1
berbagai kota di tanah air, sebagai kegiatan alternatif yang berisi, di mana setiap
bulan anggota berkumpul dan berdiskusi tentang buku yang telah mereka baca.
Kiprah penulis yang masa kecilnya dihabiskan di rumah kontrakan
sederhana di pinggir rel kereta api ini juga merambah ke dunia Internasional. Ia
pernah diundang menghadiri acara kepenulisan di Singapura, Malaysia, dan
Brunei Darussalam. Tahun 2006 ia menjadi satu dari dua sastrawan muda
Indonesia yang diundang untuk tinggal oleh pemerintah Korea Selatan selama 6
bulan. Undangan yang sama diperolehnya dari Le Chateau de Lavigny (2009) di
Switzerland.
Nadia juga pernah menjadi pembicara antara lain: pada forum Seoul
Young Writers Festival dan The 2nd Asia Literature Forum di Gwangju, Public
Reading di Jenewa, serta memberikan workshop kepenulisan di berbagai pelosok
tanah air, juga kepada pelajar Indonesia di Mesir, Switzerland, Inggris, Jerman,
Roma dan Vatican, serta buruh migran di Hongkong dan Malaysia.
Ia juga menulis sejumlah lirik lagu, misalnya yang dinyanyikan oleh
kelompok Snada.2 Asma dikenal sebagi penulis yang gencar mengajak kepada
kebaikan. Jenis karyanya berupa Buku fiksi maupun non fiksi, karya yang
ditulisnya kerap mengundang simpati pembacanya. Karyanya yang berupa
buku-buku kumpulan cerpen maupun kumpulan novel remaja cukup digemari, hal ini
dibuktikan dengan karyanya “Cinta Tak Pernah Menar,” kumpulan cerpennya
meraih Pena Award. Rembulan di Mata Ibu (2001), memenangkan penghargaan
Adikarya IKAPI sebagai buku remaja terbaik nasional. Dengan diraihnya Pena
Award Adikarya IKAPI. Hal tersebut membuktikan bahwa karya-karyanya
2
memilikin pengaruh, terhadap dunia kepenulisan di Indonesia. Serta mendapat
tempat di hati pembacanya.
Dengan karya-karya yang diciptakannya Asma tidak hanya menghibur
pembacanya. Melainkan juga dapat menjadi teladan bagi pembaca-pembacanya.
Di dalam dunia kepengarangan, Asma juga tidak hanya dikenal sebagai pengarang
fiksi remaja, namun juga dikenal sebagai pengarang yang karyanya dapat diterima
oleh berbagai kalangan.
Diantara royalti dari buku-buku yang telah ditulisnya, sebagian bersama
pengarang-pengarang lain, dimanfaatkan untuk mengembangkan RumahBaca
AsmaNadia, perpustakaan dan tempat mengasah kreativitas bagi anak dan remaja
kurang mampu, yang tersebar di Jakarta: Penjaringan, Depok, Ciledug,
Manggarai, Bekasi dan Pulau Lancang Besar (kepulauan seribu), selain di
Bogor-Cigombong, 3 lokasi di Cianjur, Gresik, Jogja, Kebumen, Purwakarta. Luar Jawa:
Balikpapan, Pekanbaru, Riau, Samarinda dan Tenggarong, dll.
Saat ini selain merupakan CEO AsmaNadia Publishing House, penerbitan
yang didirikannya setahun lalu, Nadia sedang giat menularkan semangat menulis
kepada keluarga Indonesia- bersama suami, dan anak-anaknya yang juga telah
diajaknya ikut menulis. Suaminya: Isa Alamsyah telah menulis buku motivasi
berjudul No Excuse! Sementara Putri Salsa (14 th), telah memiliki tujuh buku
yang diterbitkan sejak dia berusia 8 tahun, dan merupakan salah satu penulis cilik
best seller saat ini. Sedangkan si bungsu Adam Putra Firdaus (9 th), baru saja
Adapun karya-karya yang telah dibuatnya, banyak diantara diterbitkan
oleh Penerbit Mizan, yaitu:
1. Preh (A Waiting), naskah drama dua bahasa, diterbitkan oleh Dewan
Kesenian
2. Jakarta Cinta Tak Pernah Menar, kumpulan cerpen, meraih Pena Award
3. Rembulan di Mata Ibu (2001), novel, memenangkan penghargaan
Adikarya IKAPI sebagai buku remaja terbaik nasional
4. Dialog Dua Layar, memenangkan penghargaan Adikarya IKAPI, 2002
5. 101 Datang meraih penghargaan Adikarya IKAPI, 2005
6. Jangan Jadi Muslimah Nyebelin!, nonfiksi, best seller
7. Emak Ingin Naik Haji: Cinta Hingga Ke Tanah Suci (Asma Nadia
Publishing House)
8. Jilbab Traveler (Asma Nadia Publishing House)
9. Muhasabah Cinta Seorang Istri
10.Catatan Hati Bunda3
Karya-karya berikut ditulis bersama penulis lain:
1. Ketika Penulis Jatuh Cinta, Penerbit Lingkar Pena, 2005
2. Kisah Kasih dari Negeri Pengantin, Penerbit Lingkar Pena, 2005
3. Jilbab Pertamaku, Penerbit Lingkar Pena, 2005
4. Miss Right Where R U? Suka Duka dan Tips Jadi Jomblo Beriman,
Penerbit Lingkar Pena, 2005
5. Jatuh Bangun Cintaku, Penerbit Lingkar Pena, 2005
6. Gara-gara Jilbabku, Penerbit Lingkar Pena, 2006
3
7. Galz Please Don’t Cry, Penerbit Lingkar Pena, 2006
8. The Real Dezperate Housewives, Penerbit Lingkar Pena, 2006
9. Ketika Aa Menikah Lagi, Penerbit Lingkar Pena, 2007
10.Karenamu Aku Cemburu, Penerbit Lingkar Pena, 2007
11.Catatan Hati di Setiap Sujudku, Penerbit Lingkar Pena, 2007
12.Badman: Bidin
13.Suparman Pulang Kampung
14.Pura-pura Ninja
15.Catatan Hati di Setiap Sujudku (kumpulan tulisan dari mailing list).4
Beliau juga kerap mendapatkan penghargaan, antara lain:
1. Cerpennya yang berjudul Imut dan Koran Gondrong pernah memenangi
juara I Lomba menulis Cerita Pendek Islami (LMCPI) tingkat nasional
yang diadakan majalah Annida 1994 dan 1995.
2. Bukunya rembulan di Mata Ibu meraih Adikarya IKAPI untuk kategori
Buku Remaja Terbaik I tahun 2001.
3. Asma juga pernah mendapat penghargaan dari Adikarya IKAPI.
Penghargaan itu diraihnya tahun 2002.
4. Peserta terbaik dari Majelis Sastra Asia Tenggara.
5. Naskah teaternya yang berjudul “Preh” merupakan salah satu naskah terbaik lokakarya Perempuan Penulis Naskah Drama dan diterbitkan
dalam dua bahasa oleh Dewan Kesenian Jakarta.
4
6. Tahun 2003, Asma Nadia menjadi pengarang Fiksi remaja terbaik dari
Mizan Award. Dua cerpennya masuk dalam antologi kumpulan cerpen
terbaik Majalah Annida: Merajut Cahaya (Pustaka Annida).
7. Novel Derai sunyi, memenangkan hadiah dari MASTERA (South East
Asia Literary Council), sebagai peserta terbaik dalam 10 tahun
MASTERA, 2005
8. Buku “Jangan Jadi Muslimah Nyebelin !”, non fiksi, menjadi best seller.
9. Mizan Award untuk penulis fiksi terbaik dalam 20 tahun Mizan (salah
satu penerbit terbesar di Indonesia).
10.Cerita Begitu Senja (sebuah cerita pendek) yang termasuk dalam marga
antologi Kota Bernama Tak Bernama, diterbitkan oleh Dewan Kesenian
Jakarta pada tahun 2003
11.Asma Nadia dinobatkan sebagai salah satu dari 100 penerbit perempuan,
penulis dan peneliti di Indonesia, yang disusun oleh kritikus sastra
terkenal Korrie Layun Rampan, 2001
12.Rianti Menderas (cerita pendek) yang termasuk dalam antologi Nyanyian
Jibril, diterbitkan oleh Republika.
13.Cinta Tak Pernah Menari, memenangkan hadiah pertama untuk Pena
Award.
14.Sebuah cerita untuk anak yang menakjubkan, skrip televisi (24 episode)
untuk Indosiar station, 2003.
15.Dialog 2 Layar, memenangkan Adikarya IKAPI Award, 2002
Selain hadiah dan penghargaan sastra atas karya fiksinya itu, Asma Nadia
juga pernah mengikuti Pertemuan Sastrawan Nusantara XI di Brunei Darussalam,
workshop kepenulisan novel yang diadakan Majelis Sastra Asia
Tenggara(MASTERA). Sebagai anggota ICMI, Asma Nadia juga pernah
diundang untuk mengisi acara workshop kepenulisan yang diadakan ICMI orsat
Cairo. Pada tahun 2006 Asma Nadia terpilih untuk mengikuti program writers in
residence dan tinggal di Korea Selatan selama 6 bulan. Masih di tahun yang sama
Asma Nadia diundang untuk menjadi pembicara dalam Seoul Young Writer’s
Festival dan The 2nd Asia Literature Forum di Gwangju.
B. Profil Novel Rumah Tanpa Jendela
Rara, bocah perempuan penghuni rumah tanpa jendela di sebuah
perkampungan kumuh dipinggiran Jakarta. Ia punya mimpi sederhana, memiliki
jendela untuk rumah tripleksnya.
Tak usah banyak-banyak. Cukup satu saja. Agar dari dalam rumah tiap
malam Dia bisa menatap keindahan bulu...., agar tiap pagi dia bisa melihat
senyum matahari...., agar setiap siang dia bisa melihat kupu-kupu, capung dan
ramainya rintik hujan....
Rara tidak sendiri memburu mimpi. Dua pemuda jatuh cinta dan
mengimpikan sosok yang sama. Seorang gadis menyalakan bunga mimpi untuk
Sementara disebuah rumah megah, seorang bocah laki-laki berjuang untuk
bebas dari kotak pikirannya sendiri. Ia merindukan kehangatan keluarga, juga
uluran persahabatan yang tulus. Tak semua impian bertakdir jadi kenyataan.
Berbagai peristiwa tragis tak hanya menjauhkan Rara dari mimpinya, juga
dari kasih orang-orang tercinta. Lantas, bagaimana ia dapat melanjutkan hidup,
ketika satu persatu kebahagian dan sumber impian kembali kepangkuannya?
Novel Rumah Tanpa Jendela terbit pada tahun 2011. Novel ini bisa dibaca
untuk semua kalangan karena isi dalam novel tersebut merupakan hal yang sering
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, novel ini mempunyai cerita