• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis tokoh dan penokohan novel orang-orang proyek karya Ahmad Tohari dan rancangan pembelajarannya dengan menggunakan metode role playing untuk siswa SMA kelas XI semester I.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis tokoh dan penokohan novel orang-orang proyek karya Ahmad Tohari dan rancangan pembelajarannya dengan menggunakan metode role playing untuk siswa SMA kelas XI semester I."

Copied!
175
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN

NOVEL ORANG-ORANG PROYEK KARYA AHMAD TOHARI DAN RANCANGAN PEMBELAJARANNYA

DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER I

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh

Karmelia Galih Runti Sari NIM: 121224045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

DAN RANCANGAN PEMBELAJARANNYA

DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER I

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh

Karmelia Galih Runti Sari NIM: 121224045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

(6)

“Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!”

(Roma 12 : 12)

“Kecantikkan wanita tidak terletak pada riasan wajahnya, tetapi pada hati yang ikhlas memberi , tangan yang tak pernah berhenti menolong dan mulut yang tak pernah berhenti

mengucap syukur” (Christina Suliwati- Ibuku)

“Jangan takut untuk bermimpi. Karena mimpi adalah tempat menanam benih harapan dan memetakan cita-cita”

(7)
(8)
(9)

ABSTRAK

Sari, Karmelia Galih Runti. 2017. Analisis Tokoh dan Penokohan Novel

Orang-orang Proyek Karya Ahmad Tohari dan Rancangan Pembelajarnnya dengan Menggunakan Role Playing untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I. Skripsi.

Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya permasalahan yaitu kurangnya kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran sastra sehingga pembelajaran sastra hanya tersedia seperenam atau kurang dari 19% dari keseluruhan alokasi waktu pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan unsur tokoh dan penokohan dalam novel Orang-Orang Proyek serta memberikan alternatif rancangan pembelajarannya dengan menggunakan metode role playing untuk siswa SMA kelas XI semester I. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan tokoh dan penokohan novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari dalam bentuk kutipan kata-kata.

Penelitian ini menemukan hasil analisis sebagai berikut: (1) tokoh yang frekuensi kemunculannya stabil dari awal cerita hingga akhir cerita adalah Tokoh Kabul, (2) Tokoh Kabul merupakan tokoh utama yang memiliki sifat protagonis, (3) Tokoh pembantu atau tambahan seperti tokoh Pak Tarya, Wati, Mak Sumeh dan Dalkijo (4) Tokoh pembantu yang memiliki interaksi menonjol ialah tokoh Dalkijo yang memiliki sifat antagonis, perseteruan itu terkait beda kepentingan dalam karir, (5) metode penokohan yang digunakan ada dua yaitu metode analitik dan dramatik, namun kecenderungan terdapat pada penggunaan metode dramatik. Berdasarkan hasil analisis keseluruhan novel, bagian I novel OOP memenuhi kebutuhan metode role playing sebagai bahan ajar. Ada sembilan langkah yang ditempuh dalam metode role playing yaitu, pemanasan suasana kelompok, pemilihan partisipan, persiapan partisipan sebagai pengamat, pengaturan latar (setting), pemeranan, diskusi dan evaluasi, pemeranan kembali, diskusi dan evaluasi, serta sharing dan generalisasi.

Dari hasil analisis novel, peneliti menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran pada kompetensi membaca, memahami hikayat, novel Indonesia/terjemahan. Kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah kemampuan menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. Silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dapat dijadikan salah satu alternatif dalam pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester I dengan menggunakan metode role playing.

(10)

ABSTRACT

Sari, Karmelia Galih Runti. 2017. The Analysis of Characters and

Characterization of Orang-orang Proyek Novel Written by Ahmad Tohari and the Lesson Plan Using Role Playing Method First Semester Students of Grade XI Senior High School. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language and

Literature Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.

The research was motivated by the problem that is the lack of ability of teachers to manage learning literature, as the result, the literature learning is available only available for one-sixth or less than 19% of the overall allocation of time for learning Indonesian language and literature. The aim of this research was to describe the character and characterization elements in Orang-Orang Proyek novel and to provide alternatives of lesson plan using role playing method for First Semester Students of Grade XI Senior High School. The method used in this research was qualitative descriptive method. This method was applied to describe the characters and characterization of Orang-Orang Proyek Novel written by Ahmad Tohari in the form of quote of the words.

The research found analysis result as follow: (1) the character whose frequency of appearance was stable from the start to the end of the story is Kabul’s character, (2) Kabul’s character is the main character as the protagonist, (3) The additional characters are Pak tarya, Wati, Mak Sumeh and Dalkijo, (4) The additional character having appealing interaction is Dalkijo’s character who is the antagonist, the fight is related to different interest in career, () the method of characterization used was analytic and dramatic method , but mostly the tendency was on the use of dramatic method. Based on the whole analysis of the novel, the first part of Orang-Orang Proyek novel fulfilled the need of role playing method as the learning material. There are nine steps taken in role playing method, such as heating group atmosphere, selecting the participants, preparing the participants as an observer, setting the stage (setting), play, discussion and evaluation, play back, discussion and evaluation, as well as sharing and generalization.

(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul Analisis Tokoh dan Penokohan Novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari dan

Rancangan Pembelajarannya dengan Menggunakan Metode Role Playing untuk Siswa

SMA Kelas XI Semester I. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh

gelar sarjana Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis memperoleh pengalaman dan pelajaran berharga saat menyusun skripsi ini, karena saat penyusunan skripsi terdapat hambatan dan masalah yang dialami oleh penulis. Dalam menyusun skripsi ini, penulis mendapatkan bimbingan dan bantuan, dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Drs. Rahmanto, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing I, yang telah banyak

memberikan arahan dan petunjuk bagi penulis dengan sabar dan memberikan sumbangsih besar dalam penyelesaian penelitian ini.

2. Drs. P. Hariyanto, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II, yang telah membimbing, mengoreksi, dan memberi motivasi dengan penuh kesabaran dalam penyusunan skripsi ini

3. Dr.Yuliana Setyaningsih, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.

4. Dr. Kunjana Rahardi, M.Hum. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.

5. Para Dosen PBSI yang telah memberikan bekal ilmu dan membimbing penulis selama masa perkuliahan di Universitas Sanata Dharma

(12)

7. Teman-teman PBSI 2012 yang senantiasa menjadi teman bertukar pikiran, tempat berbagi rasa atas segala semangat dan perhatian yang tak pernah putus untuk penulis.

8. Terima kasih untuk semua pihak yang sudah membantu penulis selama belajar di kota Yogyakarta. Maaf tidak bisa menyebut nama kalian satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Walaupun demikian, semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembaca. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat berguna bagi penulis.

Yogyakarta, 6 Maret 2017

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTO ... v

PERNYATAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 5

1.3Tujuan Penelitian ... 6

1.4Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1 Manfaat Teoretis ... 6

1.4.2 Manfaat Praktis ... 6

1.5Batasan Istilah ... 6

(14)

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

2.1Penelitian yang Relevan ... 10

2.2Kajian Teori ... 12

2.2.1 Metode Role Playing ... 12

2.2.1.1Ciri- Ciri Metode Pembelajaran Role Playing ... 13

2.2.1.2Prinsip Metode Pembelajaran Role Playing ... 14

2.2.1.3Kelebihan dan Kekurangan Metode Role Playing ... 15

2.2.1.4Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Role Playing ... 16

2.3Pembelajaran Sastra di Jenjang SMA ... 18

2.4Unsur-Unsur Intrinsik Novel ... 19

2.4.1 Unsur Tokoh ... 19

2.4.2 Unsur Penokohan ... 21

2.5Hakikat Novel ... 22

2.6Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... 23

2.6.1 Silabus ... 24

2.6.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 26

2.6.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30

3.1 Jenis Penelitian ... 30

3.2 Data dan Sumber Penelitian ... 31

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 31

3.4 Teknik Analisis Data ... 31

(15)

4.2.1.2 Bagian II ... 37

4.2.1.3 Bagian III ... 40

4.2.1.4 Bagian IV ... 42

4.2.1.5 Bagian V ... 44

4.2.2 Analisis Unsur Penokohan Novel OOP ... 48

4.2.2.1 Bagian I ... 48

4.2.2.2 Bagian II ... 55

4.2.2.3 Bagian III ... 59

4.2.2.4 Bagian IV ... 62

4.2.2.5 Bagian V ... 65

4.3 Rancangan Pembelajaran dengan Menggunakan metode Role Playing ... 70

4.3.1 Penerapan Langkah-Langkah Metode Role Playing dalam Rancangan Pembelajaran ... 71

4.3.2 Rancangan Pembelajaran Tokoh dan Penokohan Novel OOP bagian I dengan Metode Role Playing ... 82

4.3.2.1 Silabus Pembelajaran ... 82

4.3.2.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 89

BAB V PENUTUP ... 118

5.1Kesimpulan ... 118

5.2Implikasi ... 121

5.3Saran ... 122

DAFTAR PUSTAKA ... 123

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 : Materi Pembelajaran Tokoh dan Penokohan ... 126 Lampiran 2 : Hasil Rancangan Metode Role Playing Materi

Tokoh dan Penokohan Novel OOP Bagian I ... 128 Lampiran 3 : Penggalan Bagian I Novel OOP

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberhasilan pembelajaran sastra sangat membantu peningkatan kualitas pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari empat cakupan manfaat pembelajaran sastra, yaitu: membantu keterampilan berbahasa, mengingkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 15-16). Kenyataannya, pembelajaran sastra di sekolah masih dianggap belum menyentuh substansi serta belum mampu mengusung misi utamanya, yakni memberikan pengalaman bersastra(apresiasi dan ekspresi) kepada siswa.

(18)

Pembelajaran sastra menuntut guru agar tidak terbatas pada pemahaman teori dasar sastra saja. Guru diminta menciptakan kesempatan bagi siswa untuk mengalami sendiri proses apresiasi dan mengekspresikan dirinya terhadap karya sastra. Peran guru yang sangat dituntut dalam hal ini ialah proses pembuatan rancangan pembelajaran sastra yang efektif dan efisien. Guru harus mampu memilih bahan, media, metode pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan pembelajaran sastra. dan memadukannya dalam rancangan pembelajaran berupa silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang ideal. Salah satu metode yang dapat memberikan pengalaman bersastra ialah metode role playing.

Metode Role Playing merupakan metode pembelajaran yang berbentuk interaksi antara dua atau lebih siswa tentang suatu topik atau kegiatan dengan menampilkan simbol-simbol atau peralatan yang menggantikan proses, kejadian, atau sistem yang sebenarnya (Hosnan, 2014: 200). Siswa diajak untuk berekspresi, berkreasi sambil belajar. Metode ini memberikan kesempatan siswa untuk berinteraksi dengan karya sastra, siswa dapat mengapresiasi sekaligus mengekspresikan karya sastra. Penerapan metode role playing untuk tidak sekadar mengajarkan pengetahuan baru bagi siswa, tetapi juga berperan sebagai manager dalam pengelolaan pembelajaran.

(19)

perkembangan remaja, cenderung tertarik pada novel. Hal ini dikarenakan novel mampu memberikan daya imajinasi dan sajian alur cerita yang menarik dibandingkan karya sastra lainnya. Salah satu alasan kedekatan novel dengan remaja lainnya ialah daya tafsir untuk menikmati sebuah novel tidak begitu dibutuhkan.

Dilihat dari kedekatannya, novel sangat cocok dijadikan bahan ajar untuk kalangan siswa SMA, namun pemilihan novel sebagai bahan ajar juga tidak bisa sembarangan. Novel harus mengandung cerita yang bisa memberi pesan positif dan kedekatan dengan kehidupan sosial siswa. Novel karya Ahmad Tohari yang berjudul Orang-Orang Proyek mengisahakan perjuangan tokoh Kabul untuk melawan ketidakadilan

terhadap rakyat kecil. Ia menentang atasan (Dalkijo) yang mengajaknya untuk memainkan uang proyek jembatan untuk kepentingan pribadinya. Novel yang berlatar belakang kehidupan pembangunan di zaman orde baru ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar sastra untuk siswa SMA.

(20)

Tokoh cerita adalah orang yang mengambil bagian dan mengalami peristiwa atau sebagian dari peristiwa yang digambarkan dalam plot atau alur (Sumardjo & Saini, 1986: 144). Sifat dan kedudukan tokoh cerita dalam suatu karya sastra drama beraneka ragam. Berdasarkan sifatnya, tokoh dibedakan menjadi tokoh protagonis dan antagonis, sedangkan berdasarkan kedudukannya tokoh dibagi menjadi tokoh utama (tokoh major) dan tokoh pembantu (tokoh minor). Tokoh dihadirkan melalui teknik pelukisan adalah pelukisan tokoh cerita baik keadaan lahir maupun batinnya atau keyakinannya melalui penokohan atau perwatakan, pandangan hidupnya, dan adat istiadatnya. Penokohan dibagi menjadi dua kelompok yaitu: metode analitik dan metode dramatik.

(21)

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah :

1) Apa sajakah unsur tokoh dan penokohan dalam novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari?

2) Bagaimana rancangan pembelajaran tokoh dan penokohan novel OOP dengan menggunakan metode role playing untuk siswa SMA kelas XI Semester I?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:

1) Mendeskripsikan unsur tokoh dan penokohan dalam novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari.

(22)

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoretis

Penelitian diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang metode pembelajaran sastra, sehingga siswa mampu mengembangkan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, kemampuan berekspresi dan mampu mengembangkan sikap tanggung jawab, disiplin dan kerjasama dengan teman sebayanya.

1.4.2 Manfaat Praktis 1) Bagi Siswa

Memberikan pengalaman belajar yang menarik dan menyenangkan untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan mengembangkan potensi siswa dalam pembentukan karakter. Siswa diajak mengalami pengalaman bersastra. 2) Bagi Guru

Menambah wawasan tentang metode, indikator, penilaian yang dibutuhkan dalam pembelajaran sastra.

1.5 Batasan Istilah 1) Novel

(23)

2) Tokoh

Tokoh cerita adalah orang yang mengambil bagian dan mengalami peristiwa-peristiwa atau sebagian dari peristiwa-peristiwa-peristiwa-peristiwa yang digambarkan dalam plot (Sumardjo & Saini, 1986:144).

3) Penokohan

Penokohan dan perwatakan adalah mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berubah, pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadatnya, dan sebagainya. Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Jones dalam Nurgiantoro, 2015: 247). Menurut Sudjiman (1988: 22) watak adalah kualitas nalar dan jiwa tokoh yang membedakan dengan tokoh lain.

4) Metode Role Playing

(24)

5) Pengajaran Sastra

Pengajaran Sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat yaitu: membantu keterampilan berbahasa, mengingkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa dan menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 16).

6) Silabus

Silabus adalah rancangan program pembelajaran satu atau kelompok mata pelajaran yang berisi tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa serta cara mempelajarinya dan juga pencapaian materi (Sanjaya, 2008: 167).

7) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

(25)

1.6Sistematika Penyajian

(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini dilakukan oleh Sujatmiko (2014). Judul penelitian ini adalah Aspek Moral Dalam Novel Orang- Orang Proyek Karya Ahmad Tohari : Tinjauan Sosiologi Sastra dan Implementasinya sebagai Bahan Ajar

Sastra di SMA. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.

Metode penelitian kualitatif deskriptif merujuk pada kutipan adegan, dialog, tindakan yang dilakukan tokoh dalam novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari. Metode ini memberikan gambaran secara besar aspek moral yang terkandung dalam novel Orang-Orang Proyek dalam tinjauan sosilogi sastra.

Hasil analisisnya sebagai berikut: (1) latar sosio-historis Ahmad Tohari peduli dengan masalah-masalah orang kecil dan tertindas, (2) struktur novel Orang-orang Proyek karya Ahmad Tohari ditemukan tema yang terdapat dalam novel, tokoh yang

terdapat pada novel adalah Kabul sebagai tokoh utama, tokoh tambahan adalah Insinyur Dalkijo, Pak Tarya, Pak Basar, Wati, dan Mak Sumeh, (3) novel Orang-Orang Proyek dapat dijadikan bahan ajar SMA karena memiliki empat aspek moral,

(27)

kelas XI semester I (ganjil) dengan standar kompetensi (7) memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan kompetensi dasar (7.2) menganalisis unsur–unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan yang ditekankan

pada semester I (ganjil).

Penelitian relevan kedua dilakukan oleh Wini (2015). Judul penelitian ini adalah Metode Inkuiri Pembelajaran Tema dan Amanat Novel Perempuan Itu Bermata Saga

karya Agust Dapa Loka Untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I. Penelitian ini

mendeskripsikan tema dan amanat dalam novel PIBS karya Agust Dapa Loka yang kemudian diimplementasikan sebagai bahan ajar yang diwujudkan dalam silabus dan rancangan rencana pembelajaran dengan menerapkan metode inkuiri. Berdasarkan hasil analisis metode inkuiri dalam pembicaraan sastra di SMA kelas XI semester I dapat ditarik kesimpulan bahwa kurikulum berbasis kompetensi menyebutkan tujuan pembelajaran sastra di SMA agar siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

(28)

dimanfaatkan sebagai pengembangan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Berbeda dengan penelitian ini, metode pembelajaran yang digunakan ialah role playing dengan materi unsur tokoh dan penokohan pada novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari.

2.2 Kajian Teori

2.2.1 Metode Role Playing

Metode role playing merupakan metode pembelajaran yang berbentuk interaksi antara dua atau lebih siswa tentang suatu topik atau kegiatan dengan menampilkan simbol-simbol atau peralatan yang menggantikan proses, kejadian, atau sistem yang sebenarnya (Hosnan, 2014: 200). Model pembelajaran ini mengajak siswa untuk mempelajari sesuatu (sistem) dengan menggunakan model dan membantu siswa menemukan makna diri (jati diri) di dunia sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan kelompok (Hamzah, 2007: 26). Metode role playing merupakan salah satu jenis dari metode pembelajaran simulasi.

(29)

Metode Role playing pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial. Artinya, dengan bermain peran siswa belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan dapat memberikan contoh kehidupan perilaku manusia yang berguna sebagai sarana bagi siswa untuk: (1) mengeksplorasi perasaan siswa, (2) mentransfer dan mewujudkan pandangan mengenai perilaku, nilai, dan persepsi siswa, (3) mengembalikan skill pemecahan masalah dan tingkah laku, (4) mengeksplorasi materi pelajaran dengan cara yang berbeda (Huda, 2013: 116). Hal ini akan bermanfaat bagi siswa pada saat terjun ke masyarakat kelak karena ia akan mendapatkan diri dalam suatu situasi dimana begitu banyak peran terjadi, seperti dalam lingkungan keluarga, bertetangga, lingkungan kerja dan lain-lain.

2.2.1.1Ciri-Ciri Metode Pembelajaran Role Playing

Pembelajaran Role Playing memiliki ciri sebagai berikut:

1) Siswa dalam kelompok bermain menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda, baik tingkat kemapuan tinggi maupun rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender.

(30)

2.2.1.2Prinsip Metode Pembelajaran Role Playing

Prinsip yang digunakan pada metode role playing mengadaptasi metode induknya yaitu simulasi. Beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran tersebut sebagai berikut :

1) Role playing dilakukan oleh kelompok siswa, tiap kelompok mendapat kesempatan untuk melaksanakan simulasi yang sama atau dapat juga berbeda.

2) Semua siswa harus terlibat langsung menurut peranan masing-masing. 3) Penentuan topik disesuaikan dengan tingkat kemampuan kelas, yang

sebelumnya dibicarakan oleh siswa dan guru.

4) Petunjuk simulasi (role playing) diberikan terlebih dahulu.

5) Simulasi seyogianya dapat dicapai tiga domain psikis (afektif, kognitif, dan psikomotorik).

6) Simulasi hendaknya menggambarkan situasi yang lengkap.

(31)

2.2.1.3 Kelebihan dan Kekurangan Metode Role Playing

Metode Role Playing memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut : (1) siswa melatih dirinya memahami dan mengingat isi bahan yang akan diperankan, (2) siswa akan berlatih unutk berinisiatif dan kreatif, (3) bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah, (4) kerjasama antarpemain dapat ditumbuhkan dan dibina sebaik-baiknya, (5) siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggungjawab dengan sesamanya, (6) bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang lebih baik agar mudah dipahami orang lain.

(32)

2.2.1.4Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Role Playing

Metode role playing memiliki sembilan yang harus ditempuh untuk diterapkan yaitu pemanasan suasana kelompok, seleksi partisipan, pengaturan setting, persiapan pemilihan siswa sebagai pengamat, pemeranan, diskusi dan

evaluasi, pemeranan kembali kemudian sharing dan generalisasi (Huda, 2013:116-117) yang secara rinci dipaparkan sebagai berikut:

1) Pemanasan Suasana Kelompok

Pada tahap ini, guru mengidentifikasi, menjelaskan, menafsirkan masalah yang dirumuskan dalam suatu tema materi tertentu tertentu. Kemudian guru menjelaskan tentang metode yang akan digunakan adalah role playing (bermain peran).

2) Seleksi Partisipan

Guru terlebih dahulu menganalisis peran, kemudian guru memilih pemain (siswa) yang akan berperan. Oleh karenanya guru harus memperhatikan kemampuan siswa yang beragam.

3) Pengaturan Setting

(33)

4) Persiapan Pemilihan Siswa sebagai Pengamat

Guru dan siswa memutuskan yang akan dibahas, guru memberi tugas pengamatan terhadap salah seorang siswa.

5) Pemeranan

Guru dan siswa memulai, mengukuhkan, dan menyudahi role playing. 6) Diskusi dan Evaluasi

Guru dan siswa menilai pemeran (kejadian, posisi, kenyataan), guru dan siswa mendiskusikan, dan mengembangkan pemeranan selanjutnya.

7) Pemeranan Kembali

Siswa dibimbing guru memerankan perannya kembali dengan bekal komentar dari kelompok pengamat.

8) Diskusi dan Evaluasi

Dilakukan sebagaimana pada tahap 6. 9) Sharing dan Generalisasi Pengalaman

(34)

2.3 Pembelajaran Sastra di Jenjang SMA

Karakter siswa dapat dikembangkan melalui pembelajaran sastra. Dalam pembelajaran sastra, pemilihan bahan ajar harus disesuaikan dengan kemampuan siswa pada suatu tahap pembelajaran. Pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat yaitu: membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta rasa, dan menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 15). Pengajaran sastra akan membantu generasi bangsa mengenali masalah-masalah di masyarakat pada suatu periode yang ditafsirkan dalam karya sastra. Apabila karya sastra dianggap tidak berguna, tidak bermanfaat lagi untuk menafsirkan dan memahami masalah-masalah dunia nyata maka tentu saja pengajaran sastra itu mempunyai relevansi dengan masalah-masalah nyata, maka pembelajaran sastra harus kita pandang sebagai sesuatu yang penting dan menduduki tempat yang selayaknya (Rahmanto, 1988: 16).

(35)

2.4 Unsur-Unsur Intrinsik Novel

Suatu karya sastra dibangun oleh unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun suatu karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang akan dijumpai jika seseorang membaca karya sastra. Dalam novel, unsur intrinsik menjadi unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita. Unsur intrinsik yang padu akan memberikan identitas bagi sebuah novel. Unsur-unsur yang termasuk intrinsik adalah, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa dan unsur moral yang terdapat dalam fiksi (Nurgiyantoro, 2015: 30). Berikut ini peneliti hanya ingin menganalisis unsur tokoh dan penokohan.

2.4.1 Unsur Tokoh

(36)

Tokoh dianalisis dengan mengikuti keseluruhan ceritanya. Menurut Nurgiyantoro (2015: 258) berdasarkan peranan dan tingkat pentingnya, tokoh terdiri atas tokoh utama dan tokoh tambahan.

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalan novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh tambahan kejadiannya lebih sedikit dibandingkan tokoh utama. Kejadiannya hanya ada jika berkaitan dengan tokoh utama secara langsung. Tokoh utama dapat saja hadir dalam setiap kejadian dan dapat ditemui dalam tiap halaman buku cerita yang bersangkutan, tetapi tokoh utama juga bisa tidak muncul dalam setiap kejadian atau tidak langsung ditunjuk dalam setiap bab, namun ternyata dalam kejadian atau bab tersebut tetap erat kaitannya, atau dapat dikaitkan dengan tokoh utama.

(37)

Judul cerita dapat mencerminkan tokoh utamanya (Aminudin, 2002: 80). Tokoh utama dalam sebuah novel, mungkin saja lebih dari seorang, walau kadar keutamaannya tidak selalu sama. Keutamaan mereka ditentukan oleh dominasi, banyaknya penceritaan, dan pengaruhnya terhadap perkembangan plot secara keseluruhan.

2.4.2 Unsur Penokohan

(38)

1) Metode analitik (cara singkap): pengarang langsung memaparkan tentang watak atau karakter tokoh. Pengarang langsung menyebutkan bahwa tokoh tersebut, misalnya keras hati, keras kepala, penyayang dan sebagainya

2) Metode dramatik (cara lukis) : Penggambaran watak tokoh yang tidak dicerminkan secara langsung tetapi disampaikan melalui pilihan nama tokoh (misalnya nama semacam Ijah untuk menyebut pembantu dan nama Laura untuk anak gadis putri majikan), penggambaran fisik atau postur tubuh, cara berpakaian, tingkah laku terhadap tokoh lain dan lingkungannya, dan melalui dialog yaitu dialog tokoh yang bersangkutan atau interaksi dengan tokoh lain.

Berdasarkan uraian di atas penokohan atau perwatakan tokoh dalam cerita dapat digambarkan secara langsung dan tidak langsung.

2.5 Hakikat Novel

(39)

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa novel merupakan peristiwa rekaan yang menggambarkan aspek kehidupan manusia yang senantiasa berubah-ubah, berkesinambungan, dan penuh makna. Sebagian besar isi novel mengadopsi kenyataan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, baik kondisi sosial maupun subjektivitas tokoh atau pelaku.

2.6 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Pembelajaran sastra pada penelitian ini akan direalisasikan dalam bentuk silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang relevan dengan hasil analisis tokoh dan penokohan dalam novel Orang-Orang Proyek yang akan didasarkan pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). KTSP merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan/sekolah (Muslich, 2007: 10). Setiap tingkat satuan pendidikan dipercaya untuk menyusun KTSP yang hampir senada dengan prinsip implementasi KBK (Kurikulum 2004) yang disebut pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah (KBS).

(40)

2.6.1 Silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Silabus dapat didefinisikan sebagai “garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok isi materi

pelajaran.” Istilah silabus digunakan untuk menyebut suatu produk pengembangan

kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam rangka pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar (Salim dalam Muslich, 2007: 23).

Silabus merupakan salah satu produk pengembangan kurikulum dan pembelajaran yang berisikan garis-garis besar materi pembelajaran. Muslich (2007: 25-26) menjelaskan beberapa prinsip yang mendasari pengembangan silabus yaitu sebagai berikut:

1) Ilmiah

(41)

Penyusunan silabus disarankan melibatkan ahli bidang keilmuan masing-masing mata pelajaran agar materi pembelajaran tersebut memiliki validitas yang tinggi.

2) Relevan

Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus harus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik.

3) Sistematis

Komponen-komponen dalam silabus harus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi. Silabus pada dasarnya merupakan suatu sistem, oleh karena itu dalam penyusunannya harus dilakukan secara sistematis.

4) Konsisten

Silabus harus nampak hubungan yang konsisten (ajeg, taat azas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.

5) Memadai

(42)

6) Aktual dan Kontekstual

Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.

7) Fleksibel

Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.

8) Menyeluruh

Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor)

2.6.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

(43)

sumber belajar, (7) evaluasi belajar. Muslich (2007:46) menyebut beberapa langkah yang patut dilakukan guru dalam penyusunan RPP sebagai berikut :

1) Ambilah satu unit pembelajaran (dalam silabus) yang akan diterapkan dalam pembelajaran

2) Tulislah standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut 3) Tentukan indikator untuk mencapai kompetensi dasar tersebut.

4) Tentukan alokasi waktu yang diperlukan untuk mencapai indikator tersebut. 5) Rumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran

tersebut.

6) Tentukan materi pembelajaran yang akan diberikan/dikenalkan kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan.

7) Pilihlah metode pembelajaran yang dapat mendukung sifat materi dan tujuan pembelajaran.

8) Susunlah langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada setiap satuan rumusan tujuan pembelajaran, yang bisa dikelompokkan menjadi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

9) Jika alokasi waktu untuk mencapai satu kompetensi dasar lebih dari 2 (dua) jam pelajar, bagian langkah-langkah pembelajaran menjadi lebih dari satu pertemuan. Pembagian setiap jam pertemuan bisa didasarkan pada satu tujuan pembelajaran atau sifat/tipe/jenis materi pembelajaran.

(44)

11)Tentukan teknik penilaian, bentuk, dan contoh instrumen penilaian yang akan digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar atau tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Jika instrumen penilian berbentuk tugas, rumusan tugas tersebut secara jelas dan bagaimana rambu-rambu penilaiannya.

2.6.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK-KD) merupakan arah dan landasan pengembangan materi standar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Depdiknas telah menyediakan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) berbagai mata pelajaran yang dapat mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam hal ini, tugas guru adalah menjabarkan, menganalisis dan mengembangkan indikator dan menyesuaikan SK-KD dengan karakteristik dan perkembangan peserta didik, situasi dan kebutuhan daerah.

(45)

SILABUS

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas : XI

Semester : I

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

SK 7 : Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/terjemahan

(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Penelitian dengan judul Analisis Tokoh dan Penokohan Novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari dan Pengembangan Metode Pembelajaran Role Playing

(47)

3.2Data dan Sumber Penelitian

Sumber data pada penelitian novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari , terbitan PT. Gramedia Pustaka Utama, kelompok GRAMEDIA, anggota IKAPI, Jakarta cetakan kedua tahun 2015 dengan 256 halaman serta metode role playing. Data penelitian berupa kutipan-kutipan paragraf dan kalimat dalam novel tersebut yang menggambarkan tokoh dan penokohan.

3.3Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti ialah teknik simak dan catat. Peneliti menyimak keseluruhan isi novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari dan mencatat hal-hal pokok yang terdapat dalam novel. Berdasarkan kedua teknik tersebut, peneliti memperoleh dari sumber tertulis. Sumber tertulis merupakan segala buku kesusastraan yang berkaitan dengan teori tentang tokoh dan penokohan dalam novel Orang–Orang Proyek karya Ahmad Tohari.

3.4Teknik Analisis Data

(48)

pola dalam hubungan-hubungan dan membuat temuan umum. Berdasarkan teori diatas peneliti akan menganalisis data tersebut. Langkah-langkah analisis data sebagai berikut :

1) Menentukan novel yang dijadikan objek penelitian yaitu novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari.

2) Melakukan studi pustaka yaitu dengan cara mencari dan mengumpulkan teori dari berbagai sumber seperti buku, internet yang relevan dengan penelitian ini.

3) Mengidentifikasi tokoh dan penokohan novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari.

4) Mendeskripsikan tokoh dan penokohan novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari.

5) Mendeskripsikan metode role playing dalam pembelajaran tokoh dan penokohan dalam novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari untuk Siswa Kelas XI Semester I.

6) Menarik kesimpulan

(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

Pada bab ini, data-data yang ditemukan dalam penelitian novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari dijabarkan secara keseluruhan. Analisis data berupa

kalimat dan paragraf yang dikutip dalam novel Orang-Orang Proyek dilakukan untuk menunjukkan penerapan metode role playing terhadap pembelajaran tokoh dan penokohan. Pengembangkan karakter siswa merupakan tujuan utama pembelajaran sastra, oleh karena itu bahan pengajaran harus sesuai dengan kemampuan siswa pada suatu tahapan atau jenjang tertentu.

(50)

Kehadiran metode role playing ingin memberikan porsi yang tepat bagi siswa dan guru. Metode role playing akan menambah porsi peran siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam langkah-langkah metode role playing yaitu langkah (1) pemanasan suasana kelompok, (2) seleksi partisipan, (3) pengaturan setting, (4) persiapan pemilihan siswa sebagai pengamat, (5) pemeranan, (6) diskusi dan evaluasi, (7) pemeranan kembali, (8) diskusi dan evaluasi, dan (9) sharing dan generalisasi pengalaman.

Beberapa tahap dalam metode role playing di atas memang cukup panjang dan bahkan dapat menyita waktu. Namun, dalam pembahasan juga akan dibahas penerapan metode secara efektif dan efisien. Metode ini tentunya lebih menarik dibandingkan metode ceramah, karena siswa terlibat secara aktif diajak mengeksplorasi perasaan, mengembangkan skill problem solving, persepsi, dan mengembangkan materi pelajaran dengan cara yang berbeda.

4.2Analisis Unsur Tokoh dan Penokohan Novel Orang-Orang Proyek 4.2.1 Analisis Unsur Tokoh Novel Orang-Orang Proyek

(51)

atau tokoh yang mendukung jalannya cerita, sedangkan tokoh antagonis adalah konflik dengan tokoh protagonis (Waluyo, 1994: 168). Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita, ada tokoh yang yang tergolong penting dan ditampilkan terus-menerus sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita, dan sebaliknya, ada tokoh-tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itu pun mungkin dalam porsi penceritaan yang relatif pendek.

Tokoh yang disebut pertama adalah tokoh utama cerita sedang yang kedua adalah tokoh tambahan (Nurgiyantoro, 2015: 258). Tokoh pertama-tama dicirikan oleh cara mereka memandang hal ihwal sekitar mereka. Tokoh dapat dilihat dari isi cerita dan perkembangan ceritanya, dengan hal tersebut gambaran tentang tokoh dapat dianalisis (Luxemburg:137-138). Proses analisis tokoh perlu melihat frekuensi kehadiran tokoh dan interaksinya dengan tokoh lain yang menonjol. Keseluruhan cerita tentunya harus diikuti dan benar-benar dipahami, dengan demikian ekspresi tokoh dapat secara jelas didapatkan dalam novel.

Dua poin yang akan menjadi bahan analisis unsur tokoh dan penokohan, pertama, segi frekuensi kemunculan tokoh dan kedua yaitu segi interaksi yang menonjol antar tokoh. Berikut ini akan dianalisis tokoh dalam novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari, kami membaginya dalam beberapa bagian sebagai

(52)

4.2.1.1Bagian I

Awal pengenalan tokoh yang terdapat pada novel Orang-Orang Proyek. Bagian ini diawali dengan deskripsi proyek di jembatan sungai Cibawor. (1) Pada bagian ini, tokoh yang muncul yang interaksi menonjol adalah tokoh

Kabul yang bertentangan dengan tokoh Dalkijo yang merupakan atasan Kabul di proyek jembatan sungai Cibawor. Kabul menentang sikap Dalkijo yang terlalu memainkan uang rakyat. Sedangkan Kabul yang mantan aktivis tidak berkenan mengikutinya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut:

“Eh, Dik Kabul,” sambung Dalkijo.”Saya tahu, dalam perhitungan yang wajar, keuntungan kita dari proyek-proyek yang kita kerjakan adalah nol atau malah minus. Tapi, ya itu tadi, kalau kita bisa bermain, nyatanya perusahaan kita masih jalan. Bisa menggaji karyawan termasuk Dik Kabul sendiri. Dan saya, he-he, bisa ganti Harley Davidson model terbaru setiap selesai mengerjakan satu proyek. Rekening pun bertambah. Jadi, apa lagi?”(Tohari, 2015 : 31).

Jadi, Dik Kabul, bagi saya hanya sikap pragmatis yang bisa menghentikan sejarah panjang kemiskinan keluarga saya. Dan dari sini saya bisa bilang, mau apa Dik Kabul dengan idealisme yang sampeyan kukuhi?

“Ya, saya bisa mengira-ngira. Mantan aktivis seperti Dik Kabul tentu menghendaki perubahan besar di berbagai bidang. Korupsi dalam berbagai bentuk dan manifestasinya harus dihilangkan. Pemerintah mesti cakap, berwibawa, dan tepercaya. Lembaga legislatif harus selalu berpihak kepada kepentingan rakyat. Pokoknya demokrasi harus benar-benar tegak. Dengan demikian, cita-cita membangun kehidupan bersama yang adil dan makmur bisa menjadi kenyataan (Tohari, 2015 : 34).

(53)

Mak Sumeh, perempuan Tegal, juga datang dengan warung nasinya. Mak Sumeh yang wartegnya ada di mana-mana, tak pernah absen dalam setiap proyek (Tohari, 2015 : 17).

Pak Tarya, pemancing tua yang gemar bermain seruling untuk sendiri itu, tinggal agak jauh. Namun dia selalu melewati proyek setiap kali pergi memancing di bawah pohon arah ke hulu. Atau Pak Tarya malah singgah untuk sekadar melihat-lihat. Maka dia jadi Mas Kabul, pelaksana proyek. Adakalanya juga Pak Tarya masuk ke warung Mak Sumeh, minum kopi, menikmati senyum dan tawa segar gadis-gadis (Tohari, 2015 : 18-19). Wati, yang disodorkan tokoh setempat, bekerja sebagai penulis kantor proyek itu. Sama seperti jagoan kampung dan pensiunan tentara yang direkrut jadi satpam, juga tukang batu dan kuli-kuli lokal, Wati diterima dalam rangka pemberdayaan tenaga setempat untuk menekan dampak sosial negatif proyek (Tohari, 2015 : 26-27).

“Seperti Kabul, saya juga sarjana dan mantan aktivis. Tapi di sini saya adalah kepala desa yang wajib tunduk kepada orang pemerintah dan orang partai golongan. Kalau mereka tidak ngrusuhi proyek, tak masalah. Tapi nyatanya?”

Basar berhenti, tersenyum tawar. Pak Tarya tertawa. Maklum (Tohari, 2015 : 51).

4.2.1.2Bagian II

Pada bagian ini, tokoh mulai berkembang dan bertambah. Jalan ceritanya mulai menjelaskan perkembangan proyek jembatan yang dipenuhi tukang, kuli beserta seluruh aktivitasnya.

(54)

“Ya, mulailah ngomong. Aku mau mendengar.”

“Ah, tunggu dulu. Kamu seperti sedang punya tamu? Aku mendengar ada suara di kamar mandi, Wati?”

“Yang bener! Itu adikku, Samad, datang bemarin sore. Dia mau pamer karena sudah lulus. Insinyur hidro. Jadi di sini saat ini ada tiga orang dari satu almamater; kamu, aku, dan adikku.” (Tohari, 2015 : 118).

“Begini. Ini soal kamu dan Wati…”

Kabul mengangkat wajah. Mata berkedip cepat. “Ya, kenapa?”

“ Suara di luar kian santer. Orang bilang, kamu pacaran sama Wati. Betul?”

Kabul mengeluh. Kabul gelisah. Cengar-cengir seperti anak kecil merasa akan dipermalukan.

“ Kok cengengesan?”

“Aku mau bilang apa ya? Rasanya aku biasa saja. Ya, jujur saja, aku menganggap Wati teman yang punya daya Tarik. Tapi aku tahu dia sudah punya pacar. Jadi, aku sampai saat ini tetap menjaga jarak.”

“Begitu?” “Sungguh.”

“Aku percaya kamu. Aku juga akan ikut malu bila punya teman, ya kamu

itu, merebut pacar orang. Tapi bagaimana dengan Wati sendiri? Aku dengar dia mulai menjauh dari pacarnya gara-gara kamu.”

Kamu boncengan sama Wati. Iya, kan? Tiap hari rantang-runtung makan siang bersama. Juga nonton bareng. Ini kampung, Bul. Jadi jangan salahkan orang yang mengatakan kamu ada apa-apa dengan Wati.”

Makin gelisah. Kabul minum kopi, mengambil keripik, tapi tak dimakan. Terbayang wajah Wati ketika merengut. Dan garuk-garuk kepala.

“Ah, tolong. Aku harus bagaimana?”

“He, kok kamu jadi tolol, Saudara Insinyur?” gurau Basar. Namun gurauan itu tak mempan. Alih-alih Kabul tertawa, tersenyum pun tidak. “Ini serius; aku harus bagaimana?”

“Begini. Kamu jangan lagi pernah memberi harapan kepada Wati.” (Tohari, 2015 : 121).

(55)

Agak lama tak kelihatan, malam ini Tante Ana muncul di proyek. Lelaki banci ini seperti biasa berdandan menjadi perempuan menor. Kelewat Menor. Wajahnya putih oleh bedak yang sangat tebal. Bibirnya bergincu menyala. Kain kebayanya dan kebayanya ketat dengan sanggul lebih besar daripada kepala. Dan bulu mata buatan. Perkakas utamanya, kecrek, tentu tak pernah lepas dari tangan. Tapi lenggokknya manis juga (Tohari, 2015 : 66).

Pak Tarya tertawa lagi. Kabul juga tersenyum. Dia baru mendengar ada lelaki tidak malu mengakui impotensi. Ah, Pak Tarya memang mengesankan (Tohari, 2015 : 82).

Malam ini, Basar, kades, menerima tiga tamu lelaki. Semua berjaket partai. Tamu-1 necis-rambut berminyak dan tersisir rapi. Kacamatanya tampak dari jenis yang mahal. Berkumis. Tamu-2 lebih tua, berkopiah, satu gigi depannya ompong, berkacamata minus, dan terus merokok. Tamu-3 terus memainkan gantungan kunci mobil. Dialah yang mengemudikan mobil, tapi pasti bukan sekadar sopir. (Tohari, 2015: 91). “Kemarin asyik ya , Pak Insinyur?”

Kabul mengangkat wajah dan bertanya lewat gerakan alisnya.

“Ya, kemarin kulihat dari sini Pak Insinyur boncengan sama Wati. Aku bilang apa, kalian berduamemang pasangan yang pantas. Iya, kan?

Kabul agak gagap karena merasa ditarik ke dalam ruang pembicaraan yang tiba-tiba dihadirkan.

“ Pak Insinyur tahu, kepergian berdua dengan Wati kali ini jadi perhatian orang? Soalnya, Pak Insinyur berdua dengan Wati naik sepeda motor. Dan cara Wati menempel di punggung Pak Insinyur itu… wah.”

Kabul masih diam. Atau hanya tersenyum samar (Tohari, 2015: 110). “Mas, mutu pasir giling ini kurang baik, ya? Pasti batu kalinya juga mutu rendah.”

Kabul mengangkat alis. Dalam hatinya dia memuji adiknya yang bermata jeli.

“Di sana tadi aku lihat besi rancang, betonnya buatan pabrik yang tak punya merek dagang. Mas percaya akan mutunya?”

(56)

Nasihat Basar agar Kabul tidak memberi harapan kepada Wati tak pernah dilupakan. Maka Kabul membuat dirinya selalu sudah ada acara bila malam Mingu Wati mengajaknya nonton bareng. Majalah kesukaan dibeli di hari pertama terbit, sehingga tak ada peluang bagi Wati untuk memasoknya. Dan ketika pertama kali diajak makan siang di warung Mak Sumeh, Wati terdiam. Sinar matanya penuh pertanyaan (Tohari, 2015: 128).

4.2.1.3Bagian III

Bagian ini menceritakan konflik antartokoh dan interaksi tokoh yang kian memanas.

(5) Interaksi tokoh yang menonjol pada bagian ini ialah pertemuan tokoh Basar yang mengajak Baldun meminta bantuan kepada Kabul untuk masalah pembangunan masjid. Tetapi Kabul menolak permintaan Baldun. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan berikut:

“ Wah, pasti gayeng, ya?” ujar Basar sambil tersenyum. “Tapi maaf, rasanya kedatangan kami mengganggu kalian. Begini. Saya mengantar Pak Baldun yang ingin bertemu Kabul, eh maaf, pelaksana proyek ini. Pak Baldun adalah ketua panitia renovasi masjid kampung ini. Nah silahkan Pak Baldun, bicaralah sendiri.”(Tohari, 2015: 157).

“Jadi keputusannya bagaimana?” desak Baldun yang tampak kesal.

“Jawaban saya sudah jelas, sumbangan akan kami berikan setelah proyek ini selesai.”

“Bagaimana jika karena sikap Pak Kabul ini masjid belum selesai ketika pemimpin umum GLM tiba di sini; Anda mau bertanggung jawab?”

“Pak Baldun, tanggung jawab saya hanya menyangkut pembangunan

jembatan.”

(57)

(6) Interaksi yang menonjol selanjutnya ialah konflik tokoh Dalkijo dengan Kabul. Tokoh Dalkijo meminta Kabul untuk segera memasang balok jembatan tetapi Kabul tidak patuh, karena menurutnya untuk memasang balok jembatan membutuhkan kurang lebih tujuh belas hari lagi. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

“ Semua balok jembatan sudah datang?” suara Dalkijo.

“Sudah. Tapi ada dua yang cacat retak seperti dulu saya laporkan. Dan gantinya belum datang. Bagaimana?”

“Kapan balok-balok akan dipasang? Secepatnya, kan? Aku akan pesan derek besar.”

Kabul mendengus. Soal balok cacat tidak ditanggapi. Brengsek!

“Lusa pengecoran tiang terakhir selesai. Jadi pemasangan balok paling cepat tujuh belas hari ke depan.”

“Apa? Kok lama betul? Nanti bisa terlambat. Apa jadinya bila di hari peresmiaan jembatan belum sempurna? Ingat, peresmian akan dilakukan Wapres dan disaksikan juga oleh Ketua Umum GLM. Jangan main-main.” (Tohari, 2015:178-179).

(7) Tokoh lain yang hadir pada bagian ini ialah Kang Martasatang, Sawin, Pak Tarya, Wati, Mak Sumeh. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan berikut:

Dibelakang rumah Kang Martasatang yang terletak di tepi sungai Cibawor ada serumpun tanaman benguk yang menjalar menutupi pohon lamtoro. Pada dini hari yang hening itu banyak kelelawar yang berterbangan diseputar rumput benguk itu. Ada yang hinggap sesaat pada daunnya yang muda, menyobek dengan mulutnya, lalu terbang lagi. Mereka seperti tak peduli pada lelaki yang sedang jongkok di belakang rumah. Kang Martasatang yang hampir semalaman tak bisa tidur akhirnya memilih keluar rumah untuk mencoba mengusir kegelisahannya (Tohari, 2015:136-137).

(58)

adalah cerita Sonah sendiri bahwa rumahnya tidak jauh dari pasar Jatibarang. Konyolnya, Sawin pergi ke Jatibarang, Cirebon. Padahal kampung Sonah ada di Jatibarang lain di wilayah Brebes (Tohari, 2015:148-149).

“ Ya, demi Golongan Lestari Menang, he-he-he….”

“Kok Pak Tarya ikut seloroh? Orang pensiunan harus setia dan mendukung GLM, kan?”

“He-he-he…. Diharuskan secara terus terang sih tidak. Tapi, diamang-amang, iya. GLM memang hebat. Kami para pensiunan tak bisa menolak apa pun yang mereka kehendaki. Kekuasaannya merambah ke mana-mana. Bahkan urusan tempat tidur pun dicampurinya.”

Wati mengigit bibir. Menunduk. Jelas sekali dia enggan menjawab pertanyaan Kabul. Merenggut. Ah, selalu jantung Kabul menyentak dalam detik-detik Wati merengut. Dan detik yang mendebarkan itu cepat berlalu, karena Wati menoleh dan berusaha tersenyum (Tohari, 2015:172).

Pikiran Kabul masih melayang–layang sampai terdengar gemerincing gelang-gelang emas di tangan Mak Sumeh. Kali ini Kabul mencium bau sirih yang kuat. Rupanya Mak Sumeh tahu diri. Dia memakai deodoran wangi sirih untuk melawan bau badannya yang asam-asam sengak (Tohari, 2015:174).

4.2.1.4Bagian IV

Pada bagian ini, konflik dan interaksi antartokoh kian memuncak.

(59)

“ Aduh, Dik Kabul ini bagaimana? Sudahlah, ikuti perintahku. Gunakan besi itu. Toh itu hanya untuk menutup kekurangan. Aku tahu penggunaan besi bekas memang tidak baik. Tapi bagaimana lagi, dana sudah habis. Makanya, kita pun tidak mampu membeli pasir giling. Dana benar-benar sudah habis.” (Tohari, 2015: 207).

“ Ya, saya tahu. Meskipun begitu saya tidak mau menggunakan besi bekas itu. Bila dipaksakan, saya lebih baik mengundurkan diri.”

“ Apa? Mengundurkan diri? Tunggu Dik Kabul. Jangan bicara begitu. Atau begini saja. Besok aku akan datang ke proyek. Kita akan bicara baik-baik. Ngomong penting seperti ini tidak mungkin cukup lewat radio. Besok aku datang.” (Tohari, 2015: 209).

(9) Tokoh lain yang hadir di bagian ini adalah Yos, Wati, Aminah, Mak Sumeh. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan berikut:

Yos menghitung umur sendiri. Tamat SMA tahun 1987 pada usia sembilan belas tahun diterima di Fakultas Pertanian, tapi paruh tahun kelar karena merasa tidak cocok. Tahun berikut mengikuti UMPTN lagi dan diterima di Fakultas Filsafat. Tidak betah lagi. Kesempatan terakhir UMPTN dicobanya untuk ganti fakultas dan Yos diterima di fakultas

“Begini. Rasanya Mbak Wati sedang ke kantor pos. Aku dengar begitu. Aku kira hanya sebentar. Mari masuk.”

“Terimakasih. Mbak bekerja di sini juga?”

“Tidak. Aku menyusul kakak yang bekerja di proyek ini. Mumpung sedang libur tengah semester. Namaku Aminah. Aku adik Mas Kabul, pelaksana proyek ini.”

(60)

Kali ini nyinyir Mak Sumeh membuat Kabul terbungkam. Kelancangan perempuan pemilik warung itu membuat Kabul sulit membuka mulut. Kabul merasa sesuatu yang masih ingin disembunyikan dalam hati sudah tertebak oleh Mak Sumeh. Ada senyum di bibir Kabul, namun kaku dan tawar. Atau Kabul merasa lebih baik mulai menyantap hidangan di hadapannya. Namun gulai ikan emas dengan nasi yang masih hangat kali ini tak ada rasa apa pun (Tohari, 2015:213-214).

4.2.1.5Bagian V

Pada bagian ini, pertikaian tokoh mulai mereda, dan cerita mulai terselesaikan.

(10) Pada bagian ini, interaksi yang menonjol adalah penyelesaian masalah tokoh Kabul dengan Dalkijo. Kabul memutuskan mengundurkan diri dari proyek. Dan Ia berhasil menjadi site manager perusahan swasta setelah mundur dari proyek tersebut. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan berikut:

“Begini Dik Kabul. Aku datang kemari dengan keputusan. Maka kita tidak akan bicara banyak-banyak.”

“Maksud Bapak?”

“Ya. Keputusan itu ku ambil tadi malam setelah aku berbicara dengan pihak pemilik proyek, tokoh-tokoh partai dan khususnya jajaran GLM. Mereka telah setuju kebijakan yang ku ambil. Dan itu pula keputusan yang ku bawa saat ini.”

“Artinya, besi bekas, pasir yang kurang bermutu, tetap akan dipakai?” “Ya. Dan peresmian jembatan ini tetap akan dilaksanakan tepat pada HUT GLM. Itulah keputusan yang ada dan Dik Kabul kuminta bisa menerimanya.”

(61)

(11) Tokoh lain yang muncul namun interaksi antartokoh nya kurang menonjol ialah Mak Sumeh, Wati, Tante Ana, Bejo, Pak Tarya, dan Biyung. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan berikut:

“ Ya, aku pun akan segera mengangkut barang-barang ini. Aku sedang menunggu truk,” ujar Mak Sumeh.

“Dan aku harus mengembalikan Tante Ana ke terminal,” sela Bejo. Tapi entah naik apa.

“Kalau mau, kalian bisa ikut aku. Tapi aku mau antar Wati dulu ke rumahnya. Bagaimana?”

“Boleh, Pak. ”

“Kalau begitu, habiskan minum kalian. Kita berangkat sekarang agar tidak menganggu keberangkatan Mak Sumeh. Dan, Pak Tarya?”

“Jangan pikirkan saya. Saya meninggalkan pancing di tempat biasa. Habis dari sini saya akan meneruskan mancing.”

“ Pak Insinyur, bila ada proyek baru, ajaklah aku. Aku senang buka warung di proyek yang dipimpin Pak Insinyur.”

“Kalau proyekku di Sulawesi Tengah?”

Mak Sumeh tertawa. Dan gelangnya bergemerincing (Tohari, 2015: 247). Dari arah belakang Kabul dapat melihat kepala dan punggung Pak Tarya. Tangkai pancing yang sudah dipasang terpancang condong di hadapannya. Boleh jadi karena lama tak ada ikan mendekat, Pak Tarya menunggu sambil meniup serulingnya.

Kabul tetap berdiri, diam, karena masih ingin menikmati lebih lama bunyi lembut itu. Namun ternyata terdengar suara Pak Tarya rengeng-rengeng. Ah, lelaki ini memang manusia yang ayem, pikir Kabul yang masih berdiri diam di tempat tanpa diketahu Pak Tarya (Tohari, 2015: 218). Mungkin bagi Pak Tarya, hidup adalah angina dan dia adalah burung elang yang melayang, meniti, mengalir, sambil menikmati semilirnya. Atau seperti pernah dikatakan Pak Tarya, hidup pun bisa diajak bersenda gurau ( Tohari, 2015: 219).

(62)

Bagi Kabul, Biyung adalah lembaga, lebih dari sekadar perempuan yang telah melahirkannya. Memang, personifikasi ke-biyung-an terwakili sepenuhnya oleh sosok perempuan kampung yang perkasa itu. Namun nuansa ke-biyungan-an bisa terasa pada suasana rumah tua yang dulu menjadi tempat Kabul dierami hingga tamat sekolah dasar. Bahkan nuansa ke-biyung-an bisa tercium dari bau udara senthong atau bilik dengan balai-balai bamboo, tikar pandan, bantal lusuh, tempat dulu dia di kelon sambil bermain puting tetek Emak-sepasang tetek anggun pada dada bidang yang menawarkan daya hidup dan rasa aman bagi anak-anak (Tohari, 2015: 235-36).

Pembaca dapat menentukan tokoh utama dengan jalan melihat frekuensi kemunculannya dalam suatu cerita. Selain lewat memahami peranan dan keseringan pemunculannya, dalam menentukan tokoh utama dapat juga melalui petunjuk yang diberikan oleh pengarangnya. Tokoh utama umumnya merupakan tokoh yang sering diberi komentar dan dibicarakan oleh pengarangnya. Selain itu lewat judul cerita juga dapat diketahui tokoh utamanya (Aminudin, 2002: 80). Berdasarkan hasil analisis frekuensi kemunculan dan interaksi tokoh pada lima bagian dalam novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari, berikut ini penulis akan mengklasifikasikan analisis tokoh dalam novel ini.

1) Frekuensi Kemunculan Tokoh

Tokoh yang memiliki frekuensi kemunculan yang menonjol pada novel Orang-Orang Proyek ialah Tokoh Kabul. Tokoh Kabul selalu hadir pada tiap

(63)

Pak Tarya, Baldun, Ketiga pria Partai, Kang Martasatang, Tante Anna, Bejo, Yos, Sonah, Sawin, Aminah, Samad, dan Biyung.

Berikut ini kutipan yang menunjukkan kehadiran tokoh dalam novel ini yaitu: (1), (2), (3), (4), (5), (6), (7), (8), (9), (10), (11).

2) Interaksi Tokoh yang menonjol

Interaksi tokoh yang menimbulkan cerita kian berkembang dalam novel ini didominasi oleh interaksi pertentangan Tokoh Kabul dengan Dalkijo– atasannya yang sering melakukan korup. Tokoh Kabul senantiasa memegang teguh idealismenya untuk tidak memanfaatkan proyek untuk menikmati uang rakyat sedang Tokoh Dalkijo hidupnya selalu jor-joran dan cuek dengan kepentingan masyarakat. Berikut kutipan yang menunjukkan interaksi tokoh yang menonjol dalam novel yaitu: (1), (3), (5), (8), (10).

(64)

Dilihat dari sifatnya, tokoh Kabul merupakan tokoh yang menjujung tinggi idealismenya untuk tidak menikmati uang rakyat merupakan tokoh protagonis. Sedangkan tokoh Dalkijo yang hidupnya jor-joran dan egois tidak peduli dengan kepentingan masyarakat merupakan tokoh antagonis.

4.2.2 Analisis Unsur Penokohan Novel Orang-Orang Proyek

Novel ini dibagi atas lima bagian. Pada setiap bagian penulis akan memaparkan analisis tokoh dan penokohan yang terdapat dalam novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari.

4.2.2.1Bagian I

Bagian ini dibuka dengan deskripsi keadaan sungai Cibawor yang telah tiga hari mengalami banjir akhibat hujan deras. Banjir ini memberikan kerugian yang cukup besar bagi proyek pembangunan jembatan. Kemuculan tokoh disertai dengan metode penggambarannya. Hal ini dapat dibuktikan melalui Pada bagian pertama ini, beberapa tokoh hadir dengan teknik penokohan yang beraneka rupa. Satu-per satu akan dibahas dibawah ini.

(65)

atau karakteristik tokoh (metode analitik). Pak Tarya merupakan mantan pegawai kantor penerangan bahkan pernah bekerja di Jakarta sebagai wartawan. Tokoh Pak Tarya juga dikenal sebagai pemancing yang berpengalaman dalam percakapan maupun pemikiran tokoh lain (metode dramatik). Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut:

Pak Tarya, pemancing tua yang gemar bermain seruling untuk sendiri itu, tinggal agak jauh. Namun ia selalu melewati proyek setiap kali pergi memancing di bawah pohon arah ke hulu (Tohari,2015: 18).

Pak Tarya, pemancing tua yang gemar bermain seruling untuk sendiri itu, tinggal agak jauh. Namun dia selalu melewati prouyek setiap kali pergi memancing di bawah pohon arah hulu. Atau Pak Tarya malah singgah untuk sekadar melihat-lihat. Maka dia jadi kenal Mas Kabul, pelaksana proyek. Adakalanya juga Pak Tarya masuk ke warung Mak Sumeh, minum kopi, menikmati senyum dan tawa segar gadis-gadis pelayan. Ya, apa salahnya menikmati senyum gadis-gadis bagi lelaki yang sudah bisa menerima dengan damai kehadiran impotensi dalam dirinya. Bagi Pak Tarya impotensi ternyata juga bisa dinikmati. Yakni sebagai ruang di mana kenangan akan kemudaannya dulu terasa lebih manis dan lebih mengesankan untuk diingat ( Tohari, 2015: 19).

“Ya, sampai beberapa hari yang lalu saya hanya tahu Pak Tarya tukang mancing. Tapi kini saya sudah dapat informasi yang lebih lengkap bahwa sebetulnya Pak Tarya adalah pensiunan pegawai Kantor Penerangan. Selain itu, Pak Tarya ketika muda pernah lama mengembara ke Jakarta. Iya, kan?”

“Informasiitu sedikit benarnya, tapi banyak salahnya.”

“Tak ada guna menutup-nutupi jati dirimu, Pak. Malah ada orang bilang, ketika berada di Jakarta, Pak Tarya pernah bekerja di penerbitan. Jadi wartawan?”

“ Ah,Cuma sebentar.” (Tohari, 2015: 9-10). “Kok Pak Tarya tahu dia ikan baceman?”

(66)

(13) Tokoh Kabul merupakan tokoh yang lugu dan ingin menegakkan kebenaran. Tokoh Kabul adalah seorang insinyur yang berasal dari keluarga yang ekonominya tidak baik alias melarat (metode analitik). Melalui pandangan tokoh lain dapat diketahui bahwa Kabul merupakan sosok pemuda yang cerdas, sederhana. Selain dari pikiran tokoh lain, melalui gambaran fisik Kabul dan dialog tokoh lain, kita mendapatkan gambaran fisik Kabul. Tokoh Kabul berdasarkan pemilihan nama dan dialog antar tokoh juga diketahui memiliki latar belakang ekonomi keluarga yang lemah dan berasal dari daerah pelosok (metode dramatik). Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

Sebagai insinyur, Kabul tahu betul dampak semua permainan ini. Mutu bangunan ini menjadi taruhan. Padahal bila mutu bangunan dipermainkan, masyarakatlah yang pasti akan menanggung akhibat buruknya. Dan bagi Kabul hal ini adalah pengkhianatan terhadap derajat keinsinyurannya (Tohari, 2015: 32).

Di kalangan jemaah masjid kampung, Kabul sudah menjadi sosok yang sangat dikenal karena sudah puluhan kali ikut Salat Jumat di sana. Dan mereka tidak suka menyebut nama. Karena mereka merasa lebih sopan dengan menyebut dia Pak Insinyur, atau Pak Pelaksana (Tohari, 2015: 42).

(67)

Dan wajahnya bersih. Sorot matanya terasa memancarkan kesederhanaan. Atau kesejatian. Ah, nanti dulu, toh di bagian dari mereka, orang-orang proyek!” (Tohari, 2015: 13).

Si pendatang, laki-laki muda dengan sepatu kulit dan baju katun lengan panjang, dengan perkakas radio terselip di pingganya, tidak segera menyatakan kehadirannya. Ia pun kelihatan larut dalam getar irama seruling yang dituip Pak Tua. Kalau tidak karena topinya hampir jatuh oleh embusan angin sehingga dia harus membuat gerakan yang nyata, pemancing itu tak akan melihatnya. Dan suara lembut seruling mendadak berhenti. Sejenak lengang

“ Wah, Mas Kabul Aduh, saya jadi malu. Aduh, kok Anda sampai di tempat terpencil ini?” (Tohari, 2015: 8).

Kabul menegakkan kepala. Mau bicara tapi tidak jadi.

“Maksud saya begini. Mari bicara mulai dari nama kita. Nama saya Dalkijo, dari Blora. Nama sampeyan Kabul, dari?”

“Gombong.”

“Nah, melihat nama, kita tahu dari lapisan masyarakat mana kita berasa. Taruhan, kita sama-sama anak petani miskin. Betul?”

Kabul tersenyum. Persis (Tohari, 2015: 33).

(14) Tokoh Wati adalah sosok yang periang dan juga ramah. Tokoh Wati merupakan keluarga yang cukup berada, ia berwawasan dan juga manja. Tokoh Wati digambarkan sebagai wanita yang tidak ingin disebut pemalas atau pengangguran (metode analitik). Hal itu dapat dibuktikan melalui kutipan berikut:

Wati yang periang memang biasa menyapa siapa saja dengan bahasa dan senyum yang sama hangatnya. Gayanya seperti anak usia enam belas, padahal usia Wati sudah 23 (Tohari, 2015: 27).

(68)

Apanya? Sunggutnya? Getar suaranya? Mungkin. Atau entah. Yang pasti ada sesuatu yang baru saja terasa dalam beberapa detik (Tohari, 2015: 63).

Kabul tersenyum. Dia merasa Wati berbicara pada tingkat pengetahuannya yang memang lumayan. Juga tingkat sosialnya. Untuk ukuran desanya, orang tua Wati cukup berada. Ayahnya anggota DPRD. Seorang kakak Wati konon jadi mayor polisi. Kabul juga tahu gaji Wati di proyek itu tidak seberapa. Bila benar Wati bekerja demi gaji, pasti dia tak akan bertahan satu bulan. Jadi, Wati tampaknya bekerja di proyek lebih untuk menghindar dari sebutan penganggur. Atau seperti pernah dikatakan Wati sendiri dia bekerja di proyek untuk mengisi waktu penantian sebelum ada pekerjaan yang lebih baik (Tohari, 2015: 64). (15) Tokoh Dalkijo adalah sosok yang suka meniru gaya koboi baik dalam gaya

berpakaian maupun saat ia memimpin. Tokoh Dalkijo juga digambarkan sebagai sosok yang terbiasa dengan permainan tanpa mengeluh atau bahkan dapat dikatakan justru memanfaatkannya. Tokoh ini juga diceritakan bahwa ia mengalami kemiskinan semasa kecil (metode analitik). Melalui dialog pribadi sang tokoh dapat diketahui bahwa Dalkijo adalah orang yang sombong. Ia bahkan tidak mau disamakan dengan Kabul yang mau makan di warung Mak Sumeh. Tokoh Dalkijo digambarkan melalui pikiran tokoh lain sebagai pribadi yang sangat membenci kemiskinan (metode dramatik). Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan berikut:

Gambar

tokoh pada gambar Powerpoint dan perannya.
No. Tabel I Langkah-langkah Metode Role Playing Kegiatan Pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait