• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Deskriptif Dinamika Kegiatan Impor di Indonesia

Selama periode 2002-2012, Indonesia terus meningkatkan aktivitas perdagangan internasionalnya. Seperti terlihat pada Gambar 9. Nilai ekspor maupun impor buah jeruk Indonesia menunjukkan jumlah impor lebih besar daripada jumlah ekspor. Jumlah impor yang meningkat diduga karena presentase kelas menengah meningkat dan berefek pula pada gaya hidup ingin sehat, salah satunya yaitu meningkatnya permintaan produk hortikultura dengan atribut mutu yang menyertainya. Dengan semakin terbukanya pasar akibat globalisasi, menyebabkan masa-masa ini menjadi periode kritis. Periode ini merupakan tantangan terbesar, jika permintaan konsumen yang tinggi tidak dipenuhi dari dalam negeri, impor akan meningkat tajam dan komoditas lokal semakin terdesak dan terpinggirkan yang berefek kepada semakin tergantung pada impor.

Jumlah ekspor lebih kecil dibandingkan dengan jumlah impor menandakan bahwa untuk komoditas jeruk, negara Indonesia untuk konsumsi domestiknya masih tergantung akan impor dari negara lain. Selain itu dipengaruhi oleh kebijakan harga, selera, dan pemasaran jeruk. Kebijakan harga sendiri untuk komoditas jeruk impor, khususnya China memiliki banyak keunggulan, seperti harga yang lebih rendah dan ketersediaan pasokan yang melimpah. Jeruk

21

mandarin dari China, misalnya, bisa dijual ke konsumen dengan harga Rp 17.000 per kilogram. Bandingkan dengan jeruk medan atau jeruk pontianak yang dijual lebih mahal, yaitu Rp 20.000 per kilogram (AESBI,2010). Hal tersebut terjadi karena mudahnya barang dari negara lain masuk ke pasar di Indonesia dibarengi dengan produksi yang banyak dan berkualitas, sehingga harga jeruk impor lebih murah. Ketersediaannya hampir disetiap bulan dengan kualitas stabil membuat jeruk ini bertahan dan permintaannya terus meningkat di pasaran, sedangkan untuk jeruk lokal, biasanya banyak dipengaruhi oleh masa tertentu seperti pada panen raya yang menyebabkan harga jeruk jatuh sehingga pemerintah harus menentukan harga agar tidak merugikan petani. Waktu musim paceklik biasanya harga jeruk lokal naik drastis, untuk memenuhi kebutuhan jeruk domestik Indonesia harus melakukan impor dari luar negeri. Keadaan seperti ini menyebabkan konsumen lebih memilih jeruk impor dalam memilih jeruk untuk memenuhi kebutuhannya.

Sumber : Trade Map,2014

Gambar 9 Trend perdagangan Indonesia dalam lingkup ASEAN untuk komoditas jeruk periode 2003-2012

Menurut Penelitian dari (Kementrian Pertanian, 2010), jeruk lokal sendiri memiliki penampilan buah yang burik dan kusam serta rasanya agak masam, sehingga jeruk lokal kurang dapat memikat minat konsumen. Lain halnya dengan penampilan jeruk impor yang memang benar benar berwarna orange mengkilat dengan rasa yang manis, yang tentunya konsumen akan lebih cenderung tertarik pada jeruk impor. Selain hal tersebut jeruk lokal keberadaanya semakin jarang ditemukan dipasar. Kecuali jeruk-jeruk yang harganya lebih mahal dari jeruk impor. Selera orang Indonesia juga dipengaruhi oleh ukuran murahnya barang. Padahal sudah banyak informasi yang menjelaskan bahwa kualitas jeruk lokal tidak kalah dengan jeruk impor, bahkan bisa jauh lebih baik. Namun pada kenyataannya lebih banyak masyarakat yang lebih memilih jeruk impor. Kenaikan impor produk hortikultura selama lima tahun terakhir meningkat rata-rata 21.63 persen untuk buah-buahan. Persaingan dengan impor meliputi keamanan, mutu dengan segala atributnya, kuantitas, kontinyuitas, harga, dan ketepatan saat pengiriman yang sangat terkait dengan rantai pasokan. Harus diakui sampai saat ini, buah nusantara masih belum mampu bersaing dengan buah impor. Masyarakat

0 200 400 600 800 1000 1200 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 To n Tahun Ekspor Impor

22

lebih mudah menemui buah impor di supermarket, minimarket, pedagang kaki lima dan bahkan di pasar becek banyak menjajakan jeruk impor dibandingkan jeruk lokal. Gambar 10 menunjukkan perbandingan antara jeruk lokal dan jeruk impor.

Sumber: Kementrian Pertanian,2010

Gambar 10 Perbandingan jeruk lokal dengan jeruk impor

Indonesia termasuk dalam 10 besar negara penghasil jeruk di dunia. Namun Indonesia bukan merupakan negara pengekspor jeruk, melainkan pengimpor jeruk nomor dua se-ASEAN setelah Malaysia. Jeruk impor yang masuk kedalam negeri mayoritas berasal dari Cina. Apalagi setelah adanya ACFTA (Asean-Cina Free Trade Area) yang mengupayakan terbentuknya suatu sistem perdagangan bebas yang adil dan transparan antara negara Asia dan Cina dengan jalan menghilangkan segala bentuk hambatan yang mendistorsi pasar. Sehingga tidak ada lagi proteksi dari pemerintah, baik berupa tarif maupun non-tarif yang berakibat dalam beberapa tahun sekarang ini buah jeruk impor membanjiri pasar Indonesia. Ketersediaanya hampir sepanjang tahun. Berikut ditampilkan perbandingan masa panen jeruk Indonesia (siam, keprok dan pamelo) dan masa panen jeruk di luar negeri.

Tabel 5. Masa panen sentra produksi jeruk di Indonesia

Masa Panen Jeruk di Sentra Produksi Indonesia (2010) Sentra

Jeruk Jan Feb Mar Apl Mei Jun Jul Agu Sept Okt Nov Des Sumut Sumsel Jateng Jatim Bali Kalbar Kalsel Sulsel-bar

23

Tabel 6. Masa panen sentra produksi jeruk di luar negeri

Masa Panen Jeruk di Luar Negri Sentra

Jeruk Jan Feb Mar Apl Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Australia Cyprus China Mesir India Israel Maroko Spain Tunisia Turki

Sumber: Federal Bureau of Statistics, Goverment Of Pakistan, Karachi (2005) Tabel 3 memperlihatkan, walaupun buah jeruk di Indonesia dapat dijumpai sepanjang tahun, tetapi periode panen buah jeruk di Indonesia umumnya dimulai dari bulan Februari hingga September dengan puncaknya pada bulan Mei, Juni, Juli seperti terlihat pada Tabel 3 yang dapat bergeser karena perlakuan pengaturan pembungaan dan akhir-akhir ini berubah pula diakibatkan cuaca yang tidak menentu. Pola panen tersebut memperlihatkan bahwa ketersediaan jeruk lokal tidak dapat memenuhi kebutuhan pasar domestik sepanjang tahun, sehingga membuka peluang masuknya jeruk-jeruk impor. Dari sisi waktu panen, periode awal dan akhir tahun di berbagai proinsi sentra jeruk tidak mengalami panen, namun justru di luar negeri terjadi panen raya dan stok buah melimpah.

Menurut (Kementrian Perdagangan, 2010) menunjukkan, salah satu impor jeruk terbesar yakni impor jeruk mandarin dari China terus naik. Bahkan jeruk mandarin tercatat sebagai produk impor tertinggi ketiga dari China setelah laptop dan telepon seluler. Indonesia memang tidak memiliki alat untuk membatasi peredaran jeruk mandarin di pasar lokal. Di Indonesia tidak ada aturan khusus yang mengatur kuota impor untuk jeruk mandarin tersebut. Sejak kesepakatan penurunan tarif secara bertahap menuju FTA ASEAN-China diresmikan 2005, mulai 2007 tarif masuk jeruk mandarin China terus turun. Dari 20 persen, kini tarif bea masuk jeruk mandarin China sudah turun jadi 15 persen. Hal ini menyebabkan nilai impor jeruk mandarin China terus meningkat jika dibandingkan dengan 13 komoditas lainnya. Jeruk dan durian menempati urutan pertama dan kedua terbesar dalam impor buah-buahan.

Maraknya impor buah-buahan terkhususnya jeruk selain dipengaruhi oleh produksi domestik, harga jeruk domestik, harga jeruk luar negeri, dummy krisis dan nilai tukar selain itu juga dipengaruhi oleh cita rasa sendiri. Jika membandingkan antara buah lokal dan buah impor, buah lokal sendiri penampilan buah jeruk yang burik dan kusam serta rasanya yang agak masam, sehingga jeruk lokal kurang dapat memikat minat konsumen. Lain halnya dengan penampilan jeruk impor yang memang benar-benar berwarna orange mengkilat dengan rasa yang manis, yang tentunya konsumen akan lebih cenderung tertarik pada jeruk

24

impor. Secara umum, tingkat pengelolaan kebun jeruk di daerah sentra produksi oleh petani sangat bervariasi, belum optimal dan belum sepenuhnya menerapkan inovasi teknologi anjuran hasil penelitian. Seperti data hasil rujukan dari BPS (Badan Pusat Statistik) menunjukkan bahwa produksi jeruk domestik di Indonesia mengalami trend yang meningkat tetapi tidak dibarengi dengan konsumsi yang meningkat yang dalam jangka panjang menyebabkan kurang bergairahnya petani dalam hal berproduksi karena kalah bersaing dengan produksi jeruk impor yang lebih disukai oleh konsumen.

Sumber : Kementerian Perdagangan 2012 (diolah)

Gambar 11 Trend Produksi jeruk lokal

Gambar 11 menunjukkan trend produksi jeruk lokal, walaupun produksinya tidak terlalu rendah, namun mutu buah yang dihasilkan tidak memuaskan, yaitu selain tidak seragam juga memiliki penampilan buah yang burik dan kusam. Bahkan kondisi buah ini juga diperburuk dengan perlakuan pasca panen yang sekedarnya sehingga buah jeruk kita tidak memiliki daya saing pasar yang kuat baik sebagai substitusi impor maupun untuk ekspor. Dari sisi kelembagaan petani tampaknya masih sangat lemah sehingga dalam pemasaran jeruk tidak memiliki posisi tawar yang kuat dan cenderung sering merugikan petani. Proses diseminasi inovasi teknologi dan transfer teknologi ke petani berlangsung sangat lambat. Di sisi lain, petani secara individual maupun kelompok juga masih sulit untuk mengakses lembaga permodalan yang ada walaupun sudah mulai banyak yang ditawarkan oleh pemerintah (Hanif, 2008). Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa trend jeruk lokal pada 2010 cenderung menurun dari tahun sebelumnya karena dipengaruhi oleh perjanjian GATT (General Agreement on Tariff and Trade), WTO (World Trade Organization), dan AFTA (Asean Free Trade Area).Dalam perjanjian tersebut kebijakan ekonomi yang terdistorsi seperti pengenaan pajak ekspor, tarif impor, subsidi ekspor,pengaturan tataniaga, intervensi terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar dan penetaapan suku bunga baik dalam kegiatan produksi maupun perdagangan komoditas pertanian termasuk jeruk, secara bertahap dan pasti akan dikurangi dan akhirnya hilang (Aprilaila,2009)

Globalisasi merupakan suatu proses yang tidak dapat dihindari oleh satu negara manapun di dunia. Dalam persaingan bebas hanya negara-negara yang memiliki daya saing saja yang bisa mengambil keuntungan. Saat ini peraturan-peraturan yang terkait dengan tarif menjadi tidak populer lagi dan tidak digunakan sebagai hambatan dalam sistem perdagangan internasional. Oleh sebab itu kebanyakan negara-negara maju menggunakan hambatan non tarif seperti, SPS (Sanitary and Phytosanitary), ROO (Rules of Origin), dan standar internasional

0 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 T ON

25

(Codex, Europe-Gap, Asean Standard), CBD (Convetion on Biodiversity), CDM (Clean Development Mechanism), Protokol Kyoto, Internatinal Threaty of Genetic Resources. Adanya hambatan yang berupa non tarif tersebut, produk hortikultura Indonesia mengalami hambatan dalam mengakses pasar internasional dan kesulitan dalam mengendalikan masuknya produk-produk impor.

Faktor- faktor yang Memengaruhi Aliran Impor Jeruk di Indonesia Pemilihan Kesesuaian Model

Pemilihan kesesuaian model dilakukan dengan melakukan uji Chow dan uji Hausman. Hasil pengujian dengan menggunakan uji Chow menunjukkan probabilitas yang lebih kecil dari taraf nyata 5 persen. Hal ini berarti sudah cukup bukti untuk menolak H0 dimana H0 merupakan model pooled least squared. Selain itu juga dilakukan pengujian pengujian dengan Hausman dimana probabilitasnya lebih besar dari taraf nyata sehingga sudah cukup bukti untuk menolak H0 dan H0 merupakan model Random Effect. Berdasarkan hasil tersebut diketahui model estimas terbaik untuk mengetahui faktor faktor yang memengaruhi aliran impor jeruk di Indonesia adalah dengan menggunakan model efek tetap (fixed effect). Setelah model tersebut dipilih selanjutnya akan dilakukan pengujian asumsi untuk mendapatkan model persamaan yang terbebas dari masalah yang sering dijumpai dalam analisis regresi seperti Multikolinearitas, Heterokedastisitas dan Autokorelasi.

Indikasi terjadinya multikolinearitas dapat ditunjukkan dengan nilai R-square yang tinggi tetapi variabel Independen banyak yang tidak berpengaruh pada variabel dependen. Dari lima variabel independen yang dianalisis, dengan

R-square sebesar 95.71 persen, hanya terdapat satu variabel yang tidak signifikan. Hal ini berarti model sudah terbebas dari masalah multikolinearitas. Pengujian asumsi selanjutnya, yaitu uji heterokedastisitas dan uji autokorelasi. Hasil estimasi model dalam penelitian ini diberikan perlakuan cross-section SUR, sehingga asumsi adanya heterokedastisitas dan autokorelasi dapat diabaikan.

Hasil Estimasi dan Interpretasi Model

Model estimasi yang digunakan untuk melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang memengaruhi impor jeruk di Indonesia diestimimasi dengan menggunakan software E-views 6. Komoditas yang diamati adalah buah jeruk jenis fresh oranges dengan kode HS 080510.Periode pengamatan dari tahun 2002 hingga tahun 2012.

Pengolahan data dilakukan dengan metode panel dengan Fixed Effect Model (FEM). Berdasarkan hasil estimasi diketahui nilai koefisisen determinasi (R-square) yang diperoleh sebesar 95.71 persen menunjukkan bahwa sebesar 95.71 persen keragaan impor jeruk dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor di luar model.

26

Tabel 7 Hasil estimasi panel data aliran impor jeruk Indonesia dengan metode

fixed effect

Variabel Koefisien Prob

LnQ -0.636805 0.0173* LnPD 0.419288 0.0000* LnPI -1.456058 0.0000* LnER -0.417799 0.2695 Dummy Kr -3.029493 0.0000* C 20.90244 0.0000*

Fixed Effect Model

China 3.082282 Hongkong -3.256362 Malaysia -2.698738 Pakistan 2.762301 Thailand -1.559140 Australia 1.669658 Weighted Statistic

R-square 0.957130 Sum Squared resid 60.00411

Adjusted R-Square 0.94336 Durbin- Watson stat 1.938991

Unweighted Statistic

R-square 0.775778 Durbin- Watson stat 1.177574

Sum Squared resid 163.5191

Keterangan: *Signifikan pada taraf nyata 5 persen

Pada hasil uji normalitas Tabel 5 probabilitas Jarque-Bera lebih besar dari pada taraf nyata yang digunakan (0.404647 > 0.05). Berdasarkan hal tersebut maka residual dalam model ini dapat dikatakan sudah menyebar normal. Dalam uji kriteria statistik untuk pelanggaran multikolinearitas, model ini juga disimpulkan tidak mengalami pelanggaran tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penggabungan dari data time series dan cross-section,

sehingga dapat mengurangi multikolinearitas. Selain itu dari hasil estimasi, terlihat bahwa nilai R-Square yang cukup besar sedangkan variabel yang tidak signifikan yaitu nilai tukar rupiah terhadap mata uang tujuan.

Tabel 8 Hasil uji normalitas model faktor-faktor yang memengaruhi impor jeruk di Indonesia

Model Jarque-Bera Probability

Volume Impor Jeruk Indonesia 1.809481 0.404647

Nilai Durbin Watsonstat dari hasil pengolahan data sebesar 1.938991. Hal ini berarti nilai Durbin Watsonstat tersebut berada diantara 1.55-2.46, maka model yang diestimasi telah terbebas dari masalah autokorelasi. Sedangkan untuk masalah heterokedastisitas, dari hasil estimasi terlihat bahwa pada gambar tidak berpola yang menandakan tidak adanya heteroskedastisitas. Selain itu, dengan menggunakan pembobotan Cross section SUR, masalah autokorelasi dan heterokedastisitas dapat disimpulkan sudah teratasi.

27

Gambar 12 Hasil panel data yang menunjukkan tidak adanya heterokedastisitas Selanjutnya dilakukan interpretasi pengaruh masing-masing faktor atau variabel terhadap aliran impor jeruk di Indonesia. Pada variabel produksi domestik, model menunjukkan bahwa nilai probabilitas produksi domestik adalah 0.0173 yang menunjukkan bahwa variabel produksi berpengaruh signifikan terhadap perubahan impor jeruk Indonesia. Variabel ini telah sesuai dengan hipotesis awal yang mengatakan bahwa produksi domestik memiliki hubungan negatif dengan volume impor dengan besar koefisien -0.636805. Hal ini menunjukkan bahwa ketika variabel produksi naik 1 persen maka volume impor turun 0.636805 persen.

Variabel harga jeruk domestik, model menunjukkan bahwa nilai probabilitas harga jeruk domestik bernilai 0.0000. Nilai probabilitas menunjukkan bahwa variabel harga jeruk domestik berpengaruh signifikan terhadap perubahan impor jeruk di Indonesia, variabel ini juga telah sesuai dengan hipotesis awal, dimana Harga jeruk domestik memiliki hubungan positif dengan volume impor dengan nilai koefisisen 0.419288. Hal ini menunjukkan bahwa ketika variable harga jeruk domestik naik 1 persen maka volume impor naik 0.419288 persen.

Variabel harga jeruk luar negeri, model menunjukkan bahwa nilai probabilitas harga jeruk luar negeri bernilai 0.0000. Hal ini menunjukkan bahwa variabel harga jeruk luar negeri berpengaruh signifikan terhadap perubahan impor jeruk di Indonesia. Variabel ini telah sesuai dengan hipotesis awal yang mengatakan bahwa Harga jeruk luar negeri memiliki hubungan negatif dengan volume impor dengan besar koefisien -1.456058. Hal ini menunujukkan bahwa ketika variabel harga jeruk luar Negeri naik 1 persen maka volume impor turun 1.45605 persen.

Selanjutnya variabel nilai tukar ternyata tidak berpengaruh nyata (tidak signifikan) terhadap volume impor jeruk di Indonesia. Kondisi ini menunjukkan bahwa niai tukar tidak memengaruhi aliran impor komoditas jeruk Indonesia.

Berdasarkan hasil estimasi yang terdapat dalam Tabel 7 dapat ditunjukkan bahwa dummy krisis yaitu sebelum tahun 2008 dan sesudah tahun 2008 memilki pengaruh yang nyata terhadap volume impor jeruk di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari probabilitas dummy krisis yaitu sebesar 0.0000 lebih kecil dari taraf nyata 5 persen, sehingga setelah krisis pada tahun 2008 memiliki pengaruh yang signifikan terhadap volume impor jeruk di Indonesia. Koefisien sebesar -3.029493

-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 Y Residuals

28

memiliki arti adanya rata-rata perbedaan volume impor jeruk di Indonesia antara sebelum dan sesudah krisis yaitu sesudah krisis lebih rendah 3.029493 x rata-rata volume impor jeruk di Indonesia sebelum krisis, cateris paribus

Implikasi Kebijakan

Dari hasil data panel, faktor-faktor yang memengaruhi impor jeruk di Indonesia adalah produksi, harga jeruk dalam negeri, harga jeruk luar negeri, nilai tukar dan dummy krisis. Hasil estimasi panel data menunjukkan variabel yang paling signifikan berpengaruh terhadap penurunan aliran impor jeruk di Indonesia yaitu variabel harga jeruk luar negeri. Adanya perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN dan China menyebabkan komoditas jeruk yang mayoritas diimpor dari China dan negara lain telah bebas masuk ke pasar Indonesia. Kualitas yang terlihat bagus dan harga yang murah, konsumen banyak yang memilih jeruk impor tersebut. Pedagang pun demikian. Tidak hanya supermarket dan swalayan,pasar tradisional pun lebih banyak menjajakan jeruk impor dibandingkan jeruk lokal. Dengan daya dukung SDM dan teknologi yang lebih maju, negara-negara produsen jeruk di dunia terus mengembangkan sistem pemasaran supaya setiap hasil produksi mereka terus tetap diterima. Baik secara pengangkutan,penyimpanan dan pengolahan jeruk yang ada di negara maju seperti tidak ada hambatan sama sekali. Murahnya biaya proses pengiriman buah impor ketimbang proses pengangkutan jeruk dari berbagai pelosok negeri menyebabkan jeruk domestik kurang bersaing dengan jeruk dari luar negeri, sehingga pemerintah pada bulan Juni 2012 atas penerapan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No 30/M-Dag/PER/5 /2012 tentang ketentuan ini mulai melakukan pengetatan pintu masuk impor buah dan sayuran. Pintu masuk yang jumlahnya 8 pintu hanya menjadi 4 pintu, yang terletak di Pelabuhan Belawan Sumatera Utara, Pelabuhan Makasar Sulawesi Selatan, Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dan Bandara Soekarno Hatta Tangerang. Pengetatan juga dilakukan dengan menentukan batas maksimum buah impor yang akan masuk ke Indonesia sehingga dengan demikian volume impor jeruk dari luar akan berkurang dan akan menyebabkan biaya pengiriman jeruk impor akan lebih mahal.

Ada berbagai hambatan bagi petani untuk memasarkan produknya yaitu biaya transportasi buah-buahan yang relatif tinggi karena panjangnya rantai tataniaga (distribusi) yang berdampak terhadap ongkos angkut menjadi mahal (Kementerian Perdagangan 2013). Rantai distribusi buah-buahan yang panjang disebabkan belum terintegrasinya petani buah-buahan dengan pasar induk, seperti para petani kecil tersebut umumnya langsung memasarkan sendiri buah-buahan yang diproduksinya. Akibatnya, wilayah pemasaran buah-buahan cenderung terkonsentrasi di daerah tertentu saja yang berdampak penyebaran distribusi buah-buahan tidak merata yang dapat menyebabkan buah buah impor dapat mengisi kekosongan dari distribusi yang tidak merata tersebut. Saat ini Kementrian Perdagangan mengupayakan untuk mempermudah akses distribusi buah-buahan dari pasar induk ke daerah daerah untuk menekan biaya transportasi.

Faktor yang terlibat dalam kualitas buah-buahan produksi dalam adalah kualitas bibit yang buruk. Pada umumnya, tanaman buah-buahan seperti tanaman pisang, mangga, manggis dan jeruk, yang dikelola oleh petani kecil tidaklah berasal dari bibit ungul yang dihasilkan melalui proses riset ilmiah, melainkan bersumber dari bibit yang berkembang secara alamiah. Untuk mendorong petani

29

mananam bibit unggul, sebaiknya pemerintah melakukan program penyediaan bibit unggul bersubsidi yang diberikan kepada petani buah. Faktor lainnya adalah masalah tidak adanya sistem standarisai dan grading kualitas buah-buahan. Menurut Kementrian Perdagangan 2012, hingga saat ini , dapat dikatakan bahwa sistem standarisai dan grading kualitas belum diterapkan pada produksi buah-buahan nasional. Mengingat pentingnya perananan perbaikan kualitas dalam memfasilitasi proses substitusi konsumsi buah-buahan impor dengan buah-buahan produksi dalam negeri oleh masyarakat Indonesia, maka pemerintah perlu mengembangkan sistem standarisasi dan grade kualitas produksi dalam negeri. Untuk mengefektifkan penegakan sistem tersebut pada level petani buah, maka sebaiknya pemerintah mendorong para petani agar mengembangkan koperasi petani produsen buah-buahan. Melalui koperasi yang mempunyai skala usaha yang jauh lebih besar dari petani individual, maka kegiatan sortasi buah-buahan akan lebih menguntungan, dan keuntungan tersebut, selanjutnya akan akan dibagikan oleh koperasi kepada para anggotanya sesuai dengan prinsip dasar koperasi yang berorientasi pada peningkatan anggotanya. Dengan demikian sistem standarisasi dan grade kualitas buah buahan produksi dalam negeri akan dapat ditegakkan secara efektif.

Dokumen terkait