• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Volume Impor Komoditas Jeruk di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Memengaruhi Volume Impor Komoditas Jeruk di Indonesia"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR

FAKTOR YANG MEMENGARUHI

VOLUME IMPOR KOMODITAS JERUK DI INDONESIA

YOSEP ANDREW TAO SILITONGA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-Faktor yang Memengaruhi Volume Impor Komoditas Jeruk di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang terbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

YOSEP ANDREW TAO SILITONGA. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Volume Impor Jeruk di Indonesia. Dibimbing oleh IDQAN FAHMI.

Indonesia memiliki banyak keragaan ekspor produk, apabila diklasifikasikan secara spesifik terdiri dari komoditas pertanian, komoditas pertambangan, dan industri manufaktur. Keragaan ini menuntut Indonesia untuk mengembangkan produk dari masing-masing klasifikasi. Salah satunya adalah produk atau komoditas yang berasal dari sektor pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis factor-faktor yang dapat memengaruhi volume impor jeruk di Indonesia dan mempelajari bagaimana dinamika dan kondisi impor komoditi buah jeruk di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode panel data dari tahun 2002-2012 dengan 6 negara (China, Hongkong, Malaysia, Pakistan, Australia dan Thailand). Data dari BPS menunjukkan bahwa selama tahun 2002 sampai tahun 2012 Indonesia terus melakukan aktivitas perdagangannya dan selama itu pula Indonesia melakukan aktivitas impor jeruk untuk memenuhi kebutuhan domestik. Hasil penelitian menunjukkan, tahun 2012 menunjukkan untuk komoditas jeruk sendiri neraca perdagangan Indonesia adalah negatif. Dalam penelitian ini juga dibahas faktor lain yang memengaruhi impor diantaranya: produksi jeruk domestik, harga jeruk domestik, harga jeruk impor, nilai tukar dan dummy krisis. Faktor yang paling berpengaruh signifikan adalah harga jeruk luar negeri.

Kata Kunci : Deskriptif, Jeruk Impor, Jeruk Lokal, Panel Data

ABSTRACT

YOSEP ANDREW TAO SILITONGA. Factors Affecting the Import Volume of Fresh Oranges in Indonesian. Supervised by IDQAN FAHMI.

Indonesia has many varietes of export product that if specially classified, it consists of agricultural commodities, mining commodities, and manufacturing industries. These varieties require Indonesia to develop products from each classification. One of them is the products or commodities that derived from the agricultural sector. This research aims to analyze factors that may affect the volume of citrus imports in Indonesia and studies about how the dynamics and conditions of citrus impor commodity in Indonesia. The methods that used in research are descriptive and panel data methods from 2002-2012 that involve six countries (Malaysia, China, Thailand, Pakistan, Australia, dan Hongkong). Data from BPS show, that during 2002 to 2012, Indonesia continued to perform its trading activity and during that time Indonesia did Citrus import to meet domestics needs. The research depicted that in 2012, for citrus comodity it self, Indonesia’s trade balance trend is negative. We also study other factors that affect impor value, such as : domestic citrus production, price of domestic citrus, price of import citrus, currency exchange rate and dummy crisis. The factor that significantly affect the most is the price of citrus abroad.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

FAKTOR

FAKTOR YANG MEMENGARUHI VOLUME

IMPOR KOMODITAS JERUK DI INDONESIA

YOSEP ANDREW TAO SILITONGA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Sripsi: Faktor-Faktor yang Memengaruhi Volume Impor Komoditas Jeuk di Indonesia

Nama

M

: Y osep Andrew Tao Silitonga

: H14100053

Disetujui oleh

Dr.lr. Idgan Fahmi,M.Ec Pembimbing

(8)
(9)

PRAKATA

Segala puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Memengaruhi Volume Impor Jeruk di Indonesia” ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor–faktor apa saja yang dapat memengaruhi volume impor komoditas jeruk di Indonesia. Penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada orag-orang yang telah banyak memberikan bantuan, semangat serta doa bagi penulis, yaitu :

1. Kedua orangtua tercinta, yaitu Bapak Arginius Silitonga, SKM dan Ibu Herlina Gustina Tobing serta kakak dan adik saya, Lora, Utama, Ezra, Bram dan Egge yang telah memberikan motivasi, pengorbanan, doa, dukungan moral dan spiritual hingga akhir penulisan skripsi ini. Semoga ini menjadi persembahan yang membanggakan untuk kalian.

2. Bapak Dr.Ir.Idqan Fahmi, M.Ec. Selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan ilmu, saran, motivasi dan membimbing penulis dengan sabar dalam proses penyusunan skripsi ini hingga selesai.

3. Bapak Dr. Alla Asmara S.Pt, M Si. Selaku dosen penguji utama dan Ibu Widyastutik SE, M. Si. Selaku dosen penguji Komisi Pendidikan yang telah memberikan kritik dan saran untuk memperbaiki skripsi ini.

4. Para dosen, staf dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis.

5. Teman-teman satu bimbingan, yaitu Fida, Nanda, Dodo, Kautsar, Rizki dan Ica atas kritik, saran dan motivasi yang membantu penuis menyelesaikan skripsi ini.

6. Novita Yanti Sidabutar, orang yang selalu membantu dan menyemangati penulis

7. Teman, sahabat, sekaligus saudara yakni Adam Gurning,Nanda Adrian, Yuli, Mellia Aghnie, Bramastyo, Nabilah, Sasha, Rahayu, Antonius, Bang Aldy, Bang John, Mbak Maya,dan Kak Andi yang selalu membuat penulis bahagia, tersenyum dan termotivasi

8. Komisi Pelayanan Khusus, Dewan Perwakilan Mahasiswa FEM IPB, dan Tim IGTF Liwa yang selalu hadir dalam memberikan semangat, dukungan doa, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Serta kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Bogor, September 2014

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 6

Ruang Lingkup Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA 6

Landasan Teori 13

Penelitian Terdahulu 15

Kerangka Pemikiran 15

Hipotesis Penelitian 17

METODE PENELITIAN 17

Jenis dan Sumber Data 18

Metode Analisis dan Pengolahan Data 18

Analisis Data Panel 18

Model Penelitian 20

HASIL DAN PEMBAHASAN 20

Analisis Deskriptif 25

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Aliran Impor Jeruk di Indonesia 25

Hasil Estimasi dan Interpretasi Model 25

Implikasi Kebijakan 28

SIMPULAN DAN SARAN 29

Simpulan 29

Saran 29

DAFTAR PUSTAKA 30

LAMPIRAN 32

(11)

DAFTAR TABEL

1 Produksi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha (milyar rupiah)

tahun 2008-2012 2

2 Nilai eskpor-impor produk hortikultura di Indonesia pada tahun 2012 2

3 Analisis dampak pemberlakuan impor 11

4 Jenis dan sumber data yang digunakan 18

5 Masa panen sentra produksi jeruk di Indonesia 22 6 Masa panen sentra produksi jeruk di luar negeri 23 7 Hasil estimasi panel data aliran impor jeruk Indonesia dengan metode

fixxed effect 26

8 Hasil uji normalitas model faktor-faktor yang memengaruhi impor jeruk

di Indonesia 26

DAFTAR GAMBAR

1 Produk Domestik Bruto atas dasar harga konstan dari tahun 2008-2012

menurut lapangan usaha (milyar rupiah) 1

2 Jumlah impor dan ekspor jeruk Indonesia (Ton) di ruang lingkup

ASEAN dari tahun 2003-2012 3

3 Nilai impor (US $) dan jumlah impor (Ton) komoditas jeruk Indonesia

yang berasal dari dunia sejak tahun 2004-2012 4

4 Kurva perdagangan internasional 9

5 Hubungan antara harga dengan jumlah yang diminta 10

6 Pergerakan dan pergeseran kurva permintaan 12

7 Kurva dan efek kebijakan tarif 13

8 Alur kerangka pemikiran 16

9 Trend perdagangan Indonesia dalam lingkup ASEAN untuk komoditas

jeruk periode 2003-2012 21

10 Perbandingan jeruk lokal dan jeruk impor 22

11 Trend produksi jeruk lokal 24

12 Hasil panel data yang menunjukkan tidak adanya heteroskedastisitas 27

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil estimasi FEM 32

2 Hasil uji matriks korelasi antar variabel 32

3 Hasil uji normalitas 33

4 Uji CHow Test 33

(12)
(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perdagangan internasional adalah kesepakatan perdagangan yang dilakukan oleh dua pihak negara atau lebih. Kesepakatan tersebut bisa berupa kegiatan ekspor dan impor yang menjadi salah satu komponen pembentuk Produk Domestik Bruto (PDB) yang bisa memberikan pengaruh terhadap kegiatan ekonomi lainnya.

Indonesia memiliki banyak keragaan ekspor produk yang diklasifikasikan secara spesifik, terdiri dari komoditas pertanian yang pada umumnya bernilai tambah rendah. Keragaan ini menuntut Indonesia untuk mengembangkan produk dari masing-masing klasifikasi. Salah satunya adalah produk atau komoditas yang berasal dari sektor pertanian. Sebagai negara agraris, Indonesia tentu memiliki banyak potensi pada sektor pertanian, yang nantinya dapat memberikan kontribusi sebagai sumber pemasukan devisa negara dalam kegiatan ekspor di pasar internasional.

Sumber :Badan Pusat Statistik (2012)

Gambar 1 Produk Domestik Bruto atas dasar harga konstan dari tahun 2008-2012 menurut lapangan usaha (milyar rupiah)

Gambar 1 menunjukkan bahwa sektor pertanian memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dibandingkan dengan sektor-sektor yang lain seperi kontruksi; pertambangan dan penggalian; listrik,gas, dan air bersih; pengangkutan dan komunikasi; dan jasa jasa

Sektor pertanian di Indonesia dapat dikelompokan menjadi empat subsektor yaitu tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, kehutanan, dan perikanan. Salah satu dari subsektor tersebut adalah tanaman bahan makanan yang merupakan bagian dari hortikultura yang terdiri dari tanaman sayuran, buah-buahan,biofarmaka dan tanamanan hias. Hortikultura memiliki prospek yang cukup baik dan merupakan komoditas yang bernilai tinggi. Hal ini dikarenakan, hortikultura merupakan salah satu komoditas yang sangat berperan dalam

0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000 800000

M

il

y

ar

R

p

2008

2009

2010

2011*

(14)

2

mendukung tercapainya target pembangunan ekonomi. Besarnya nilai masing-masing subsektor pertanian dapat dijelaskan berdasarkan Tabel 1.

Tabel 1 Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha (milyar rupiah) tahun 2008-2012

Sumber : Badan Pusat Statisika, 2012

Keterangan : Angka sementara (*). ; Angka sangat sementara (**)

Tabel 1 memperlihatkan bahwa sektor pertanian sendiri menunjukkan nilai yang meningkat setiap tahunnya, serta diikuti oleh subesektor pendukungnya yaitu subsektor tanaman bahan makanan. Subsektor tanaman bahan makanan mengalami peningkatan yang cukup signifikan dan mengalami trend yang positif dari tahun 2008 sampai 2012 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 2.83 persen. Pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun 2009 sebesar 4.97 persen dan mengalami penurunan pada tahun 2010 menjadi 1.64 persen. Walaupun pertumbuhan PDB berfluktuasi, namun besarnya selalu mengalami peningkatan dan tetap mendominasi dari subsektor pendukung lainnya terhadap PDB Indonesia di sektor pertanian

Pertumbuhan PDB yang positif tersebut ternyata tidak diikuti oleh pertumbuhan dari neraca perdagangan sendiri. Sesuai dengan data (BPS, 2012), "kelas menengah Indonesia terus bertambah semenjak 2004-2009, dan akan menjadi 250 juta orang di 2014 dan yang dikhawatirkan nantinya adalah semakin buruknya neraca perdagangan indonesia sehingga menimbulkan defisit perdagangan (impor > ekspor). Tabel 2 Memperlihatkan Nilai eskpor-impor produk hortikultura di Indonesia pada tahun 2012.

Tabel 2 Nilai eskpor-impor produk hortikultura di Indonesia pada tahun 2012

Nomor Komoditi Nilai ( US $)

Impor Ekspor

1 Jeruk 227 300 473 847 335

2 Apel 151 680 865 68 092

3 Pir 92 723 553 638

4 Anggur 119 334 667 14 332 445

5 Durian 28 886 403 4 511

6 Pisang 1 030 314 171 034

7 Mangga 1 109 203 786 505

Sumber : Ditjen Hortikultura, 2012

2008

2009

2010

2011*

2012**

Pertanian

284 619.1 295 883 304 777.1 315 036.8 327 549.7

Tanaman Bahan Makanan

142 000.4 149 057.8 151 500.7 154 153.9 158 649.5

Tanaman Perkebunan

44 783.9 45 558.4

47 150.6

49 260.4

51 763.3

Peternakan

35 425.3 36 648.9

38 214.4

40 040.3

41 971.8

Kehutanan

16 543.3 16 843.6

17 249.6

17 393.5

17 423

Perikanan

45 866.2 47 775.1 506 611.8

54 186.7

57 697.1

(15)

3

Tabel 2 menunjukkan bahwa neraca ekspor-impor jeruk nasional di Indonesia bernilai negatif yang menunjukkan jumlah impor yang lebih besar dari pada ekspor. Tingginya angka impor ini menimbulkan kekhawatiran bagi petani jeruk karena akan terjadi persaingan dengan produk jeruk impor. Selain itu dikhawatirkan juga bahwa produk impor juga bisa menguasai pasar jeruk di Indonesia, sehingga akan mengancam produksi jeruk nasional di Indonesia dan petani sebagai produsen jeruk akan merasakan dampak akibat adanya kebijakan impor ini.

Saat ini Indonesia menjadi negara pengimpor jeruk terbesar di ASEAN, kedua setelah Malaysia (BPS, 2010). Kondisi nilai impor jeruk dari negara lain seperi Jeruk mandarin dari negara China terus meningkat yang tercatat pada tahun 2010 sebesar US$ 107.3 juta. Jumlah ini jauh meningkat dibandingkan periode sama tahun lalu, sebesar US$ 56.3 juta. Gambar 2 menunjukkan jumlah impor jeruk dari negara mitra dagang tahun 2003-2012.

Sumber : Trademap, 2014 (diolah)

Gambar 2 Jumlah impor jeruk Indonesia berdasarkan negara pengekspor tahun 2003-2012

Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa jumlah impor jeruk mempunyai peningkatan yang cenderung positif dan terkadang berfluktuasi. Hal ini dikarenakan adanya faktor dari globalisasi yang membuat menyebarnya pangsa pasar dunia termasuk negara Indonesia. Ini merupakan problem besar bagi Indonesia karena kemampuan produk Indonesia dari segi kualitas maupun kuantitas masih lemah. Salah satu permasalahan yang dialami oleh Indonesia dalam menghadapi perdagangan bebas adalah sulitnya membendung terjadinya lonjakan produk impor, sehingga mengakibatkan barang sejenis kalah bersaing yang pada akhirnya akan mematikan pasar barang sejenis dalam negeri, pemutusan hubungan kerja, terjadinya pengangguran, serta bangkrut nya industri barang sejenis dalam negeri. Lebih-lebih Indonesia sedang menghadapi pasar bebas ASEAN pasca ACFTA sejak tahun 2003 yang kemudian diikuti oleh pasar bebas Cina-ASEAN melalui kesepakatan ACFTA sejak tanggal 1 Januari tahun 2010, dan selanjutnya APEC yang akan berlaku untuk negara berkembang pada tahun 2020.

Seiring dengan banyaknya kerjasama dalam bidang perdagangan yang dilakukan oleh Indonesia, pasti selalu ada pro dan kontra yang terjadi, misalnya

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 China Hongkong Malaysia Thailand Pakistan

(16)

4

produk-produk pertanian sudah mulai tergerus oleh maraknya produk-produk impor yang membanjiri pasar domestik. Penelitian ini akan menitik beratkan kepada komoditi jeruk impor yang berasal negara China, Hongkong, Malaysia, Thailand, Australia dan Pakistan yang telah memasuki pangsa pasar Indonesia, sehingga jeruk lokal tidak memiliki daya saing yang kuat ketimbang jeruk impor. Sehingga dapat mematikan pertanian lokal atau pertanian domestik yang berujung pada buruknya perekonomian suatu bangsa yang dapat merugikan petani-petani lokal. Oleh karena itu, dengan mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap aliran impor komoditas buah jeruk Indonesia, maka Indonesia dapat meningkatkan daya saingnya agar dapat meraih pangsa pasar jeruk yang lebih besar lagi.

Perumusan Masalah

Persaingan pemasaran internasional untuk jumlah produksi jeruk nasional yang rendah sehingga peredaran jeruk semakin marak di tanah air, tetapi karena ketersediaan jeruk bermutu yang sedikit dari sentra yang terpencar dengan skala kecil mengakibatkan jeruk nasional kalah dalam persaingan. Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) akhir 2011 menunjukkan produksi jeruk dalam negeri 454.83 ribu ton dan konsumsi masyarakat 178.68 ribu ton. Namun selama itu, Indonesia masih melakukan impor sebesar 49.61 ribu ton. Gambar 3 memperlihatkan nilai (US $) dan jumlah impor (Ton) komoditas jeruk yang berasal dari dunia sejak tahun 2004-2012.

Sumber : UN Comtrade, 2014 (diolah)

Gambar 3 Nilai dan volume jeruk yang berasal dari Dunia tahun 2004-2012

Gambar 3 dapat dilihat bahwa komoditas jeruk di Indonesia mengalami

trend yang meningkat baik dari segi nilai maupun jumlah jeruk yang diimpor. Pada tahun 2004 menunjukkan jumlah jeruk yang diimpor 5.249.896 ton jeruk sedangkan untuk nilai impor jeruk pada tahun tersebut adalah sebesar US $ 2.840.316 sampai pada tahun 2012 terus mengalami peningkatan dengan nilai impor jeruk sebesar US $ 4.636.122 dan jumlah impor jeruk sebesar 6.420.009 ton. Hal ini menunujukkkan tingkat ketergantungan Indonesia akan jeruk impor masih sangat tinggi.

Menurut Krisnamuthri (2012), Jeruk (Citrus Sp) merupakan salah satu komoditas yang telah lama dikenal dan dikembangkan di Indonesia.

0 2000000 4000000 6000000 8000000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

(17)

5

Perkembangan teknologi telah membawa komoditas jeruk menjadi komoditas bisnis yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup para pelaku yang terlibat di dalamnya. Untuk daerah-daerah penghasil jeruk terbesar di Indonesia (di atas 50.000 ton/tahun) berturut-turut antara lain adalah Sumatera Utara, Jawa Tengah, Riau, Jawa Timur dan Sumatera Selatan. Masa panen jeruk segar dimulai pada bulan Januari-Februari, meningkat pada bulan Maret-April, dan mencapai puncak panen pada bulan Mei-Juli. Kemudian menurun pada bulan Agustus-September dan mencapai titik terendah pada bulan Oktober. Pada bulan November dan Desember terjadi kekosongan pasokan jeruk segar dari seluruh provinsi penghasil jeruk di Indonesia. Pasokan itu memang masih sangat sedikit dibandingkan devisa yang keluar untuk mendatangkan jeruk. Pada 2007 tercatat kedatangan 118.808 ton jeruk senilai U$83.16 juta setara Rp 831.6 miliar. Sejumlah 80 persen jeruk itu berasal dari China. Pengiriman tertinggi dari 5negara Tirai Bambu itu berlangsung pada Januari-Maret dengan volume di atas 10.000 ton. Sisanya dipasok ke 16 negara lain seperti Thailand, Hongkong, Pakistan, dan Malaysia.

Kesepakatan ACFTA telah mengakibatkan perubahan tata-niaga dalam perdagangan internasional. Penghapusan bea masuk telah menyebabkan masuknya produk-produk impor dari negara lain seperti China, Hongkong, Malaysia, Thailand dan Pakistan yang dilakukan secara besar besaran dan sulit untuk dikontrol (Raisa, 2008). Saat ini Indonesia termasuk negara yang paling banyak mengimpor jeruk dari negara China dan Pakistan. Kondisi ini sangat berpengaruh bagi substitusi impor buah jeruk lokal (Trademap, 2014). Penurunan produksi akan terjadi apabila usaha tani tidak memiliki persiapan guna menjaga kinerja produksi mereka. Masuknya produk produk impor menuntut pertanian domestik agar melakukan usaha ekstra agar produk mereka tetap menguasai pasar dalam negeri.

Belum optimalnya dukungan pemerintah kepada petani lokal juga telah menimbulkan kesulitan bagi mereka untuk melakukan minimisasi biaya sebagai salah satu upaya guna untuk meningkatkan daya saing. Pemerintah cenderung berat sebelah dalam menyepakati ACFTA karena hanya memikirkan kepentingan pihak- pihak tertentu yang dinilai dapat memberikan penerimaan lebih besar bagi negara, sehingga petani kecil kurang diperhatikan, apalagi dengan kurangnya inovasi teknologi juga mengakibatkan tingkat produksi usaha tani jeruk indonesia sulit untuk mengimbangi produksi jeruk impor dari negara China, Thailand, Hongkong, Malaysia, Pakistan dan Australia sehingga kebutuhan jeruk lokal sangat tergantung pada pasokan buah jeruk impor. Selain itu, teknologi yang masih minim menyebabkan pula para petani tidak dapat memenuhi selera konsumen yang lebih menyukai jeruk yang berwarna orange walaupun rasa sedikit asam namun tetap berharga murah. Akibatnya, jeruk lokal yang biasanya berwarna hijau menjadi kurang dilirik konsumen karena harganya mahal dan dinilai kurang berkelas oleh masyarakat dibandingkan jeruk impor ( Hanif, 2008).

(18)

6

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditarik beberapa tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mempelajari dinamika dan kondisi impor komoditi buah Jeruk di Indonesia. 2. Menganalisis faktor- faktor apa saja yang dapat memengaruhi volume impor

komoditas jeruk di Indonesia.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna baik bagi penulis maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan. Manfaat yang diharapkan antara lain: 1. Bagi pemerintah atau instansi terkait (regulator) diharapkan dapat

memberikan masukan dan bahan pertimbangan baik dalam perencanaan maupun dalam pengambilan keputusan terkait dengan impor jeruk Indonesia.

2. Bagi pembaca diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan masukan dalam penelitian-penelitian selanjutnya.

3. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk melatih kemampuan penulis dalam menganalisis masalah dan mengaplikasikan ilmu yang dipelajari selama perkuliahan

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada perdagangan komoditi jeruk yang berasal dari negara mitra dagang seperti: China, Malaysia, Thailand, Pakistan, Australia dan Hongkong dengan kode HS jeruk yaitu HS 080510. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor komoditi jeruk di Indonesia dengan menggunakan metode data Panel. Kurun waktu yang digunakan selama sebelas tahun yaitu 2002 sampai tahun 2012. Faktor-faktor yang diduga dapat mempengaruhi impor hanya adalah produksi buah jeruk domestik, harga buah jeruk domestik, harga buah jeruk impor, dan

dummy krisis.

TINJAUAN PUSTAKA

Landasan Teori

Gambaran Umum Jeruk

(19)

7

7negara7ia7), jeruk siam (Citrus microcarpa dan Citrus sinesis) yang terdiri atas Siam Pontianak, Siam Garut, Siam Lumajang, jeruk manis (Citrus auranticum dan Citrus sinensis), jeruk sitrun/lemon (Citus medica), dan jeruk besar (Citrus maxima). Beberapa sentra produksi jeruk di Indonesia tersebar meliputi daerah Garut (Jawa Barat), Tawangmangu (Jawa Tengah), Batu (Jawa Timur), Tejakula (Bali), Selayar (Sulawesi Selatan), Pontianak (Kalimantan Barat) dan Medan (Sumatera Utara).

Salah satu jenis jeruk yang paling banyak diusahakan di Indonesia adalah jeruk siam. Jeruk siam memiliki aroma yang khas, menyegarkan, memiliki rasa yang lezat, manis dengan kombinasi asam yang menyegarkan, warna kulit yang kekuning-kuningan dan daging buah yang mudah terkelupas dari kulit. Tanaman jeruk siam dapat tumbuh dan diusahakan petani di dataran rendah hingga dataran tinggi dan dapat dikonsumsi oleh masyarakat berpendapatan rendah hingga yang berpenghasilan tinggi. Jeruk siam merupakan komoditas buah yang cukup terkenal dan digemari bagi masyarakat Indonesia.

Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional merupakan kegiatan yang dilakukan oleh dua negara atau lebih, dengan tujuan memperoleh keuntungan dan memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dihasilkan atau diproduksi secara domestik. Selain itu, perdagangan internasional dapat diartikan pula sebagai segala kegiatan transaksi dagang yang terjadi antara subjek ekonomi pada suatu negara dengan subyek pada negara lain yang meliputi barang maupun jasa. Subyek yang dimaksud adalah penduduk yang terdiri dari warga negara biasa, perusahaan impor, perusahaan ekspor, perusahaan industri, perusahaan negara, dan departemen pemerintah yang dapat dilihat dari neraca perdagangan (Sobri, 2000). Adanya perdagangan internasional antar negara terjadi disebabkan oleh adanya faktor alam atau potensi alam pada masing-masing negara, untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri, keinginan memperoleh keuntungan serta meningkatkan pendapatan negara, adanya perbedaan penguasaan serta inovasi di bidang teknologi, kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual produk tersebut, dan kesamaan selera.

Perkembangan globalisasi turut menyumbangkan peran terjadinya perdagangan internasional antar negara. Jangkauan pasar dapat diperluas dengan adanya globalisasi serta perolehan modal dan teknologi dapat ditingkatkan. Selain itu globalisasi dalam perdagangan internasional dapat meningkatkan kemakmuran masyarakat di suatu negara dan menyediakan dana tambahan yang dapat digunakan untuk pembangunan ekonomi negara tersebut.

(20)

8

yang melakukan penjualan barang ke luar negeri yang dapat meningkatakan harga di negara pengekspor dan harga turun di negara pengimpor. Pada kegiatan perdagangan intenasional, pembatasan impor adalah pembatasan langsung atas jumlah barang yang boleh dimpor ke negara lain, sedangkan pengekangan ekspor secara sukarela merupakan merupakan pembatasan kuota atas perdagangan yang dikenakan oleh pihak negara pengekspor dan bukan pengimpor. Kegiatan perdagangan internasional pada suatu negara terkadang terhambat dengan adanya pengendalian pemerintah yang diatur secara ketat dapat diarahkan pada barang-barang yang diproduksi di dalam negeri meskipun barang-barang-barang-barang tersebut lebih mahal daripada yang diimpor.

Dasarnya ada dua teori klasik yang menerangkan tentang timbulnya perdagangan internasional yaitu teori Merkantilis dan Adam Smith. Menurut teori Merkantilis dijelaskan bahwa cara yang dinilai paling mempu menjadikan negara kaya dan kuat adalah dengan melakukan sebanyak mungkin ekspor, sedangkan surplus ekspor yang dihasilkan akan diapliksikan dalam bentuk emas atau logam mulia. Semakin banyak emas dan perak yang dimiliki oleh suatu negara maka semakin kaya dan kuatlah negara tersebut serta akan semakin banyak uang dalam sirkulasi dan semakin besar aktivitas bisnis.

Teori perdagangan internasional lainnya dijelaskan oleh Adam Smith yang berpendapatan bahwa sumber pendapatan suatu negara berasal dari produksi hasil tenaga kerja serta sumber daya ekonomi. Pada teori ini dijelaskan bahwa suatu negara akan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut bisa menghasilkan barang dengan biaya yang secara mutlak lebih murah dari pada negara lain. Hal ini disebabkan negara tersebut mempunyai keunggulan mutlak (absolute advantage) dalam memproduksi barang tersebut yang artinya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan suatu barang dan jasa per unit dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit dibandingkan kemampuan negara-negara lain. Adam Smith berpendapat bahwa keunggulan komparatif berpusat pada variabel riil yang berkaitan dengan nilai suatu barang diukur dengan banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan barang, sehingga makin banyak tenaga kerja yang digunakan akan makin tinggi nilai barang tersebut (labor theory of value).

Perdagangan internasional yang terjadi antar negara dapat memberikan manfaat bagi negara-negara yang bekerjasama yaitu saling membantu memenuhi kebutuhan antar negara, meningkatkan produktivitas usaha, dapat mengurangi pengangguran, menambah pendapatan devisa bagi negara, dan mendorong terjadinya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun, dalam kegiatan perdagangan internasional setiap negara perlu berhati-hati terhadap adanya ketergantungan negara pengimpor, masyarakat yang cenderung lebih konsumtif serta adanya kemungkinan usaha-usaha kecil yang tidak berkembang karena tidak dapat bersaing dalam kegiatan perdagangan internasional.

(21)

9

Sumber : Salvatore, 1997

Gambar 4 Kurva Perdagangan Internasional Keterangan:

Pa Harga domestik di negara A (pengekspor) tanpa perdagangan internasional

Oqa Jumlah produk domsetik yang diperdagangkan di negara A (pengekspor) tanpa perdagangan internasioanal.

X Jumlah komoditas yang di ekspor oleh negara A

Pb Harga domestik di negara B (pengimpor) tanpa perdagangan internasional

Oqb Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara B (pengimpor) tanpa perdagangan internasional.

M Jumlah komoditas yang diimpor oleh negara B

P* Harga keseimbangan atara kedua negara setelah perdagangan internasional

Oq* Keseimbangan penawaran dan permintaan antar kedua negara dimana jumlah

yang diekspor (X) sama dengan jumlah yang diimpor (M).

Gambar 4 menunjukkan terjadinya keseimbangan harga relatif di pasar dunia karena adanya perdagangan. Sumbu vertikal menunjukkan harga komoditas (P) sedangkan sumbu horizontal menggambarkan jumlah dan kuantitas komoditas yang diminta maupun ditawarkan (Q). Ketika tidak terjadi perdagangan (autarki), keseimbangan negara A dicapai pada Pa=Qa sedangkan keseimbangan negara B dicapai pada saat Pb=Qb. Pada saat harga relatif negara A mengalami kelebihan penawaran. Kelebihan penawaran ditunjukkan oleh kurva ED di pasar dunia.

Ketika kedua negara melakukan perdagangan, negara A akan mengekspor kelebihan penawaran dan negara B akan mengimpor untuk mencukupi permintaan di negaranya. Maka keseimbangan harga yang terjadi di pasar dunia adalah sebesar P* dan jumlah yang diekspor akan sama dengan jumlah yang diimpor Q* dengan asumsi yang melakukan perdagangan hanya dua negara.

Teori Permintaan

(22)

10

Sumber : Lipsey,1995

Gambar 5 Hubungan antara harga dengan jumlah yang diminta Keterangan:

P = Harga Komoditas

Q = Jumlah komoditas yang diminta

Gambar di atas menunjukkan bagaimana hubungan antara harga dengan jumlah komoditas yang diminta. Suatu hipotesis ekonomi dasar menyatakan harga suatu komoditas akan berhubungan negatif dengan kuantitas yang diminta,dengan faktor lain tetap sama (ceterius paribus). Hal ini berarti, semakin rendah harga suatu komoditas maka jumlah yang akan diminta untuk komoditas tersebut akan smakin besar. Gambar di atas menunjukkan bahwa kurva permintaan merupakan jumlah yang diminta pada Q dengan tingkat harga pada P. Titik- titik a,b dan c merupakan titik –titik kombinasi antara harga komoditas dan jumlah yang diminta.Kemiringan yang semakin menurun pada kurva menunjukkan hubungan berbanding terbalik antara harga dengan jumlah komoditas yang diminta

Ekspor dan Impor

Ekspor merupakan kegiatan perdagangan internasional yang berhubungan dengan proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal dalam proses perdagangan yaitu mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk memasukannya ke negara lain adalah proses. Impor adalah kegiatan yang berkaitan dengan proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal dalam proses perdagangan. Pada dua kegiatan ini memerlukan peran dari bea cukai.

Dampak Positif dan Negatif Impor bagi Negara Importir

Di negara importir, adanya kelebihan permintaan suatu komoditas menyebabkan kelangkaan pada komoditas tersebut. Kelangkaan tersebut membuat harga komoditas menjadi lebih mahal jika dibandingkan harga di pasar dunia. Pada saat melakukan perdagangan, harga domestik dinegara importir akan bergerak menyesuaikan diri dengan harga dunia yang berlaku sehingga harga domestik akan turun sesuai harga di pasar dunia.

(23)

11

Sumber : Salvatore, 1997

Gambar 7 Perdagangan internasional di negara importir

Garis vertikal (P) menunjukkan harga jeruk sedangkan garis horizontal menunjukkan jumlah dan kuantitas jeruk. Harga jeruk di tingkat dunia ditunjukkan oleh garis Pw. Sebelum terjadi perdagangan (autarki), surplus produsen adalah sebesar B+C dan surplus konsumen sebesar A. Namun setelah terjadi perdagangan, dimana harga menjadi lebih rendah, surplus produsen kini hanya sebesar C sedangkan surplus konsumen bertambah menjadi A+B+E Total surplus setelah terjadinya perdagangan adalah sebesar A+B+C+E. Hal ini menunjukkan bahwa pemberlakuan impor jeruk akan merugikan produsen jeruk karena harga yang diperoleh lebih rendah dan para produsen kehilangan surplusnya sebesar B. Sebaliknya, dengan adanya impor jeruk, konsumen merasa diuntungkan karena konsumennya bertambah sebesar B+E. Meskipun produsen dirugikan, namun surplus total tetap meningkat karena keuntungan yang diterima konsumen lebih besar dari kerugian yang dialami produsen.

Tabel 3 Analisis dampak pemberlakuan impor bagi negara importir

Sebelum Setelah Perubahan

Perdagangan Perdagangan

Surplus Produsen B+C C B

Surplus Konsumen A A+B+E (B+E)

Surplus Total A+B+C A+B+C+E E

Pergerakan dan Pergeseran Kurva Permintaan

Perubahan permintaan dapat terjadi karena dua sebab utama. Sebab utama tersebut yaitu perubahan yang disebabkan oleh perubahan harga komoditas itu sendiri dan perubahan yang disebabkan oleh faktor lain selain harga komoditas itu sendiri. Perubahan faktor lain selain harga yang dimaksud dapat berupa perubahan jumlah penduduk, pendapatan, selera, distribusi pendapatan, dan harga komoditas lain yang terkait.

(24)

12

barang yang diminta berkurang dari Q2 ke Q1. Keseimbangan permintaan berubah yaitu pergerakan dari titik B ke titik A

Sumber : Lipsey, 1995

Gambar 6 Pergerakan dan Pergeseran Kurva Permintaan Keterangan:

P = harga komoditas

Q = jumlah komoditas yang diminta

Jika perubahan permintaan disebabkan faktor lain selain harga barang itu sendiri akan menyebabkan pergeseran pada kurva permintaan. Suatu pergeseran kurva permintaan ke kanan dapat disebabkan oleh kenaikan pendapatan, kenaikan jumlah penduduk, kenaikan distibusi pendapatan, perubahan selera menjadi lebih menyukai komoditi, penurunan pada harga komoditi koplementer, dan kenaikan pada komoditi substitusi. Pergeseran kurva permintaan ke kiri terjadi karena kondisi sebaliknya. Pergeseran kurva permintaan ke kanan ditunjukkan oleh pergeseran kurva permintaan dari D0 ke D1.

Kebijakan tarif dan Efek- efek Tarif

Tarif merupakan pungutan bea masuk yang dikenakan atas barang impor yang masuk untuk dipakai/dikonsumsi habis di dalam negeri. Dalam pelaksanaanya, sestem/cara pemungutan tarif bea masuk dapat dibedakan menjadi: 1. Bea harga ( Ad valorem tariff)

Besarnya pungutan bea masuk atas barang impor ditentukan oleh tingkat presentase tarif dikalikan harga CIF dari barang tersebut ( BM= % tarif x harga CIF). Keuntungan dari sistem tariff ini adalah dapat mengikuti perkembangan tingkat harga/inflasi, dan terdapat diferensiasi harga produk sesuai kualitasnya. Kerugiannya yakni:

a. Memberikan beban yang cukup berat bagi administrasi pemerintahan, khususnya beacukai karena memerlukan data dan perincian harga barang yang lengkap.

b. Sering menimbulkan perselisihan dalam penetapan harga untuk perhitungan bea masuk antara importir dan beacukai, sehingga dapat menimbulkan stagnasi/kemacetan arus barang di pelabuhan.

2. Bea spesifik ( Spesific tariff)

(25)

13

karena tidak memerlukan perincian harga barang sesuai kualitasnya, dan dapat digunakan sebagai alat kontrol proteksi industri dalam negeri. Kerugian yang dapat dialami adalah pengenaan tarif dirasakan kurang/ tidak adil karena tidak membedakan harga/kualitas barang dan hanya dapat digunakan sebagai alat kontrol produksi yang bersifat statis.

3. Bea campuran ( Compound tariff)

Pungutan bea masuk ini merupakan kombinasi antara sistem bea harga dan bea spesifik. Berikut ini merupakan analisis parsial efek–efek tarif untuk negara kecil.

Gambar 7 Kurva dari Efek Kebijakan Tarif Keterangan:

1) Tanpa Perdagangan Internasioanal (autarki), yaitu tidak ada ekspor dan Impor, maka Produksi Dalam Negeri = Konsumsi dalam Negeri = OQ0 2) Setelah perdagangan internasional, harga yang terjadi adalah Pd, kondisi

saat ini mencerminkan kondisi perdagangan bebas, Akibatnya yaitu:

a. Produksi dalam negeri turun menjadi 0Q1, konsumsi dalam negeri naik menjadi 0Q2, sehingga untuk mencukup kebutuhan konsumsi dalam negeri dilakukan impor sebesar Q1Q2.

b. Penurunan produksi DN akan mengakibatkan industri dalam negeri mengalami kerugian karena penurunan produksi dari OQ0 menjadi OQ1, keadaan ini akan meningkatkan pengangguran tenaga kerja di DN. Untuk itu pemerintah memberikan proteksi dalam bentuk tarif dari PdPt.

c. Maka tarif akan menimbulkan efek ekonomi sebagai berikut: Harga DN naik dari Pd ke Pt (sebesar tingkat tarif) Konsumsi DN turun dari OQ2 menjadi OQ4, Produksi DN naik dari OQ1 menjadi OQ3, Impor turun dari Q1Q2 menjadi Q3Q4 , Penerimaan pemerintah sebesar segi empat C, Biaya proteksi sebesar segitiga B dan D dan redistribusi pendapatan dari konsumen ke produsen sebesar ruang A

Penelitian Terdahulu

(26)

14

dilihat dari: tempat dan alasan pembelian, frekuensi pembelian, jumlah pembelian, alokasi pengeluaran buah-buahan dalam sebulan, preferensi konsumen terhadap atrribut-atribut buah jeruk lokal dan buah jeruk impor, preferensi konsumen terhadap kategori atribut buah jeruk lokal dan buah jeruk impor, kepercayaan dan evaluasi konsumen terhadap atribut-atribut buah jeruk lokal dan buah jeruk impor. Dari hasil penelitian menunjukkan responden yang membeli jeruk lokal lebih banyak daripada buah jeruk impor. Hal ini menunjukkan bahwa buah jeruk lokal masih banyak diminati oleh masyarakat dibanding buah jeruk impor. Hasil analisis Chi square menyatakan buah jeruk lokal memiliki kelemahan dibanding buah jeruk impor yaitu buah yang tidak seragam baik dari warna dan rasa, bahkan tidak jarang ukuran juga ditemukan tidak seragam di pasaran.

Hapsari (2007), melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi volume impor gula Indonesia. Dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor, peneliti menggunakan metode Ordinary Least Square

(OLS) dengan analisis regresi linear berganda dan model Double Log. Variabel yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang mempengaruhi volume impor gula adalah produksi gula domestik, populasi, harga gula domestik , nilai tukar, dummy tarif impor. Dari hasil penelitiannya menunjukan bahwa populasi dan harga gula domestik mempunyai hubungan positif dengan volume impor gula, sedangkan variabel produksi gula domestik, nilai tukar, dan dummy tarif impor berpengaruh negatif terhadap volume impor gula.

Penelitian tentang impor yang dilakukan oleh Raisa (2011), yaitu menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi substitusi impor jeruk mandarin di Indonesia dalam skema Asean China Free Trade Area (ACFTA). Dalam menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi substitusi impor jeruk mandarin di Indonesia dalam skema ACFTA, peneliti menggunakan analisis regresi linear berganda berupa model Doubel Log. Variabel yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi substitusi impor jeruk adalah : nilai tukar rupiah terhadap dollar, harga konsumen jeruk, produksi domestik bruto, produksi jeruk lokal, harga jeruk mandarin impor, jumlah substitusi impor tahun jeruk sebelumnya, dan dummy ACFTA. Dari hasil dan pembahasan, yang berpengaruh nayata terhadap substitusi impor adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar,harga konsumen, PDB, produksi jeruk nasional, harga jeruk impor,dan subtitusi impor.

Rahmawati (2005), melakukan penelitian tentang bagaimana dampak kebijakan tarif impor gula serta variabel-variabel yang memengaruhi volume impor gula. Dalam menganalisis variabel-variabel yang memengaruhi volume impor digunakan model Regresi Linier Berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Variabel-variabel yang diduga memengaruhi impor gula adalah produksi gula domestik, konsumsi gula domestik, tarif impor gula, harga gula domestik, harga gula luar negeri, kurs/nilai tukar rupiah terhadap dolar, dan pendapatan nasional/ GNP (Gross National Product). Hasil penelitiannya menunjukan bahwa variabel produksi dan kurs mempunyai hubungan yang negatif dengan volume impor gula, sedangkan variabel konsumsi dan tarif memiliki hubungan yang positif dengan volume impor gula. Akan tetapi variabel harga domestik, harga luar negeri, pendapatan nasional tidak berpengaruh terhadap volume impor gula dalam taraf nyata 5 persen.

(27)

15

menggunakan metode Gravity Model. Penelitian ini memakai vaiabel: harga komoditas dinegara asal, GDP rill Indonesia dan negara asal pengimpor, populasi indonesia dan negara pengimpor, nilai tukar rill rupiah terhadap dollar, dan jarak ekonomi Indonesia dengan negara sal pengimpor. Hasil estimasi menyatakan semua variabel signifikan kecuali variabel nilai tukar tidak berpengaruh nyata.

Winardi (2013), melakukan penelitian mengenai dampak pembatasan impor hortikultura terhadap aktivitas perekonomian, tingkat harga dan kesejahteraan dengan menggunakan metode Comutable General Equiblirium (CGE) berdasarkan hasil penelitian, tujuan kebijakan pemerintah untuk melindungi konsumen dengan menerapkan kuota impor hortikultura yang memiliki trade off dalam berbagai aspek. Pengurangan impor hortikultura sebesar 5 persen, 10 persen, dan 20 persen diperkirakan akan memberikan hasil yang berbeda secara besaran namun tidak terlalu berbeda secara struktur . Hasil simulasi menunjukkan bahwa semakin besar pengurangan impor hortikultura berdampak pada : kenaikan harga komposit yang semakin tinggi dan menyebar luas ke sektor- sektor yang lain; penurunan pendapatan faktor yang lebih dalam; kenaikan pendapatan faktor, namun kenaikannya lebih rendah dibandingkan kenaikan harga komposit; penurunan kesenjangan distribusi pendapatan rumah tangga dan penurunan kesejahteraan masyarakat secara umum, namun meningkatkan kesejahteraan rumah tangga pertanian.

Kerangka Pemikiran

Indonesia sebagai salah satu negara pengimpor jeruk memiliki trend impor jeruk yang cenderung meningkat tiap tahunnya. Hal ini dikarenakan adanya excess demand komoditas jeruk. Meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan diduga merupakan penyebab tingginya permintaan akan jeruk. Peningkatan konsumsi ini tidak diikuti oleh adanya produksi domestik yang seimbang. Masih rendahnya produktivitas dan daya saing komoditas jeruk dapat menyebabkan tingkat produksi yang tidak selalu meningkat. Masalah ini timbul akibat dari tidak adanya teknologi yang memadai untuk mendukung produktivitas jeruk. Pada akhirnya timbul masalah baru yaitu semakin tidak stabilnya volume dan nilai impor komoditas jeruk Indonesia.

Hal yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah permasalahan yang saat ini dihadapi oleh komoditas jeruk jeruk Indonesia yaitu serbuan jeruk impor. Dari permasalahan impor jeruk yang semakin meningkat tersebut akan dianalisis faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap impor jeruk di Indonesia adalah produksi jeruk domestik, harga jeruk domestik, harga jeruk impor, dan dummy

krisis. Faktor–faktor tersebut akan digunakan sebagai variabel independent dalam model yang dibentuk yang dapat mempengaruhi impor komoditi jeruk di Indonesia.

Sementara dinamika impor jeruk Indonesia itu meliputi negara-negara yang memasok jeruk ke Indonesia; komoditi jeruk impor yang paling besar; penguasaan pasar produk jeruk impor; harga produk jeruk impor; persaingan antara produsen jeruk domestik; dan produsen jeruk impor serta produksi jeruk di dalam negeri.

(28)

16

pemerintah maupun memberikan gambaran mengenai produksi jeruk Indonesia dimasa yang akan datang khususnya dalam menghadapi persaingan global. Untuk menganalisisnya, berikut disajikan ilustrasi kerangka pemikiran penelitian

Keterangan:

Ruang Lingkup Penelitian

Gambar 8 Alur Kerangka Pemikiran Konsumsi buah

jeruk meningkat

1. Peningkatan jumlah penduduk

2. Peningkatan pendapatan 3. Kesadaran

masyarakat akan nilai gizi

Jeruk merupakan komoditas hortikultura yang memiliki nilai dan peran yang startegis

Impor jeruk Indonesia

Faktor- faktor yang memengaruhi impor jeruk di Indonesia :

1. Produksi jeruk domestik 2. Harga jeruk domestik 3. Harga jeruk impor 4. Nilai tukar

5. Dummy Krisis Dinamika dan

Kondisi Impor Jeruk Indonesia

(29)

17

Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi impor jeruk di Indonesia ini antara lain:

1. Produksi jeruk domestik memiliki hubungan negatif dengan volume impor yang berarti semakin besar produksi jeruk di dalam negeri maka akan semakin kecil volume impor.

2. Harga jeruk domestik memiliki hubungan positif dengan volume impor, artinya meningkatnya harga jeruk di dalam negeri akan meningkatkan volume impor jeruk. Hal ini disebabkan ketika harga jeruk di dalam negeri meningkat konsumen akan beralih membeli produk jeruk impor yang harganya lebih murah.

3. Harga jeruk luar negeri memiliki hubungan negatif dengan volume impor, artinya meningkatnya harga jeruk di luar negeri maka akan semakin kecil volume impor. Hal ini disebabkan ketika harga jeruk di luar negeri meningkat konsumen akan beralih membeli jeruk domestik yang harganya lebih murah.

4. Kurs (Nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing) memiliki hubungan negatif dengan volume impor.Terdepresiasinya mata uang domestik terhadap mata uang asing akan menyebabkan naiknya harga produk jeruk di luar negeri terkait dengan nilai tukar domestik, sehingga konsumen akan beralih membeli jeruk domestik.

5. Dummy Krisis memiliki hubungan negatif dengan volume impor, artinya meningkatnya dummy akan menurunkan volume impor. Hal ini disebabkan ketika dummy krisis meningkat maka konsumen akan beralih untuk menghemat pengeluarannya untuk membeli sesuatu.

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari beberapa sumber, diantaranya Badan Pusat Statistik (BPS), Kementrian Perdagangan Republik Indonesia, Kementerian Pertanian Republik Indonesia, World Bank, dan United Nation Comodity trade (UN Comtrade). Selain itu, data juga diperoleh dari penelusuran internet, majalah dan literatur terkait.

(30)
[image:30.595.90.470.99.177.2]

18

Tabel 4 Jenis dan sumber data yang digunakan

Data yang Digunakan Sumber

Produksi jeruk domestik Kementrian Pertanian

Harga jeruk domestik UN Comtrade

harga jeruk impor UN Comtrade

Nilai tukar Worl Bank

Metode Analisis dan Pengolahan Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif yaitu analisis kuantitatif dengan melihat pengaruh variabel-variabel yang saling berhubungan serta analisis kualitatif dengan memberikan gambaran dari hasil penelitian. Metode yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi impor jeruk adalah metode Panel data. Pemilihan model panel data dilakukan kerena meyediakan informasi yang bnayak untuk perkembnagan estimasi dan hasil teori serta peneliti dapat menggunakan panel data untuk menganalisis masalah yang tidak dapat di atasi jika hanya menggunakan time series saja atau cross section saja. Untuk mendapatkan hasil estimasi digunakan software E-Views 6 dan Microsoft Excel

2007.

Analisis Data Panel

Data panel merupakan gabungan antara data cross section dan data time series. Implikasi yang diperoleh dari kombinasi tersebut adalah bahan hasil estimasi dari model data panel lebih efisien, dikarenakan jumlah bahan hasil estimasi dari model data panel lebih efisien, dikarenakan jumlah observasi lebih banyak. Selain itu, penggunaan model data panel juga dapat mengurangi efek bias seiring dengan meningkatnya derajat bebas (degree of freedom). Metode data panel dapat memberikan keuntunan dibandingkan hanya dengan menggunakan data time series atau cross section saja (Baltagi 2005) yaitu:

1. Dapat mengendalikan heterogenitas individu atau unit cross section

2. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, mengurangi kolonieritas di antara variabel, memperbesar derajat bebas dan lebih efisien

3. Dapat diandalkan untuk mengidentifikasi dan mengukur efek yang tidak dapat dideteksi dalam model data cross section atau time series.

4. Lebih sesuai untuk mempelajari dan menguji model perilaku (behavioural models) yang kompleks

5. Dapat diandalkan untuk study dynamic of adjustment

Dalam analisis data penel terdapat tiga macam pendekatan yang terdiri dari pendekatan kuadrat terkecil (Pooled least squre), model efek tetap (fixed effect) dan model efek acak (random effect).

Pemilihan model yang digunakan dalam suatu penelitian harus dipertimbangkan secara statistik. Hal ini ditujukan untuk dapat memperoleh dugaan yang efisien.Terdapat tiga pengujian yang umum digunakan dalam menentukan model yang akan digunakan dalam pengolahan data panel yaitu

(31)

19

A. Chow Test

Uji Chow Test digunakan untuk memilih model yang lebih baik di antara model Pooled Least Square atau Fixed Effect. Hipotesis dari pengujian ini adalah sebagai berikut:

H0: Model pooled least square

H1: Model Fixed effect

Dasar penolakan terhadap Ho adalah dengan menggunakan F statistik seperti berikut:

FN-1,NT-N-K =

Keterangan:

ESS1 = Residual Sum Square hasil pendugaan model Pooled Least Square

ESS2 = Residual Sum Square hasil pendugaan model Fixed Effect

N = Jumlah data cross section T = Jumlah data time series K = Jumlah variabel penjelas

Statisitik Chow test mengikuti distribusi F-statistik dengan derajat bebas (N-1, NT-N-K) jika nilai Chow statistik (F-Stat) hasil pengujian lebih besar dari F- tabel maka cukup untuk menolak hipotesa nol sehingga model yang digunakan adalah model fixed effect, dan begitu juga sebaliknya.

B. Hausmann Test

Hausmann test adalah pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan dalah memilih untuk menggunakan model fixed effect atau random effect. Seperti yang telah diketahui bahwa penggunaan model fixed effect mengandung unsur trade off

yaitu hilangnya derajat bebas dengan memasukkan variabel dummy. Namun, penggunaan metode random effect juga harus memperhatikan ketiadaan pelanggaran asumsi dari setiap komponen galat. Dalam Hausmann test dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut:

H0 : Model Random Effect

H1 : Model Fixed Effect

Sebagai dasar penolakan H0 maka digunakan statsistik Hausmann dan membandingkan dengan Chi-square. Statistik Hausman dirumuskan sebagai berikut:

M=(β-b) ( M0-M1)-1(β-b)

(32)

20

Model Penelitian

Berdasarkan hipotesis dan studi empiris yang disesuaikan dengan fakta di beberapa negara serta berbagai alternatif spesifikasi model yang telah dicoba dengan tetap mempertimbangkan berbagai asumsi yang menjadi acuan dalam model data panel, maka variabel yang diduga mempengaruhi aliran impor jeruk ke Indonesia adalah produksi domestik (Q), harga domestik (PD), harga luar negeri (PI), dan dummy krisis. Variabel-variabel yang diteliti tersebut apabila dinyatakan dalam persamaan maka akan menjadi :

Keterangan:

LnVIit = Volume impor jeruk Indonesia dari negara i tahun ke-t ( Kg)

LnQt = Produksi jeruk domestik tahun ke-t (Ton)

LnPDt = Harga jeruk domestik tahun ke-t (US$/Kg)

LnPIit = Harga jeruk luar negeri pada negara i tahun ke-t(US$/Kg)

LnEr it = Nilai tukar rill rupiah terhadap mata uang negara tujuan impor tahun ke-t

(Rp/nilai tukar mata uang tujuan)

Krisis = Dummy Krisis

0 = Sebelum krisis 2008

1 = Pada saat krisis 2008 – 2012

uit = Unsur gangguan/ error.

I = Malaysia, China, Thailand, Pakistan, Hongkong dan Australia

t = 2002-2012

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Deskriptif

Dinamika Kegiatan Impor di Indonesia

Selama periode 2002-2012, Indonesia terus meningkatkan aktivitas perdagangan internasionalnya. Seperti terlihat pada Gambar 9. Nilai ekspor maupun impor buah jeruk Indonesia menunjukkan jumlah impor lebih besar daripada jumlah ekspor. Jumlah impor yang meningkat diduga karena presentase kelas menengah meningkat dan berefek pula pada gaya hidup ingin sehat, salah satunya yaitu meningkatnya permintaan produk hortikultura dengan atribut mutu yang menyertainya. Dengan semakin terbukanya pasar akibat globalisasi, menyebabkan masa-masa ini menjadi periode kritis. Periode ini merupakan tantangan terbesar, jika permintaan konsumen yang tinggi tidak dipenuhi dari dalam negeri, impor akan meningkat tajam dan komoditas lokal semakin terdesak dan terpinggirkan yang berefek kepada semakin tergantung pada impor.

Jumlah ekspor lebih kecil dibandingkan dengan jumlah impor menandakan bahwa untuk komoditas jeruk, negara Indonesia untuk konsumsi domestiknya masih tergantung akan impor dari negara lain. Selain itu dipengaruhi oleh kebijakan harga, selera, dan pemasaran jeruk. Kebijakan harga sendiri untuk komoditas jeruk impor, khususnya China memiliki banyak keunggulan, seperti harga yang lebih rendah dan ketersediaan pasokan yang melimpah. Jeruk

(33)

21

mandarin dari China, misalnya, bisa dijual ke konsumen dengan harga Rp 17.000 per kilogram. Bandingkan dengan jeruk medan atau jeruk pontianak yang dijual lebih mahal, yaitu Rp 20.000 per kilogram (AESBI,2010). Hal tersebut terjadi karena mudahnya barang dari negara lain masuk ke pasar di Indonesia dibarengi dengan produksi yang banyak dan berkualitas, sehingga harga jeruk impor lebih murah. Ketersediaannya hampir disetiap bulan dengan kualitas stabil membuat jeruk ini bertahan dan permintaannya terus meningkat di pasaran, sedangkan untuk jeruk lokal, biasanya banyak dipengaruhi oleh masa tertentu seperti pada panen raya yang menyebabkan harga jeruk jatuh sehingga pemerintah harus menentukan harga agar tidak merugikan petani. Waktu musim paceklik biasanya harga jeruk lokal naik drastis, untuk memenuhi kebutuhan jeruk domestik Indonesia harus melakukan impor dari luar negeri. Keadaan seperti ini menyebabkan konsumen lebih memilih jeruk impor dalam memilih jeruk untuk memenuhi kebutuhannya.

[image:33.595.115.508.290.497.2]

Sumber : Trade Map,2014

Gambar 9 Trend perdagangan Indonesia dalam lingkup ASEAN untuk komoditas jeruk periode 2003-2012

Menurut Penelitian dari (Kementrian Pertanian, 2010), jeruk lokal sendiri memiliki penampilan buah yang burik dan kusam serta rasanya agak masam, sehingga jeruk lokal kurang dapat memikat minat konsumen. Lain halnya dengan penampilan jeruk impor yang memang benar benar berwarna orange mengkilat dengan rasa yang manis, yang tentunya konsumen akan lebih cenderung tertarik pada jeruk impor. Selain hal tersebut jeruk lokal keberadaanya semakin jarang ditemukan dipasar. Kecuali jeruk-jeruk yang harganya lebih mahal dari jeruk impor. Selera orang Indonesia juga dipengaruhi oleh ukuran murahnya barang. Padahal sudah banyak informasi yang menjelaskan bahwa kualitas jeruk lokal tidak kalah dengan jeruk impor, bahkan bisa jauh lebih baik. Namun pada kenyataannya lebih banyak masyarakat yang lebih memilih jeruk impor. Kenaikan impor produk hortikultura selama lima tahun terakhir meningkat rata-rata 21.63 persen untuk buah-buahan. Persaingan dengan impor meliputi keamanan, mutu dengan segala atributnya, kuantitas, kontinyuitas, harga, dan ketepatan saat pengiriman yang sangat terkait dengan rantai pasokan. Harus diakui sampai saat ini, buah nusantara masih belum mampu bersaing dengan buah impor. Masyarakat

0 200 400 600 800 1000 1200

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

To

n

Tahun

Ekspor

(34)

22

lebih mudah menemui buah impor di supermarket, minimarket, pedagang kaki lima dan bahkan di pasar becek banyak menjajakan jeruk impor dibandingkan jeruk lokal. Gambar 10 menunjukkan perbandingan antara jeruk lokal dan jeruk impor.

[image:34.595.116.457.155.327.2]

Sumber: Kementrian Pertanian,2010

Gambar 10 Perbandingan jeruk lokal dengan jeruk impor

Indonesia termasuk dalam 10 besar negara penghasil jeruk di dunia. Namun Indonesia bukan merupakan negara pengekspor jeruk, melainkan pengimpor jeruk nomor dua se-ASEAN setelah Malaysia. Jeruk impor yang masuk kedalam negeri mayoritas berasal dari Cina. Apalagi setelah adanya ACFTA (Asean-Cina Free Trade Area) yang mengupayakan terbentuknya suatu sistem perdagangan bebas yang adil dan transparan antara negara Asia dan Cina dengan jalan menghilangkan segala bentuk hambatan yang mendistorsi pasar. Sehingga tidak ada lagi proteksi dari pemerintah, baik berupa tarif maupun non-tarif yang berakibat dalam beberapa tahun sekarang ini buah jeruk impor membanjiri pasar Indonesia. Ketersediaanya hampir sepanjang tahun. Berikut ditampilkan perbandingan masa panen jeruk Indonesia (siam, keprok dan pamelo) dan masa panen jeruk di luar negeri.

Tabel 5. Masa panen sentra produksi jeruk di Indonesia

Masa Panen Jeruk di Sentra Produksi Indonesia (2010) Sentra

Jeruk Jan Feb Mar Apl Mei Jun Jul Agu Sept Okt Nov Des

Sumut Sumsel Jateng Jatim Bali Kalbar Kalsel Sulsel-bar

[image:34.595.85.476.558.731.2]
(35)
[image:35.595.113.501.107.316.2]

23

Tabel 6. Masa panen sentra produksi jeruk di luar negeri

Masa Panen Jeruk di Luar Negri Sentra

Jeruk Jan Feb Mar Apl Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

Australia Cyprus China Mesir India Israel Maroko Spain Tunisia Turki

Sumber: Federal Bureau of Statistics, Goverment Of Pakistan, Karachi (2005) Tabel 3 memperlihatkan, walaupun buah jeruk di Indonesia dapat dijumpai sepanjang tahun, tetapi periode panen buah jeruk di Indonesia umumnya dimulai dari bulan Februari hingga September dengan puncaknya pada bulan Mei, Juni, Juli seperti terlihat pada Tabel 3 yang dapat bergeser karena perlakuan pengaturan pembungaan dan akhir-akhir ini berubah pula diakibatkan cuaca yang tidak menentu. Pola panen tersebut memperlihatkan bahwa ketersediaan jeruk lokal tidak dapat memenuhi kebutuhan pasar domestik sepanjang tahun, sehingga membuka peluang masuknya jeruk-jeruk impor. Dari sisi waktu panen, periode awal dan akhir tahun di berbagai proinsi sentra jeruk tidak mengalami panen, namun justru di luar negeri terjadi panen raya dan stok buah melimpah.

Menurut (Kementrian Perdagangan, 2010) menunjukkan, salah satu impor jeruk terbesar yakni impor jeruk mandarin dari China terus naik. Bahkan jeruk mandarin tercatat sebagai produk impor tertinggi ketiga dari China setelah laptop dan telepon seluler. Indonesia memang tidak memiliki alat untuk membatasi peredaran jeruk mandarin di pasar lokal. Di Indonesia tidak ada aturan khusus yang mengatur kuota impor untuk jeruk mandarin tersebut. Sejak kesepakatan penurunan tarif secara bertahap menuju FTA ASEAN-China diresmikan 2005, mulai 2007 tarif masuk jeruk mandarin China terus turun. Dari 20 persen, kini tarif bea masuk jeruk mandarin China sudah turun jadi 15 persen. Hal ini menyebabkan nilai impor jeruk mandarin China terus meningkat jika dibandingkan dengan 13 komoditas lainnya. Jeruk dan durian menempati urutan pertama dan kedua terbesar dalam impor buah-buahan.

(36)

24

impor. Secara umum, tingkat pengelolaan kebun jeruk di daerah sentra produksi oleh petani sangat bervariasi, belum optimal dan belum sepenuhnya menerapkan inovasi teknologi anjuran hasil penelitian. Seperti data hasil rujukan dari BPS (Badan Pusat Statistik) menunjukkan bahwa produksi jeruk domestik di Indonesia mengalami trend yang meningkat tetapi tidak dibarengi dengan konsumsi yang meningkat yang dalam jangka panjang menyebabkan kurang bergairahnya petani dalam hal berproduksi karena kalah bersaing dengan produksi jeruk impor yang lebih disukai oleh konsumen.

[image:36.595.89.480.208.351.2]

Sumber : Kementerian Perdagangan 2012 (diolah)

Gambar 11 Trend Produksi jeruk lokal

Gambar 11 menunjukkan trend produksi jeruk lokal, walaupun produksinya tidak terlalu rendah, namun mutu buah yang dihasilkan tidak memuaskan, yaitu selain tidak seragam juga memiliki penampilan buah yang burik dan kusam. Bahkan kondisi buah ini juga diperburuk dengan perlakuan pasca panen yang sekedarnya sehingga buah jeruk kita tidak memiliki daya saing pasar yang kuat baik sebagai substitusi impor maupun untuk ekspor. Dari sisi kelembagaan petani tampaknya masih sangat lemah sehingga dalam pemasaran jeruk tidak memiliki posisi tawar yang kuat dan cenderung sering merugikan petani. Proses diseminasi inovasi teknologi dan transfer teknologi ke petani berlangsung sangat lambat. Di sisi lain, petani secara individual maupun kelompok juga masih sulit untuk mengakses lembaga permodalan yang ada walaupun sudah mulai banyak yang ditawarkan oleh pemerintah (Hanif, 2008). Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa trend jeruk lokal pada 2010 cenderung menurun dari tahun sebelumnya karena dipengaruhi oleh perjanjian GATT (General Agreement on Tariff and Trade), WTO (World Trade Organization), dan AFTA (Asean Free Trade Area).Dalam perjanjian tersebut kebijakan ekonomi yang terdistorsi seperti pengenaan pajak ekspor, tarif impor, subsidi ekspor,pengaturan tataniaga, intervensi terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar dan penetaapan suku bunga baik dalam kegiatan produksi maupun perdagangan komoditas pertanian termasuk jeruk, secara bertahap dan pasti akan dikurangi dan akhirnya hilang (Aprilaila,2009)

Globalisasi merupakan suatu proses yang tidak dapat dihindari oleh satu negara manapun di dunia. Dalam persaingan bebas hanya negara-negara yang memiliki daya saing saja yang bisa mengambil keuntungan. Saat ini peraturan-peraturan yang terkait dengan tarif menjadi tidak populer lagi dan tidak digunakan sebagai hambatan dalam sistem perdagangan internasional. Oleh sebab itu kebanyakan negara-negara maju menggunakan hambatan non tarif seperti, SPS (Sanitary and Phytosanitary), ROO (Rules of Origin), dan standar internasional

0 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

T

(37)

25

(Codex, Europe-Gap, Asean Standard), CBD (Convetion on Biodiversity), CDM (Clean Development Mechanism), Protokol Kyoto, Internatinal Threaty of Genetic Resources. Adanya hambatan yang berupa non tarif tersebut, produk hortikultura Indonesia mengalami hambatan dalam mengakses pasar internasional dan kesulitan dalam mengendalikan masuknya produk-produk impor.

Faktor- faktor yang Memengaruhi Aliran Impor Jeruk di Indonesia

Pemilihan Kesesuaian Model

Pemilihan kesesuaian model dilakukan dengan melakukan uji Chow dan uji Hausman. Hasil pengujian dengan menggunakan uji Chow menunjukkan probabilitas yang lebih kecil dari taraf nyata 5 persen. Hal ini berarti sudah cukup bukti untuk menolak H0 dimana H0 merupakan model pooled least squared. Selain itu juga dilakukan pengujian pengujian dengan Hausman dimana probabilitasnya lebih besar dari taraf nyata sehingga sudah cukup bukti untuk menolak H0 dan H0 merupakan model Random Effect. Berdasarkan hasil tersebut diketahui model estimas terbaik untuk mengetahui faktor faktor yang memengaruhi aliran impor jeruk di Indonesia adalah dengan menggunakan model efek tetap (fixed effect). Setelah model tersebut dipilih selanjutnya akan dilakukan pengujian asumsi untuk mendapatkan model persamaan yang terbebas dari masalah yang sering dijumpai dalam analisis regresi seperti Multikolinearitas, Heterokedastisitas dan Autokorelasi.

Indikasi terjadinya multikolinearitas dapat ditunjukkan dengan nilai R-square yang tinggi tetapi variabel Independen banyak yang tidak berpengaruh pada variabel dependen. Dari lima variabel independen yang dianalisis, dengan

R-square sebesar 95.71 persen, hanya terdapat satu variabel yang tidak signifikan. Hal ini berarti model sudah terbebas dari masalah multikolinearitas. Pengujian asumsi selanjutnya, yaitu uji heterokedastisitas dan uji autokorelasi. Hasil estimasi model dalam penelitian ini diberikan perlakuan cross-section SUR, sehingga asumsi adanya heterokedastisitas dan autokorelasi dapat diabaikan.

Hasil Estimasi dan Interpretasi Model

Model estimasi yang digunakan untuk melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang memengaruhi impor jeruk di Indonesia diestimimasi dengan menggunakan software E-views 6. Komoditas yang diamati adalah buah jeruk jenis fresh oranges dengan kode HS 080510.Periode pengamatan dari tahun 2002 hingga tahun 2012.

(38)

26

Tabel 7 Hasil estimasi panel data aliran impor jeruk Indonesia dengan metode

fixed effect

Variabel Koefisien Prob

LnQ -0.636805 0.0173*

LnPD 0.419288 0.0000*

LnPI -1.456058 0.0000*

LnER -0.417799 0.2695

Dummy Kr -3.029493 0.0000*

C 20.90244 0.0000*

Fixed Effect Model

China 3.082282

Hongkong -3.256362

Malaysia -2.698738

Pakistan 2.762301

Thailand -1.559140

Australia 1.669658

Weighted Statistic

R-square 0.957130 Sum Squared resid 60.00411

Adjusted R-Square 0.94336 Durbin- Watson stat 1.938991

Unweighted Statistic

R-square 0.775778 Durbin- Watson stat 1.177574

Sum Squared resid 163.5191

Keterangan: *Signifikan pada taraf nyata 5 persen

Pada hasil uji normalitas Tabel 5 probabilitas Jarque-Bera lebih besar dari pada taraf nyata yang digunakan (0.404647 > 0.05). Berdasarkan hal tersebut maka residual dalam model ini dapat dikatakan sudah menyebar normal. Dalam uji kriteria statistik untuk pelanggaran multikolinearitas, model ini juga disimpulkan tidak mengalami pelanggaran tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penggabungan dari data time series dan cross-section,

sehingga dapat mengurangi multikolinearitas. Selain itu dari hasil estimasi, terlihat bahwa nilai R-Square yang cukup besar sedangkan variabel yang tidak signifikan yaitu nilai tukar rupiah terhadap mata uang tujuan.

Tabel 8 Hasil uji normalitas model faktor-faktor yang memengaruhi impor jeruk di Indonesia

Model Jarque-Bera Probability

Volume Impor Jeruk Indonesia 1.809481 0.404647

[image:38.595.83.484.112.427.2]
(39)
[image:39.595.138.483.94.263.2]

27

Gambar 12 Hasil panel data yang menunjukkan tidak adanya heterokedastisitas Selanjutnya dilakukan interpretasi pengaruh masing-masing faktor atau variabel terhadap aliran impor jeruk di Indonesia. Pada variabel produksi domestik, model menunjukkan bahwa nilai probabilitas produksi domestik adalah 0.0173 yang menunjukkan bahwa variabel produksi berpengaruh signifikan terhadap perubahan impor jeruk Indonesia. Variabel ini telah sesuai dengan hipotesis awal yang mengatakan bahwa produksi domestik memiliki hubungan negatif dengan volume impor dengan besar koefisien -0.636805. Hal ini menunjukkan bahwa ketika variabel produksi naik 1 persen maka volume impor turun 0.636805 persen.

Variabel harga jeruk domestik, model menunjukkan bahwa nilai probabilitas harga jeruk domestik bernilai 0.0000. Nilai probabilitas menunjukkan bahwa variabel harga jeruk domestik berpengaruh signifikan terhadap perubahan impor jeruk di Indonesia, variabel ini juga telah sesuai dengan hipotesis awal, dimana H

Gambar

Gambar 1  Produk Domestik Bruto atas dasar harga konstan dari tahun 2008-2012
Tabel 1 Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha (milyar rupiah)  tahun 2008-2012
Gambar 2 Jumlah impor jeruk Indonesia berdasarkan negara pengekspor tahun
Gambar 3  Nilai dan volume jeruk yang berasal dari Dunia  tahun 2004-2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

menganalisis LOI calon guru SD tinggi pada kategori awal yaitu discovery learning, interactive demonstration, dan inquiry lesson (gambar 1) hal ini dikarenakan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional, Jakarta.. , Nomor 58 Tahun 2012 tentang

o Tidak terdapat prosedur, tetapi hanya kumpulan data-data objek (fakta) yang akan diolah, dan relasi antar objek tersebut membentuk aturan yang diperlukan untuk

dan strategi pembelajaran menggunakan metode ceramah dan latihan soal, serta diperoleh data sebanyak 66,67% siswa menginginkan pengajaran yang bersifat aktif melibatkan siswa

Bila pasien datang dengan keluhannya, kira-kira apa yang Bapak/Ibu sampaikan kepada pasien dan tindakan apa yang ibu lakukan untuk menangani keluhan pasien

merupakan sistem yang membantu pengambil keputusan dengan melengkapi mereka dengan informasi dari data yang telah diolah dengan relevan dan diperlukan untuk membuat..

Penolakan yang dilakukan oleh Menteri Perdagangan Indonesia Gita Wirjawan menggambarkan bahwa keterlibatan Indonesia dalam perjanjian Trans-pacific Partnership (TPP)

1) Mengawal, mengamankan dan mendukung keberhasilan jalannya pemerintahan dan pembangunan melalui upaya-upaya pencegahan/preventif dan persuasive di daerah hukum