• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

C. Pembahasan

Hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 9-12 Febuari 2016 di kelas V Sekolah Dasar Negeri gugus III Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo tahun ajaran 2015/2016 menunjukkan bahwa tingkat kemampuan membaca siswa kelas V SD Negeri Gugus III Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo tahun ajaran 2015/2016 sebagian besar berada pada kategori sedang dengan persentase sebesar 79,31%, begitu pula dengan tingkat kemampuan pemecahan soal cerita matematika siswa yang berada pada kategori sedang dengan persentase sebesar 67,24%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan membaca dan tingkat kemampuan

84

pemecahan soal cerita matematika siswa kelas V SD Negeri Gugus III Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo tahun ajaran 2015/2016 berada pada kategori sedang.

Perolehan skor untuk indikator-indikator tes kemampuan membaca

didapatkan skor tertinggi dengan rata-rata 46,33 pada indikator “pemahaman

kreatif”, dan skor terendah pada indikator “ pemahaman inferensial” dengan

skor rata-rata 36,50.

Perolehan rata-rata skor tertinggi pada indikator “pemahaman kreatif”

menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas V SD Negeri Gugus III Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo tahun ajaran 2015/2016 memiliki kemampuan untuk menyelesaikan item-item tes tentang pemahaman kreatif. Item-item tentang pemahaman kreatif menguji kemampuan siswa dalam memberikan respon emosional dan estestis terhadap wacana yang sesuai dengan strandar pribadi dan standar profesional. item tentang melengkapi kalimat menguji kemampuan siswa dalam melengkapi kalimat yang rancu maupun kalimat yang belum sempurna.

Perolehan rata-rata terendah pada indikator “ pemahaman inferensial”

menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas V SD Negeri Gugus III Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo tahun ajaran 2015/2016 masih belum mampu menjawab item-item tes tentang menyimpulkan pikiran utama, menafsirkan kata (berimbuhan), serta menarik kesimpulan dan nilai moral. Item-item tentang menyimpulkan pikiran utama menguji kemampuan siswa dalam mencari pikiran utama dari wacana yang dibaca. Item-item tentang

85

menafsirkan kata (berimbuhan) menguji kemampuan siswa dalam penguasaan banyak kosa kata dan maknanya, sedangkan item-item tentang menarik kesimpulan dan nilai moral menguji kemampuan siswa dalam menyimpulkan isi wacana yang dibaca.

Perolehan skor untuk masing-masing sub indikator dari indikator-indikator tes kemampuan membaca didapat skor tertinggi dengan rata-rata

59,3 untuk sub indikator “menafsirkan kata (berimbuhan)” yang merupakan

bagian dari indikator “pemahaman inferensial”, dan skor terendah dengan

rata-rata 26 diperoleh sub indikator “mengungkapkan pendapat” yang

merupakan bagian dari indikator “pemahaman evaluatif”.

Perolehan rata-rata skor tertinggi pada sub indikator “menafsirkan

kata (berimbuhan)” menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas V SD Negeri Gugus III Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo tahun ajaran 2015/2016 memiliki banyak kumpulan kosakata beserta maknanya. Sedangkan perolehan rata-rata skor terendah pada sub indikator

“mengungkapkan pendapat” menandai bahwa sebagian besar siswa kelas V SD Negeri Gugus III Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo tahun ajaran 2015/2016 belum mampu memberikan tanggapan atau pendapat mengenai isi wacana.

Perolehan skor untuk masing-masing sub indikator dari indikator-indikator tes kemampuan pemecahan soal cerita matematika diperoleh skor

86

faktorisasi prima” sedangkan skor terendah dengan skor rata-rata 30,71

diperoleh sub indikator “faktor persekutuan terbesar (FPB)”.

Perolehan rata-rata skor tertinggi pada sub indikator “faktor prima dan

faktorisasi prima” menunjukkan bahwa siswa kelas V SD Negeri Gugus III

Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo tahun ajaran 2015/2016 telah memahami faktor prima dan faktorisasi prima. Sedangkan perolehan rata-rata

skor terendah pada sub indikator “faktor persekutuan terbesar (FPB)”

menandai bahwa sebagian besar siswa kelas V SD Negeri Gugus III Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo tahun ajaran 2015/2016 belum memahami materi mengenai faktor persekutuan terbesar (FPB).

Hasil analisis sebaran data kemampuan membaca diperoleh nilai

signifikansi hasil analisis SPSS for Windows versi 16 sebesar 0,059 lebih

besar dari taraf signifikansi 0,05 (0,059 > 0,05). Dengan demikian, variabel kemampuan membaca memiliki sebaran data normal. Sedangkan hasil analisis sebaran data pemecahan soal cerita matematika diperoleh nilai

signifikansi hasil analisis SPSS for Windows versi 16 sebesar 0,200 lebih

besar dari nilai taraf signifikansi sebesar 0,05 pada taraf signifikansi 5% (0,200 > 0,05). Dengan demikian, sebaran data pada variabel kemampuan pemecahan soal cerita matematika adalah normal.

Hasil analisishubungan linearantara variabel kemampuan membaca (X) dengan kemampuan pemecahan soal cerita matematika (Y) diperolehnilai Fhitung = 0,692, sedangkan Ftabel dapat di cari pada tabel distribution tabel nilai

87

1,96.Karena nilai Fhitung lebih kecil dari Ftabel(0,692 <1,96) maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan linear secara signifikan antara variabel kemampuan membaca (X) dengan kemampuan pemecahan soal cerita matematika (Y).

Selain dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel, untuk

menyimpulkan apakah terdapat hubungan yang linear atau tidak antar variabel dapat dilihat pula melalui nilai signifikansi. Nilai signifikansiantara variabel kemampuan membaca dengan kemampuan pemecahan soal cerita matematika lebih besar dari nilai signifikansi 5% (0,761) > 0,05, sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara variabel kemampuan membaca (X) dengan kemampuan pemecahan soal cerita matematika (Y).

Hasil analisis hubungan antara kemampuan membaca dengan kemampuan pemecahan soal cerita matematika siswa diperoleh r hitung 0,628 lebih besar dari r tabel sebesar 0,2609 (0,628 > 0,259) dan nilai signifikansi

hasil analisis program komputer SPSS for windows versi 16 sebesar 0,000

lebih kecil dari nilai taraf signifikansi sebesar 0,05 pada taraf signifikansi 5% (0,00 < 0,05). Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kemampuan membaca dengan kemampuan pemecahan soal cerita matematika siswa kelas V SD Negeri Gugus III Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo tahun ajaran 2015/2016.

Adanya hubungan antara kemampuan membaca dengan kemampuan pemecahan soal cerita matematika disebabkan karenakemampuan membaca

88

merupakan kemampuan yang diperlukan oleh siswa dalam belajar maupun memecahkan soal cerita matematika. Matematika merupakan bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Sebagaimana disampaikan oleh Galileo Galilei (dalam Moch. Masyukur Ag dan Abdul Halim Fathani, 2007: 46) bahwa alam semesta itu bagaikan sebuah buku yang hanya dapat dibaca kalau orang mengerti bahasanya dan akrab dengan lambang dan huruf yang digunakan di dalamnya, dan bahasa alam tersebut tidak lain adalah matematika. Membaca sebagai suatu aktivitas tidak hanya menangkap informasi bacaan yang tersurat namun juga informasi bacaan yang tersirat.

Kemampuan pemecahan soal cerita adalah kemampuan atau kecakapan untuk menyelesaikan soal matematika yang dinyatakan dengan kata-kata atau kalimat-kalimat dalam bentuk cerita yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa dalam memecahkan atau menyelesaikan soal cerita matematika dibutuhkan

kemampuan membaca siswa yang mumpuni sehingga mampu

menerjemahkan atau menafsirkan kalimat-kalimat cerita dalam soal cerita ke dalam kalimat matematika.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Farida Rahim(2007: 2) menyatakan bahwa kemampuan membaca adalah kemampuan proses berpikir yang melibatkan berbagai aktivitas. Aktivitas yang dimaksud diantaranya aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif.Mendukung pendapat Farida Rahim di atas, Marsudi Raharjo (2008: 1) menyatakan bahwa:

89

Hasil Monitoring dan Evaluasi (ME) PPPPTK (P4TK) Matematika 2007 dan PPPG Matematika tahun-tahun sebelumnya memperlihatkan lebih dari 50% guru menyatakan sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita. Penyebabnya adalah kurangnya keterampilan siswa dalam menerjemahkan kalimat sehari-hari ke dalam kalimat matematika.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kemampuan dengan kemampuan pemecahan soal cerita matematika siswa. Siswa yang mempunyai kemampuan membaca yang baik terutama dalam hal memahami makna sebuah wacana akan memiliki kemampuan untuk mengerjakan soal matematika khususnya soal dalam bentuk cerita. Maka hasil penelitian sesuai dengan teori yang telah dikemukakan.

Dokumen terkait