• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Karakteristik responden dapat memberikan gambaran tentang kondisi pengolahan buah api-api di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Karakteristik responden yang dinilai antara lain : umur, mata pencaharian, jumlah anggota keluarga, dan tingkat pendidikan. Berdasarkan pengolahan data disimpulkan bahwa seluruh pengolah buah api-api tersebut adalah wanita dapat dilihat pada Lampiran 1.

Gambar 4. Wawancara dan Pengisian Kuesioner dengan Responden Pengolah Buah Api-api

Proses pengolahan buah api-api dilakukan secara berkelompok yang disebut dengan kelompok tani. Di Dusun Paluh Merbau terdapat 6 kelompok tani, dimana setiap kelompok memiliki anggota paling sedikit 10 orang dan paling banyak 30 orang, setiap kelompok diketuai oleh satu orang yang dianggap mampu untuk memimpin kelompok tani tersebut. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu penarikan sampel dengan pertimbangan

kepentingan dan tujuan kelengkapan data pengolah buah api-api, masing-masing kelompok diambil 5 orang dari tiap-tiap kelompok.

Umur perlu diketahui untuk mengetahui umur produktif dalam meningkatkan hasil yang tinggi. Rata-rata umur responden berkisar antara 20-60 tahun. Distribusi responden berdasarkan umur ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Umur

No Kelompok Umur

(Tahun) Frekuensi Proporsi (%)

1 20-30 10 33,3

2 31-40 5 16,7

3 41-50 13 43,3

4 51-60 2 6,7

Jumlah 30 100%

Berdasarkan Tabel 5 jumlah responden terbanyak diwawancarai adalah responden dengan umur 41-50 tahun sebanyak 13 orang dengan proporsi 43,3%. Responden yang paling sedikit adalah umur 51-60 tahun sebanyak 2 orang dengan proporsi 6,7%. Pengolah buah api-api lebih banyak wanita umur 41-50 tahun dikarenakan mereka masih produktif dan memiliki banyak waktu luang untuk mengikuti kegiatan kelompok tani.

Karakteristik responden berdasarkan jenis mata pencaharian ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Mata Pencaharian

No Jenis Mata

Pencaharian Frekuensi Proporsi (%)

1 Petani 27 90

2 Pendidik 3 10

Pada umumnya pekerjaan utama responden adalah bertani dengan proporsi 90%. Selain bertani, responden juga bekerja sebagai pendidik 10%. Sebagian besar responden memiliki jumlah anggota keluarga rata-rata 3-6 orang. Distribusi anggota keluarga ditunjukkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

No Jumlah Anggota

keluarga(orang) Frekuensi Proporsi (%)

1 1-3 10 33,3

2 4-6 20 66,7

3 >6 0 0

Jumlah 30 100 %

Jumlah anggota keluarga dapat menggambarkan seberapa banyak waktu luang yang bisa diberikan oleh kelompok tani dalam mengikuti kegiatan kelompok tani, khusus dalam pengolahan buah api-api menjadi bahan makanan dan minuman. Bagi responden yang memiliki anggota keluarga sedikit lebih banyak memiliki waktu luang untuk mengolah buah api-api dibandingkan mereka yang memiliki banyak anggota keluarga. Hal tersebut karena mereka memiliki banyak pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Tingkat pendidikan responden di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan pada umumnya lulusan SD yaitu sebanyak 17 orang (56,7%). Distribusi responden berdasarkan pendidikan selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 8.

Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat pendidikan Jumlah (jiwa) Presentasi (%)

2 Sekolah Dasar 17 56,7

3 SMP/SLTP 8 26,7

4 SMA/SLTA 2 0,07

5 Sarjana/ S1 3 0,1

Berdasarkan data pada Tabel 8 dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan responden masih rendah. Hal tersebut dikarenakan keadaan ekonomi keluarga yang tidak sanggup membiayai kebutuhan pendidikan dan keterbatasan sarana pendidikan.

Aspek Potensi Buah Api-api

Buah api-api merupakan salah satu buah mangrove yang dapat dimanfaatkan menjadi bahan makanan dan minuman. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, komoditi buah api-api banyak tersedia di sepanjang pesisir pantai. Menurut Santoso (2005) buah api-api tersebut memiliki permudaan alami sangat cepat dan selama 2 tahun sudah dapat menghasilkan buah. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa apabila dilakukan penanaman dan perawatan pohon api-api secara intensif akan memperoleh hasil dalam jangka waktu dua tahun. Noor dkk. (2006) juga menyatakan bahwa ekologi Avicennia officinalis

berbunga sepanjang tahun.

Pada tahun 2008 pihak LSM Yayasan Gajah Sumatera (YAGASU) membentuk kelompok tani di Dusun Paluh Merbau yang terdiri dari 6 kelompok tani, setiap kelompok tani memilki anggota yang cukup banyak yaitu berkisar 10 s/d 30 orang. LSM juga bertindak dalam pemeliharaan dan penanaman hutan mangrove di Dusun Paluh Merbau. Dari jumlah masyarakat yang terlibat dalam pengolahan buah api-api tersebut juga merupakan gambaran besarnya potensi Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai tenaga kerja pengolah dan penjual produk olahan buah api-api. Dusun Paluh Merbau berjarak tidak jauh dari Kota Medan yaitu ± 65 km dengan perjalanan menggunakan kendaraan bermotor selama ± 2 jam dapat mempermudah pemasaran.

Gambar 5. Tanaman Api-api di Dusun Paluh Merbau, Kecamatan Percut Sei Tuan Melalui wawancara dengan ibu Ponisah sebagai ketua kelompok tani, menyatakan bahwa permintaan produk buah api-api selama bulan Januari hingga Juni 2012 hanya sekali yang ditujukan untuk sebuah pameran yang dilakukan di acara pameran Kabupaten Deli Serdang. Dari frekuensi permintaan tersebut yang sangat sedikit menggambarkan bahwa sejauh ini pemanfaatan buah api-api tersebut masih kurang optimal. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengembangan karena usaha pengolahan buah api-api tersebut memiliki banyak potensi.

Bentuk Pengolahan Produk Buah Api-api

Menurut Santoso dkk. (2005) buah api-api untuk dijadikan bahan makanan harus melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan di dalam buah jenis ini mempunyai kandungan racun yang cukup berbahaya jika dikonsumsi oleh manusia. Selain itu pengolahan ini dimaksudkan untuk menghilangkan kadar garam yang terkandung dalam buah. Namun apabila diolah dengan baik maka buah ini aman untuk dikonsumsi.

adalah sebagai berikut :

1. Pengambilan bahan baku api-api dari hutan mangrove.

2. Pengupasan kulit buah api-api dan pengambilan bagian dalamnya.

3. Pembelahan buah menjadi empat bagian, kemudian melepaskan putik dari buahnya.

4. Merebus buah yang telah dibelah dalam air mendidih hingga lunak (sekitar 30 menit), sambil terus mengganti air rebusan. Kemudian memasukkan air abu secukupnya sambil diaduk hingga rata.

5. Mengangkat dan menyuci buah api-api hingga warnanya berubah kehijauan. 6. Perendaman dalam ember yang agak besar selama dua hari. Setiap enam jam

dilakukan penggantian air untuk mempercepat proses penghilangan racun yang dilakukan sebanyak ± 8 kali.

Buah yang sudah diolah selanjutnya dapat digunakan menjadi bahan baku pembuatan keripik api-api, donat api-api, bolu api-api dan dawet api-api.

1. Keripik Api-api

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan keripik api-api dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Bahan-bahan dan takaran pembuatan keripik api-api

No Bahan Takaran

1 Bahan dasar api-api kering 250 gram

2 Garam 1 sendok teh

3 Minyak goreng 250 gram

Catatan : 250 gram bahan dasar api-api kering di peroleh dari 400 gram bahan dasar api-api dalam keadaan basah

Dengan jumlah bahan baku buah api-api 250 gram dapat menghasilkan 3 bungkus keripik api-api dengan harga Rp 5000,-per bungkus. Proses pembuatan

keripik api-api dapat dilihat dari Gambar 6. Perolehan bahan dasar api-api 250 gram didapatkan dari buah api-api dalam keadaan basah sebesar 400 gram. Kemampuan pengolah buah api-api dalam memproduksi keripik api-api selama satu kali produksi adalah sebanyak 48 bungkus dengan jumlah bahan dasar api-api kering sebanyak 4 kg atau setara dengan 6,4 bahan dasar api-api dalam keadaan basah. Adapun prosedur pengolahan keripik api-api adalah sebagai berikut : 1. Pengukusan buah api-api ± 15 menit

2. Penjemuran buah api-api yang sudah dikukus selama 2 hari.

3. Menaburkan garam ke buah api-api kemudian melakukan pengadukan. 4. Menggoreng buah api-api hingga matang.

5. Pengemasan keripik api-api.

Pembuatan keripik api-api ditaburi dengan garam bertujuan untuk merenyahkan dan membuat rasa keripik api-api lebih gurih. Proses pembuatan api-api sangat mudah dan tidak membutuhkan biaya besar, hanya saja pada proses pembuatan membutuhkan waktu ± 2 hari proses pengeringan. Keripik yang sudah matang akan lebih menarik apabila dicampur dengan bumbu, sehingga konsumen lebih tertarik untuk membeli. Kendala yang dihadapi dalam pengolahan keripik api-api adalah proses pengeringan yang lama dan apabila banyak dikonsumsi dapat menyebabkan pusing.

2. Donat Api-api

Bahan-bahan yang digunakan dalam proses pembuatan donat api-api dapat dilihat Tabel 10.

Tabel 10. Bahan-bahan dan Takaran Pembuatan Donat Api-api

No Bahan Takaran

1 Tepung api-api 250 gram

2 Tepung terigu 500 gram

3 Gula putih 100 gram

4 Telur 1 butir

5 Vanilli 1 bungkus

6 Mentega 100 g

7 Coklat beras 1 bungkus

8 Minyak Goreng 500 gram

Catatan : Tepung api-api 250 gram diperoleh dari 500 gram buah api-api dalam keadaan basah.

Gambar 7. Donat Api-api

Pengolahan donat api-api dengan jumlah bahan baku seperti yang dicantumkan pada Tabel 10 menghasilkan 30 buah donat dengan harga Rp 1.000,- /buah. Pengolahan donat api-api memiliki kemampuan memproduksi

sebanyak 480 buah donat dalam sekali produksi. Proses pembuatan donat api-api adalah sebagai berikut :

1. Memblender buah api-api dan mengayak hingga berupa tepung.

2. Mencampur tepung api-api dengan tepung terigu, gula putih, telur, mentega, dan vanilli.

3. Pengadukan hingga merata dan mencampur sedikit air hingga tidak lengket ditangan.

4. Mencetak adonan yang sudah diaduk.

5. Penggorengan adonan hingga berubah warnanya menjadi kuning.

6. Menaburkan coklat beras dipermukaan donat kemudian dilakukan pengemasan.

Proses pembuatan donat api-api pada tahap ketiga dilakukan untuk mendapatkan hasil yang bagus perlu diperhatikan pada saat pengadukan dan pencampuran bahan-bahan. Untuk mengetahui campuran bahan sudah menyatu caranya yaitu dengan mengambil sedikit adonan, lalu ditarik melebar. Apabila adonan sobek, maka ulangi proses pengulenan hingga adonan tidak sobek. Pada saat penggorengan kue donat harus selalu digoreng dalam minyak banyak dan terendam dengan panas tertentu agar warnanya tetap kuning kecokelatan dan matangnya merata. Donat yang sudah digoreng untuk meningkatkan daya tarik dapat dilakukan dengan cara membuat tampilan bentuk yang menarik seperti menaburi permukaan donat dengan coklat beras.

3. Bolu Api-api

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan bolu api-api dirincikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Bahan-bahan dan Takaran Pembuatan Bolu Api-api

No Bahan Takaran

1 Tepung api-api 250 gram

2 Tepung terigu 250 gram

3 Telur 8 butir

4 Gula putih 100 gram

5 Vanilli 1 bungkus

6 Mentega 250 gram

7 Pasta 1 sendok teh

Komposisi bahan pembuatan bolu api-api seperti pada Tabel 11 menghasilkan bolu sebanyak 2 loyang dengan harga Rp 20.000,-per loyang. Produksi api-api mampu menghasilkan 8 loyang api-api dalam sekali produksi. Kemampuan produksi bolu api-api dalam satu kali produksi dapat menghasilkan 32 loyang dengan bahan tepung api-api sebanyak 4 kg setara dengan 8 kg buah api-api dalam keadaan basah. Proses pembuatan bolu api-api memerlukan tahapan pengerjaan, tahap pengerjaannya adalah sebagai berikut :

1. Memblender buah api-api, dan mengayak untuk mengambil tepungnya. 2. Pengadukan gula putih, telur, dan vanilli dengan mixer hingga mengembang. 3. Mencairkan mentega.

4. Memasukkan mentega yang telah dicairkan, tepung terigu, tepung api-api, pasta, soda kue ke dalam mixer kemudian dilakukan pengadukan hingga merata.

5. Memasukkan adonan yang sudah diaduk ke dalam loyang. 6. Memanggang adonan di dalam oven hingga matang.

Pada tahap kedua pembuatan bolu api-api, telur dicampur dengan gula putih dan vanilli kemudian diaduk hingga mengembang ± 15 menit. Bahan yang digunakan dalam pembuatan bolu adalah kuning telur bukan putih telur sehingga dipisahkan terlebih dahulu. Sebelum adonan dimasukkan kedalam loyang, loyang harus diolesi dengan mentega supaya adonan tidak lengket pada loyang. Setelah adonan dimasukkan kedalam loyang, masukkan loyang kedalam oven dan dipanggang selama ± 45 menit. Untuk memastikan bolu matang pada bagian atas dan tengah dapat dilihat dengan cara memanfaatkan batang lidi, kemudian

ditusukkan kedalam kue bolu yang sedang dipanggang. Jika belum matang, akan ada sisa adonan tertempel pada batang lidi.

Gambar 8. Bolu Api-pi

4. Dawet Api-api

Pembuatan dawet api-api diolah dengan menambahkan bahan-bahan lain untuk meningkatkan nilai rasa yang lebih menarik. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan dawet api-api dipaparkan pada Tabel 12.

Tabel 12. Bahan-bahan dan Takaran Pembuatan Dawet Api-api

Bahan pembuatan dawet api-api dirincikan pada Tabel 12 menghasilkan 20 gelas dawet api-api dengan harga Rp 3000/gelas. Dalam proses pengerjaannya membutuhkan waktu ± 2 jam. Kemampuan produksi dawet api-api selama satu kali produksi yaitu sebanyak 320 gelas dengan jumlah bahan tepung api-api 4 kg. Adapun prosedur pengolahan dawet api-api adalah sebagai berikut :

No Bahan Takaran

1 Tepung api-api 250 gram

2 Tepung terigu 100 gram

3 Tepung ketan 100 gram

4 Gula merah 150 gram

5 Kelapa parut 200 gram

1. Memblender buah api-api, kemudian mengayak hingga mendapatkan tepungnya.

2. Mencampur tepung api-api dengan tepung ketan hingga merata. 3. Mempersiapkan plastik sebagai alas adonan.

4. Pembentukan adonan hingga melebar, kemudian memotong adonan kecil-kecil panjang seperti cendol.

5. Perbusan hasil potongan dalam air mendidih.

6. Mengangkat hasil potongan yang direbus setelah mengapung. 7. Menaruh hasil rebusan dalam air putih matang.

8. Penyajian dengan mencampur hasil rebusan dengan kuah santan, gula merah, dan nangka.

Gambar 9. Dawet Api – api

Dawet dengan berbahan api-api sangat jarang ditemukan dipasaran, yang paling sering ditemui adalah dawet dengan berbahan tepung beras dan tepung tapioka. Bahan cair yang digunakan dalam pembuatan dawet ini adalah dengan menggunakan santan yang sudah dimasak. Dawet akan padat atau terbentuk dengan cara direndam di dalam air es supaya dawet tidak hancur dan tidak lengket satu sama lain.

Analisis Finansial Produk Olahan Buah Api-api

Tujuan didirikannya suatu usaha adalah untuk memperoleh keuntungan dan manfaat. Besar kecilnya keuntungan diperoleh dari seberapa besar modal yang dibutuhkan dan produksi yang dihasilkan. Oleh karena itu, diperlukan suatu perencanaan yang matang untuk memulai usaha tersebut.

Analisis finansial merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui kelayakan suatu usaha. Analisis biaya produk olahan buah api-api akan menggambarkan prospek masing-masing produk dapat dilihat dari nilai R/C Ratio, Analisis Titik Impas, BEP ( Break Event Point), dan Payback Periode (PBP).

Peralatan Produksi

Jenis, jumlah, dan harga satuan peralatan produksi yang digunakan dalam proses pengolahan buah api-api dicantumkan pada Tabel 13. Pada Tabel 13 terlihat bahwa jenis alat yang paling mahal adalah oven yaitu Rp 350.000,- dan yang paling murah yaitu baksom (Rp 2.500,-/unit).

Tabel 13. Jenis dan Jumlah Peralatan yang Digunakan Serta Harganya Jenis Peralatan Jumlah Harga/unit (Rp/unit)

Kompor gas 1 unit 300.000

Blender 1unit 350.000

Ember 1 unit 20.000

Sendok goring 1 unit 5.000

Kuali 1 unit 50.000 Saringan 1 unit 2.500 Oven 1 unit 350.000 Mixer 1 unit 250.000 Baskom 2 buah 2.500 Periuk 1 buah 45.000

Umur Ekonomis dan Nilai Penyusutan Produksi

Metode yang digunakan untuk menghitung nilai/biaya penyusutan peralatan adalah metode bagi habis (harga peralatan dibagi umur ekonomis)

dimana biaya penyusutannya adalah harga barang dibagi dengan umur ekonomis barang (Redaksi Agromedia, 2007). Beberapa asumsikan yang digunakan dalam analisis ini adalah sebagai berikut :

1. Umur ekonomis kompor gas selama 2 tahun. 2. Umur ekonomis batu giling selama 2 tahun. 3. Umur ekonomis oven selama 2 tahun. 4. Umur ekonomis mixer selama 5 tahun. 5. Umur ekonomis blender selama 5 tahun.

6. Umur ekonomis perlengkapan lain-lain selama 1 tahun.

Tabel 14. Nilai Penyusutan Peralatan Produk Olahan Buah Api-api Jenis Peralatan Umur Ekonomis

(bulan) Nilai penyusutan (Rp) Kompor gas 24 12.500 Blender 60 5.833 Ember 12 1.666 Sendok goring 12 416 Kuali 12 4.166 Saringan 12 208 Oven 24 14.583 Mixer 60 4.166 Baskom 12 416 Periuk 12 3.750

Peralatan yang digunakan dalam pembuatan Keripik api-api menggunakan kompor gas, ember, sendok goreng, kuali, dan baskom sehingga biaya penyusutan peralatan sebesar Rp 19.164,-. Peralatan yang digunakan pada proses pembuatan donat api-api antara lain kompor gas, blender, ember, sendok goreng, kuali, saringan dan baskom dengan biaya penyusutan sebesar Rp 25.205,-. Pada proses pembuatan bolu api-api peralatan yang digunakan antara lain kompor gas, blender, ember, saringan, oven, mixer, dan baskom sehingga biaya penyusutannya sebesar Rp 39.372,-. Sedangkan pada proses pembuatan dawet api-api peralatan

yang digunakan yaitu kompor gas, blender, ember, sendok goreng, saringan, baskom dan periuk sehingga biaya penyusutan peralatan sebesar Rp 24.789,-.

Biaya Produksi dan Keuntungan

Perhitungan total biaya produksi dilakukan untuk mengetahui jumlah produk yang dihasilkan dan keuntungan yang didapatkan. Perhitungan biaya ditaksasikan selama satu kali produksi terdapat pada Lampiran 2. Biaya variabel yang digunakan antara lain : garam, air abu, minyak goreng, buah api-api, plastik putih, gas elpiji, tepung terigu, gula putih, telur, vanilli, mentega, ceres, pasta, soda kue, tepung ketan, gula merah, nangka, kelapa dan gaji tenaga kerja. Sedangkan biaya tetap adalah biaya yang tidak tergantung terhadap jumlah produksi berupa biaya transportasi, konsumsi dan penyusutan peralatan.

Hasil perhitungan biaya total diperoleh dari penjumlahan biaya tetap total dengan biaya variabel total. Total penerimaan dipengaruhi oleh perkalian antara unit/volume yang diproduksi dengan harga jual per unit. Keuntungan dihitung dari selisih biaya total dengan penerimaan. Adapun rincian biaya ditunjukkan pada Tabel 15.

Tabel 15. Biaya dan Keuntungan Pengolahan Buah Api-api Menjadi Keripik Api-api di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang

Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa biaya variabel total lebih besar

Uraian Nilai Persentase(%)

Biaya Tetap Total (Rp) Rp 65.164 29,43

Biaya Variabel Total (Rp) Rp 156.250 70,57

Biaya Total (Rp) Rp 221.414 100%

Volume/Bungkus 48

Harga(Rp/Bungkus) 5000

Penerimaan (Rp) Rp 240.000

dari biaya tetap total, dimana biaya tetap total sebesar Rp 65.164,- dan biaya variabel total sebesar Rp 156.250,-. Jumlah biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi 48 bungkus adalah Rp 221.414,- dengan harga jual Rp 5.000,- per bungkus. Dalam pengolahan keripik api-api, penerimaan yang diperoleh sebesar Rp 240.000,- sehingga diperoleh keuntungan sebesar Rp 16.486,-. Keuntungan diperoleh dari hasil selisih penerimaan dengan biaya total.

Tabel 16. Biaya dan Keuntungan Pengolahan Buah Api-api Menjadi Donat Api-api di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang

Proses pengolahan donat api-api memerlukan biaya variabel berupa tepung api-api, tepung terigu, gula putih, telur, mentega, coklat beras, air abu, minyak goreng, dan upah tenaga kerja. Sedangkan biaya tetap berupa biaya transportasi, konsumsi dan penyusutan barang seperti yang dirincikan pada Lampiran 3. Total

biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi 480 buah donat adalah sebesar Rp 346.045,- dengan biaya tetap total sebesar Rp 71.205,- dan biaya variabel total

sebesar Rp 274.840,-.

Keuntungan yang diperoleh dalam pembuatan donat adalah sebesar Rp 124.562,-, diperoleh dari perkalian jumlah donat 480 buah dengan harga jual Rp 1.000,-per buahhasilnya Rp 480.000,- kemudian dikurangi dengan biaya total sebesar Rp 346.045,-. Dari hasil perhitungan keuntungan yang diperoleh selama satu kali produksi mencapai setengah dari total biaya. Besarnya keuntungan yang

Uraian Nilai Persentase

Biaya Tetap Total (Rp) Rp 71.205 20,58

Biaya Variabel Total (Rp) Rp 274.840 79,42

Biaya Total (Rp) Rp 346.045 100%

Volume/buah 480

Harga(Rp/buah) Rp 1.000

Penerimaan (Rp) Rp 480.000

diperoleh dalam pembuatan donat menjadi prospek yang baik sehingga usaha tersebut layak untuk dikembangkan.

Tabel 17. Biaya dan Keuntungan Pengolahan Buah Api-api Menjadi Bolu Api-api di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang

Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui bahwa persentase biaya tetap total dan biaya variabel total memiliki perbedaan jumlah yang signifikan dengan selisih 59,34%. Hal tersebut dipengaruhi oleh bahan tambahan terutama jumlah telur yang cukup banyak untuk melembutkan tekstur bolu, seperti tertera pada Lampiran 4. Penerimaan yang diperoleh dari hasil produksi bolu adalah sebesar Rp 640.000,- selama satu kali produksi, sehingga keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 222.028,- setelah dikurangi dengan biaya total sebesar Rp 417.972,-.

Tabel 18. Biaya dan Keuntungan Pengolahan Buah Api-api Menjadi Dawet Api-api di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang

Berdasarkan Tabel 18 dapat dilihat bahwa dalam pembuatan dawet api-api membutuhkan biaya Rp 231.589,- memproduksi 320 gelas dawet api-api selama

Uraian Nilai Persentase

Biaya Tetap Total (Rp) Rp 85.372 20,42

Biaya Variabel Total (Rp) Rp 332.600 79,58

Biaya Total (Rp) Rp 417.972 100%

Volume/Loyang 32

Hargan(Rp/Loyang) Rp 20.000

Penerimaan (Rp) Rp 640.000

Keuntungan (Rp) Rp 222.028

Uraian Nilai Persentase

Biaya Tetap Total (Rp) Rp 70.789 30,57

Biaya Variabel Total (Rp) Rp 160.800 69,43

Biaya Total (Rp) Rp 231.589 100%

Volume/gelas 320

Harga(Rp/gelas) Rp 3.000

Penerimaan (Rp) Rp 960.000

satu kali produksi. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan dawet api-api dirincikan pada Lampiran 5.

Keuntungan sebesar Rp 728.411 diperoleh dari hasil pengurangan penerimaan dengan total biaya yaitu sebesar Rp 231.589,- dengan total produksi sebanyak 320 gelas dan nilai jual sebesar Rp 3.000,- per gelas. Hal tersebut menunjukkan bahwa usaha pembuatan dawet api-api sangat menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.

Analisis R/C Ratio

Nilai R/C ratio digunakan untuk mengetahui apakah suatu usah layak dikembangkan atau tidak, dilihat dari perbandingan antara penerimaan dengan biaya produksi total. Analisis nilai R/C ratio pada usaha pengolahan keripik api-api dapat dicantumkan pada Tabel 19.

Tabel 19. Analisis R/C Ratio Keripik Api-api di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan

Pada Tabel 19 diketahui bahwa perbandingan antara penerimaan dengan biaya produksi total adalah sebesar 1,08. Angka tersebut menunjukkan bahwa

Dokumen terkait