KAJIAN BENTUK PENGOLAHAN DAN ANALISIS FINANSIAL BUAH API API (Avicennia officinalis L.) SEBAGAI BAHAN MAKANAN DAN
MINUMAN DI KABUPATEN DELI SERDANG
SKRIPSI
Oleh :
GUSTINARIA SIANTURI 081201066/MANAJEMEN HUTAN
DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KAJIAN BENTUK PENGOLAHAN DAN ANALISIS FINANSIAL BUAH API API (Avicennia officinalis L.) SEBAGAI BAHAN MAKANAN DAN
MINUMAN DI KABUPATEN DELI SERDANG
SKRIPSI
Oleh :
GUSTINARIA SIANTURI 081201066/MANAJEMEN HUTAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Kajian Bentuk Pengolahan dan Analisis Finansial Buah Api api
(Avicennia officinalis L.) Sebagai Bahan Makanan dan
Minuman di Kabupaten Deli Serdang
Nama : Gustinaria Sianturi NIM : 081201066
Program Studi : Kehutanan
Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing
Dr.Agus Purwoko, S.Hut, M.Si Dr.Kansih Sri Hartini, S.Hut, M.P
Ketua Anggota
Mengetahui
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan
penyertaan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Kajian Bentuk Pengolahan dan Analisis Finansial Buah Api-api
(Avicennia Officinalis L.) Sebagai Bahan Makanan dan Minuman di Kabupaten
Deli Serdang” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
kehutanan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
bapak Dr Agus Purwoko,S.Hut., M.Si dan ibu Dr Kansih Sri Hartini, S.Hut., MP
yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan bermanfaat kepada
penulis. Penulis juga mengucapkan rasa syukur dan terima kasih atas kehadiran
ayah Jhonny Sianturi dan bunda Hermin Lumban Gaol yang selalu sabar
membesarkan, mendidik dan mendukung pendidikan penulis dari segi moril dan
material. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Roger Houtsma Sianipar
yang siap mendampingi dan mendukung selama dilapangan, juga kepada
saudara-saudara penulis yang selalu memberikan doa dan semangat.
Disamping itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh
pihak yang medukung penyelesaian skripsi ini seperti Kepala Desa Percut Sei
Tuan dan masyarakat pengolah buah api-api. penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang memerlukannya.
Medan, Februari 2013
ABSTRAK
GUSTINARIA SIANTURI. Kajian Bentuk Pengolahan dan Analisis Finansial Buah Api-api (Avicennia officinalis L.) Sebagai Bahan Makanan dan Minuman Studi Kasus Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Dibawah bimbingan AGUS PURWOKO dan
KANSIH SRI HARTINI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bentuk pengolahan, tingkat kelayakan nilai finansial, dan strategi pengembangan usaha pengolahan buah api-api (Avicennia officinalis L.) di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis finansial, dan analisis strategi pengembangan usaha dengan menggunakan analisis SWOT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk olahan buah api-api di Dusun Paluh Merbau adalah berupa keripik api-api, donat api-api, bolu api-api, dan dawet api-api. semua jenis olahan tersebut layak untuk dikembangkan dan memiliki prospek yang menguntungkan, dapat dilihat dari nilai R/C ratio lebih dari satu. Berdasarkan analisis SWOT yang dilakukan, ancaman yang berpengaruh besar pada perkembangan produk olahan buah api-api adalah belum adanya izin Dinas Kesehatan dan Sertifikat halal MUI yang menjamin produk tersebut aman untuk dikonsumsi.
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Simatupang, Kabupaten Tapanuli Utara pada tanggal 27
Agustus 1990 dari ayah Jhonny Sianturi dan ibu Hermin Lumban Gaol. Penulis
merupakan anak kelima dari tujuh bersaudara.
Penulis memulai pendidikan di SD Negeri 173333 Pargaulan dan lulus
tahun 2002, kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Lintong Nihuta
dan lulus tahun 2005. Pada tahun 2008, penulis menyelesaikan pendidikan di
SMA Negeri 1 Lintong Nihuta dan pada tahun yang sama diterima masuk menjadi
mahasiswa di Program Studi Manajemen Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Selama perkuliahan penulis tergabung dalam KORIM (Komunitas
Rimbawan Menulis) yang dibawahi Himpunan Mahasiswa Sylva USU. Pada
tahun 2010, penulis mengikuti kegiatan Pengenalan Ekosistem Hutan (PEH) di
Gunung Sinabung dan Taman Wisata Alam (TWA) Deleng Lancuk yang terletak
di Desa Kuta Gunung Kecamatan Namanteran Kabupaten Karo. Penulis
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Hutan Industri PT Sumatera
Sylva Lestari, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau pada bulan Februari hingga
Maret 2012. Selanjutnya penulis melaksanakan penelitian di Dusun Paluh
Merbau, Desa Percut Sei Tuan, Kecamatan Tanjung Rejo, Kabupaten Deli
DAFTAR ISI
Hal.
LEMBAR PENGESAHAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
RIWAYAT HIDUP ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
PENDAHULUAN Latar Belakang ... ... 1
Perumusan Masalah ... 3
Tujuan Penelitian ... 3
Manfaat Penelitian ... 4
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Mangrove ... 5
Zonasi Hutan Mangrove ... 6
Manfaat Hutan Mangrove ... 6
Deskripsi Tanaman Api-api (Avicennia officinalis L.) ... 7
Klasifikasi Api-api (Avicennia officinalis L.) ... 9
Analisis Finansial ... 11
Perencanaan Strategi Pengembangan Usaha. ... 13
Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 15
Luas dan Topografi Daerah... 15
Kependudukan ... 15
Mata Pencaharian ... 16
Sarana dan Prasarana Umum ... 17
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat ... 19
Alat dan Bahan ... ... 19
Populasi dan Sampel ... 19
Teknik dan Tahapan Pengumpulan Data ... 19
Analisis Data ... 20
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden ... 26
Aspek Potensi Buah Api-api ... 29
Bentuk Pengolahan Produk Buah Api-api ... 30
Analisis Finansial Produk Olahan Buah Api-api ... 38
Peralatan Produksi... 38
Umur Ekonomis dan Nilai Penyusutan ... 38
Biaya Produksi dan Keuntungan ... 39
Analisis R/C Ratio ... 43
Analisis Titik Impas ... 45
Analisis Masa Pembayaran Kembali (Payback Period/PBP) ... 48
Analisis Lingkungan Internal ... 48
Analisis Lingkungan Eksternal ... 52
Analisis SWOT ... 53
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 55
Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA ... 56
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Data Jumlah Penduduk Desa Tanjung Rejo 2012... 16
2. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2012... 17
3. Sarana dan Prasarana di Desa Tanjung Rejo Tahun 2001... 17
4. Matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunities,Threats)... 25
5. Distribusi Responden Berdasarkan Umur... 27
6. Distribusi Responden Berdasarkan Mata Pencaharian... 27
7. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga... 28
8. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat pendidikan... 28
9. Bahan-bahan dan Takaran Pembuatan Keripik Api-api... 31
10. Bahan-bahan dan Takaran Pembuatan Donat Api-api... 33
11. Bahan-bahan dan Takaran Pembuatan Bolu Api-api... 34
12. Bahan-bahan dan Takaran Pembuatan Dawet Api-api... 36
13. Jenis dan Jumlah Peralatan yang Digunakan Serta Harganya... 38
14. Nilai Penyusutan Peralatan Produk Olahan Buah Api-api... 39
15. Biaya dan Keuntungan Pengolahan Buah Api-api menjadi Keripik Api-api di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang... 40
17. Biaya dan Keuntungan Pengolahan Buah Api-api menjadi Bolu Api-api di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan
Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang... 42
18. Biaya dan Keuntungan Pengolahan Buah Api-api menjadi Dawet Api-api di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan
Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang... 42
19. Analisis R/C Ratio Keripik Api-api di Dusun Paluh Merbau,Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan... 43
20. Analisis R/C Ratio Donat Api-api di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan... 43
21. Analisis R/C Ratio Bolu Api-api di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan... 44
22. Analisis R/C Ratio Dawet Api-api di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan... 44
23. Analisis Titik Impas Keripik Api-api di Dusun Paluh Merbau,
Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan... 45
24. Analisis Titik Impas Donat Api-api di Dusun Paluh Merbau,
Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan... 46
25. Analisis Titik Impas Bolu Api-api di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan... 46
26. Analisis Titik Impas Dawet Api-api di Dusun Paluh Merbau,
Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan... 47
27. Analisis Masa Pembayaran Kembali (Payback Period) Produk Olahan Buah Api-api Menjadi Bahan Makanan dan Minuman di Dusun Paluh Merbau... 48
DAFTAR GAMBAR
No. Hal.
1. Gambar Buah Avicennia officinalis... 8
2. Gambar Bunga Avicennia officinalis... 8
3. Gambar Daun Avicennia officinalis... 8
4. Wawancara dan Pengisian Kuesioner dengan Responden Pengolah Buah Api-api... 26
5. Tanaman Api-api di Dusun Paluh Merbau, Kecamatan Percut Sei Tuan... 30
6. Keripik Api-api... 32
7. Donat Api-api... 33
8. Bolu Api-api... 36
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Bentuk Kuesioner Responden/Pengolah Buah Api-api... 58
2. Data Responden Pengolah Buah Api-api... 62
3. Analisis Biaya Produksi Keripik Api-api Selama Satu Kali
Produksi... 63
4. Analisis Biaya Produksi Donat Api-api Selama Satu Kali
Produksi... 65
5. Analisis Biaya Produksi Bolu Api-api Selama Satu kali
Produksi... 67
6. Analisis Biaya Produksi Dawet Api-api Selama Satu Kali
Produksi... 69
7. Matriks SWOT Pengolahan Buah Api-api di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan... 71
8. Dokumentasi Penelitian... 72
9. Denah Wilayah... 77
ABSTRAK
GUSTINARIA SIANTURI. Kajian Bentuk Pengolahan dan Analisis Finansial Buah Api-api (Avicennia officinalis L.) Sebagai Bahan Makanan dan Minuman Studi Kasus Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Dibawah bimbingan AGUS PURWOKO dan
KANSIH SRI HARTINI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bentuk pengolahan, tingkat kelayakan nilai finansial, dan strategi pengembangan usaha pengolahan buah api-api (Avicennia officinalis L.) di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis finansial, dan analisis strategi pengembangan usaha dengan menggunakan analisis SWOT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk olahan buah api-api di Dusun Paluh Merbau adalah berupa keripik api-api, donat api-api, bolu api-api, dan dawet api-api. semua jenis olahan tersebut layak untuk dikembangkan dan memiliki prospek yang menguntungkan, dapat dilihat dari nilai R/C ratio lebih dari satu. Berdasarkan analisis SWOT yang dilakukan, ancaman yang berpengaruh besar pada perkembangan produk olahan buah api-api adalah belum adanya izin Dinas Kesehatan dan Sertifikat halal MUI yang menjamin produk tersebut aman untuk dikonsumsi.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mangrove adalah formasi hutan khas daerah tropika dan sedikit sub
tropika, terdapat di pantai rendah dan tenang, berlumpur, sedikit berpasir, serta
mendapat pengaruh pasang surut air laut. Mangrove juga merupakan mata rantai
penting dalam pemeliharaan keseimbangan siklus biologi disuatu perairan
(Arief, 2003).
Kecamatan Percut Sei Tuan merupakan salah satu kecamatan di
Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara yang memiliki potensi ekosistem
mangrove yang besar dengan luas sekitar 3.817 Ha dengan peruntukan/status
Hutan Suaka Alam (HSA) seluas 2.580,60 Ha dan Hutan Penggunaan Lain (HPL)
seluas 1.236,40 Ha (BPS Kabupaten Deli Serdang, 2005)
Tekanan penduduk terhadap kawasan hutan semakin meningkat seiring
dengan pertambahan jumlah penduduk. Hal ini juga terjadi di Kecamatan Percut
Sei Tuan, dimana lahan hutan mangrove telah mengalami perambahan untuk
tujuan lain seperti usaha perikanan (tambak), perkebunan, dan pemukiman serta
penebangan liar guna memperoleh kayu dan kayu bakar yang mengakibatkan
rusaknya ekosistem mangrove. Susilo dkk. (2010) menyatakan luas areal
mangrove di Kecamatan Percut Sei Tuan yang mengalami kerusakan, mencapai
79,8%. Padahal berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia nomor
41 tahun 1999 tentang kehutanan menjelaskan bahwa kawasan hutan suaka alam
kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya,
yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. Oleh karena
itu, tidak dibenarkan adanya pengambilan hasil hutan kayu pada kawasan tersebut.
Pemanfaatan hutan yang diperbolehkan pada hutan dengan status HSA
adalah sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
ekosistem. Alternatif Berdasarkan undang-undang tersebut yang membatasi
pengambilan kayu dari kawasan tersebut adalah dengan memanfaatkan Hasil
Hutan Bukan Kayu (HHBK) di antaranya buah pohon mangrove. Salah satu
spesies mangrove yang terdapat di Kecamatan Percut Sei Tuan adalah api api
(Avicennia officinalis L.), yang telah diketahui manfaatnya sebagai sumber bahan
pangan (Proyono dkk., 2010).
Masyarakat di Dusun Paluh Merbau sebagian besar banyak mengubah
hutan mangrove menjadi tambak, perkebunan sawit, pemukiman, serta
pengambilan kayu sebagai bahan bakar. Akan tetapi, disamping masyarakat yang
banyak merusak mangrove, masih ada masyarakat yang peduli terhadap
kelestarian hutan dengan memanfaatkan hasil hutan non kayu dengan membentuk
kelompok tani pengolah buah mangrove menjadi makanan. Salah satunya adalah
dengan mengolah buah api-api (Avicennia officinalis L.). Pengolahan buah
api-api menjadi bahan makanan di Dususn Paluh Merbau sudah berlangsung
selama 4 tahun, akan tetapi hingga saat ini pemasarannya belum luas. Oleh karena
itu, perlu diketahui mengenai analisis finansial dan strategi pengembangan
Perumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengolahan buah api-api sebagai bahan makanan dan minuman
di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan,
Kabupaten Deli Serdang
2. Bagaimana kelayakan nilai finansial dalam pengolahan buah api-api sebagai
bahan makanan dan minuman di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo,
Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.
3. Analisis strategi pengembangan usaha pengolahan buah api-api di Dusun
Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten
Deli Serdang.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi bentuk pengolahan buah api-api sebagai bahan makanan
dan minuman di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan
Percut Sei tuan, Kabupaten Deli Serdang
2. Mengetahui tingkat kelayakan nilai finansial pengolahan buah api-api sebagai
bahan makanan dan minuman di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo,
Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.
3. Mengetahui strategi pengembangan usaha pengolahan buah api-api di Dusun
Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Bagi masyarakat yang memanfaatkan buah api-api, hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai bahan informasi untuk pengembangan usaha dan
peningkatan pendapatan masyarakat.
2. Menjadi sumber informasi bagi masyarakat yang ingin memiliki usaha
pemanfaatan tanaman mangrove khususnya buah api-api.
3. Bagi pihak pemerintah menjadi bahan acuan dalam merangkul masyrakat
pesisir pantai dalam mengembangkan ekonomi dan pemanfaatan tanaman
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Hutan Mangrove
Menurut Snedaker (1978), hutan mangrove adalah kelompok jenis
tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropis sampai sub-tropis yang
memiliki fungsi istimewa di suatu lingkungan yang mengandung garam dan
bentuk lahan berupa pantai dengan reaksi tanah anaerob. Secara ringkas hutan
mangrove dapat didefinisikan sebagai suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah
pasang surut (terutama di pantai yang terlindung, laguna, muara sungai) yang
tergenang pasang dan bebas dari genangan pada saat surut yang komunitas
tumbuhannya bertoleransi terhadap garam. Sedangkan ekosistem mangrove
merupakan suatu sistem yang terdiri atas organisme (tumbuhan dan hewan) yang
berinteraksi dengan faktor lingkungannya di dalam suatu habitat mangrove.
Hutan mangrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis, dan merupakan
komunitas yang hidup di dalam kawasan yang lembap dan berlumpur serta
dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove disebut juga hutan pantai, hutan
payau atau hutan bakau. Pengertian mangrove sebagai hutan pantai adalah
pohon-pohonan yang tumbuh di daerah pantai (pesisir), baik daerah yang dipengaruhi
oleh ekosistem oleh ekosistem pesisir. Sedangkan pengertian mangrove sebagai
hutan payau atau hutan bakau adalah pohon-pohonan yang tumbuh di daerah
payau pada tanah aluvial atau pertemuan air laut dan air tawar di sekitar muara
Zonasi Hutan Mangrove
Menurut Harahap (2010), penyebaran dan zonasi hutan mangrove
tergantung pada berbagai faktor lingkungan. Berikut salah satu tipe zonasi hutan
mangrove di Indonesia :
1. Daerah yang paling dekat dengan laut, dengan substrat agak berpasir,
sering ditumbuhi oleh Avicennia spp. Pada zona ini biasa berasosiasi
Sonneratia spp. yang dominan tumbuh pada lumpur dalam yang kaya
bahan organik.
2. Lebih ke arah darat, hutan mangrove umumnya didominasi oleh
Rhizophora spp. Dizona ini juga dijumpai Bruguiera spp. dan Xylocarpus
spp.
3. Zona berikutnya didominasi oleh Bruguiera spp.
4. Zona transisi antara hutan mangrove dengan hutan dataran rendah biasa
ditumbuhi oleh Nypa fruticans, dan beberapa spesies palem lainnya.
Manfaat Hutan Mangrove
Menurut Santoso dkk. (2005) secara garis besar manfaat hutan mangrove
dapat dibagi dalam dua bagian :
1. Fungsi ekonomis, yang terdiri atas :
a. Hasil berupa kayu (kayu konstruksi, kayu bakar, arang, serpihan kayu
untuk bubur kayu, tiang/pancang)
b. Hasil bukan kayu
1. Hasil hutan ikutan (non kayu)
2. Fungsi ekologi, yang terdiri atas berbagai fungsi perlindungan lingkungan
ekosistem daratan dan lautan maupun habitat berbagai jenis fauna,
diantaranya:
a. Sebagai proteksi dan abrasi/erosi, gelombang atau angin kencang.
b. Pengendalian instrusi air laut
c. Habitat berbagai jenis fauna
d. Sebagai tempat mencari, memijah dan berkembang biak berbagai jenis
ikan dan udang
e. Pembangunan lahan melalui proses sedimentasi
f. Pengontrol penyakit malaria
g. Memelihara kualitas air (mereduksi polutan dan pencemar air)
Deskripsi Tanaman Api-api (Avicenia officinalis L. )
Deskripsi umum Avicennia officinalis biasanya memiliki ketinggian
sampai 12 m, bahkan kadang-kadang sampai 20 m (Noor dkk., 2006 ; Kitamura
dkk., 1997). Pada umumnya memiliki akar tunjang dan akar nafas yang tipis,
berbentuk jari dan ditutupi oleh sejumlah lentisel. Kulit kayu bagian luar memiliki
permukaan yang halus berwarna hijau-keabu-abuan sampai abu-abu-kecoklatan
serta memiliki lentisel. Daun berwarna hijau tua pada permukaan atas dan
hijau-kekuningan atau abu-abu kehijauan di bagian bawah. Permukaan atas daun
ditutupi oleh sejumlah bintik-bintik kelenjar berbentuk cekung. Unit dan letak
yaitu sederhana dan berlawanan. Bentuk daun bulat telur terbalik, bulat
memanjang-bulat telur terbalik atau elips bulat memanjang. Ujung daun
membundar dan menyempit ke arah gagang dengan ukuran daun 12,5 x 6 cm.
dan bau menyengat. Daun mahkota bunga terbuka tidak beraturan, semakin tua
warnanya semakin hitam, seringkali tertutup oleh rambut halus dan pendek pada
kedua permukaannya. Letak bunga berada di ujung atau ketiak tangkai/tandan
bunga dan dormasi bulir (2-10 bunga per tandan) (Noor dkk., 2006).
Gambar1. Buah Avicennia officinalis Gambar 2. Bunga Avicennia officinalis
(c)
Gambar 3. Daun Avicennia officinalis
Nama daerah dari Avicennia officinalis yaitu api-api, sia-sia-putih,
api-api-kacang, papi, merahu, marahuf. Jenis ini termasuk suku Avicenniaceae, termasuk
komponen mangrove mayor. Jenis ini memiliki akar nafas seperti pensil. Daun
tersusun tunggal, bersilangan, bentuk telur sungsang hingga elips, ujung daun
membundar, panjang 8-11 cm, memiliki kelenjar garam, daun muda berambut.
Rangkaian bunga 7-10, berduri rapat, berada di ujung atau di ketiak daun pada
diameter bunga 1,0-1,5 cm, panjang bunga 0,3-0,4 cm, berbulu dan melengkung
(Kitamura dkk., 1997).
Klasifikasi Api-api (Avicennia officinalis L.)
Jenis Avicennia officinalis tersebar di Bangladesh, India, Indonesia,
Malaysia, Brunei, Myanmar, Filipina, Singapura, Sri Lanka, Thailand, Vietnam,
dan Papua Nugini (Plantamor, 2012). Klasifikasi Avicennia officinalis adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo : Scrophulariales
Famili
Genus
Spesies : Avicennia officinalis L.
Pemanfaatan Api-api (Avicennia officinalis L.)
Pemanfaatan api-api untuk bagian kayu merahu dapat digunakan sebagai
bahan bakar. Buah dapat dimakan dan getah kayu dapat digunakan sebagai alat
kontrasepsi (Noor dkk., 2006). Menurut Setyawan dkk. (2006) beberapa jenis
bahan pangan dari tumbuhan mangrove masih dapat dijumpai di pasar. Buah
Avicennia spp. biasa dimakan sebagai sayuran di kawasan pantai utara Jawa
Tengah, bahkan masih dijual di pasaran, misalnya di Wulan dan Pasar Manggi.
Buah dan biji Avicennia officinalis dapat digunakan sebagi tonik.
Secara umum daun Avicennia spp. memiliki kadar protein dan kadar serat
nilai nutrisi yang cukup tinggi. Kandungan asam amino (% w/w) pada daun dan
biji Avicennia spp. yang terdeteksi dengan teknik HPLC adalah aspartic acid,
glutamic acid, serine, histidine, glysine, threonine, arginine, alanine, tyrosine,
methionine, valine, phenylalanine, isoleucine, leucine dan lysine dengan kisaran
kandungan 0,41% sampai 0,86% untuk daun, dan 0,04% sampai 0,43% untuk biji.
Secara umum konsentarsi asam amino pada daun lebih tinggi dibanding yang
pada biji (Wibowo dkk., 2009).
Senyawa aktif yang ditemukan pada daun Avicennia spp. adalah
propadiene, naftalen, dimetiltetrametil suksinat, lucidol, isofilokladen, dioksepan,
dan nafto, yang umumnya bersifat toksin pada dosis tertentu, serta memiliki sifat
antibiotik dan anti serangga . Senyawa aktif pada berbagai jaringan tanaman
Avicennia spp, yaitu alkaloid, falvonoid, tanin, dan saponin merupakan senyawa
potensial yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri obat-obatan.
Jaringan tanaman Avicennia spp. berpotensi sebagai antibiotik untuk membantu
penyembuhan luka (Wibowo dkk., 2009).
Buah mangrove bisa dimanfaatkan sebagai obat-obatan, diinformasikan
ada jenis-jenis dari buah mangrove yaitu Avicennia spp. yang sudah diolah dapat
dikonsumsi sebagai obat menambah stamina dan vitamin C. Bahkan ada yang
diolah sebagai bahan pangananan yaitu, keripik dan dodol serta tepung. Saat ini
ada banyak masyarakat yang sudah memanfaatkan buah mangrove sebagai
alternatif perekonomian mereka yang diolah menjadi makanan berbahan baku
buah mangrove. Sebagian masyarakat yang dahulu sering menebang pohon
mangrove untuk pembuatan arang, kini beralih pada pengolahan mangrove
Avicennia officinalis memiliki biji yang dapat dimakan sesudah dicuci dan
direbus (Kusmana dkk., 2003). Manfaat buah, daun dan akar dapat dijadikan
sebagai obat hepatitis, menghasilkan saponin sebagai spermisida (obat kontrasepsi
laki-laki), antimikrobia, anti peradangan, dan aktivitas sitotoksik serta kulit batang
sebagai anti tumor (Mahato dkk., 1988).
Buah Avicennia spp. Sebelum dijadikan sebagai bahan makanan harus
melalui proses pengolahan terlebih dulu. Hal ini dikarenakan di dalam buah jenis
ini mempunyai kandungan racun yang cukup berbahaya jika dikonsumsi oleh
manusia. Selain itu pengolahan ini dimaksudkan untuk menghilangkan kadar
garam yang terkandung dalam buah. Namun apabila diolah dengan baik maka
buah ini aman untuk dikonsumsi (Santoso dkk., 2005).
Analisis Finansial
Pada analisis finansial harga yang digunakan adalah harga pasar (market
price), sedangkan pada analisis ekonomi untuk mencari tingkat profitabilitas
ekonomi akan digunakan harga bayangan. Analisis finansial diperhatikan
didalamnya adalah dari segi cash-flow yaitu perbandingan antara hasil penerimaan
atau penjualan kotor (gross-sales) dengan total biaya (total cost) yang dinyatakan
dalam nilai sekarang untuk mengetahui kriteria kelayakan atau keuntungan suatu
proyek. Hasil finansial juga sering juga disebut private returns. Beberapa hal lain
yang harus diperhatikan dalam analisis finansial ialah waktu didapatkannya
returns sebelum pihak-pihak yang berkepentingan dalam pembangunan proyek
kehabisan modal (Soetriono, 2006).
Setiap usaha evaluasi proyek harus dimulai dengan pernyataan yang jelas
luas. Tujuan analisis ekonomi adalah pengusahaan efisiensi dalam
mengalokasikan sumber-sumber maupun menunjukkan hubungan antara
keterkaitan proyek pada tujuan-tujuan pembangunan lainnya, termasuk
aspek-aspek region dan distributional (Gray dkk., 2007).
Biaya produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan saat memproduksi suatu
komoditi. Biaya produksi meliputi upah pekerjaan, pembayaran bunga, sewa serta
pembelian bahan baku (Miller dan Meiners, 2000). Menurut Arsyad (1993), biaya
produksi dapat dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap atau
fixed cost (FC) adalah biaya yang tidak tergantung pada tingkat output variable
cost. Sedangkan biaya variabel (VC) adalah biaya-biaya yang berubah sesuai
dengan perubahan output.
Menurut Lamb dkk. (2001) keunggulan dari penggunaan analisis titik
impas (break-even) adalah bahwa itu mampu memberikan perkiraan yang cepat
tentang seberapa banyak produk yang harus dijual untuk impas dan berapa besar
keuntungan yang dapat diperoleh jika volume penjualan lebih tinggi diperoleh.
Jika perusahaan beroperasi mendekati titik impas ini, memungkinkan untuk
dapat melihat apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi biaya atau
meningkatkan penjualan. Juga dalam analisis titik impas yang sederhana, tidak
perlu menghitung biaya marjinal dan pendapatan marjinal, karena harga dan rata-
rata biaya per unit diasumsikan konstan.
Masa pembayaran kembali atau payback period dari suatu investasi
menggambarkan panjangnya waktu yang diperlukan agar dana yang tertanam
pada suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya. Bila payback period
maka usul investasi tersebut dapat diterima. Sebaliknya jika payback period dari
suatu investasi lebih panjang dari payback period maksimum maka usul
investasi tersebut seharusnya ditolak. Kriteria ini bukan alat pengukur
provitability tetapi alat pengukur rapidity kembalinya dana, dan metode ini
mengabaikan nilai waktu dari uang (Gittinger, 1986 ).
Dalam fungsi biaya jangka pendek dikenal biaya produksi total (Total Cost
/TC), biaya tetap total (Total Fixed Cost/TFC), biaya variabel total (Total Variable
Cost/TVC), serta biaya rata-rata (Avarage Cost/AC), dan biaya marjinal (Marjinal
Cost/MC)). Sedangkan dalam fungsi penerimaan dikenal penerimaan total (Total
Revenue/TR), penerimaan rata-rata (Avarage Revenue/AR), dan penerimaan
marjinal (Marjinal Revenue/MR). Selisih antara penerimaan total dengan biaya total
merupakan laba/keuntungan perusahaan. Hubungan antara penerimaan, biaya, dan
laba dibahas dalam suatu analisis yaitu analisis titik impas (Firdaus, 2009).
Perencanaan Strategi Pengembangan Usaha
Menurut Porter (1997) perencanaan strategis adalah proses manajerial
untuk mengembangkan dan menjaga agar tujuan, keahlian dan sumberdaya
organisasi sesuai dengan peluang pasar yang terus berubah. Tujuan perencanaan
strategis adalah untuk membentuk dan menyempurnakan usaha serta produk
perusahaan sehingga memenuhi target laba pertumbuhan. Perencanaan strategis
memerlukan tiga kegiatan kunci, yaitu:
1. Perusahaan mengelola usahanya sebagai portofolio investasi. Setiap usaha
memiliki potensial laba yang berbeda, dan sumberdaya yang dimiliki
2. Perusahaan mengevaluasi setiap unit usaha secara tepat dengan
mempertimbangkan tingkat pertumbuhan pasar dan posisi serta kesesuaian
perusahaan dalam pasar tersebut.
3. Perusahaan harus mengembangkan suatu rencana permainan untuk mencapai
tujuan jangka panjang dan menentukan strategi apa yang paling sesuai dari
sudut pandang posisi industri dan tujuan, peluang, keahlian, dan
sumberdayanya.
Semua organisasi mempunyai kekuatan dan kelemahan dalam berbagai
bidang fungsional bisnis. Analisis internal mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahaan yang menjadi landasan bagi strategi perusahaan. Kekuatan
perusahaan adalah sumberdaya, keterampilan atau keunggulan relatif terhadap
pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani oleh perusahaan. Kelemahan
perusahaan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumberdaya, keterampilan
dan kapabilitas yang serius menghambat kinerja efektif perusahaan. Faktor-faktor
yang termasuk dalam faktor internal perusahaan adalah faktor manajemen, faktor
pemasaran dan distribusi, faktor keuangan dan akuntasi, faktor produksi, faktor
penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi (David, 2006).
Menurut Pearce and Robinson (2009) lingkungan jauh eksternal terdiri
dari faktor-faktor yang bersumber dari luar dan biasanya tidak berhubungan
dengan situasi operasional perusahaan yaitu politik, ekonomi, sosial, budaya,
Kondisi Umum Lokasi Penelitian Luas dan Topografi Daerah
Desa Tanjung Rejo terletak di kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli
Serdang, Provinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 3086 Ha, jumlah
penduduk sebanyak 9438 jiwa dan terdiri atas 13 dusun. Daerah ini berada di
ketinggian 0,5 m dari permukaan laut, bentuk topografi yaitu berupa dataran
rendah . Suhu udara rata-rata 35oC dan curah hujan sebesar 2000 mm/tahun
(Data Monografi Desa Tanjung Rejo, 2012).
Desa Tanjung Rejo dari Kota Medan berjarak ±65 Km dengan pejalanan
menggunakan kendaraan bermotor selama ± 2 jam. Oleh karena itu, dapat
diasumsikan bahwa desa tersebut sudah tergolong cepat menerima informasi dari
luar daerah yang akan berpengaruh terhadap kemajuan dan perkembangan desa.
Adapun batas-batas desa penelitian berdasarkan Monografi Desa Tanjung
Tanjung Rejo (2012) adalah sebagai berikut :
1. Sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka
2. Sebelah timur berbatasan dengan PTPN II Saentis
3. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Percut
4. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Tanjung Selamat
Kependudukan
Penduduk Desa Tanjung Rejo berjumlah 9.438 jiwa dan terdiri dari 2.234
kepala rumah tangga. Untuk lebih jelasnya data dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1. Data Jumlah Penduduk Desa Tanjung Rejo 2012
Sumber : Monografi Desa Tanjung Rejo Tahun 2012
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terbanyak terdapat di
Dusun XI ( Dusun Paluh Merbau) yaitu sebanyak 1809 jiwa (19,16 %) yang
terdiri atas 432 kepala keluarga. Jumlah penduduk yang paling sedikit terdapat di
dusun XIII yaitu 109 jiwa (1,15%) terdiri dari 25 kepala keluarga.
Agama yang paling banyak dianut oleh masyarakat Desa Tanjung Rejo
adalah Islam sebanyak 8.987 jiwa (95,22%), kemudian agama Katolik sebanyak
351 jiwa (3,71%) dan Agama Protestan 80 jiwa (0,84%).
Mata Pencaharian
Sebagai daerah pertanian, penduduk di Desa Tanjung Rejo pada umumnya
memiliki sumber mata pencaharian dari sektor pertanian. Selain bertani sebagian
penduduk juga bekerja sebagai pedagang, pegawai negeri, ABRI, karyawan,
buruh, dan jasa nelayan. Untuk lebih jelasnya pada Tabel 3 dapat dilihat
Tabel 2. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2012
Sumber : Monografi Desa Tanjung Rejo Tahun 2012
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa mata pencaharian terbesar penduduk desa
tanjung rejo sebagai petani sebanyak 2191 jiwa yaitu 67,8%. Sumber daya yang
tersedia dari alam dan manusia paling potensial adalah sektor pertanian.
Sarana dan Prasarana Umum
Sarana dan prasarana desa akan mempengaruhi perkembangan dan
kemajuan masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana maka akan
mempercepat laju pertumbuhan desa tersebut.
Tabel 3. Sarana dan Prasarana di Desa Tanjung Rejo Tahun 2001
No Uraian Jumlah (Unit)
Dari keadaan sarana dan prasarana di desa penelitian maka dapat
disimpulkan bahwa kebutuhan masyarakat sudah terpenuhi baik dalam bidang
pendidikan, perekonomian, keagamaan, dan sosial budaya. Peningkatan sumber
daya yang baik memacu masyarakat memanfaatkan sumber daya yang ada
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo,
Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2012.
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan adalah camera digital berguna untuk
dokumentasi penelitian, tape recorder berguna untuk merekam hasil wawancara,
dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah kuesioner untuk mendapatkan data
sekunder maupun primer.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Dusun Paluh Merbau,
Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang yang
mengambil dan mengolah buah api-api (Avicennia officinalis). Dari hasil survei di
lapangan, bentuk pengolahan buah api-api yang dilakukan oleh masyarakat di
Dusun Paluh Merbau dilakukan secara berkelompok. Oleh karena itu, responden
dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berperan dalam pengolahan buah
api-api (Avicennia officinalis). Jumlah sampel dalam penelitian ini ada sebanyak 6
kelompok pengolah buah api-api dipilih dengan menggunakan metode purposive
sampling.
Teknik dan Tahapan Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dilapangan sebagai berikut :
Data primer yang diperlukan adalah karakteristik responden yaitu nama, jenis
kelamin, umur, mata pencaharian, jumlah anggota keluarga, dan pendidikan.
b. Data Sekunder
Data sekunder yang diperlukan adalah data umum yang ada pada instansi
pemerintahan Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut
Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara :
1. Observasi
Survei langsung ke lapangan dengan melihat cara pengolahan buah
api-api dan melihat kehidupan masayarakat.
2. Kuesioner
Kuesioner merupakan pertanyaan yang ditujukan kepada seluruh
sampel dalam penelitian.
3. Wawancara mendalam (deep interview)
Wawancara ditujukan untuk melengkapi data lainnya yang berkaitan
dengan penelitian.
4. Studi Pustaka
Dilakukan untuk mendapatkan data-data sekunder yang diperlukan
dalam penelitian.
Analisis Data
a. Analisis Deskriptif
Data yang diambil yaitu mengenai bentuk pengolahan buah api-api dan
Kemudian data tersebut dijadikan sebagai bahan dasar dalam menggambarkan
model/skema kegiatan mulai dari proses pembelian bahan baku sampai
pengolahan. Serta jumlah biaya produksi yang digunakan dalam pengolahan
buah api-api.
b. Analisis Finansial
Analisis finansial dilakukan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang
diperoleh dan kapan pengembalian dari investasi dalam pembuatan suatu proyek
atau produk.
1. Biaya Total (Total Cost / TC)
Biaya variabel total (Total Variable Cost/TVC), yaitu keseluruhan biaya
yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang dapat diubah
jumlahnya. Berarti biaya variabel total sama dengan jumlah unit input
(quantity/Q) dikalikan dengan biaya input variabel per unit (Avarage Variable
Cost/AVC) (Firdaus, 2009). Secara sistematis biaya variabel total dapat
dirumuskan sebagai berikut :
TVC = Q x AVC
Biaya tetap total (Total Fixed Cost/TFC), yaitu keseluruhan biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang tidak dapat diubah
jumlahnya. Biaya total ( Total Cost) , yaitu keseluruhan jumlah biaya produksi
yang dikeluarkan (Firdaus, 2009). Secara sistematis biaya total dapat dirumuskan
sebagai berikut :
TC = Τ FC + T VC Keterangan :
TC = Total Cost (Rupiah)
TVC = Total Variable Cost (Rupiah)
2. Penerimaan Total (Total Revenue /TR)
Penerimaan total (Total Revenue/ TR) yaitu jumlah unit yang dijual (Q)
dikalikan dengan harga jual (P) (Firdaus, 2009). Secara sistematis penerimaan total
dapat dirumuskan sebagai berikut :
TR = P x Q
Keterangan :
TR = Total Revenue (Rupiah)
P = harga jual per unit (Rupiah)
Q = Kuantitas penjualan (unit )
3. Untung ( Income/I)
I = TR – TC
Keterangan :
I = Income (Rupiah)
TR = Total Revenue (Rupiah)
TC = Total Cost (Rupiah)
4. Analisis Titik Impas (Break Even Point Analysis)
Analisis titik impas (Break Event Point/ Break Even Point Analysis)
adalah suatu teknik analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya (biaya tetap
dan biaya variabel), keuntungan, dan volume kegitan (Firdaus, 2009).
Menurut Wijayanti (2012) perhitungan BEP atas dasar unit produksi
dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
TFC
BEP (Q) =
Keterangan:
BEP (Q) = titik impas dalam unit produksi
TFC = biaya tetap
P = harga jual per unit
VC = biaya tidak tetap per unit
Perhitungan BEP atas dasar unit rupiah dapat dilakukan dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
Total Biaya
BEP (Rp) =
Total Produksi Keterangan:
BEP (Rp) = titik impas dalam rupiah
5. Analisis Masa Pembayaran Kembali (Payback Period / PBP)
Payback Period yaitu waktu yang dibutuhkan oleh pendapatan atau
keuntungan dari suatu investasi untuk sama dengan biaya investasinya. Masa
pembayaran kembali atau payback period (PBP) dari suatu investasi
menggambarkan panjangnya waktu yang diperlukan agar dana yang tertanam
pada suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya. Dalam penelitian ini
panjangnya masa pembayaran kembali dinilai dari produksi yang dilakukan
sebanyak satu kali. Sehingga tolok ukur yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebanyak 1 kali produksi.
Total Biaya
PBP = 1 kali produksi
Total Pendapatan
6. Analisis Revenue and Cost Ratio (R/C ratio)
R/C ratio merupakan perbandingan antara penerimaan total dan biaya
yang dikeluarkan (Wijayanti, 2012). Adapun R/C ratio dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Kriteria penilaian R/C ratio:
R/C < 1 = usaha agroindustri mengalami kerugian
R/C > 1 = usaha agroindustri memperoleh keuntungan
R/C = 1 = usaha agroindustri mencapai titik impas
c. Analisis Strategi Pengembangan Usaha
Analisis strategi pengembangan usaha dilakukan dengan menggunakan
analisis kualitatif yang digunakan untuk mengetahui lingkungan perusahaan
terkait dengan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi
perusahaan yaitu menggunakan analisis SWOT.
Berdasarkan analisis lingkungan internal dan eksternal usaha maka dapat
diformulasikan alternatif strategi yang dapat dilaksanakan. Formulasi alternatif
strategi dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT yaitu menganalisis
peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan. Untuk menentukan faktor-faktor
yang menjadi kekuatan, kelemahan peluang dan ancaman dilakukan wawancara
interatif dengan pihak pengolah buah api-api. Pada proses awal wawancara
peneliti berusaha mencari informasi keadaan internal diantaranya mengenai
manajemen, pemasaran dan distribusi, keuangan dan akuntansi, produksi dan
sumberdaya manusia. Setelah informasi tersebut terkumpul kemudian peneliti
membuat daftar faktor kekuatan dan kelemahan usaha yang kemudian
bahwa daftar kekuatan dan kelemahan yang dibuat tersebut sudah
menggambarkan kondisi internal perusahaan. Kemudian peneliti juga melakukan
wawancara untuk mendapatkan informasi tentang faktor-faktor eksternal yang
mempengaruhi perusahaan berdasarkan lingkungan jauh.
Matriks SWOT adalah alat untuk mencocokkan bagi para manajer dalam
mengembangkan empat tipe strategi: SO (kekuatan-peluang), WO
(kelemahan-peluang), ST (kekuatan-ancaman), WT (kelemahan-ancaman). Mencocokkan
faktor eksternal dan internal kunci merupakan bagian sulit terbesar untuk
mengembangkan matriks SWOT dan memerlukan penilaian yang baik, dan tidak
ada satu pun kecocokan terbaik (David, 2006).
Empat sel strategi yang diberi nama dengan Penyusunan matriks SWOT
dapat dilihat pada Tabel 4.
Internal
Eksternal
Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Peluang (O)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Karakteristik responden dapat memberikan gambaran tentang kondisi
pengolahan buah api-api di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo Kecamatan
Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Karakteristik responden yang dinilai
antara lain : umur, mata pencaharian, jumlah anggota keluarga, dan tingkat
pendidikan. Berdasarkan pengolahan data disimpulkan bahwa seluruh pengolah
buah api-api tersebut adalah wanita dapat dilihat pada Lampiran 1.
Gambar 4. Wawancara dan Pengisian Kuesioner dengan
Responden Pengolah Buah Api-api
Proses pengolahan buah api-api dilakukan secara berkelompok yang
disebut dengan kelompok tani. Di Dusun Paluh Merbau terdapat 6 kelompok tani,
dimana setiap kelompok memiliki anggota paling sedikit 10 orang dan paling
banyak 30 orang, setiap kelompok diketuai oleh satu orang yang dianggap mampu
untuk memimpin kelompok tani tersebut. Pengambilan sampel dilakukan dengan
kepentingan dan tujuan kelengkapan data pengolah buah api-api, masing-masing
kelompok diambil 5 orang dari tiap-tiap kelompok.
Umur perlu diketahui untuk mengetahui umur produktif dalam
meningkatkan hasil yang tinggi. Rata-rata umur responden berkisar antara 20-60
tahun. Distribusi responden berdasarkan umur ditunjukkan pada Tabel 6.
Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Umur
No Kelompok Umur
(Tahun) Frekuensi Proporsi (%)
1 20-30 10 33,3
2 31-40 5 16,7
3 41-50 13 43,3
4 51-60 2 6,7
Jumlah 30 100%
Berdasarkan Tabel 5 jumlah responden terbanyak diwawancarai adalah
responden dengan umur 41-50 tahun sebanyak 13 orang dengan proporsi 43,3%.
Responden yang paling sedikit adalah umur 51-60 tahun sebanyak 2 orang dengan
proporsi 6,7%. Pengolah buah api-api lebih banyak wanita umur 41-50 tahun
dikarenakan mereka masih produktif dan memiliki banyak waktu luang untuk
mengikuti kegiatan kelompok tani.
Karakteristik responden berdasarkan jenis mata pencaharian ditunjukkan
pada Tabel 6.
Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Mata Pencaharian
No Jenis Mata
Pencaharian Frekuensi Proporsi (%)
1 Petani 27 90
2 Pendidik 3 10
Pada umumnya pekerjaan utama responden adalah bertani dengan proporsi
90%. Selain bertani, responden juga bekerja sebagai pendidik 10%. Sebagian
besar responden memiliki jumlah anggota keluarga rata-rata 3-6 orang. Distribusi
anggota keluarga ditunjukkan pada Tabel 7.
Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga
No Jumlah Anggota
keluarga(orang) Frekuensi Proporsi (%)
1 1-3 10 33,3
2 4-6 20 66,7
3 >6 0 0
Jumlah 30 100 %
Jumlah anggota keluarga dapat menggambarkan seberapa banyak waktu
luang yang bisa diberikan oleh kelompok tani dalam mengikuti kegiatan
kelompok tani, khusus dalam pengolahan buah api-api menjadi bahan makanan
dan minuman. Bagi responden yang memiliki anggota keluarga sedikit lebih
banyak memiliki waktu luang untuk mengolah buah api-api dibandingkan mereka
yang memiliki banyak anggota keluarga. Hal tersebut karena mereka memiliki
banyak pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Tingkat pendidikan responden di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung
Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan pada umumnya lulusan SD yaitu sebanyak 17
orang (56,7%). Distribusi responden berdasarkan pendidikan selengkapnya
ditunjukkan pada Tabel 8.
Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat pendidikan Jumlah (jiwa) Presentasi (%)
2 Sekolah Dasar 17 56,7
3 SMP/SLTP 8 26,7
4 SMA/SLTA 2 0,07
5 Sarjana/ S1 3 0,1
Berdasarkan data pada Tabel 8 dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan
responden masih rendah. Hal tersebut dikarenakan keadaan ekonomi keluarga
yang tidak sanggup membiayai kebutuhan pendidikan dan keterbatasan sarana
pendidikan.
Aspek Potensi Buah Api-api
Buah api-api merupakan salah satu buah mangrove yang dapat
dimanfaatkan menjadi bahan makanan dan minuman. Berdasarkan hasil
pengamatan dilapangan, komoditi buah api-api banyak tersedia di sepanjang
pesisir pantai. Menurut Santoso (2005) buah api-api tersebut memiliki permudaan
alami sangat cepat dan selama 2 tahun sudah dapat menghasilkan buah. Hal
tersebut juga menunjukkan bahwa apabila dilakukan penanaman dan perawatan
pohon api-api secara intensif akan memperoleh hasil dalam jangka waktu dua
tahun. Noor dkk. (2006) juga menyatakan bahwa ekologi Avicennia officinalis
berbunga sepanjang tahun.
Pada tahun 2008 pihak LSM Yayasan Gajah Sumatera (YAGASU)
membentuk kelompok tani di Dusun Paluh Merbau yang terdiri dari 6 kelompok
tani, setiap kelompok tani memilki anggota yang cukup banyak yaitu berkisar 10
s/d 30 orang. LSM juga bertindak dalam pemeliharaan dan penanaman hutan
mangrove di Dusun Paluh Merbau. Dari jumlah masyarakat yang terlibat dalam
pengolahan buah api-api tersebut juga merupakan gambaran besarnya potensi
Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai tenaga kerja pengolah dan penjual produk
olahan buah api-api. Dusun Paluh Merbau berjarak tidak jauh dari Kota Medan
yaitu ± 65 km dengan perjalanan menggunakan kendaraan bermotor selama ± 2
Gambar 5. Tanaman Api-api di Dusun Paluh Merbau, Kecamatan Percut Sei Tuan
Melalui wawancara dengan ibu Ponisah sebagai ketua kelompok tani,
menyatakan bahwa permintaan produk buah api-api selama bulan Januari hingga
Juni 2012 hanya sekali yang ditujukan untuk sebuah pameran yang dilakukan di
acara pameran Kabupaten Deli Serdang. Dari frekuensi permintaan tersebut yang
sangat sedikit menggambarkan bahwa sejauh ini pemanfaatan buah api-api
tersebut masih kurang optimal. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengembangan
karena usaha pengolahan buah api-api tersebut memiliki banyak potensi.
Bentuk Pengolahan Produk Buah Api-api
Menurut Santoso dkk. (2005) buah api-api untuk dijadikan bahan makanan
harus melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan di dalam
buah jenis ini mempunyai kandungan racun yang cukup berbahaya jika
dikonsumsi oleh manusia. Selain itu pengolahan ini dimaksudkan untuk
menghilangkan kadar garam yang terkandung dalam buah. Namun apabila diolah
dengan baik maka buah ini aman untuk dikonsumsi.
adalah sebagai berikut :
1. Pengambilan bahan baku api-api dari hutan mangrove.
2. Pengupasan kulit buah api-api dan pengambilan bagian dalamnya.
3. Pembelahan buah menjadi empat bagian, kemudian melepaskan putik dari
buahnya.
4. Merebus buah yang telah dibelah dalam air mendidih hingga lunak (sekitar 30
menit), sambil terus mengganti air rebusan. Kemudian memasukkan air abu
secukupnya sambil diaduk hingga rata.
5. Mengangkat dan menyuci buah api-api hingga warnanya berubah kehijauan.
6. Perendaman dalam ember yang agak besar selama dua hari. Setiap enam jam
dilakukan penggantian air untuk mempercepat proses penghilangan racun yang
dilakukan sebanyak ± 8 kali.
Buah yang sudah diolah selanjutnya dapat digunakan menjadi bahan baku
pembuatan keripik api-api, donat api-api, bolu api-api dan dawet api-api.
1. Keripik Api-api
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan keripik api-api dapat
dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Bahan-bahan dan takaran pembuatan keripik api-api
No Bahan Takaran
1 Bahan dasar api-api kering 250 gram
2 Garam 1 sendok teh
3 Minyak goreng 250 gram
Catatan : 250 gram bahan dasar api-api kering di peroleh dari 400 gram bahan dasar api-api dalam keadaan basah
Dengan jumlah bahan baku buah api-api 250 gram dapat menghasilkan
keripik api-api dapat dilihat dari Gambar 6. Perolehan bahan dasar api-api
250 gram didapatkan dari buah api-api dalam keadaan basah sebesar 400 gram.
Kemampuan pengolah buah api-api dalam memproduksi keripik api-api selama
satu kali produksi adalah sebanyak 48 bungkus dengan jumlah bahan dasar api-api
kering sebanyak 4 kg atau setara dengan 6,4 bahan dasar api-api dalam keadaan
basah. Adapun prosedur pengolahan keripik api-api adalah sebagai berikut :
1. Pengukusan buah api-api ± 15 menit
2. Penjemuran buah api-api yang sudah dikukus selama 2 hari.
3. Menaburkan garam ke buah api-api kemudian melakukan pengadukan.
4. Menggoreng buah api-api hingga matang.
5. Pengemasan keripik api-api.
Pembuatan keripik api-api ditaburi dengan garam bertujuan untuk
merenyahkan dan membuat rasa keripik api-api lebih gurih. Proses pembuatan
api-api sangat mudah dan tidak membutuhkan biaya besar, hanya saja pada proses
pembuatan membutuhkan waktu ± 2 hari proses pengeringan. Keripik yang sudah
matang akan lebih menarik apabila dicampur dengan bumbu, sehingga konsumen
lebih tertarik untuk membeli. Kendala yang dihadapi dalam pengolahan keripik
api-api adalah proses pengeringan yang lama dan apabila banyak dikonsumsi
2. Donat Api-api
Bahan-bahan yang digunakan dalam proses pembuatan donat api-api dapat
dilihat Tabel 10.
Tabel 10. Bahan-bahan dan Takaran Pembuatan Donat Api-api
No Bahan Takaran
1 Tepung api-api 250 gram
2 Tepung terigu 500 gram
3 Gula putih 100 gram
4 Telur 1 butir
5 Vanilli 1 bungkus
6 Mentega 100 g
7 Coklat beras 1 bungkus
8 Minyak Goreng 500 gram
Catatan : Tepung api-api 250 gram diperoleh dari 500 gram buah api-api dalam keadaan basah.
Gambar 7. Donat Api-api
Pengolahan donat api-api dengan jumlah bahan baku seperti yang
dicantumkan pada Tabel 10 menghasilkan 30 buah donat dengan harga
Rp 1.000,- /buah. Pengolahan donat api-api memiliki kemampuan memproduksi
sebanyak 480 buah donat dalam sekali produksi. Proses pembuatan donat api-api
adalah sebagai berikut :
1. Memblender buah api-api dan mengayak hingga berupa tepung.
2. Mencampur tepung api-api dengan tepung terigu, gula putih, telur, mentega,
3. Pengadukan hingga merata dan mencampur sedikit air hingga tidak lengket
ditangan.
4. Mencetak adonan yang sudah diaduk.
5. Penggorengan adonan hingga berubah warnanya menjadi kuning.
6. Menaburkan coklat beras dipermukaan donat kemudian dilakukan
pengemasan.
Proses pembuatan donat api-api pada tahap ketiga dilakukan untuk
mendapatkan hasil yang bagus perlu diperhatikan pada saat pengadukan dan
pencampuran bahan-bahan. Untuk mengetahui campuran bahan sudah menyatu
caranya yaitu dengan mengambil sedikit adonan, lalu ditarik melebar. Apabila
adonan sobek, maka ulangi proses pengulenan hingga adonan tidak sobek. Pada
saat penggorengan kue donat harus selalu digoreng dalam minyak banyak dan
terendam dengan panas tertentu agar warnanya tetap kuning kecokelatan dan
matangnya merata. Donat yang sudah digoreng untuk meningkatkan daya tarik
dapat dilakukan dengan cara membuat tampilan bentuk yang menarik seperti
menaburi permukaan donat dengan coklat beras.
3. Bolu Api-api
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan bolu api-api dirincikan
pada Tabel 11.
Tabel 11. Bahan-bahan dan Takaran Pembuatan Bolu Api-api
Komposisi bahan pembuatan bolu api-api seperti pada Tabel 11
menghasilkan bolu sebanyak 2 loyang dengan harga Rp 20.000,-per loyang.
Produksi api-api mampu menghasilkan 8 loyang api-api dalam sekali produksi.
Kemampuan produksi bolu api-api dalam satu kali produksi dapat menghasilkan
32 loyang dengan bahan tepung api-api sebanyak 4 kg setara dengan 8 kg buah
api-api dalam keadaan basah. Proses pembuatan bolu api-api memerlukan tahapan
pengerjaan, tahap pengerjaannya adalah sebagai berikut :
1. Memblender buah api-api, dan mengayak untuk mengambil tepungnya.
2. Pengadukan gula putih, telur, dan vanilli dengan mixer hingga mengembang.
3. Mencairkan mentega.
4. Memasukkan mentega yang telah dicairkan, tepung terigu, tepung api-api,
pasta, soda kue ke dalam mixer kemudian dilakukan pengadukan hingga
merata.
5. Memasukkan adonan yang sudah diaduk ke dalam loyang.
6. Memanggang adonan di dalam oven hingga matang.
Pada tahap kedua pembuatan bolu api-api, telur dicampur dengan gula
putih dan vanilli kemudian diaduk hingga mengembang ± 15 menit. Bahan yang
digunakan dalam pembuatan bolu adalah kuning telur bukan putih telur sehingga
dipisahkan terlebih dahulu. Sebelum adonan dimasukkan kedalam loyang, loyang
harus diolesi dengan mentega supaya adonan tidak lengket pada loyang. Setelah
adonan dimasukkan kedalam loyang, masukkan loyang kedalam oven dan
dipanggang selama ± 45 menit. Untuk memastikan bolu matang pada bagian atas
ditusukkan kedalam kue bolu yang sedang dipanggang. Jika belum matang, akan
ada sisa adonan tertempel pada batang lidi.
Gambar 8. Bolu Api-pi
4. Dawet Api-api
Pembuatan dawet api-api diolah dengan menambahkan bahan-bahan lain
untuk meningkatkan nilai rasa yang lebih menarik. Bahan-bahan yang digunakan
dalam pembuatan dawet api-api dipaparkan pada Tabel 12.
Tabel 12. Bahan-bahan dan Takaran Pembuatan Dawet Api-api
Bahan pembuatan dawet api-api dirincikan pada Tabel 12 menghasilkan
20 gelas dawet api-api dengan harga Rp 3000/gelas. Dalam proses pengerjaannya
membutuhkan waktu ± 2 jam. Kemampuan produksi dawet api-api selama satu
kali produksi yaitu sebanyak 320 gelas dengan jumlah bahan tepung api-api 4 kg.
Adapun prosedur pengolahan dawet api-api adalah sebagai berikut :
No Bahan Takaran
1 Tepung api-api 250 gram
2 Tepung terigu 100 gram
3 Tepung ketan 100 gram
4 Gula merah 150 gram
5 Kelapa parut 200 gram
1. Memblender buah api-api, kemudian mengayak hingga mendapatkan
tepungnya.
2. Mencampur tepung api-api dengan tepung ketan hingga merata.
3. Mempersiapkan plastik sebagai alas adonan.
4. Pembentukan adonan hingga melebar, kemudian memotong adonan kecil-kecil
panjang seperti cendol.
5. Perbusan hasil potongan dalam air mendidih.
6. Mengangkat hasil potongan yang direbus setelah mengapung.
7. Menaruh hasil rebusan dalam air putih matang.
8. Penyajian dengan mencampur hasil rebusan dengan kuah santan, gula merah,
dan nangka.
Gambar 9. Dawet Api – api
Dawet dengan berbahan api-api sangat jarang ditemukan dipasaran, yang
paling sering ditemui adalah dawet dengan berbahan tepung beras dan tepung
tapioka. Bahan cair yang digunakan dalam pembuatan dawet ini adalah dengan
menggunakan santan yang sudah dimasak. Dawet akan padat atau terbentuk dengan
cara direndam di dalam air es supaya dawet tidak hancur dan tidak lengket satu sama
Analisis Finansial Produk Olahan Buah Api-api
Tujuan didirikannya suatu usaha adalah untuk memperoleh keuntungan dan
manfaat. Besar kecilnya keuntungan diperoleh dari seberapa besar modal yang
dibutuhkan dan produksi yang dihasilkan. Oleh karena itu, diperlukan suatu
perencanaan yang matang untuk memulai usaha tersebut.
Analisis finansial merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui
kelayakan suatu usaha. Analisis biaya produk olahan buah api-api akan
menggambarkan prospek masing-masing produk dapat dilihat dari nilai R/C Ratio,
Analisis Titik Impas, BEP ( Break Event Point), dan Payback Periode (PBP).
Peralatan Produksi
Jenis, jumlah, dan harga satuan peralatan produksi yang digunakan dalam
proses pengolahan buah api-api dicantumkan pada Tabel 13. Pada Tabel 13
terlihat bahwa jenis alat yang paling mahal adalah oven yaitu Rp 350.000,- dan
yang paling murah yaitu baksom (Rp 2.500,-/unit).
Tabel 13. Jenis dan Jumlah Peralatan yang Digunakan Serta Harganya Jenis Peralatan Jumlah Harga/unit (Rp/unit)
Kompor gas 1 unit 300.000
Blender 1unit 350.000
Ember 1 unit 20.000
Umur Ekonomis dan Nilai Penyusutan Produksi
Metode yang digunakan untuk menghitung nilai/biaya penyusutan
dimana biaya penyusutannya adalah harga barang dibagi dengan umur ekonomis
barang (Redaksi Agromedia, 2007). Beberapa asumsikan yang digunakan dalam
analisis ini adalah sebagai berikut :
1. Umur ekonomis kompor gas selama 2 tahun.
2. Umur ekonomis batu giling selama 2 tahun.
3. Umur ekonomis oven selama 2 tahun.
4. Umur ekonomis mixer selama 5 tahun.
5. Umur ekonomis blender selama 5 tahun.
6. Umur ekonomis perlengkapan lain-lain selama 1 tahun.
Tabel 14. Nilai Penyusutan Peralatan Produk Olahan Buah Api-api Jenis Peralatan Umur Ekonomis
(bulan)
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan Keripik api-api menggunakan
kompor gas, ember, sendok goreng, kuali, dan baskom sehingga biaya penyusutan
peralatan sebesar Rp 19.164,-. Peralatan yang digunakan pada proses pembuatan
donat api-api antara lain kompor gas, blender, ember, sendok goreng, kuali,
saringan dan baskom dengan biaya penyusutan sebesar Rp 25.205,-. Pada proses
pembuatan bolu api-api peralatan yang digunakan antara lain kompor gas,
blender, ember, saringan, oven, mixer, dan baskom sehingga biaya penyusutannya
yang digunakan yaitu kompor gas, blender, ember, sendok goreng, saringan,
baskom dan periuk sehingga biaya penyusutan peralatan sebesar Rp 24.789,-.
Biaya Produksi dan Keuntungan
Perhitungan total biaya produksi dilakukan untuk mengetahui jumlah produk
yang dihasilkan dan keuntungan yang didapatkan. Perhitungan biaya ditaksasikan
selama satu kali produksi terdapat pada Lampiran 2. Biaya variabel yang digunakan
antara lain : garam, air abu, minyak goreng, buah api-api, plastik putih, gas elpiji,
tepung terigu, gula putih, telur, vanilli, mentega, ceres, pasta, soda kue, tepung ketan,
gula merah, nangka, kelapa dan gaji tenaga kerja. Sedangkan biaya tetap adalah
biaya yang tidak tergantung terhadap jumlah produksi berupa biaya transportasi,
konsumsi dan penyusutan peralatan.
Hasil perhitungan biaya total diperoleh dari penjumlahan biaya tetap total
dengan biaya variabel total. Total penerimaan dipengaruhi oleh perkalian antara
unit/volume yang diproduksi dengan harga jual per unit. Keuntungan dihitung dari
selisih biaya total dengan penerimaan. Adapun rincian biaya ditunjukkan pada
Tabel 15.
Tabel 15. Biaya dan Keuntungan Pengolahan Buah Api-api Menjadi Keripik Api-api di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang
Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa biaya variabel total lebih besar
Uraian Nilai Persentase(%)
Biaya Tetap Total (Rp) Rp 65.164 29,43
Biaya Variabel Total (Rp) Rp 156.250 70,57
Biaya Total (Rp) Rp 221.414 100%
Volume/Bungkus 48
Harga(Rp/Bungkus) 5000
Penerimaan (Rp) Rp 240.000
dari biaya tetap total, dimana biaya tetap total sebesar Rp 65.164,- dan biaya variabel
total sebesar Rp 156.250,-. Jumlah biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi
48 bungkus adalah Rp 221.414,- dengan harga jual Rp 5.000,- per bungkus. Dalam
pengolahan keripik api-api, penerimaan yang diperoleh sebesar Rp 240.000,-
sehingga diperoleh keuntungan sebesar Rp 16.486,-. Keuntungan diperoleh dari hasil
selisih penerimaan dengan biaya total.
Tabel 16. Biaya dan Keuntungan Pengolahan Buah Api-api Menjadi Donat Api-api di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang
Proses pengolahan donat api-api memerlukan biaya variabel berupa tepung
api-api, tepung terigu, gula putih, telur, mentega, coklat beras, air abu, minyak
goreng, dan upah tenaga kerja. Sedangkan biaya tetap berupa biaya transportasi,
konsumsi dan penyusutan barang seperti yang dirincikan pada Lampiran 3. Total
biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi 480 buah donat adalah sebesar
Rp 346.045,- dengan biaya tetap total sebesar Rp 71.205,- dan biaya variabel total
sebesar Rp 274.840,-.
Keuntungan yang diperoleh dalam pembuatan donat adalah sebesar
Rp 124.562,-, diperoleh dari perkalian jumlah donat 480 buah dengan harga jual
Rp 1.000,-per buahhasilnya Rp 480.000,- kemudian dikurangi dengan biaya total
sebesar Rp 346.045,-. Dari hasil perhitungan keuntungan yang diperoleh selama
satu kali produksi mencapai setengah dari total biaya. Besarnya keuntungan yang
Uraian Nilai Persentase
Biaya Tetap Total (Rp) Rp 71.205 20,58
Biaya Variabel Total (Rp) Rp 274.840 79,42
Biaya Total (Rp) Rp 346.045 100%
Volume/buah 480
Harga(Rp/buah) Rp 1.000
Penerimaan (Rp) Rp 480.000
diperoleh dalam pembuatan donat menjadi prospek yang baik sehingga usaha
tersebut layak untuk dikembangkan.
Tabel 17. Biaya dan Keuntungan Pengolahan Buah Api-api Menjadi Bolu Api-api di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang
Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui bahwa persentase biaya tetap total dan
biaya variabel total memiliki perbedaan jumlah yang signifikan dengan selisih
59,34%. Hal tersebut dipengaruhi oleh bahan tambahan terutama jumlah telur yang
cukup banyak untuk melembutkan tekstur bolu, seperti tertera pada Lampiran 4.
Penerimaan yang diperoleh dari hasil produksi bolu adalah sebesar Rp 640.000,-
selama satu kali produksi, sehingga keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 222.028,-
setelah dikurangi dengan biaya total sebesar Rp 417.972,-.
Tabel 18. Biaya dan Keuntungan Pengolahan Buah Api-api Menjadi Dawet Api-api di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang
Berdasarkan Tabel 18 dapat dilihat bahwa dalam pembuatan dawet api-api
membutuhkan biaya Rp 231.589,- memproduksi 320 gelas dawet api-api selama
Uraian Nilai Persentase
Biaya Tetap Total (Rp) Rp 85.372 20,42
Biaya Variabel Total (Rp) Rp 332.600 79,58
Biaya Total (Rp) Rp 417.972 100%
Volume/Loyang 32
Hargan(Rp/Loyang) Rp 20.000
Penerimaan (Rp) Rp 640.000
Keuntungan (Rp) Rp 222.028
Uraian Nilai Persentase
Biaya Tetap Total (Rp) Rp 70.789 30,57
Biaya Variabel Total (Rp) Rp 160.800 69,43
Biaya Total (Rp) Rp 231.589 100%
Volume/gelas 320
Harga(Rp/gelas) Rp 3.000
Penerimaan (Rp) Rp 960.000
satu kali produksi. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan dawet api-api
dirincikan pada Lampiran 5.
Keuntungan sebesar Rp 728.411 diperoleh dari hasil pengurangan
penerimaan dengan total biaya yaitu sebesar Rp 231.589,- dengan total produksi
sebanyak 320 gelas dan nilai jual sebesar Rp 3.000,- per gelas. Hal tersebut
menunjukkan bahwa usaha pembuatan dawet api-api sangat menguntungkan dan
layak untuk dikembangkan.
Analisis R/C Ratio
Nilai R/C ratio digunakan untuk mengetahui apakah suatu usah layak
dikembangkan atau tidak, dilihat dari perbandingan antara penerimaan dengan
biaya produksi total. Analisis nilai R/C ratio pada usaha pengolahan keripik
api-api dapat dicantumkan pada Tabel 19.
Tabel 19. Analisis R/C Ratio Keripik Api-api di Dusun Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan
Pada Tabel 19 diketahui bahwa perbandingan antara penerimaan dengan
biaya produksi total adalah sebesar 1,08. Angka tersebut menunjukkan bahwa
usaha pembuatan keripik api-api memiliki prospek yang menguntungkan dilihat
dari nilai R/C ratio lebih besar dari satu sesuai dengan pernyataan
(Wijayanti, 2012), akan tetapi usaha tersebut kurang efisien untuk dikembangkan
karena nilai R/C hampir mendekati satu atau mencapai titik impas sehingga antara
penerimaan dengan biaya produksi perpedaannya tidak signifikan.
Uraian Jumlah (Rp)
Penerimaan Rp 240.000
Biaya Produksi Total Rp 221.414