• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan

Dalam dokumen MUHAMMAD NURUDIN H3409016 (Halaman 29-38)

1.Manajemen Reproduksi

Perkawinan kambing Peranakan Etawa di peternakan Bumiku Hijau dilakukan secara alami di kandang Condongcatur, Sleman Yogyakarta.. Tujuan dilakukan perkawinan adalah untuk menghasilkan bibit unggul baik untuk pejantan pemacek maupun betina produsen susu. Untuk mendapatkan bibit anakan Kambing Peranakan Etawa yang baik maka indukan juga dipilih indukan yang baik.

Kambing Peranakan Etawa yang dijadikan indukan di Bumiku Hijau memiliki karakteristik sebagai berikut: untuk betina mempunyai tubuh kompak, dada dalam dan lebar, garis punggung dan pinggang lurus, tubuh besar, tapi tidak terlalu gemuk, Jinak dan sorot matanya ramah, kaki lurus dan tumit tinggi, gigi lengkap, mampu merumput dengan baik (efisien), rahang atas dan bawah rata. dari keturunan kembar atau dilahirkan tunggal tapi dari induk yang muda dan ambing simetris, tidak menggantung dan berputing 2 buah. Sedangkan untuk pejantan memiliki karakteristik seperti tubuh besar dan panjang dengan bagian belakang lebih besar dan lebih tinggi, dada lebar, tidak terlalu gemuk, gagah, aktif dan memiliki libido (nafsu kawin) tinggi, Kaki lurus dan kuat, dari keturunan beranak kembar dua, dan berumur antara 1,5 sampai 3 tahun.

Perkawinan dalam suatu peternakan kambing Peranakan Etawa sangat penting baik untuk peremajaan maupun untuk menjaga produksi susu. Keberhasilan perkawinan sangat ditentukan oleh beberapa faktor antara lain pemilihan bibit sejak awal, baik jantan maupun betina, manajeman pengelolaan, control organ reproduksi dan aspek yang terkait dengan organ tersebut, serta proses perkawinan

commit to user

Fisiologi Reproduksi erat kaitannya tentang bahasan siklus reproduksi. Siklus Reproduksi berhubungan dengan beragam fenomena yang meliputi pubertas, siklus estrus, dan perubahan organ seksual post partus. Komponen tersebut dipengaruhi oleh lingkungan, genetik, mekanisme hormon, tingkah laku, serta faktor-faktor fisik dan psikis (Hafez, 1987).

a. Pubertas

Usia pubertas adalah usia siap kawin meliputi dewasa kelamin dan dewasa tubuh. Kambing Peranakan Etawa di peternakan Bumiku Hijau dikawinkan pertama kali pada umur 1,8 tahun (pejantan) dan umur 1 tahun (betina), hal ini bertujuan agar angka kelahiran besar dan keselamatan anak kambing dapat diperkecil. Mengawinkan kambing peranakan Etawa pada umur tersebut sesuai dengan pernyataan Sarwono, (2011) kambing betina mulai dewasa pada umur 6-8 tahun . pada umur tersebut kambing sudah bisa dikawinkan . namun, untuk kambing Peranakan Etawa perkawinan pada umur tersebut harus dihindari karena alat reproduksinya belum sempurna.sebaiknya masa perkawinan ditangguhkan hingga mencapai umur 15-18 bulan.

Umur kambing dapat diketahui dari catatan kelahiran atau dengan cara menafsirnya. Di kandang pembibitan umur kambing dewasa pada bulan Februari 2012 tidak dapat ditentukan dengan pasti karena catatan perkawinan dan kelahiran tidak dilakukan lagi sejak tahun 2009, sehingga untuk menetukan umur kambing dengan cara melihat kondisi gigi kambing tersebut., Setiawan dan Tanius, (2008) menyatakan bahwa cara mendeteksi umur pada kambing salah satunya dengan melihat pertumbuhan gigi seri susu menjadi gigi seri tetap. Gigi seri tetap dapat dilihat lebih besar dan kokoh dibanding gigi seri susu yang relatih kecil dan terlihat kusam. Selain itu perbedaannya dapat dilihat dari tingkat keausan gigi-gigi seri tersebut. Umur

commit to user

kambing kurang dari 1 tahun jika gigi seri sudah tumbuh semua sedangkan kambing Peranakan Etawa yang berumur 1-2 tahun 2 gigi seri susunya sudah berganti menjadi gigi tetap

b. Siklus Birahi

Siklus birahi sangat penting untuk dipahami agar keberhasilan perkawinan dapat dicapai. Kambing Peranakan Etawa Bumiku Hijau tidak mencampur kambing betina dengan kambing jantan atau tidak dalam satu kandang, namun tetap dalam satu lokasi perkandangan. hal ini dilakukan agar terjaga kondisi siklus perkawinan kambing dengan baik.

Kambing Peranakan di Bumiku Hijau akan dikawinkan jika sudah terlihat tanda-tanda birahi. Deteksi birahi dilakukan oleh peternak, namun untuk mendeteksi kambing yang birahi dan mau dikawini dilakukan langsung oleh kambing pejantan. Peternak mendeteksi kambing birahi dengan melihat tanda-tanda secara kasat mata yaitu dengan mellihat tingkah laku kambing sedangakan deteksi birahi yang dilakukan oleh kambing pejantan melalui naluri. Kambing pejantan akan mengendus-endus atau mencium bau dari alat kelamin kambing betina selanjutnya kambing pejantan mencoba menaiki kambing betina jika telah ditemukan kambing betina yang sedang birahi.

Tanda-tanda birahi pada kambing betina di kandang pembibitan peternakan Bumiku Hijau sesuai dengan pernyataan Sarwono, (2012) yaitu Kambing Peranakan Etawa yang sudah dewasa dan siap kawin selalu menunjukan tanda-tanda birahi, yaitu sering mengembiik tanpa sebab, menggosok-gosokan tubuh pada dinding kandang atau kayu, gelisah, nafsu makanya berkurang, ekornya dikibas-kibaskan, bibir kemaluan agak membengkak, selaput kemaluan bagian dalam agak kemerah-merahan, dan keluar lender yang jernih. Masa birahi berlangsung selama 16-20 jam dan berulang setiap tiga minggu

commit to user c. Perkawinan

Pola perkawinan dalam produksi kambing dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu pendekatan perkawian secara individual dan perkawinan dengan pendekatan kelompok. Di kandang pembibitan Bumiku Hijau pola perkawinan dilakukan dengan teknik perkawinan alami secara kelompok artinya pejantan terpilih dicampur dengan beberapa kambing betina dalam waktu tertentu. Pejantan terpilih akan menemukan kambing betina yang telah birahi atau siap kawin kemudian terjadi perkawinan. Setiawan dan Tanius, (2008), menyatakan perkawinan. alami yaitu mempertemukan kambing pejantan dengan kambing betina tanpa bantuan alat untuk memasukan sel sperma ke posisi yang tepat pada bagian dalam organ kelamin kambing betina (vagina).

Kambing pejantan terpilih dicampur dengan kelompok kambing betina setelah semua kambing betina dikeluarkan dari kandang ke halaman perkandangan yang tersedia hijauan atau rumput. Hal ini dilakukan pada pagi hari pada pukul 07.00 WIB hingga pukul 10.00 WIB setelah itu pejantan dikembalikan ke dalam kandang. Pencampuran kambing ini dilakukan hingga kambing betina bunting ditandai dengan kambing betina yang telah dikawini tidak mau melakukan perkawinan lagi.

. Kusuma, (2012) menyatakan bahwa rasio antara jantan dan betina dalam perkawinan alami adalah 1:10 sampai 1:50 ekor, bahkan dengan manajemen perkawinan yang baik, jumlah betina dapat ditambah. Mencampurkan kambing pejantan terpilih dilakukan setelah peternak melihat ada tanda-tanda kambing betina birahi. Cara ini dianggap efektif dan efisien karena pejantan akan berpetualang mencari sendiri betina mana yang siap dan mau dikawini atau bisa dikatakan pejantan akan menemukan betina yang sedang birahi dengan cara mengendus-endus vagina kambing betina serta mencumbunya. Kambing betina yang sedang birahi menunjukan tanda yang khas dan

commit to user

akan menarik perhatian pejantan sehingga memungkinkan perkawinan pada waktu yang tepat.

Kambing betina yang dikawinkan selain kambing milik sendiri juga ada kambing betina dari peternak lain yang dikawinkan dengan pejantan di Bumiku Hijau karena kambing pejantan tersebut memiliki genetik baik dari induk beranak kembar dua juga tergolong bibit unggul, sehingga jika kambing betina mereka dikawintan dengan kambing pejantan tersebut diharapkan hasil anakanya mempunyai krakteristik yang baik pula..

d. Kebuntingan

Parameter perkawinan kambing yang berhasil adalah ternak tidak lagi mengalami birahi pada siklus birahi selanjutnya, yang artinya sel sperma jantan telah berhasil membuahi sel telur (ovum) yang telah diovulasikan dan hasilnya kebuntingan. Kambing Peranakan Etawa betina yang sudah dikawinkan tidak akan mengalami birahi lagi jika kambing tersebut sudah bunting.

Kambing Peranakan Etawa di Bumiku Hijau yang telah dikawinkan, dua bulan kemudian dilakukan seleksi kebuntingan. Tujuannya untuk memisahkan antara kambing Peranakan Etawa yang bunting dengan yang tidak. Test kebuntingan dilakukan dengan cara melihat tanda kebuntingan, menurut Kusuma, (2012) tanda-tanda kebuntingan antara lain semakin membesarnya perut bagian kanan, mulai terjadi pembesaran pada ambing, seringnya kambing menggesek-gesekkan ke dinding kandang dan kambing terlihat lebih tenang. Saat usia kebuntingan 1-3 bulan, jika ambing di perah secara pelan-pelan, akan mengeluarkan cairan bening kental dan agak lengket, dan pada umur kehamilan yang lebih tua berubah menjadi warna kuning transparan.

Masa kebuntingan kambing berlangsung selama 5 bulan (150 hari). Secara kasat mata kambing akan terlihat bunting pada saat umur

commit to user

kebuntingan delapan minggu terakhir ditandai dengan perut dan ambing yang membesar. Kambing Peranakan Etawa di peternakan Bumiku Hijau yang sedang bunting ditempatkan di kandang yang terpisah untuk menghindari gangguan dari kambing yang lain atau menghindari perkelahian antar sesama kambing. Besar kandang kambing bunting 2 kali lebih besar dari kandang laktasi tujuanya agar kambing dapat leluasa bergerak supaya kondisi tubuh tetap sehat, segar dan kuat. Kambing bunting setiap pagi hari dikeluarkan dari kandang dan dibiarkan berjalan-jalan minimal 1 jam setiap harinya, hal ini dilakukan agar proses kelahiran dapat berjalan lancar nantinya serta akan mendapat cukup sinar matahari pagi.

Kambing Peranakan Etawa yang sedang bunting membutuhkan perawatan dan pakan yang lebih baik agar cempe yang dikandungnya dapat tumbuh sehat , diberi pakan yang lebih banyak dan berkualitas untuk mendukung seluruh proses di dalam tubuhnya. Selain hijauan dan konsentrat pakan yang diberikan kambing yang sedang bunting adalah kacang hijau dan kedelai yang direbus. Selama proses kebuntingan, induk mendapatkan tambahan kalsium, sehinga kebutuhan kalsium dalam tubuh kambing maupun anak kambing yang dikandungnya akan tercukupi kalsiumnya.

e. Kelahiran

Anak kambing akan lahir setelah 150 hari berada di dalam perut induknya (kambing bunting). Proses kelahiran akan berlangsung baik jika induk kambing dalam kondisi baik (sehat dan tidak terlalu gemuk). Beberapa hal yang disiapkan apabila hari perkiraan lahir (HPL) pada kambing sudah dekat, diantaranya, handuk/kain kering, betadine, dan lampu (digunakan kalau kelahiran diperkirakan malam hari). HPL kambing biasanya ditentukan 150 hari setelah kambing itu dikawinkan.

commit to user

Sarwono (2011), menyatakan Kambing yang akan beranak, secara fisik dapat diketahui dari bentuk ambing dan puting susu yang terisi penuh. Alat kelamin luar (vulva) membengkak, berwarna merah, dan berlendir, kambing terlihat gelisah, dan nafsu makan yang menurun. Jika kondisi itu telihat, maka kambing akan dipersiapkan untuk proses kelahiran dengan memberi alas berupa kain atau jerami (yang dapat menyerap cairan).

Proses kelahiran di peternakan Bumiku Hijau berlangsung lancar, hal ini disebabkan karena selain kondisi induk sehat dan tidak terlalu gemuk juga posisi anak yang dikandung normal. Posisi normal anak dalam kandungan ada dua macam, yaitu posisi interior dan posterior. Posisi interior adalah dimana posisi satu atau dua kaki depan berada dalam saluran peranakan. Sedangkan posisi posterior adalah posisi dimana kedua kaki belakang berada dalam saluran peranakan (Sarwono, 2011).

Anak kambing diangkat dan disisihkan dari induknya setelah, untuk menghindari cempe terinjak oleh induknya. Cempe yang baru lahir diseka dengan handuk atau kain kering, terutama pada bagian muka/hidung. Hal ini menjadi prioritas utama, karena anak kambing yang baru saja keluar biasanya hidungnya terganggu/tertutup oleh lendir, yang apabila tidak segera dihilangkan lendirnya bisa menganggu atau mempersulit cempe untuk bernafas.

Cempe yang sudah dalam posisi kering, cempe dibantu untuk mendapatkan susu pertamanya (colostrum). Cempe dibantu untuk menyusu ke induknya, karena cempe kesulitan dalam mencari puting susu induk pada awal-awal menyusu. Susu adalah makanan utama bagi cempe. Susu diberikan melalui dot bayi, Cempe tidak diberi susu lagi (disapih) setelah umur 2 bulan.

Anakan kambing atau cempe yang masih kecil (umur 1-2 bulan) ditempatkan diruangan khusus (semacam incubator pada bayi manusia), kotak yang diberi alas jerami dan diberi lampu 65 watt

commit to user

supaya anak kambing yang baru lahir hangat. Penempatan kotak ini tidak terlalu jauh dari induk kambing, agar induk dengan mudah mengawasi anaknya.

Pemisahan induk dengan cempe akan dapat merangsang induk untuk menghasilkan susu secara maksimal dan akan lebih cepat mengalami birahi artinya kambing betina akan cepat dikawinkan lagi. Cempe dipisah dari induknya pada saat umur 2-3 bulan lebih, namun di peternakan Bumiku Hijau cempe yang baru lahir lansung terjual atau sudah pesana, sangat jarang cempe dipelihara kecuali kalau dilihat cempe tersebut memiliki postur bagus dan berasal dari indukan yang unggul.

Pakan yang diberikan ke induk berupa ampas tahu yang sangat membantu induk dalam pemenuhan protein dalam tubuh induk. Karena rasanya yang manis. Pemberian ampas tahu juga dapat dikombinasikan dengan bahan yang lain seperti bekatul atau ampas gandum. Campuran antara ampas tahu dan konsentrat cepat memulihkan tenaga.

f. Kidding Interval

Kidding Interval merupakan panjang pendek waktu antara satu

kelahiran dengan kelahiran berikutnya yaitu dengan cara menentukan waktu kawin, lama bunting, waktu beranak, lama laktasi, lama kering dan waktu dikawinkan kembali. Kidding interval dipengaruhi oleh cepat lambatnya kambing dikawinkan dan penanganan peternak didalam mengantisipasi dan memberikan waktu saat perkawinan terjadi atau yang disebut servicee periode. Untuk dapat melakukan

service periode yang efektif, perkawinan kambing Peranakan Etawa

dilakukan pada waktu yang tepat, birahi yang tepat sehingga akan terjadi kebuntingan (Shodiq dan Abidin, 2008).

Di peternakan Bumiku Hijau pada kandang Condongcatur kambing betina bunting selama 150 hari atau 5 bulan, kemudian kambing betina beranak. Kambing betina akan menghasilkan susu

commit to user

setelah beranak hingga dua bulan menjelang kelahiran berikutnya, masa ini disebut dengan masa laktasi, di Bumiku Hijau ditentukan selama 5 bulan. Induk kambing dikawinkan kembali 3 bulan setelah kambing betina beranak (3 bulan pertama masa laktasi), setelah kambing betina bunting, dua bulan sebelum melahirkan dihentikan produksi susunya ( masa kering), hal ini bertujuan untuk membantu proses pemulihan ambing dan organ lain yang mendukung dalam produksi susu.

Selang waktu perkawinan sangat berpengaruh pada kesehatan kambing tersebut. Jika jarak waktu perkawinan terlalu pendek maka akibatnya kambing betina akan lemas dan menjadi lemah akibatnya hasil produksi menurun atau rendah, hal ini disebabkan karena kondisi alat reproduksi kambing betina belum sepenuhnya pulih. Hal ini sangat jelas mempengaruhi kesiapan organ reproduksi betina di dalam merekondisikan ke posisi yang normal. Namun jika jarak waktu perkawinan terlalu panjang beresiko kering kandang yang lama

commit to user V. PENUTUP

Dalam dokumen MUHAMMAD NURUDIN H3409016 (Halaman 29-38)

Dokumen terkait