• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 PERKEMBANGAN SEL TELUR

4.4 Pembahasan Nisbah Kelamin

Nisbah kelamin pada ikan seriding (TKG IV) tidak mengikuti pola 1:1. Ikan betina lebih dominan dibanding ikan jantan. Kondisi yang sama juga ditemukan pada beberapa ikan pesisir seperti ikan Micropogonias furnieri di Teluk Sepetiba, Rio de Jeneiro (Vicentini & Araujo 2003), Parambassis ranga di perairan Haebaru, Okinawa (Ishikawa & Tachihara 2012), akan tetapi berbeda dengan Ambassis nigripinnis yang memiliki nisbah kelamin dengan pola 1 : 1 sepanjang tahun (Milton & Arthington 1985). Ikan seriding betina ditemukan dominan pada ukuran lebih besar (Lampiran 7). Vazzoler (1996) menjelaskan bahwa jika dianalisis berdasarkan jumlah kelas panjang, dominasi ikan betina terjadi pada selang kelas yang lebih besar dan ikan jantan berada pada selang kelas yang kecil seperti pada dua ikan jantan Toxotes chatareus dan Toxotes jaculatrix di perairan pesisir Johor (Simon et al. 2012), hal ini dikarenakan taksa pertumbuhan ikan betina lebih tinggi dibandingkan ikan jantan. Perbedaan nisbah kelamin juga dipengaruhi oleh ketersediaan makanan dan laju pertumbuhan (Vicentini & Araujo 2003); tingkat kematian antara ikan jantan dan ikan betina (Bedoui & Gharbi 2008). 0 500 1000 1500 2000 2500 B ut ir

Sebaran diameter telur (mm) n = 31

Musim dan Lokasi Pemijahan

Musim pemijahan ditandai dengan ditemukan ikan seriding baik jantan dan betina yang berada pada TKG IV dan TKG V. Hal tersebut menunjukkan bahwa lokasi pemijahan terjadi di perairan Teluk Pabean. Akan tetapi dari tiga zona yang diwakili, belum dapat diketahui tepatnya di mana ikan seriding memijah.

Proporsi TKG menunjukkan bahwa pemijahan pada ikan seriding terjadi selama bulan pengamatan (Mei - Oktober) di perairan Teluk Pabean, kecuali pada bulan April. Pada bulan tersebut ikan seriding jantan tidak ditemukan, dan pada bulan Mei - Juni, ikan jantan (TKG IV) yang tertangkap berjumlah satu ekor sehingga TKG menunjukkan nilai 100 (Gambar 4.1). Seiring dengan peningkatan TKG maka nilai IKG akan meningkat, hal ini disebabkan perkembangan gonad yang semakin membesar hingga menuju pemijahan, terutama pada ikan seriding betina.

Peningkatan nilai IKG pada ikan betina serupa juga ditemukan pada ikan Liza aurata di Yunani (Hotos et al. 2000) dan Eugerres mexicanus di Mexico (Zenil et al. 2014). Berdasarkan proporsi TKG dan IKG yang tertinggi terjadi pada bulan September, maka bulan tersebut dapat dianggap sebagai puncak pemijahan. Musim pemijahan ikan seriding berbeda dengan jenis Ambassidae lainnya, seperti Ambassis agassizii yang memijah pada bulan Oktober dan November di Australia (Milton & Arthington 1985) dan Parambassis ranga yang memijah pada bulan Februari - Oktober dengan puncak pemijahan bulan April di Jepang (Ishikawa & Tachihara 2012).

Ukuran Ikan Seriding Kali Pertama Matang Gonad (Lm)

Ikan seriding jantan kali pertama matang gonad pada ukuran lebih kecil daripada ikan betina. Jones (1974) menjelaskan bahwa untuk beberapa teleost, ikan jantan mengalami matang gonad pada ukuran yang lebih kecil daripada ikan betina. Hal ini berbeda dengan beberapa ikan yang hidup di daerah pesisir pantai seperti ikan Gerres kapas di pantai Mayangan (Sjafei & Syahputra 2009); Anchoa marinii di pantai Buenos Aires (Lopez et al. 2015) yang memang ikan betina mengalami matang gonad dengan ukuran yang besar daripada ikan jantan. Perbedaan ukuran ikan kali pertama matang gonad dipengaruhi oleh laju pertumbuhan dan taktik reproduksi ikan itu sendiri. Ukuran ikan kali pertama matang gonad yang dilakukan secara berkala dapat menjadi indikator adanya tekanan terhadap populasi, seperti pada ikan Sarotherodon melanotheron dan

Ethmalosa fimbriata di perairan estuari Afrika Barat (Panfili et al. 2006). Namun, dikarenakan minimnya informasi mengenai ukuran ikan seriding kali pertama matang gonad, sehingga tidak dapat dibandingkan apakah ikan seriding di Teluk Pabean mengalami tekanan lingkungan.

Selain itu ketersediaan makanan di lingkungan juga memengaruhi ukuran kali pertama matang gonad, sehingga ikan memperoleh energi untuk melakukan reproduksi, metabolisme dan pertumbuhan ataupun energi yang didapat dari makanan terakumulasi dalam bentuk cadangan energi yang nantinya dimanfaatkan untuk mendukung proses reproduksi (Wooton 1985; Jobling, 1994). Walker dan Hislop (1998) berspekulasi bahwa reproduksi ikan betina pada ukuran kali pertama matang gonad akan bergeser dari waktu ke waktu.

24

Fekunditas

Fekunditas merupakan gambaran untuk melihat keturunan yang dihasilkan suatu induk untuk kelestariannya. Nilai fekunditas total ikan seriding yang diperoleh dari April hingga Oktober berkisar antara 3.451-32.465 butir dengan rata-rata yaitu 12.618 (±6156) butir. Nilai fekunditas ikan seriding ini masih sedikit jika dibandingkan dengan fekunditas ikan Gerres kapas dan ikan Cynoglossus bilineatus di perairan pantai Mayangan, secara berurutan berkisar antara 1.158-219.372 butir (Sjafei & Syahputra 2009) dan 2.323-225.557 butir (Zahid & Simanjuntak 2009), dikarenakan perbedaan ukuran tubuh masing- masing spesies.

Rahardjo et al. (2011) menyatakan bahwa fekunditas yang dihasilkan oleh induk betina bervariasi dengan banyak faktor yang menjadi penentu antara lain spesies ikan, umur, ukuran ikan, serta kondisi lingkungan diantaranya keter- sediaan makanan, suhu, musim dan lain-lain. Fekunditas yang tinggi pada jenis ikan, diduga merupakan mekanisme dan strategi untuk meningkatkan jumlah telur serta laju pertumbuhan larva ikan (Bagenal 1973). Jonsson & Jonsson (2009) juga menjelaskan bahwa suhu lingkungan memengaruhi fekunditas dan ukuran telur dalam penyerapan kuning telur pada oosit.

Pada ikan yang memiliki perkembangan oosit tidak bersamaan, ukuran telur sangat beragam dalam satu ovarium. Murua & Saborido-Rey (2003) juga mendefinisikan bahwa pada ikan asynchronous spawner memiliki ovarium dengan oosit yang tidak beraturan (acak). Faktor lingkungan seperti makanan juga berpengaruh pada tingkah laku dan metabolisme ikan, dapat mengakibatkan penurunan fekunditas yang direfleksikan dalam rendahnya jumlah oosit yang berkembang atau terjadi atresia.

Pola Pemijahan

Pola pemijahan ditentukan berdasarkan diameter oosit (West 1990). Oosit dari ikan betina yang matang gonad (TKG IV) dikelompokkan kedalam kelas ukuran diameter yang berbeda, dihitung frekuensi kejadian untuk menentukan pola pemijahan ikan (Barbieri et al. 1990; Chellappa et al. 2005). Diameter telur ikan seriding betina (TKG IV) berkisar antara 0,1-1,06 mm. Berdasarkan Gambar 4.5 terlihat bahwa sebaran diameter telur ikan seriding memiliki tiga buah modus. Modus pertama terdapat pada selang kelas 0,23-0,29 mm; modus kedua terdapat pada selang kelas 0,44-0,50 mm; dan modus ketiga terdapat pada selang kelas 0,79-0,85 mm. Hal ini menunjukkan bahwa ikan seriding (A. nalua) memiliki tipe pemijahan bertahap, yang artinya ikan akan mengeluarkan telurnya sebagian demi sebagian.

4.5 Simpulan

Nisbah kelamin ikan seriding di perairan Teluk Pabean secara keseluruhan tidak seimbang, ikan betina lebih dominan daripada ikan jantan. Ukuran kali pertama matang gonad ikan jantan lebih kecil dibanding ikan betina dengan puncak pemijahan pada bulan September di perairan Teluk Pabean. Fekunditas yang dihasilkan ikan seriding betina yaitu 3.451-32.465 butir, dengan tipe pemijahan bertahap.

Dokumen terkait