• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum Sejarah dan Profil Perusahaan

PT. Jaya Real Property Tbk didirikan pada tanggal 25 Mei 1979. Perusahaan ini merupakan salah satu anak perusahaan PT. Pembangunan Jaya yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh pemerintah daerah DKI Jakarta. PT. Jaya Real Property, Tbk merupakan salah satu pengembang real estate di Indonesia. Perusahaan ini bergerak pada bidang pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman terpadu dengan salah satu proyek unggulannya adalah Bintaro Jaya. Bintaro Jaya memiliki luas lebih dari 2000 ha yang di dalamnya terdiri dari beberapa perumahan dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti sekolah, rumah sakit, bank, pusat perbelanjaan, tempat usaha, tempat rekreasi, serta jaringan transportasi yang terintegrasi. Adapun visi dari perusahaan ini adalah menjadi salah satu pengembang dan pengelola properti terbaik di Indonesia, dengan misi: 1. mencapai pertumbuhan pendapatan di atas rata-rata pertumbuhan industri real

estate dan properti di Indonesia,

2. memberi produk dan pelayanan yang bermutu yang memuaskan konsumen, 3. membangun sumberdaya manusia yang berkualitas dan iklim kerja yang baik

4. mengoptimalkan produktivitas seluruh sumber daya yang dimiliki demi manfaat konsumen, pemegang saham, dan karyawan,

5. peduli pada aspek sosial dan lingkungan di setiap unit usaha.

Pada September 2006, PT. Jaya Real Property, Tbk berhasil mendapat akreditasi ISO 9001:2000, yang kini sudah diperbaharui menjadi ISO 9001:2008. ISO 9001:2008 merupakan sertifikasi pada bidang manajemen mutu. ISO 9001:2008 berfokus pada efektivitas proses perbaikan berkelanjutan dengan pola berpikir PDCA (planning, do, check, action), yaitu dalam setiap proses senantiasa melakukan perencanaan yang matang, implementasi yang terukur dengan jelas, evaluasi dan analisis data yang akurat serta tindakan perbaikan yang sesuai dan pengawasan dalam pelaksanaan agar dapat menuntaskan masalah yang terjadi di organisasi. Dalam ISO 9001:2008 seluruh hal yang tertera pada Prosedur Kerja dan Instruksi Kerja (PK/IK) perusahaan harus dilaksanakan, dan seluruh hal yang dikerjakan oleh perusahaan harus mempunyai bukti tertulis yang valid. Audit ISO dilakukan dua kali dalam setahun, yaitu audit internal yang dilakukan antar unit dalam perusahaan dan audit eksternal yang dilakukan oleh badan sertifikasi ISO.

Pada tahun 2008 Bintaro Jaya mulai mengembangkan konsep ramah lingkungan dengan tajuk ECOmmunity. ECOmmunity merupakan suatu konsep yang bertujuan untuk membangun suatu komunitas dengan gaya hidup baru yang lebih peduli dan ramah lingkungan. Berdasarkan data dari website resmi PT. Jaya Real Property, Tbk, ECOmmunity memadukan fitur-fitur dan fasilitas pada hunian dan lingkungan sekitarnya yang dapat dibagi ke dalam beberapa kategori yaitu:

1. Health Care: mendukung upaya menciptakan udara yang lebih bersih dan air yang higienis untuk dikonsumsi dengan peduli terhadap pemakaian bahan bangunan dan pembangunan infrastruktur yang dapat mendukung kesehatan. Beberapa aplikasinya adalah penggunaan cat berbahan dasar air, pemanfaatan biotank, penggunaan grease trap dan optimalisasi penggunaan vegetasi untuk mengurangi polusi udara,

2. Earth Care: mendorong pelestarian hutan dan lingkungan dengan

menitikberatkan pada pengurangan penggunaan kayu sebagai bahan bangunan dan konservasi sumber daya alam. Beberapa aplikasinya antara lain pemilihan bahan bangunan yang dapat diperbaharui, pemilihan material carport, penggunaan teknik biopori serta penerapan roof garden,

3. Energy Care: membantu warga menghemat konsumsi energi sekaligus mengurangi biaya penggunaan tenaga listrik dengan peduli terhadap penggunaan fitur/sistem yang dapat mengurangi pemakaian energi. Beberapa aplikasinya antara lain optimalisasi pencahayaan dan sirkulasi udara alami, pemakaian elemen air, penggunaan sistem gravitasi, penggunaan alumunium foil dan penanaman pohon peneduh.

Struktur Organisasi

Pada kegiatan magang ini, mahasiswa berada pada unit proyek PT. Jaya Real Property, Tbk yang dipimpin oleh seorang manajer proyek. Unit proyek merupakan unit yang bertugas membangun atau mengimplentasikan produk sesuai gambar kerja yang dibuat oleh unit perencanaan dan pengembangan. Pada unit proyek terdapat tiga koordinator manajer yaitu koordinator manajer bangunan, manajer tender dan administrasi, dan koordinator manajer infrastruktur.

16

Koordinator manajer bangunan bertanggung jawab dalam pembangunan bangunan. Manajer tender dan adminstrasi bertanggung jawab dalam pemilihan kontraktor, pembuatan RAB serta SPK. Sementara koordinator infrastruktur bertanggung jawab pada pembangunan jalan dan infrastruktur yang dipimpin oleh manajer infrastruktur, pembangunan lanskap yang dipimpin oleh seorang manajer lanskap, serta pemasangan pipa-pipa saluran air, kabel listrik dan kabel telepon yang dipimpin oleh manajer utilitas. Adapun struktur organisasi perusahaan tertera pada Gambar 4.

Selama melaksanakan kegiatan magang mahasiswa menjabat sebagai

student trainee di bawah bimbingan pengawas lanskap yang bertanggung jawab langsung kepada manajer lanskap. Mahasiswa bertugas mengawasi progres pekerjaan konstruksi setiap hari, kemudian melaporkannya sebagai bahan evaluasi pada rapat koordinasi setiap minggu. Dalam proyek pelaksanaan lanskap, secara keseluruhan pengaturan jadwal pelaksanaan dan koordinasi teknis pekerjaan dilakukan dibawah pimpinan proyek yaitu manajer lanskap. Manajer lanskap menugaskan pengawas lanskap untuk mengawasi progres pekerjaan kontraktor di lapang setiap harinya.

Gambar 4 Struktur organisasi perusahaan Batas dan Luas Tapak

Salah satu perumahan yang berada di kawasan Bintaro Jaya adalah cluster

Discovery Lumina. Cluster Discovery Lumina terletak di Distrik Discovery. Perumahan ini berbatasan langsung dengan cluster Discovery Fiore pada bagian Utara, Desa Perigi Lama pada bagian Timur, cluster Discovery Terra pada bagian Selatan, dan Discovery Park di bagian Barat (Gambar 5).

Gambar 5 Peta batas tapak Cluster Discovery Lumina

Cluster Discovery Lumina dibangun dalam 2 tahap karena terdapat sebagian lahan yang masih dalam sengketa. Cluster Discovery Lumina tahap 1 memiliki luas keseluruhan 30.399 m2 yang terdiri dari area komersial dan area untuk fasilitas umum. Berdasarkan konsep ecommunity yang diterapkan, luas area di

cluster Discovery Lumina memiliki proporsi 60% berupa ruang terbangun dan 40% berupa ruang terbuka (Tabel 6). Ruang terbangun merupakan area komersial yang memiliki luas 18.259 m2 yang terdiri dari 121 unit kavling dan area untuk fasilitas umum berupa ruang terbuka seluas 12.140 m2. Pada fasilitas umum terdapat gerbang cluster, pos jaga beserta kanopinya, jalan, berm dan juga 5 buah taman yang tersebar dengan total luas taman 849 m2.

Tabel 6 Luas area pada cluster Discovery Lumina

A Area Komersial (Salable area)

1 Kavling Blok Standar Standar Standar Sudut Khusus Jumlah Luas % 8 x 16 9 x 16 10 x 16 Unit (m2) DL-A 6 4 10 1680 DL-B 18 8 26 4344 DL-C 16 13 10 2 41 5734 DL-D 4 1 5 840 DL-F 6 2 8 1113 DL-G 6 5 3 7 21 2973 DL-H 6 2 2 10 1576 Total 28 24 28 30 11 121 18259 60 B Fasilitas Umum 1 ROW 11291 37 2 Taman 849 3 Total 12140 40

Sumber: PT. Jaya Real Property, Tbk, 2013 Konsep

Distrik Discovery memiliki konsep pendidikan dan media pengetahuan untuk anak-anak. Konsep tersebut disesuaikan dengan target pasar yaitu keluarga

18

baru yang memiliki anak-anak kecil. Konsep tersebut diimplementasikan dengan pengadaan children playground pada tiap cluster. Cluster Discovey Lumina mengusung tema cahaya yaitu perumahan yang memaksimalkan pencahayaan alami yang berasal langsung dari sinar matahari.

Perumusan konsep dilakukan oleh unit pemasaran, setelah itu diserahkan kepada unit perencanaan dan pengembangan untuk detail perancangannya. Unit perencanaan dan pengembangan menunjuk CV. Darcaniya Cinitra sebagai konsultan lanskap untuk proyek seluruh cluster di Distrik Discovery sehingga desain lanskap pada cluster-cluster di distrik tersebut memiliki kesamaan karakter. Penunjukkan langsung dilakukan karena selain lebih menghemat waktu, konsultan tersebut juga telah mempunyai track record baik dan dianggap mampu dalam mengerjakan proyek yang akan diberikan. CV. Darcaniya Cinitra mendesain untuk bagian welcome area (Gambar 6) dan seluruh taman yang berada di Discovery Lumina.

Gambar 6 Desain welcome area Discovery Lumina Sumber: PT. Jaya Real Property, Tbk, 2013 Aksesibilitas dan Sirkulasi

Cluster Discovery Lumina dapat diakses melalui Jalan Jombang Raya dan Boulevard Bintaro Jaya menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Pihak developer sendiri menyediakan transportasi berupa bus in-trans yang berkeliling di kawasan perumahan Bintaro Jaya dan langsung terhubung ke stasiun. Kawasan ini sangat mudah diakses karena selain dekat dengan tol juga berada dekat dengan moda transportasi massal seperti commuter line dan bus. Stasiun yang berada dekat dengan kawasan ini adalah Stasiun Sudimara, Stasiun Jurang Mangu dan Stasiun Pondok Ranji, sementara terminal terdekat adalah Terminal Lebak Bulus.

Sirkulasi di dalam cluster adalah jalan utama dengan lebar jalan 6 meter. Jalan tersebut ditujukan untuk pengendara mobil, pengendara motor, pengendara sepeda dan juga pejalan kaki. Pada cluster hanya terdapat satu pintu masuk dan keluar untuk alasan keamanan.

Topografi dan Tanah

Cluster Discovery Lumina merupakan salah satu perumahan yang terletak di Kota Tangerang Selatan. Sebagian besar wilayah Kota Tangerang Selatan merupakan dataran rendah dan memiliki topografi yang relatif datar dengan

kemiringan tanah rata-rata 0-3% dan memiliki ketinggian wilayah antara 0–25 m dpl. Pada umumnya Kota Tangerang Selatan memiliki jenis tanah berupa asosiasi latosol merah dan latosol cokelat kemerahan. Sementara kondisi geologi pada kawasan tersebut umumnya adalah batuan alluvium, yang terdiri dari batuan lempung, lanau, pasir, kerikil, kerakal dan bongkah. Jenis batuan ini mempunyai tingkat kemudahan dikerjakan yang baik sampai sedang serta unsur ketahanan terhadap erosi cukup baik (Portal Resmi Pemerintah Kota Tangerang Selatan 2014).

Iklim

Berdasakan data dari Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Tangerang Selatan tahun 2013, kawasan Tangerang Selatan memiliki curah hujan tertinggi pada bulan April yaitu sebesar 289.3 mm dan curah hujan terendah pada bulan September yaitu 11.4 mm. Tekanan udara pada kawasan ini sebesar 759.8 mmHg. Suhu udara di Tangerang Selatan berkisar antara 32.5 oC hingga 33.7 oC dengan kelembaban udara berkisar antara 61.4 % hingga 61.7 %. Arah angin menuju ke arah Selatan dengan kecepatan 0.1-2.1 m/d.

Drainase

Seluruh air buangan pada cluster Discovery Lumina langsung dibuang menuju saluran drainase pada cluster tersebut. Saluran drainase pada cluster

Discovery Lumina merupakan drainase tertutup dengan penutup grill besi yang langsung terhubung dengan saluran air atau gorong-gorong yang terletak di berm. Kemudian saluran tersebut langsung membawa air menuju polder atau danau buatan yang ada di tengah taman distrik (Gambar 7). Selanjutnya dari polder tersebut air langsung dialirkan ke sungai terdekat.

Gambar 7 Polder pada Distrik Discovery Pelaksanaan Administrasi

Pemilihan kontraktor lanskap pada pembangunan cluster Discovery Lumina dilakukan melalui proses tender atau pelelangan. Kegiatan tender diikuti oleh beberapa kontraktor yang diundang oleh pihak owner. Pihak owner sudah menyusun owner estimation (OE) sebelum kegiatan tender berlangsung.

20

Kemudian pada saat tender, masing-masing kontraktor diberikan kesempatan mengajukan harga untuk pekerjaan yang dilakukan. Setelah itu dilakukan rapat tertutup untuk menentukan kontraktor yang memenangkan proyek tersebut.

Berdasarkan hasil rapat, kontraktor yang memenangkan tender

pembangunan lanskap cluster Discovery Lumina terbagi menjadi dua, yaitu bagian hardscape yang dimenangkan oleh kontraktor PT. Seribu Bintang Jaya dan bagian softscape yang dimenangkan oleh CV. Euphorbia Landscape (Lampiran 1). Pekerjaan hardscape yaitu pembangunan pada welcome area meliputi pos jaga, kanopi, wing gate, pagar, signage serta pedestrian track dan pembangunan

hardscape pada taman yaitu pembuatan bangku taman, children playground,

shelter, dan lampu dekoratif. Sementara pekerjaan softscape meliputi pengadaan dan penanaman tanaman pada taman dan berm.

Setelah pengumuman pemenang tender, kemudian dilakukan pre-construction meeting pada hari Rabu, 22 Januari 2014 (Gambar 8). Rapat tersebut dihadiri oleh pihak kontraktor pemenang tender dan pihak owner yang terdiri dari manajer dan pengawas lanskap, perwakilan bagian tender dan admisnistrasi, dan perwakilan unit perencanaan dan pengembangan. Pada rapat tersebut dibahas dan disepakati beberapa hal meliputi waktu pengerjaan, paket pekerjaan, metode pelaksanaan, struktur organisasi lapang, rencana pengajuan shop drawing dan material, serta teknis di lapang (Lampiran 2).

Gambar 8 Suasana saat pre-constructionmeeting

Setelah dicapai kesepakatan antara kedua belah pihak kemudian dilanjutkan dengan penyusunan surat perintah kerja (SPK). Masing-masing kontraktor menerima dua SPK. PT. Seribu Bintang Jaya menerima SPK untuk pekerjaan pembangunan hardscape pada welcome area (Lampiran 3) dan taman cluster

(Lampiran 4), sementara CV. Euphorbia Landscape menerima SPK untuk pengadaan softscape taman berm (Lampiran 5), dan taman cluster (Lampiran 6). Setelah menerima SPK, kontraktor harus segera melaksanakan pekerjaannya. Namun berdasarkan hasil pengamatan, kontraktor langsung melaksanakan pekerjaan pembangunan lanskap setelah tercapainya kesepakatan antara kedua belah pihak pada saat pre-construction meeting walaupun kontraktor tersebut belum menerima SPK. Hal tersebut disebabkan karena banyaknya pekerjaan yang perlu diselesaikan, sementara bila menunggu SPK keluar akan memakan waktu yang lama. Selain itu antara kontraktor dan owner sudah merasa saling percaya

satu sama lain sehingga tidak mempermasalahkan hal tersebut. Kegiatan pembangunan pos jaga dan taman utama wajib diselesaikan kontraktor dalam 3 bulan dengan masa retensi selama 3 bulan setelah pembangunan lanskap tersebut selesai yang ditandai dengan penandatanganan Berita Acara Serah Terima (BAST). Sementara untuk pembangunan berm dilaksanakan dalam kurun waktu setahun karena mengikuti progres pembangunan bangunan rumah. Menurut Munandar (2007) dalam Aji (2008), secara garis besar SPK memuat:

a. pihak yang memerintahkan (owner) dan yang menerima perintah (kontraktor); b. pokok-pokok pekerjaan yang diperjanjikan;

c. harga yang tetap dan pasti serta tata cara dan syarat pembayaran; d. persyaratan dan spesifikasi teknis;

e. jangka waktu penyelesaian/penyerahan;

f. sanksi dalam hal rekanan tidak memenuhi kewajibannya; g. cara menyelesaikan perselisihan;

h. status hukum;

i. hak dan kewajiban pihak-pihak yang terkait dalam kontrak; j. penggunaan barang dan jasa hasil produksi dalam negeri; k. rumusan eskalasi harga (untuk proyek multi years).

Pada SPK yang diterima oleh kontraktor dijelaskan mengenai beberapa hal, diantaranya lingkup pekerjaan, biaya, cara pembayaran, alat dan bahan, waktu pelaksanaan pekerjaan, masa pemeliharaan, sanksi, dan larangan. Untuk cara pembayaran, masing-masing termin pembayaran dibagi berdasarkan progres pekerjaan dilapang. Untuk pekerjaan pada welcome area dan hardscape taman utama cara pembayarannya dibagi kedalam 3 termin. Termin pertama adalah setelah progres pekerjaan selesai 55%, dilakukan pembayaran 45% dari harga total, kemudian termin kedua adalah setelah pekerjaan selesai 100%, dilakukan pembayaran sebesar 50% dari harga total dan pelunasan sebesar 5% dari harga total dilakukan setelah kontraktor menyelesaikan masa retensi. Sementara untuk pekerjaan softscape taman juga sama dibagi kedalam 3 termin. Termin pertama adalah setelah progres pekerjaan selesai 55%, dilakukan pembayaran 40% dari harga total, kemudian termin kedua adalah setelah pekerjaan selesai 100%, dilakukan pembayaran sebesar 45% dari harga total dan pelunasan sebesar 5% dari harga total dilakukan setelah kontraktor menyelesaikan masa retensi. Sementara pekerjaan berm cara pembayarannya dibagi menjadi 5 termin. Namun berdasarkan hasil wawancara, kontraktor melakukan penagihan pembayaran saat pekerjaan sudah 100% selesai dilaksanakan. Hal tersebut dilakukan karena mereka menganggap prosedur admisnistrasi yang diperlukan untuk melakukan penagihan cukup banyak dan kurun waktu yang diberikan cukup sempit sehingga lebih mudah bila penagihan pembayaran sekaligus dilakukan di akhir.

Pada SPK tersebut tidak tercantum penggunaan barang dan jasa hasil produksi dalam negeri dan rumusan eskalasi harga karena proyek yang dilaksanakan tidak sampai hitungan tahun. Selain itu pada SPK tersebut sanksi juga tidak tertulis dengan lengkap. Pada SPK hanya tertulis sanksi yang diperoleh oleh penerima kerja (kontraktor) tetapi tidak tertulis sanksi yang diperoleh pemberi kerja (developer) bila melanggar kewajiban.

Selain itu pada SPK tertulis bahwa kontraktor wajib membuat time schedule

dan rencana progres pekerjaan (s-curve) di awal pekerjaan, namun kontraktor tidak melakukan hal tersebut. Kontraktor juga diwajibkan untuk membuat progres

22

report setiap bulannya namun hal tersebut juga tidak dilakukan oleh kontraktor. Pihak pengawas tidak memberikan sanksi atas kelalaian tersebut karena sanksi atas kelalaian administrasi tidak tercantum dalam SPK. Dokumen-dokumen tersebut baru diserahkan oleh kontraktor saat akan melakukan penagihan pembayaran kerja, karena kelengkapan dokumen-dokumen tersebut merupakan salah satu syaratnya.

Pelaksanaan Proyek Lanskap

Pelaksanaan proyek lanskap di cluster Discovery Lumina dimulai pada minggu pertama bulan Februari sesuai hasil kesepakatan pada pre-construction meeting walaupun SPK belum diterima kontraktor. Pelaksanaan pembangunan lanskap pada cluster ini di bawah pengawasan unit proyek dan unit perencanaan dan pengembangan. Pihak owner dan kontraktor melakukan rapat setiap minggunya untuk membahas progres pekerjaan dan mendiskusikan berbagai masalah yang ditemui di lapang. Rapat ini bertujuan agar proyek yang dilaksanakan dapat selesai dengan baik dan tepat waktu sesuai dengan kontrak yang telah disepakati kedua belah pihak.

Pembangunan dilakukan berdasarkan gambar kerja dari unit perencanaan dan pengembangan yang telah diterima kontraktor. Pelaksanaan pembangunan diawali dengan pembangunan pos jaga pada welcome area. Secara bersamaan pembangunan taman utama dan penanaman pada berm mulai dilaksanakan. Gambar kerja welcome area dan taman utama yang akan dikerjaan tertera pada Lampiran 7. Untuk penanaman pada taman rumah, berm depan rumah dan taman pada sudut-sudut cluster merupakan pekerjaan terakhir yang dilakukan karena harus menunggu progres pekerjaan bangunan di lapang. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya risiko kerusakan tanaman jika penanaman dilaksanakan sebelum pekerjaan pembangunan bangunan selesai dilaksanakan.

Proses pekerjaan lanskap pada cluster Discovery Lumina diawali dengan tahapan pembersihan dan pengolahan lahan baik pada lahan welcome area

maupun pada lahan taman utama. Kemudian pada lahan welcome area dilakukan pembangunan pos jaga, wing gate, gerbang, dan pedestrian track. Untuk pembuatan kanopi, gerbang dan signage dilakukan di bengkel kontraktor, baru kemudian dipasang di lapang. Sementara pada lahan taman utama dilakukan pematokan dan pembentukan lahan terlebih dahulu. Setelah itu dilanjutkan dengan pembangunan hardscape seperti shelter, bangku taman, pedestrian track, dan pengadaan lampu dekoratif serta children playground. Setelah pembangunan

hardscape taman selesai dilaksanakan, kemudian dilanjutkan dengan penanaman sesuai gambar kerja.

Pembangunan Pos Jaga

1. Pekerjaan pembersihan dan pengolahan lahan

Pekerjaan pembersihan lahan yang dilakukan meliputi pekerjaan pembersihan dari rumput, sampah, batuan, dan puing-puing bangunan. Sementara pengolahan lahan yang dilakukan meliputi perataan lahan karena kondisi eksisting lahan yang masih berundak-undak (Gambar 9).

Gambar 9 Proses pekerjaan pembersihan dan pengolahan lahan

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan kepada kontraktor lanskap, pada RAB lahan dianggap sudah rata sehingga tidak ada biaya yang dianggarkan untuk kegiatan pengolahan tanah. Untuk itu pihak kontraktor akan mengajukan addendum. Addendum merupakan penambahan atau pengurangan pekerjaan yang tidak ada di dalam kontrak sebelumnya.

Pekerjaan pembersihan dan pengolahan lahan dilakukan secara manual dengan menggunakan cangkul, sekop, linggis, ember, dan keranjang sampah. Sampah, batuan dan puing-pung bangunan kemudian dibawa oleh mobil pick-up untuk dibuang di tempat penampungan sampah sementara. Dalam kegiatan pengolahan tanah, tanah yang berlebih ditambahkan pada lahan-lahan yang cekung pada cluster tersebut.

Kendala yang dihadapi saat pelaksanaan pembersihan dan pengolahan lahan adalah cuaca yang sering hujan dan adanya timbunan puing-puing bangunan dari pelaksana bagian bangunan rumah sehingga menghambat pekerjaan (Gambar 10a). Selain itu kendala lainnya adalah terdapat kurangnya koordinasi antara bagian utilitas dengan bagian lanskap. Kendala tersebut adalah dibangunnya saluran inlet oleh bagian utilitas pada lahan yang akan dibangun pos jaga (Gambar 10b). Untuk itu saluran inlet yang telah dibangun harus dipindah.

(a) (b)

Gambar 10 Penumpukan semen dan drum pada lahan (a), saluran inlet pada lahan yang akan dibangun pos jaga (b)

24

2. Pengukuran dan pematokan lahan

Setelah selesai dilakukan pembersihan dan pengolahan lahan, hal yang selanjutnya dikerjakan adalah pengukuran dan pematokan lahan. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan meteran. Pematokan dilakukan untuk menandai batas-batas lahan yang akan dibangun pos jaga dengan menggunakan patok-patok bambu yang ditancapkan ke tanah kemudian saling dihubungkan.

Gambar 11 Pematokan pada lahan pos jaga 3. Pembuatan pondasi

Pondasi adalah bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi untuk menempatkan bangunan dan meneruskan beban dari struktur bangunan ke dalam tanah. Pondasi yang digunakan pada pos jaga ini adalah jenis pondasi dangkal yaitu gabungan antara pondasi menerus dengan pondasi setempat. Kondisi permukaan tanah pada lahan yang akan dibangun dinilai cukup kuat dan kaku untuk menahan beban bangunan. Di sepanjang bagian bawah dinding dibuat pondasi menerus yang terbuat dari susunan batu kali dengan kedalaman 80 cm (Gambar 12a), kemudian diatasnya dibuat sloof. Sloof merupakan struktur bangunan yang terletak di atas pondasi bangunan yang berfungsi untuk mendistribusikan beban dari bangunan ke pondasi, sehingga beban yang disalurkan ke tiap titik pondasi dapat tersebar secara merata. Sloof sendiri terbuat dari coran beton bertulang setinggi 20 cm. Dengan menggunakan pondasi menerus, beban bangunan dapat disalurkan secara lebih merata. Setelah itu dilanjutkan dengan pembuatan pondasi setempat pada kolom-kolom utama. Pondasi yang digunakan adalah pondasi cakar ayam (Gambar 12b) dengan kedalaman 80 cm. Pada gambar kerja, kedalaman pondasi yang diminta adalah 60 cm, namun untuk alasan keamanan kedalamannya pun ditambah.

Pada bagian kolom-kolom praktis pos jaga, pondasi yang digunakan adalah pondasi menerus. Pondasi pada kolom praktis yang dibuat oleh kontraktor sebenarnya kurang sesuai dengan pondasi pada gambar kerja. Pada gambar kerja, jenis pondasi yang diminta adalah pondasi setempat. Namun pada pelaksanaannya di lapang, bila menggunakan pondasi setempat jaraknya terlalu berdekatan akhirnya kontraktor memutuskan pondasi yang digunakan menjadi pondasi menerus.

(a) (b)

Gambar 12 Pembuatan pondasi menerus dinding pos jaga (a), pondasi cakar ayam pada kolom-kolom utama pos jaga (b)

Dokumen terkait