Kegiatan pemangkasan di PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero), dalam prosedur kerja perusahaan cukup baik. Namun, dalam pengamatan
23
penulis, pelaksanaannya di lapangan yang dilakukan oleh karyawan masih ada beberapa kekurangan, yaitu pengawasan yang kurang tegas, pelepah yang tidak disusun pada gawangan mati dan pelepah tua yang masih tergantung pada pohon tanaman. Dalam melaksanakan pengawasan mandor dan asisten afdeling kurang tegas yang menyebabkan pekerja tidak disiplin dalam pemangkasan. Seharusnya pengawasan yang baik perlu diterapkan agar tercapainya hasil yang diinginkan perusahaan. Dengan pengawasan yang baik akan menciptakan keteraturan kerja yang baik. Namun, apabila pengawasan tidak dilakukan secara disiplin oleh mandor dan asisten maka akan sulit mengetahui hasil kerja yang telah dilaksankan oleh perusahaan. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Pardamean (2008) bahwa melalui pengawasan dapat dilakukan koreksi, agar pelaksanaan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan kata lain, melalui pengawasan dapat diukur sejauh mana hasil yang telah dicapai sesuai dengan yang telah direncanakan. Selain itu, permasalahan selanjutnya yaitu pelepah yang tidak disusun pada gawangan mati. Pelepah yang tidak disusun pada gawangan mati akan menyebabkan kerugian pada kegiatan kebun yang lain yaitu pemupukan, dan pengutipan brondolan. Dalam melaksanakan pemupukan akan mudah apabila tidak ada pelepah yang berceceran pada piringan tanaman yang akan menyebabkan pekerja sulit untuk membuat lubang pemupukan. Selain itu dalam pelaksanaan pengutipan brondolan pun juga akan sulit apabila masih ada pelepah yang berceceran di piringan tanaman, karena akan menyusahkan pekerja untuk mengambil brondolan tersebut, dan menyebabkan brondolan tidak kelihatan karena terhalang pelepah yang berceceran tersebut. Permasalahan selanjutnya yaitu masih adanya pelepah
24
yang tua pada pohon kelapa sawit. Dalam hal ini akan menyebabkan kerugian yaitu kesulitan dalam kegiatan pemanenan, menyulitkan pengamatan buah matang, dan menyebabkan tersangkutnya brondolan pada pelepah tersebut. Dari sini kita bisa melihat faktor-faktor yang menyebakan penurunan produksi.
Selain itu, dalam kegiatan pemangkasan hal pertama yang dilakukan yaitu hubungan antara mandor 1 dengan mandor pemangkasan mengenai titik letak dilakukannya pemangkasan. Pemangkasan sangat mudah dilaksanakan pada lahan yang datar, namun begitu juga sebaliknya pemangkasan sangat sulit dilaksanakan pada lahan yang miring. Pada lahan yang datar pekerja bisa melaksanakan pemangkasan sebanyak 5 pokok tanaman dalam sekali jalan. Namun apabila dilahan miring hanya bisa melaksanakan pemangkasan 3 pokok tanaman dalam sekali jalan.
Dalam hal ini alat yang digunakan berupa egrek dan kampak. Penggunaan egrek bukan dodos dikarenakan pokok kelapa sawit yang sudah berumur 18 dan 28 tahun. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh
Sastrosayono (2003), bahwa pada tanaman yang tingginya lebih dari 2,5
meter (berumur melebihi dari 8 tahun) tunasan dilakukan menggunakan pisau Malaysia (egrek) yang diberi tangkai bambu. Peralatan pemangkasan yang digunakan oleh pekerja kurang memadai dengan jumlah pekerja. Hal ini dikarenakan kurangnya anggaran dalam persiapan alat di PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero).
Selanjutnya tenaga kerja yang digunakan dalam pemangkasan kelapa sawit berjumlah 36 orang. Pembagiannya dalam pemangkasan panen dilakukan oleh anggota pemanen yang berjumlah 36 orang dengan mandor
25
berjumlah 3 orang. Namun dalam pelaksanaan pemangkasan jalan dan pemangkasan pemeliharaan, tenaga kerja yang digunakan diambil 1 orang dari setiap mandor panen, sehingga jumlah tenaga kerjanya 3 orang. Tenaga kerja yang digunakan dalam pemangkasan memiliki kekurangan tenaga kerja terutama tenaga kerja pemangkasan pemeliharaan. Selain kekurangan tenaga kerja, tenaga kerjanya pun kurang disiplin dalam pelaksanaan pemangkasan sehingga masih terlihat pelepah yang tergantung, dan pelepah yang tidak tersusun pada gawangan mati. Hal ini akan menyebabkan kegagalan dalam melaksanakan perkebunan kelapa sawit. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Pardamean (2012), bahwa keberhasilan usaha perkebunan baik besar maupun kecil bukan semata-mata ditentukan oleh modal yang tersedia, tapi banyak ditentukan oleh kualitas tenaga kerja yang berperan, merencanakan, menjalankan, dan mengendalikan usaha perkebunan tersebut.
Selain itu dalam pemangkasan kelapa sawit yang telah menghasilkan di PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero) dilakukan tiga pemangkasan yaitu pemangkasan jalan, pemangkasan pemeliharaan dan pemangkasan panen. Hal ini cukup sesuai dengan yang dikatakan oleh Sunarko (2014), bahwa pemangkasan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu pemangkasan pendahuluan yang dilakukan enam bulan sebelum tanaman memasuki periode TM, lalu pemangkasan periodik yang dilakukan pada TM dengan rotasi tertentu, dan pemangkasan panen yang dilakukan sekaligus saat panen. Tujuan dari pemangkasan jalan adalah supaya jalan koleksi dapat terkena langsung sinar matahari sehingga jalan yang basah akibat hujan dapat cepat kering terkena sinar matahari. Apabila tidak dilakukan
26
pemangkasan maka jalan akan menjadi becek sehingga menyulitkan para pengangkut buah untuk melakukan kegiatannya. kegiatan ini sebenarnya termasuk dalam kegiatan pemeliharaan jalan. Ketentuan yang harus dilakukan dalam pemangkasan jalan yaitu pemangkasan dilakukan pada jalan yang tertutup oleh pelepah kelapa sawit, pemangkasan dilakukan disekitar jalan, pemotongan pelepah tidak sampai mepet dengan batang kelapa sawit, pelepah yang sudah dipotong harus disusun rapi pada gawangan mati dan tidak boleh berceceran di jalan, dan setiap pekerja harus memangkas kelapa sawit sebanyak 25 tanaman. Kegiatan pemangkasan jalan ini memiliki manfaat yaitu menjaga kerapian jalan perkebunan, mencegah para pekerja terkena pelepah kelapa sawit yang tumbuh ke jalan, mempercepat pengeringan jalan yang basah akibat hujan, dan mempermudah melaksanakan pengangkutan tandan buah segar (TBS). Sedangkan kerugiannya adalah daun yang masih berproduksi harus dipotong sehingga fotosintesis tanaman berkurang, dan hal ini akan mengakibatkan berkurangnya berat tandan buah yang dihasilkan. Kemudian pemangkasan pemeliharaan. Pemangkasan pemeliharaan memiliki tujuan untuk mempermudah panen, memudahkan pengamatan buah, dan menghindari tersangkutnya brondolan buah pada pelepah kelapa sawit. Ketentuan yang harus dilakukan saat melaksanakan pemangkasan pemeliharaan yaitu, pemangkasan dilakukan sampai batas songgo dua, pemangkasan harus mepet dengan batang, pelepah yang sudah dipangkas disusun dengan rapi pada gawangan mati, dan tumbuhan yang tumbuh pada batang kelapa sawit harus dibersihkan. Pemangkasan ini dilakukan 8 bulan sekali, dan hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Pardamean (2014), bahwa tanaman
27
berumur lebih dari 15 tahun dilakukan rotasi 8-10 bulan sekali. Pemangkasan pemeliharaan memiliki manfaat yaitu memudahkan pekerja melaksanakan kegiatan panen, mengurangi kehilangan produksi akibat brondolan yang tersangkut di pelepah kelapa sawit, dan memudahkan karyawan penghitung kerapatan panen (trosen) dalam mengamati buah yang sudah matang. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Sunarko (2014), bahwa pemangkasan berguna juga untuk mempermudah pemanenan, pengamatan buah masak, dan menghindari tersangkutnya brondolan buah di pelepah daun. Dalam pemangkasan pemeliharaan jumlah tanaman yang harus dipangkas berjumlah 45 tanaman kelapa sawit, namun dalam kegiatan di lapangan penulis mendapati pemangkasan pemeliharaan kurang dari 45 tanaman kelapa sawit. Selanjutnya pemangkasan panen. Pemangkasan panen ini memiliki tujuan untuk mengambil buah yang siap panen. Pemangkasan ini dilakukan pada songgo dua yang disisakan pada waktu pemangkasan pemeliharaan. Ketentuan dalam melaksanakan pemangkasan panen adalah Pemangkasan dilakukan pada saat panen, menyusun hasil pemotongan pelepah pada gawangan mati, dan memotong pelepah menjadi 2-3 bagian. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Fauzi dkk (2008), bahwa untuk memudahkan pemanenan, sebaiknya pelepah daun yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu dan diatur di tengah gawangan.
Selanjutnya dalam penurunan jumlah pelepah kelapa sawit yang telah menghasilkan berdasarkan jenis pemangkasan dapat diuraikan sebagai berikut : dalam penurunan pelepah pemangkasan jalan, hanya dilakukan untuk pelepah daun yang menutupi jalan, sedangkan untuk jumlah pelepah yang diturunkan dalam setiap tanaman kelapa sawit, itu tergantung dari
28
jumlah pelepah yang menutupi jalan dari setiap tanaman kelapa sawit. Namun, dalam pengamatan penulis, menemukan bahwa rata-rata pelepah yang diturunkan dalam pemangkasan jalan berjumlah 7 pelepah per tanaman kelapa sawit. Selain itu dalam penurunan pelepah pemangkasan pemeliharaan harus meninggalkan pelepah di pohon sebanyak 42-48 tanaman karena tanaman yang dilakukan pemangkasan pemeliharaan sudah berumur 18 tahun. Dalam pemangkasan ini penulis mendapatkan rata-rata pelepah yang diturunkan berjumlah 9 pelepah per tanaman kelapa sawit. Terlalu bedanya pelepah pemangkasan yang diturunkan pada setiap pokok tanaman disebabkan karena dalam pelaksanaan panen pekerja tidak memotong pelepah sampai jatuh ke tanah, sehingga pelepah hanya tergantung di pohon. Seharusnya pelepah tidak boleh tergantung di pohon yang hal ini sesuai dengan yang dikatakan Fauzi dkk (2008), bahwa pelepah kelapa sawit tidak dibenarkan sengkleh atau tergantung di pokok tanaman. Kemudian jumlah pelepah yang diturunkan dalam pemangkasan panen, penulis mendapatkan rata-rata penurunan pelepah berjumlah 2 pelepah per tanaman kelapa sawit.
Selanjutnya, pemangkasan memiliki tujuan untuk mengoptimalkan proses fotosintesis tanaman, yang hal ini berpengaruh dengan jumlah pelepah kelapa sawit yang harus ditinggal pada tanaman kelapa sawit. Pelepah yang ditinggal, merupakan pelepah yang optimal bagi pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Dalam pengamatan penulis, penulis mendapati pelepah yang optimal bagi pertumbuhan kelapa sawit yaitu pada umur kurang dari atau sama dengan 5 tahun pelepah yang optimal berjumlah 57-64 pelepah/tanaman, selanjutnya pada umur kurang dari atau sama dengan
29
10 tahun pelepah yang optimal berjumlah 49-56 pelepah/tanaman, dan pada umur lebih dari 10 tahun pelepah yang optimal berjumlah 42-48 pelepah/tanaman. Hal ini cukup sesuai dengan yang dikatakan oleh
Fauzi dkk (2008), bahwa untuk terus melangsungkan metabolisme yang
baik, seperti proses fotosintesis dan respirasi maka jumlah pelepah pada setiap batang tanaman harus dipertahankan dalam jumlah tertentu sesuai dengan umur tanaman. Untuk tanaman berumur 3-8 tahun, jumlah pelepah yang optimal sekitar 48-56 (6-7 lingkaran duduk daun) dan untuk tanaman yang berumur lebih dari 8 tahun, jumlah pelepah sekitar 40-48 pelepah (5-6 lingkaran duduk daun).
Selanjutnya dalam pelaksanaan pemangkasan diperlukan rotasi pemangkasan yang sesuai dengan umur tanaman kelapa sawit. Dari pengamatan penulis, rotasi yang didapat untuk tanaman umur kurang dari atau sama dengan 5 tahun adalah 6 bulan sekali, selanjutnya umur kurang dari atau sama dengan 10 tahun rotasi pemangkasan 6 bulan sekali, dan tanaman umur lebih dari 10 tahun rotasi pemangkasan 8 bulan sekali. Hal ini cukup sesuai dengan yang dikatakan oleh Pardamean (2014), bahwa tanaman muda berumur 4-10 tahun dengan rotasi pemangkasan 6-8 bulan sekali, umur 10-15 tahun rotasi pemangkasan 8-10 bulan sekali dan tanaman berumur lebih dari 15 tahun dilakukan rotasi pemangkasan 8-10 bulan sekali.
30