• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANGKASAN TANAMAN KELAPA SAWIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANGKASAN TANAMAN KELAPA SAWIT"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN

PEMANGKASAN TANAMAN KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq) MENGHASILKAN

DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)

KABUPATEN PASER KALIMANTAN TIMUR

Oleh :

MUHAMMAD AFRIANUR SUHADA

NIM. 110500059

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

(2)

KAJIAN

PEMANGKASAN TANAMAN KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq) MENGHASILKAN

DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)

KABUPATEN PASER KALIMANTAN TIMUR

Oleh :

MUHAMMAD AFRIANUR SUHADA

NIM. 110500059

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Sebutan Ahli Madya

Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri

Samarinda

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

(3)

KAJIAN

PEMANGKASAN TANAMAN KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq) MENGHASILKAN

DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)

KABUPATEN PASER KALIMANTAN TIMUR

Oleh :

MUHAMMAD AFRIANUR SUHADA

NIM. 110500059

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli

Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Kajian Pemangkasan Tanaman Kelapa Sawit (Elaies guineensis Jacq) Menghasilkan di PT. Perkebunan Nusantara XIII(Persero) Kabupaten Paser Kalimantan Timur

Nama : Muhammad Afrianur Suhada NIM : 110500059

Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan Jurusan : Manajemen Pertanian

Menyetujui

Pembimbing, Penguji I Penguji II

Faradilla, SP, M.Sc Roby, SP, MP Nurlaila, SP, MP

NIP. 197401092000122001 NIP. 197305172005011009 NIP. 197110302001122001

Lulus ujian pada tanggal 16 Juli 2014 Menyetujui,

Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan

Politeknik pertanian Negeri Samarinda

Nur Hidayat, SP, M.Sc NIP. 197210252001121001

Mengesahkan,

Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik pertanian Negeri Samarinda

Ir. Hasanudin, MP NIP. 196308051989031005

(5)

ABSTRAK

MUHAMMAD AFRIANUR SUHADA. Kajian Pemangkasan Tanaman Kelapa

Sawit (Elaies guineensis Jacq) Menghasilkan di PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero) Kabupaten Paser Kalimantan Timur (di Bawah Bimbingan Faradilla)

Kelapa sawit merupakan tanaman komoditas perkebunan yang cukup penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cukup cerah. Berbagai cara telah dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit, diantaranya adalah pemangkasan. Pemangkasan memiliki berbagai manfaat bagi tanaman kelapa sawit menghasilkan yaitu memperbaiki sirkulasi udara di sekitar tanaman sehingga dapat membantu proses penyerbukan secara alami, mengurangi penghalangan pembesaran buah dan kehilangan brondolan akibat buah terjepit pada pelepah daun, mambantu dan memudahkan pada waktu panen, agar proses metabolisme tanaman berjalan lancar terutama proses fotosintesis dan respirasi, dan mempermudah pekerjaan potong buah. Kajian ini bertujuan untuk mempelajari tentang pemangkasan kelapa sawit yang telah menghasilkan mengenai jenis-jenis pemangkasan kelapa sawit menghasilkan, rata-rata jumlah pelepah yang diturunkan berdasarkan jenis pemangkasan, jumlah pelepah yang optimal bagi pertumbuhan kelapa sawit berdasarkan umur tanaman, dan rotasi pelaksanaan pemangkasan berdasarkan umur tanaman kelapa sawit.

Waktu pelaksanaan kajian ini dilakukan selama 3 minggu, dan pengolahan data yang digunakan berupa data primer yaitu kegiatan pengamatan langsung di lapangan dan dokumentasi kegiatan pemangkasan. Pengolahan data selanjutnya yaitu berupa data sekunder yaitu wawancara terhadap petugas di lapangan maupun yang ada di kantor dan pengambilan literatur pendukung tentang pemangkasan di perpustakaan kampus Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Hasil kajian diperoleh pemangkasan terdiri atas 3 jenis yaitu pemangkasan jalan, pemangkasan pemeliharaan, dan pemangkasan panen. Selanjutnya, rata-rata jumlah pelepah yang diturunkan berdasarkan jenis pemangkasan yaitu pemangkasan jalan berjumlah 7 pelepah, pemangkasan pemeliharaan berjumlah 9 pelepah dan pemangkasan panen berjumlah 2 pelepah. Selanjutnya pelepah yang optimal bagi pertumbuhan kelapa sawit berdasarkan umur tanaman yaitu umur ? 5 tahun pelepah yang optimal berjumlah 57-64 pelepah/tanaman, selanjutnya pada umur ? 10 tahun pelepah yang optimal berjumlah 49-56 pelepah/tanaman, dan pada umur ? 10 tahun pelepah yang optimal berjumlah 42-48 pelepah/tanaman. Selanjutnya rotasi pelaksanaan pemangkasan berdasarkan umur tanaman kelapa sawit yaitu ? 5 tahun adalah 6 bulan sekali, selanjutnya umur ? 10 tahun rotasi pemangkasan 6 bulan sekali, dan tanaman umur ? 10 tahun rotasi pemangkasan 8 bulan sekali.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Muhammad Afrianur Suhada, lahir pada tanggal 18 November

1993 di Kelurahan Harapan Baru, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur. Merupakan anak kedua dari 8 bersaudara dari pasangan Bapak Ali Kasih dan Ibu Wuriyani.

Pendidikan dimulai di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 011 di Desa Sungai Lunuk, Kecamatan Tabang, Kabupaten Kutai Kartanegara. Kemudian pindah sekolah SD pada tahun 2002 di SDN 014 Desa Bukit Pariaman, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, dan lulus pada tahun 2005. Kemudian melanjutkan pendidikan di pondok pesantren Nurul Islam, dan bersamaan dengan itu melanjutkan tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Yayasan Pendidikan Ma’arif (YPM) Diponegoro, di desa Manunggal Jaya, Kecamatan Tenggarong Seberang, dan lulus pada tahun 2008, kemudian melanjutkan pendidikan ke tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) YPM Diponegoro, dan lulus pada tahun 2011. Pendidikan tinggi dimulai pada tahun 2011 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Jurusan Manajemen Pertanian,

Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan. Menikah pada tanggal 18 Oktober 2013 dengan istri yang bernama Desy Indraswari.

Pada tanggal 1 Maret sampai dengan 1 Mei 2014 mengikuti kegiatan praktek kerja lapang (PKL) di perkebunan kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero), Kecamatan Long Ikis, Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kajian tentang pemangkasan tanaman kelapa sawit menghasilkan, hingga tersusunnya laporan ini.

Keberhasilan dan kelancaran dalam penyusunan kajian ini juga tidak terlepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Keluarga yang telah banyak memberikan motifasi dan doa kepada penulis selama ini.

2. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

3. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian,

4. Bapak Nur Hidayat, SP, M.Sc selaku Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.

5. Ibu Faradilla, SP, M.Sc selaku dosen pembimbing kajian kelapa sawit. 6. Bapak Roby, SP, MP selaku dosen penguji I kajian.

7. Ibu Nurlaila, SP, MP selaku dosen penguji II kajian.

8. Seluruh staf dosen dan teknisi Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan yang telah banyak memberikan masukan dalam proses belajar mengajar.

9. Teman-teman mahasiswa yang telah banyak membantu dalam menyusun pembuatan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penyusunan materi laporan, penulisan maupun dari segi pengetahuan. Namun demikian penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun pembaca.

Penulis

(8)

DAFTAR

ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

A. Tinjauan Tanaman Kelapa Sawit... 3

B. Tinjauan Pemangkasan Kelapa Sawit Menghasilkan ... 10

III. METODE KAJIAN ... 14

A. Tempat dan Waktu... 14

B. Alat dan Bahan... 14

C. Pengolahan Data ... 14

D. Prosedur pengambilan data... 16

E. Variabel Pengamatan ... 18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19

A. Hasil ... 19

B. Pembahasan ... 22

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 30

A. Kesimpulan ... 30

B. Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32

(9)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Rata-rata pelepah yang diturunkan berdasarkan jenis pemangkasan

dan jumlah tenaga kerja yang digunakan ... 20 2. Jumlah pelepah yang optimal bagi pertumbuhan tanaman kelapa

sawit berdasarkan umur tanaman ... 21

3. Rotasi pelaksanaan pemangkasan berdasarkan umur tanaman... 22

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Tinjauan umum perusahaan PT. Perkebunan Nusantara XIII

(Persero) ... 34 2. Tata letak pelaksanaan pemangkasan kelapa sawit menghasilkan ... 35 3. Anggaran biaya pelaksanaan pemangkassan ... 36 4. Jumlah pelepah yang diturunkan pada blok 108,121, 123, dan 124

berdasarkan jenis pemangkasan ... 37 5. Dokumentasi kegiatan kajian pemangkasan ... 39

(11)

1

I.

PENDAHULUAN

Kelapa sawit merupakan tanaman komoditas perkebunan yang cukup penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cukup cerah. Komoditas kelapa sawit, baik berupa bahan mentah maupun hasil olahannya, menduduki peringkat ketiga penyumbang devisa non migas terbesar bagi negara setelah karet dan kopi. Prospek pasar dunia untuk minyak sawit dan produk-produknya cukup bagus. Karena itu, perkebunan kelapa sawit sekarang telah diperluas secara besar-besaran. Ekspansi areal kebun dilakukan oleh perkebunan Negara, perkebunan besar swasta, hingga perkebunan rakyat. Pada perkebunan rakyat, perluasan dilakukan dengan cara mandiri dan juga ada yang bermitra dengan perusahaan perkebunan. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia luasnya telah mencapai lebih dari 7 juta hektar. Selain itu, pertumbuhan ekspor minyak sawit juga menunjukkan peningkatan, pada tahun 2000 ekspor crude palm oil (CPO) kurang dari 2 juta ton hingga pada tahun 2005 sudah lebih dari 4 juta ton, lalu pada tahun 2011 mencapai lebih dari 12 juta ton (Sunarko, 2014).

Minyak nabati merupakan produk utama yang bisa dihasilkan dari kelapa sawit. Potensi produksinya per hektar mencapai 6 ton per tahun, bahkan lebih, Jika dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak lainnya (4,5 ton per tahun). Prospek pasar bagi olahan kelapa sawit cukup menjanjikan, karena permintaan dari tahun ketahun mengalami peningkatan yang cukup besar, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar Negeri. Karena itu, sebagai negara tropis yang masih memiliki lahan yang cukup luas, Indonesia berpeluang besar untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit, baik melalui penanaman modal asing maupun skala perkebunan rakyat (Sastrosayono, 2003).

(12)

2

Berbagai cara telah dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman

kelapa sawit, diantaranya adalah pemangkasan. pemangkasan yang tepat merupakan aspek kunci memaksimalisasikan produksi kelapa sawit. Produk primer semua jenis komoditas tanaman adalah asimilat atau hasil fotosintesis yang selanjutnya akan dikonversikan menjadi senyawa sekunder berupa hasil yang dipanen. pemangkasan kelapa sawit merupakan salah satu upaya agar laju fotosintesis berlangsung optimal, hasil bersih fotosintesis maksimal dan distribusinya ke organ yang membutuhkan berlangsung lancar. Selain itu pemangkasan memiliki beberapa manfaat bagi tanaman kelapa sawit menghasilkan yaitu memperbaiki sirkulasi udara di sekitar tanaman sehingga dapat membantu proses penyerbukan secara alami, mengurangi penghalangan pembesaran buah dan kehilangan brondolan akibat buah terjepit pada pelepah daun, mambantu dan memudahkan pada waktu panen, agar proses metabolisme tanaman berjalan lancar terutama proses fotosintesis dan respirasi, dan mempermudah pekerjaan potong buah.

Tujuan dari kajian ini adalah untuk mempelajari tentang pemangkasan kelapa sawit yang telah menghasilkan mengenai jenis-jenis pemangkasan tanaman kelapa sawit yang telah menghasilkan, rata-rata pelepah yang diturunkan berdasarkan jenis pemangkasan, jumlah pelepah yang optimal bagi pertumbuhan kelapa sawit berdasarkan umur tanaman kelapa sawit, dan rotasi pelaksanaan pemangkasan kelapa sawit berdasarkan umur tanaman kelapa sawit.

Kajian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi para pelaksana perkebunan kelapa sawit, agar dalam melaksanakan pemangkasan dapat dilakukan dengan baik sehingga dapat diperoleh produksi yang maksimal.

(13)

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tanaman Kelapa Sawit 1. Sejarah tanaman kelapa sawit

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Belanda pada tahun 1884. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritius dan Ansterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Perintis usaha perkebunan kalapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet, seorang Belgia yang telah banyak belajar banyak tentang kelapa sawit di Afrika. Budidaya yang dilakukannya diikuti oleh K. Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatra (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunannya mencapai 5.123 ha. Indonesia mulai mengekspor minyak sawit pada tahun 1923 mulai mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton.

Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit mengalami perkembangan yang cukup pesat. Indonesia menggeser dominasi ekspor negara Afrika pada waktu itu. Namun, kemajuan pesat yang dialami oleh Indonesia tidak diikuti dengan peningkatan perekonomian nasional. Hasil perolehan ekspor minyak sawit hanya meningkatkan perekonomian negara asing termasuk Belanda.

Memasuki pada masa kependudukan Jepang, perkembangan tanaman kelapa sawit mengalami kemunduran. Secara keseluruhan produksi perkebunan kelapa sawit terhenti. Lahan perkebunan mengalami

(14)

4

penyusutan sebesar 16% dari total luas lahan yang ada, sehingga produksi minyak sawit Indonesia pun hanya mencapai 56.000 ton pada tahun 1948-1949. Padahal pada tahun 1940 Indonesia mengekspor 250.000 ton minyak sawit.

Setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia, pada tahun 1957, pemerintah mengambil alih perkebunan dengan alasan politik dan keamanan. Pemerintah menempatkan perwira-perwira militer disetiap jenjang manajemen perkebunan yang bertujuan mengamankan jalannya produksi. Pemerintah juga membentuk bumil (buruh militer) yang merupakan wadah kerja sama antara buruh perkebunan denagan militer. Perubahan manajemen dalam perkebunan dan kondisi politik sosial serta keamanan dalam negeri yang tidak kondusif, menyebabkan produksi kelapa sawit mengalami penurunan. Pada periode tersebut Indonesia sebagai pemasok minyak sawit dunia terbesar tergeser oleh Malaysia.

Memasuki pemerintahan orde baru, pembangunan perkebunan diarahkan dalam rangka menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan sebagai sektor penghasil devisa negara. Pemerintah terus mendorong pembukaan lahan baru untuk perkebunan. Sampai dengan tahun 1980 luas lahan mencapai 294.560 ha dengan produksi CPO sebesar 721.172 ton. Sejak saat itu lahan perkebunan sawit di Indonesia berkembang pesat terutama perkebunan rakyat. Hal ini didukung oleh kebijakan pemerintah yang melaksanakan program perkebunan inti rakyat perkebunan (PIR-bun). Dalam pelaksanaannya, perkebunan besar sebagai inti membina dan menampung hasil perkebunan rakyat disekitarnya yang menjadi plasma. Perkembangan

(15)

5

perkebunan semakin pesat lagi setelah pemerintah mengembangkan program lanjutan yaitu PIR-Transmigrasi sejak tahun 1986. Program tersebut berhasil menambah luas lahan dan produksi kelapa sawit. Pada tahun 1990-an, luas perkebunan kelapa sawit mencapai lebih dari 1,6 juta hektar yang tersebar diberbagai sentra produksi, seperti Sumatra dan Kalimantan (Hartono, 2008).

2. Klasifikasi tanaman kelapa sawit

Menurut Sastrosayono (2003), Tanaman kelapa sawit (palm oil) termasuk tanaman monokotil yang secara taksonomi dapat diklasifikasikan sebagai berikut, yaitu :

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Pelmales Family : Palmaceae Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq

3. Morfologi tanaman kelapa sawit a. Akar

Kecambah kelapa sawit yang baru tumbuh memiliki akar tunggang, tetapi akar ini mudah mati dan terganti segera dengan akar serabut. Akar serabut memiliki sedikit percabangan, membentuk anyaman rapat dan tebal. Sebagian akar serabut tumbuh lurus ke bawah (vertikal) dan sebagian tumbuh mendatar ke arah samping (horizontal) (Sastrosayono, 2003).

(16)

6

Menurut Setyamidjaja (2006), sistem perakaran kelapa sawit dapat diuraikan sebagi berikut :

1) Akar primer, yaitu akar yang keluar dari bagian bawah batang, tumbuh secara vertikal atau mendatar, dan berdiameter 5-10 mm. 2) Akar sekunder, yaitu akar yang tumbuh dari akar primer, yang arah

tumbuhnya mendatar ataupun ke bawah, dan berdiameter 1-4 mm. 3) Akar tertier, yaitu akar yang tumbuh dari akar sekunder, yang arah

tumbuhnya mendatar, panjangnya mencapai 15 cm dan berdiameter 0,5-1,5 mm.

4) Akar kuarter, yaitu akar-akar cabang dari akar tertier yang berdiameter 0,2-0,5 mm dan panjangnya rata-rata 3 cm.

Akar tertier dan kuarter inilah yang paling efektif menyerap hara dan air dalam tanah.

b. Batang

Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus ke atas. Batang berbentuk silindris dan berdiameter 40-60 cm, tetapi pada pangkalnya membesar. Pada ujung batang terdapat titik tumbuh yang membentuk daun-daun dan memanjangkan batang. Selama empat tahun pertama, titik tumbuh membentuk daun-daun yang pelepahnya membungkus batang sehingga batang tidak terlihat. Pangkal batang pada umumnya membesar membentuk bonggol batang (bowl). Kecepatan tumbuh meninggi tanaman kelapa sawit berbeda-beda tergantung pada tipe atau varietasnya, tetapi secara umum kecepatan pertumbuhan sekitar 25-40 cm per tahun. Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman kelapa sawit adalah kondisi disekitar tanaman seperti

(17)

7

keadaan iklim, pemeliharaan (terutama pemupukan), kerapatan tanam, umur, dan sebagainya (Setyamidjaja, 2006).

c. Daun

Daun dibentuk dekat titik tumbuh. Setiap bulan, biasanya akan tumbuh dua lembar daun. Pertumbuhan daun awal dan daun berikutnya akan membentuk sudut 1350.

Menurut Pahan (2008), Daun kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian, sebagai berikut :

1) Kumpulan anak daun (leaflast) yang mempunyai helaian (lamina) dan tulang anak daun (midrib).

2) Rachis yang merupakan tempat anak daun melekat.

3) Tangkai daun (petiole) yang meupakan bagian antara daun dan batang.

4) Seludang daun (sheath) yang berfungsi memberi kekuatan pada batang.

d. Bunga

Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu. Artinya, bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu pohon, tetapi tidak pada tandan yang sama (Pahan, 2008).

Susunan bunga terdiri dari karangan bunga yang terdiri dari bunga jantan (tepung sari) dan bunga betina (putik). Namun, ada juga tanaman kelapa sawit yang hanya memproduksi bunga jantan. Umumnya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam dua tandan yang terpisah. Namun, adakalanya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam tandan yang sama. Bunga jantan selalu masak terlebih

(18)

8

dahulu dari pada bunga betina. Karena itu, penyerbukan sendiri antara bunga jantan dan bunga betina dalam satu tandan sangat jarang terjadi (Sastrosayono, 2003).

e. Buah

Bunga betina setelah dibuahi akan berkembang menjadi buah. Buah yang terletak di sebelah dalam tandan berukuran lebih kecil dan bentuknya kurang sempurna dibandingkan dengan yang berada di luar tandan.

Menurut Setyamidjaja (2006), pada satu buah sawit terdapat susunan sebagai berikut :

1) Kulit buah (exocarp) yang selama 3 bulan setelah penyerbukan warnanya masih putih kehijau-hijauan, tetapi 3-6 bulan berikutnya warnanya berubah menjadi kuning.

2) Daging buah (mesocarp) yang pada 3 bulan pertama masih tersusun dari air, serat, khlorofil, dan tiga bulan selanjutnya terjadi pembentukkan minyak dan karoten.

3) Cangkang (endocarp) yang pada tahap awal tipis dan lembut, tetapi setelah berumur 3 bulan bertambah tebal dan keras serta warnanya berubah dari putih menjadi coklat muda kemudian coklat. 4) Inti (endosperm) yang mula-mula cair, kemudian lunak dan

akhirnya padat serta agak keras.

4. Syarat tumbuh tanaman kelapa sawit a. Curah hujan

Tanaman kelapa sawit menghendaki curah hujan yang berkisar 1.500-4.000 mm per tahun, tetapi curah hujan optimal 2.000-3.000 mm

(19)

9

per tahun, dengan jumlah hari hujan tidak lebih dari 180 hari per tahun

(Setyamidjaja, 2006). b. Suhu dan tinggi tempat

Secara umum, suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit adalah 240C – 280C dengan suhu terendah 180C dan tertinggi 320C. Adapun ketinggian tempat optimum untuk kelapa sawit adalah 0-400 di atas permukaan laut (dpl). Pada ketinggian lebih dari 500 m dpl, pertumbuhan kelapa sawit akan terhambat dan produksinya pun akan menurun (Setyamidjaja, 2006).

c. Kelembapan dan penyinaran matahari

Kelapa sawit menghendaki kelembapan udara sekitar 80% dan penyinaran matahari yang cukup. Kelapa sawit yang tidak mendapatkan sinar matahari yang cukup, pertumbuhannya akan lambat, produksi bunga betina menurun, dan gangguan hama dan penyakit meningkat. Penyinaran matahari yang dibutuhkan oleh kelapa sawit adalah 5 - 7 jam per hari. Lama penyinaran rata-rata 5 jam dan naik menjadi 7 jam perhari (Setyamidjaja, 2006).

d. Keadaan tanah

Kelapa sawit dapat tumbuh diberbagai jenis tanah. Akan tetapi, kelapa sawit akan dapat tumbuh optimal jika jenis tanahnya sesuai dengan syarat tumbuh kelapa sawit. Menurut Setyamidjaja (2006), Sifat-sifat fisika dan kimia tanah yang harus dipenuhi untuk pertumbuhan kelapa sawit secara optimal adalah sebagai berikut : 1) Solum cukup dalam >80 cm dan tidak berbatu agar perkembangan

(20)

10

2) Tekstur ringan dan yang terbaik memiliki pasir 20%-60%, debu 10% - 40%, liat 20% - 50%.

3) Struktur tanah baik, konsistensi gembur sampai agak teguh, dan permeabilitasnya sedang.

4) Drainase baik dan permukaan air tanah cukup dalam. Tanah yang berdrainasenya jelek sebaiknya dihindari atau membuat saluran drainase.

5) Reaksi tanah (pH) 4,5 - 6,0 dan pH optimal 5,0 - 5,5. 6) Tanah memiliki kandungan unsur hara yang tinggi.

B.

Tinjauan Pemangkasan Kelapa Sawit Menghasilkan

Kelapa sawit memproduksi daun, sejak keluarnya daun pertama di pembibitan sampai pohon mati. Seperti halnya dengan bagian-bagian (organ) lain dari tanaman kelapa sawit, jaringan dalam bagian tanaman, sel-sel dalam jaringan dan bagian-bagian dari sel daunpun mengalami saat membentuk, berkembang, menjadi tua, dan akhirnya mati. Fungsi utama dari daun adalah fotosintesis yang dijalankan hampir selama masa hidup daun tersebut, kecuali pada masa awal dan menjelang akhir hidupnya. Pada awal, selagi masih baru setelah tumbuh dan berkembang, dan mendapatkan sinar matahari langsung, klorofil terbentuk dan fungsi fotosintesisnya berjalan atau berfungsi. Setelah daun mencapai usia tua, warna hijaunya tidak penuh lagi, karena produksi butir-butir klorofil yang baru berlangsung lebih lambat dibandingkan kematian butir-butir yang ada, sehingga jumlah total butir klorofil menurun. Bila kandungan klorofil sudah sangat rendah, daun menguning karena butir-butir warna lainnya menjadi dominan dan tampak. Butir-butir warna lain ini selalu dibentuk dan ada dalam daun, tetapi

(21)

11

penampilan warna daun telah didominasi oleh klorofil, sehingga warna yang tampak pada daun adalah warna hijau. Daun-daun yang tua, walaupun belum mati, sebenarnya tidak lagi bermanfaat bagi pertumbuhan kelapa sawit, bahkan bila dibiarkan akan membawa kesulitan bagi pelaksanaan berbagai pekerjaan di kebun. Karena itu daun-daun yang tua ini lebih baik dipangkas. Pada saat tanaman menghasilkan, dalam prakteknya daun-daun kelapa sawit selalu dipangkas sampai dengan daun yang terletak di bawah tandan buah yang akan dipanen (Mangoensoekarjo, 2005).

Pemangkasan adalah suatu kegiatan pembuangan daun-daun tua atau yang tidak produktif pada tanaman kelapa sawit. Pada tanaman muda sebaiknya tidak dilakukan pemangkasan, kecuali dengan maksud mengurangi penguapan oleh daun pada saat tanaman akan dipindahkan dari pembibitan ke areal perkebunan.

Tujuan pemangkasan sebagai berikut :

1. Memperbaiki sirkulasi udara disekitar tanaman sehingga dapat membantu proses penyerbukan secara alami.

2. Mengurangi penghalangan pembesaran buah dan kehilangan brondolan buah terjepit pada pelepah muda.

3. Membantu dan memudahkan pada waktu panen. 4. Mengurangi perkembangan epifit.

5. Agar metabolisme tanaman berjalan lancar, terutama proses fotosintesa dan respirasi.

Dalam satu tahun kelapa sawit dapat menghasilkan 20-30 pelepah daun. Kemampuan produksi tersebut menurun menjadi 18-25 pelepah daun seiring dengan dengan pertambahan umur tanaman. Dengan demikian

(22)

rata-12

rata produksi pelepah adalah 1,5-2,5 pelepah/bulan. Namun, hanya sekitar 8-22 pelepah daun yang ditemukan bunga atau buah, sedangkan pelepah lainnya tidak menghasilkan bunga atau buah. Pelepah daun yang menghasilkan bunga atau buah disebut pelepah penyangga (songgo) dan pelepah yang tidak menghasilkan bunga dan buah disebut pelepah kosong. Pelepah penyangga akan dipangkas bersamaan dengan panen buah, sedangkan pelapah kosong akan dipangkas secara rutin dengan interval waktu tertentu diluar waktu panen.

Untuk terus melangsungkan metabolisme yang baik, seperti proses fotosintesis dan respirasi maka jumlah pelepah pada setiap batang tanaman harus dipertahankan dalam jumlah tertentu sesuai dengan umur tanaman. Untuk tanaman berumur 3-8 tahun, jumlah pelepah yang optimal sekitar 48-56 (6-7 lingkaran duduk daun) dan untuk tanaman yang berumur lebih dari 8 tahun, jumlah pelepah sekitar 40-48 pelepah (5-6 lingkaran duduk daun). Pemangkasan dilakukan 6 bulan sekali untuk tanaman menghasilkan. Pemangkasan dapat dilakukan dengan menggunakan alat chisel (dodos), egrek (arit berganggang) atau kampak petik. Alat yang digunakan dalam pemangkasan berbeda menurut pertambahan umur tanaman kelapa sawit

(Fauzi dkk, 2008).

Menurut Widodoro (2012) pemangkasan dibagi menjadi tiga yaitu : 1. Pemangkasan pendahuluan, dilakukan 6 bulan sekali sebelum tanaman

memasuki fase tanaman menghasilkan (TM).

2. Pemangkasan periodik, dilaksanakan setelah tanaman memasuki fase TM, biasanya secara periodik 6 bulan sekali.

(23)

13

3. Pemangkasan panen, dilakukan bersamaan dengan panen yaitu memotong 1-2 daun samping dari daun penyangga.

Menurut Sunarko (2014), pemangkasan bertujuan untuk menjaga tajuk tanaman yang sehat. Caranya, buang daun yang berlebihan, mati, rusak, atau terserang hama dan penyakit. Selain itu, tujuan pemangkasan untuk mempertahankan luas daun yang optimal dan menjaga kebersihan tanaman, sehingga tercipta lingkungan yang bersih serta menghambat resiko terserang hama dan penyakit. Pemangkasan juga berguna untuk mempermudah pemanenan, pengamatan buah masak, dan menghindari tersangkutnya berondolan buah di pelepah daun. Pada tanaman yang baru memasuki masa TM harus dilakukan pemangkasan dengan tujuan untuk mempermudah pembersihan piringan dan pelaksanaan pemupukan. Pemangkasan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu pemangkasan pendahuluan yang dilakukan enam bulan sebelum tanaman memasuki periode TM, lalu pemangkasan periodik yang dilakukan pada TM dengan rotasi tertentu, dan pemangkasan panen yang dilakukan sekaligus saat panen.

Menurut Pardamean (2014), pemangkasan pelepah daun bertujuan untuk mencegah serangan hama penyakit, berkembangnya pakisan dan tikus, mempermudah panen buah, serta mempelancar penyerbukan, selain membuang daun yang tidak berfungsi. Pelepah daun dipotong mendekati batang dengan bekas potongan miring keluar berbentuk tapak kuda membentuk sudut 300. Alat yang dipakai, yaitu dodos atau egrek. Jika terlambat dipangkas, pohon akan gondrong dan menyulitkan pemanenan buah. Pemangkasan harus diusahakan sampai batas songgo dua (ditinggalkan dua pelepah di bawah buah).

(24)

14

III. METODE KAJIAN

A. Tempat dan Waktu

Tempat kegiatan kajian ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero) Afdeling 1 Beringin blok 108,121, 123 dan blok 124 kebun Tabara Desa Semuntai Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser Kalimantan Timur.

Waktu pelaksanaan kajian selama 3 minggu, terhitung mulai tanggal 17 Maret sampai dengan 7 April 2014 yang meliputi kegiatan pengamatan, wawancara, dan dokumentasi.

B. Alat dan bahan

Alat yang digunakan dalam kajian ini berupa egrek, kampak, kamera, sepatu boot, sarung tangan, alat tulis menulis, dan topi. Bahan yang digunakan berupa tanaman kelapa sawit yang telah menghasilkan.

C. Pengolahan data

Kajian ini diolah dengan menggunakan 2 data yaitu :

1. Data primer

Pengambilan data ini diperoleh dengan 2 cara yaitu

a. Pengamatan kegiatan langsung di lapangan

Dalam pengambilan data ini, data yang didapat berupa jenis-jenis pemangkasan kelapa sawit menghasilkan, jumlah pelepah yang diturunkan berdasarkan jenis pemangkasan, tenaga kerja yang digunakan berdasarkan jenis pemangkasan dan realisasi pelakasnaan pemagkasan di lapangan.

b. Dokumentasi kegiatan yang dilakukan dalam pemangkasan

Dalam pengambilan data ini data yang didapat berupa foto alat yang digunakan dalam kegiatan pemangkasan, foto pelaksanaan

(25)

15

pemangkasan, foto menghitung jumlah pelepah yang diturunkan dalam pemangkasan, dan foto kegiatan pemangkasan yang tidak disiplin.

2. Data sekunder

Pengambilan data ini dilakukan dengan 2 cara yaitu

a. Wawancara

Wawancara yaitu kegiatan mengajukan beberapa pertanyaan terhadap petugas baik yang ada di lapangan maupun yang ada di kantor pada tempat dilaksanakannya kajian. Adapun data yang diperoleh berupa data biaya pelaksanaan pemangkasan per tahun, jumlah tanaman kelapa sawit yang dipangkas dalam satu hari kerja, dan peta pelaksanaan pemangkasan.

b. Pengambilan literatur

Pengambilan literatur ini digunakan untuk mendukung kegiatan

pemangkasan kelapa sawit yang telah menghasilkan, yang diambil di perpustakaan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Adapun data yang diperoleh berupa teori tentang pengawasan dalam perkebunan kelapa sawit, teori tentang alat yang digunakan berdasarkan umur tanaman, teori tentang pentingnya kualitas tenaga kerja perkebunan, teori tentang jenis-jenis pemangkasan kelapa sawit, teori tentang rotasi pemangkasan, teori tentang manfaat pemangkasan, teori tentang penyusunan pelepah hasil pemangkasan, teori tentang pelepah yang tidak boleh tergantung di pohon ketika dilakukan pemangkasan, teori tentang jumlah pelepah yang optimal per

(26)

16

tanaman kelapa sawit, dan teori tentang rotasi pemangkasan berdasarkan umur tanama kelapa sawit.

D. Prosedur pengambilan data a. Persiapan

1) Penentuan areal kajian

Pengamatan dilakukan pada areal yang akan dilakukan pemangkasan. Areal pemangkasan ditentukan oleh perusahaan tepatnya oleh mandor 1. Kajian ini dilaksanakan pada blok 108, 121,123, dan blok 124 Afdeling 1 Beringin di PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero).

2) Persiapan alat dan bahan

Alat dan bahan harus telah siap dan dalam keadaan yang baik agar memudahkan dalam melaksanakan pengamatan. Alat dan bahan seperti kamera, alat tulis menulis disiapkan oleh mahasiswa, sedangkan alat seperti egrek, kampak, disiapkan oleh perusahaan yang telah diberikan kepada para pekerja. Egrek dan kampak sebaiknya diasah terlebih dahulu oleh karyawan atau pekerja, agar memudahkan pemangkasan dan pemotongan pelepah untuk disusun pada gawangan mati.

3) Persiapan tenaga kerja

Tenaga kerja yang melakukan pemangkasan merupakan karyawan perusahaan.

b. Pengawasan dalam kegiatan pemangkasan

Kegiatan pemangkasan merupakan salah satu kegiatan penting dalam pemeliharaan tanaman kelapa sawit. Pengawasan pemangkasan

(27)

17

dilakukan oleh mandor pemangkasan. Mandor pemangkasan melakukan keliling terhadap tenaga kerja yang melakukan pemangkasan. Sedangkan asisten afdeling selalu keliling lapangan untuk mengawasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan di lapangan.

c. Waktu pelaksanaan pengamatan

Waktu pelaksanaan pengamatan dilakukan pada pagi hari sampai siang hari pada jam 07.00-14.00 Wita, dan jam istirahat pukul 12.00-13.00 Wita.

d. Proses pemangkasan di dalam kebun a. Pemotongan pelepah

Pemotongan pelepah kelapa sawit menggunakan egrek, dengan tujuan untuk menurunkan pelepah yang tidak aktif, tua dan m `engganggu kegiatan perkebunan kelapa sawit. Tanaman yang dilakukan pemangkasan berumur 18 dan 28 tahun. Saat melakukan pemotongan harus berhati-hati agar tidak terjadi kecelakaan terkena alat yang digunakan. Pemotongan pelepah diharuskan mepet tetapi tergantung pemangkasan yang dilaksanakan. Saat melakukan pemangkasan pelepah tidak boleh tergantung pada pokok tanaman.

b. Penyusunan pelepah

Penyusunan kelapa sawit bertujuan untuk menghindari tercecernya pelepah di piringan yang dapat mengganggu kegiatan perkebunan seperti pemupukan. Hasil pangkasan dipotong menjadi 2-3 bagian dan disusun secara rapi, sehinga tidak mengganggu kegiatan perawatan lainnya. Penyusunan pelepah dilakukan menurut kondisi lapangan (topografi), yaitu : Pada areal datar, pelepah disusun

(28)

18

digawangan mati dengan susunan sirih tegak lurus dengan jalan pikul. Pada areal perengan (miring), pelepah disusun sejajar dengan terras kontour atau tegak lurus dengan perengan.

E. Variabel Pengamatan

Dalam pelaksanaan kajian ini hal yang diamati sebagai berikut :

1. Jenis-jenis pemangkasan kelapa sawit menghasilkan di PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero).

2. Rata-rata pelepah yang diturunkan berdasarkan jenis pemangkasan. 3. Jumlah pelepah yang optimal bagi pertumbuhan kelapa sawit

berdasarkan umur tanaman kelapa sawit.

4. Rotasi pelaksanaan pemangkasan kelapa sawit berdasarkan umur tanaman kelapa sawit.

(29)

19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Jenis-jenis pemangkasan kelapa sawit menghasilkan

Pemangkasan kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero) terdapat 3 jenis pemangkasan yaitu, pemangkasan jalan, pemangkasan pemeliharaan dan pemangkasan panen.

a. Pemangkasan jalan

Pemangkasan jalan merupakan kegiatan melakukan pemotongan pada pelepah kelapa sawit yang berada di sekitar jalan menggunakan alat egrek. Pemangkasan ini dilakukan pada jalan yang

tertutup rapat oleh pelepah kelapa sawit. Umumnya dilakukan di sekitar jalan koleksi.

b. Pemangkasan pemeliharaan

Pemangkasan pemeliharaan merupakan pemotongan pelepah pada setiap tanaman. Pelepah yang dipotong adalah pelepah yang tidak produktif dan pelepah yang sudah tua. Pemangkasan ini memiliki tujuan untuk mempermudah panen, memudahkan pengamatan buah, dan menghindari tersangkutnya brondolan buah pada pelepah kelapa sawit.

c. Pemangkasan panen

Pemangkasan panen merupakan kegiatan pemotongan pelepah yang dilakukan pada saat melakukan pemanenan. Pemotongan ini memiliki tujuan untuk mengambil buah yang siap panen. Pemangkasan ini dilakukan pada songgo dua yang disisakan pada waktu pemangkasan pemeliharaan.

(30)

20

2. Rata-rata pelepah yang diturunkan berdasarkan jenis pemangkasan yang dilakukan

Dalam pelaksanaan pemangkasan di lapangan, penulis melakukan pengamatan mengenai jumlah pelepah yang diturunkan berdasarkan jenis pemangkasan yang dilakukan (Dapat dilihat pada lampiran 4) dan juga jumlah tenaga kerja yang digunakan. Dengan adanya jumlah pelepah, dapat kita hitung rata-rata jumlah pelepah yang diturunkan berdasarkan jenis pemangkasan. Adapun tabel rata-rata jumlah pelepah yang diturunkan berdasarkan jenis pemangkasan dan jumlah tenaga kerjanya dapat dilihat sebagi berikut :

a. Tabel 1. Rata-rata pelepah yang diturunkan berdasarkan jenis pemangkasan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan

No Jenis pemangkasan Jumlah pokok yang diamati Jumlah tenaga kerja Rata-rata 1 Pemangkasan jalan 30 3 7 2 Pemangkasan pemeliharaan 30 3 9 3 Pemangkasan panen 30 33 2

Dari Tabel 2, dapat dilihat bahwa jumlah pokok yang diamati berjumlah 30 pokok kelapa sawit, dengan rata-rata pelepah yang diturunkan untuk pemangkasan jalan 7 pelepah/tanaman dengan jumlah tenaga kerja 3 orang. Selanjutnya jumlah rata-rata pelepah yang diturunkan dalam pemangkasan pemeliharaan berjumlah 9 pelepah/tanaman dengan jumlah tenaga kerja 3 orang, sedangkan jumlah rata-rata pelepah yang diturunkan untuk pemangkasan panen berjumlah 2 pelepah/tanaman dengan jumlah tenaga kerja 33 orang.

(31)

21

3. Jumlah pelepah yang optimal bagi pertumbuhan kelapa sawit berdasarkan umur tanaman kelapa sawit

Pelepah kelapa sawit terutama daun yang dimiliki, memiliki fungsi yang sangat diperlukan oleh setiap tanaman yaitu berfungsi untuk fotosintesis. Fotosintesis merupakan proses pembuatan makanan oleh tanaman yang memerlukan karbondioksida, air, sinar matahari yang diserap oleh klorofil yang akan menghasilkan glukosa dan oksigen. Glukosa akan disimpan dalam tubuh tanaman sebagai cadangan makanan sedangkan oksigen akan dilepaskan ke udara. Dalam pelaksanaan fotosintesis yang baik, diperlukan jumlah pelepah kelapa sawit yang optimal untuk melangsungkan fotosintesis. Adapun jumlah pelepah yang optimal bagi pertumbuhan tanaman kelapa sawitberdasarkan umur tanaman sebagai berikut :

a. Tabel 2. Jumlah pelepah yang optimal bagi pertumbuhan tanaman kelapa sawit berdasarkan umur tanaman

No Umur Tanaman Jumlah Pelepah/Phn

1 ? 5 tahun 57-64

2 ? 10 tahun 49-56

3 ? 10 tahun 42-48

Sumber : Prosedur kerja PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero) 2013 Dalam hal ini, keterangan di atas ditujukan untuk pemangkasan pemeliharaan, tidak termasuk pemangkasan jalan dan pemangkasan panen.

4. Rotasi pelaksanaan pemangkasan kelapa sawit berdasarkan umur tanaman kelapa sawit

Rotasi merupakan perputaran waktu setiap kegiatan, baik dalam hitungan minggu, bulan maupun tahun dan terjadi pada tempat dan lahan yang sama. Rotasi pelaksanaan pemangkasan kelapa sawit sangat

(32)

22

penting untuk diketahui oleh setiap pelaksana perkebunan. Hal ini agar tidak terjadi pelaksanaan pemangkasan yang terlalu sering, yang akan menyebabkan kurangnya pelepah kelapa sawit yang optimal bagi pertumbuhan tanaman kelapa sawit atau bisa disebut pemangkasan yang berlebihan (over pruning). Pemangkasan yang berlebihan akan menyebabkan berkurangnya areal fotosintesis yang akan menurunkan produksi kelapa sawit Adapun rotasi pelaksanaan pemangkasan yang dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero) berdasarkan umur tanaman dapat dilihat pada tabel berikut ini :

a. Tabel 3. Rotasi pelaksanaan pemangkasan berdasarkan umur tanaman

No Umur Tanaman Rotasi

1 ? 5 tahun 1 x 6 bulan

2 ? 10 tahun 1 x 6 bulan

3 ? 10 tahun 1 x 8 bulan

Sumber : Prosedur kerja PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero) 2013 Maksud dari 1 x 6 bulan adalah bahwa kegiatan pemangkasan dilakukan selama 6 bulan sekali atau bisa disimpulkan bahwa dalam setahun dapat dilaksanakan dua kali pemangkasan. Selanjutnya maksud dari 1 x 8 adalah bahwa kegiatan pemagkasan dilakukan 8 bulan sekali atau dapat disimpulkan bahwa dalam satu tahun hanya sekali dilakukan pemangkasan. Dalam hal ini, penjelasan rotasi pemangkasan hanya ditujukan kepada pemangkasan pemeliharaan, tidak termasuk pemangksan jalan dan pemangkasan panen.

B. Pembahasan

Kegiatan pemangkasan di PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero), dalam prosedur kerja perusahaan cukup baik. Namun, dalam pengamatan

(33)

23

penulis, pelaksanaannya di lapangan yang dilakukan oleh karyawan masih ada beberapa kekurangan, yaitu pengawasan yang kurang tegas, pelepah yang tidak disusun pada gawangan mati dan pelepah tua yang masih tergantung pada pohon tanaman. Dalam melaksanakan pengawasan mandor dan asisten afdeling kurang tegas yang menyebabkan pekerja tidak disiplin dalam pemangkasan. Seharusnya pengawasan yang baik perlu diterapkan agar tercapainya hasil yang diinginkan perusahaan. Dengan pengawasan yang baik akan menciptakan keteraturan kerja yang baik. Namun, apabila pengawasan tidak dilakukan secara disiplin oleh mandor dan asisten maka akan sulit mengetahui hasil kerja yang telah dilaksankan oleh perusahaan. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Pardamean (2008) bahwa melalui pengawasan dapat dilakukan koreksi, agar pelaksanaan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan kata lain, melalui pengawasan dapat diukur sejauh mana hasil yang telah dicapai sesuai dengan yang telah direncanakan. Selain itu, permasalahan selanjutnya yaitu pelepah yang tidak disusun pada gawangan mati. Pelepah yang tidak disusun pada gawangan mati akan menyebabkan kerugian pada kegiatan kebun yang lain yaitu pemupukan, dan pengutipan brondolan. Dalam melaksanakan pemupukan akan mudah apabila tidak ada pelepah yang berceceran pada piringan tanaman yang akan menyebabkan pekerja sulit untuk membuat lubang pemupukan. Selain itu dalam pelaksanaan pengutipan brondolan pun juga akan sulit apabila masih ada pelepah yang berceceran di piringan tanaman, karena akan menyusahkan pekerja untuk mengambil brondolan tersebut, dan menyebabkan brondolan tidak kelihatan karena terhalang pelepah yang berceceran tersebut. Permasalahan selanjutnya yaitu masih adanya pelepah

(34)

24

yang tua pada pohon kelapa sawit. Dalam hal ini akan menyebabkan kerugian yaitu kesulitan dalam kegiatan pemanenan, menyulitkan pengamatan buah matang, dan menyebabkan tersangkutnya brondolan pada pelepah tersebut. Dari sini kita bisa melihat faktor-faktor yang menyebakan penurunan produksi.

Selain itu, dalam kegiatan pemangkasan hal pertama yang dilakukan yaitu hubungan antara mandor 1 dengan mandor pemangkasan mengenai titik letak dilakukannya pemangkasan. Pemangkasan sangat mudah dilaksanakan pada lahan yang datar, namun begitu juga sebaliknya pemangkasan sangat sulit dilaksanakan pada lahan yang miring. Pada lahan yang datar pekerja bisa melaksanakan pemangkasan sebanyak 5 pokok tanaman dalam sekali jalan. Namun apabila dilahan miring hanya bisa melaksanakan pemangkasan 3 pokok tanaman dalam sekali jalan.

Dalam hal ini alat yang digunakan berupa egrek dan kampak. Penggunaan egrek bukan dodos dikarenakan pokok kelapa sawit yang sudah berumur 18 dan 28 tahun. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh

Sastrosayono (2003), bahwa pada tanaman yang tingginya lebih dari 2,5

meter (berumur melebihi dari 8 tahun) tunasan dilakukan menggunakan pisau Malaysia (egrek) yang diberi tangkai bambu. Peralatan pemangkasan yang digunakan oleh pekerja kurang memadai dengan jumlah pekerja. Hal ini dikarenakan kurangnya anggaran dalam persiapan alat di PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero).

Selanjutnya tenaga kerja yang digunakan dalam pemangkasan kelapa sawit berjumlah 36 orang. Pembagiannya dalam pemangkasan panen dilakukan oleh anggota pemanen yang berjumlah 36 orang dengan mandor

(35)

25

berjumlah 3 orang. Namun dalam pelaksanaan pemangkasan jalan dan pemangkasan pemeliharaan, tenaga kerja yang digunakan diambil 1 orang dari setiap mandor panen, sehingga jumlah tenaga kerjanya 3 orang. Tenaga kerja yang digunakan dalam pemangkasan memiliki kekurangan tenaga kerja terutama tenaga kerja pemangkasan pemeliharaan. Selain kekurangan tenaga kerja, tenaga kerjanya pun kurang disiplin dalam pelaksanaan pemangkasan sehingga masih terlihat pelepah yang tergantung, dan pelepah yang tidak tersusun pada gawangan mati. Hal ini akan menyebabkan kegagalan dalam melaksanakan perkebunan kelapa sawit. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Pardamean (2012), bahwa keberhasilan usaha perkebunan baik besar maupun kecil bukan semata-mata ditentukan oleh modal yang tersedia, tapi banyak ditentukan oleh kualitas tenaga kerja yang berperan, merencanakan, menjalankan, dan mengendalikan usaha perkebunan tersebut.

Selain itu dalam pemangkasan kelapa sawit yang telah menghasilkan di PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero) dilakukan tiga pemangkasan yaitu pemangkasan jalan, pemangkasan pemeliharaan dan pemangkasan panen. Hal ini cukup sesuai dengan yang dikatakan oleh Sunarko (2014), bahwa pemangkasan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu pemangkasan pendahuluan yang dilakukan enam bulan sebelum tanaman memasuki periode TM, lalu pemangkasan periodik yang dilakukan pada TM dengan rotasi tertentu, dan pemangkasan panen yang dilakukan sekaligus saat panen. Tujuan dari pemangkasan jalan adalah supaya jalan koleksi dapat terkena langsung sinar matahari sehingga jalan yang basah akibat hujan dapat cepat kering terkena sinar matahari. Apabila tidak dilakukan

(36)

26

pemangkasan maka jalan akan menjadi becek sehingga menyulitkan para pengangkut buah untuk melakukan kegiatannya. kegiatan ini sebenarnya termasuk dalam kegiatan pemeliharaan jalan. Ketentuan yang harus dilakukan dalam pemangkasan jalan yaitu pemangkasan dilakukan pada jalan yang tertutup oleh pelepah kelapa sawit, pemangkasan dilakukan disekitar jalan, pemotongan pelepah tidak sampai mepet dengan batang kelapa sawit, pelepah yang sudah dipotong harus disusun rapi pada gawangan mati dan tidak boleh berceceran di jalan, dan setiap pekerja harus memangkas kelapa sawit sebanyak 25 tanaman. Kegiatan pemangkasan jalan ini memiliki manfaat yaitu menjaga kerapian jalan perkebunan, mencegah para pekerja terkena pelepah kelapa sawit yang tumbuh ke jalan, mempercepat pengeringan jalan yang basah akibat hujan, dan mempermudah melaksanakan pengangkutan tandan buah segar (TBS). Sedangkan kerugiannya adalah daun yang masih berproduksi harus dipotong sehingga fotosintesis tanaman berkurang, dan hal ini akan mengakibatkan berkurangnya berat tandan buah yang dihasilkan. Kemudian pemangkasan pemeliharaan. Pemangkasan pemeliharaan memiliki tujuan untuk mempermudah panen, memudahkan pengamatan buah, dan menghindari tersangkutnya brondolan buah pada pelepah kelapa sawit. Ketentuan yang harus dilakukan saat melaksanakan pemangkasan pemeliharaan yaitu, pemangkasan dilakukan sampai batas songgo dua, pemangkasan harus mepet dengan batang, pelepah yang sudah dipangkas disusun dengan rapi pada gawangan mati, dan tumbuhan yang tumbuh pada batang kelapa sawit harus dibersihkan. Pemangkasan ini dilakukan 8 bulan sekali, dan hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Pardamean (2014), bahwa tanaman

(37)

27

berumur lebih dari 15 tahun dilakukan rotasi 8-10 bulan sekali. Pemangkasan pemeliharaan memiliki manfaat yaitu memudahkan pekerja melaksanakan kegiatan panen, mengurangi kehilangan produksi akibat brondolan yang tersangkut di pelepah kelapa sawit, dan memudahkan karyawan penghitung kerapatan panen (trosen) dalam mengamati buah yang sudah matang. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Sunarko (2014), bahwa pemangkasan berguna juga untuk mempermudah pemanenan, pengamatan buah masak, dan menghindari tersangkutnya brondolan buah di pelepah daun. Dalam pemangkasan pemeliharaan jumlah tanaman yang harus dipangkas berjumlah 45 tanaman kelapa sawit, namun dalam kegiatan di lapangan penulis mendapati pemangkasan pemeliharaan kurang dari 45 tanaman kelapa sawit. Selanjutnya pemangkasan panen. Pemangkasan panen ini memiliki tujuan untuk mengambil buah yang siap panen. Pemangkasan ini dilakukan pada songgo dua yang disisakan pada waktu pemangkasan pemeliharaan. Ketentuan dalam melaksanakan pemangkasan panen adalah Pemangkasan dilakukan pada saat panen, menyusun hasil pemotongan pelepah pada gawangan mati, dan memotong pelepah menjadi 2-3 bagian. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Fauzi dkk (2008), bahwa untuk memudahkan pemanenan, sebaiknya pelepah daun yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu dan diatur di tengah gawangan.

Selanjutnya dalam penurunan jumlah pelepah kelapa sawit yang telah menghasilkan berdasarkan jenis pemangkasan dapat diuraikan sebagai berikut : dalam penurunan pelepah pemangkasan jalan, hanya dilakukan untuk pelepah daun yang menutupi jalan, sedangkan untuk jumlah pelepah yang diturunkan dalam setiap tanaman kelapa sawit, itu tergantung dari

(38)

28

jumlah pelepah yang menutupi jalan dari setiap tanaman kelapa sawit. Namun, dalam pengamatan penulis, menemukan bahwa rata-rata pelepah yang diturunkan dalam pemangkasan jalan berjumlah 7 pelepah per tanaman kelapa sawit. Selain itu dalam penurunan pelepah pemangkasan pemeliharaan harus meninggalkan pelepah di pohon sebanyak 42-48 tanaman karena tanaman yang dilakukan pemangkasan pemeliharaan sudah berumur 18 tahun. Dalam pemangkasan ini penulis mendapatkan rata-rata pelepah yang diturunkan berjumlah 9 pelepah per tanaman kelapa sawit. Terlalu bedanya pelepah pemangkasan yang diturunkan pada setiap pokok tanaman disebabkan karena dalam pelaksanaan panen pekerja tidak memotong pelepah sampai jatuh ke tanah, sehingga pelepah hanya tergantung di pohon. Seharusnya pelepah tidak boleh tergantung di pohon yang hal ini sesuai dengan yang dikatakan Fauzi dkk (2008), bahwa pelepah kelapa sawit tidak dibenarkan sengkleh atau tergantung di pokok tanaman. Kemudian jumlah pelepah yang diturunkan dalam pemangkasan panen, penulis mendapatkan rata-rata penurunan pelepah berjumlah 2 pelepah per tanaman kelapa sawit.

Selanjutnya, pemangkasan memiliki tujuan untuk mengoptimalkan proses fotosintesis tanaman, yang hal ini berpengaruh dengan jumlah pelepah kelapa sawit yang harus ditinggal pada tanaman kelapa sawit. Pelepah yang ditinggal, merupakan pelepah yang optimal bagi pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Dalam pengamatan penulis, penulis mendapati pelepah yang optimal bagi pertumbuhan kelapa sawit yaitu pada umur kurang dari atau sama dengan 5 tahun pelepah yang optimal berjumlah 57-64 pelepah/tanaman, selanjutnya pada umur kurang dari atau sama dengan

(39)

29

10 tahun pelepah yang optimal berjumlah 49-56 pelepah/tanaman, dan pada umur lebih dari 10 tahun pelepah yang optimal berjumlah 42-48 pelepah/tanaman. Hal ini cukup sesuai dengan yang dikatakan oleh

Fauzi dkk (2008), bahwa untuk terus melangsungkan metabolisme yang

baik, seperti proses fotosintesis dan respirasi maka jumlah pelepah pada setiap batang tanaman harus dipertahankan dalam jumlah tertentu sesuai dengan umur tanaman. Untuk tanaman berumur 3-8 tahun, jumlah pelepah yang optimal sekitar 48-56 (6-7 lingkaran duduk daun) dan untuk tanaman yang berumur lebih dari 8 tahun, jumlah pelepah sekitar 40-48 pelepah (5-6 lingkaran duduk daun).

Selanjutnya dalam pelaksanaan pemangkasan diperlukan rotasi pemangkasan yang sesuai dengan umur tanaman kelapa sawit. Dari pengamatan penulis, rotasi yang didapat untuk tanaman umur kurang dari atau sama dengan 5 tahun adalah 6 bulan sekali, selanjutnya umur kurang dari atau sama dengan 10 tahun rotasi pemangkasan 6 bulan sekali, dan tanaman umur lebih dari 10 tahun rotasi pemangkasan 8 bulan sekali. Hal ini cukup sesuai dengan yang dikatakan oleh Pardamean (2014), bahwa tanaman muda berumur 4-10 tahun dengan rotasi pemangkasan 6-8 bulan sekali, umur 10-15 tahun rotasi pemangkasan 8-10 bulan sekali dan tanaman berumur lebih dari 15 tahun dilakukan rotasi pemangkasan 8-10 bulan sekali.

(40)

30

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Dalam pelaksanaan pemangkasan kelapa sawit yang telah menghasilkan di PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero) terdapat tiga jenis pemangkasan yaitu pemangkasan jalan, pemangkasan pemeliharaan, dan pemangkasan panen.

2. Dalam penghitungan rata-rata jumlah pelepah yang diturunkan berdasarkan jenis pemangkasan dapat disimpulkan sebagi berikut : pemangkasan jalan dengan rata-rata jumlah pelepah yang diturunkan berjumlah 7 pelepah, pemangkasan pemeliharaan dengan rata-rata jumlah pelepah yang diturunkan berjumlah 9 pelepah, dan pemangkasan panen dengan rata-rata jumlah pelepah yang diturunkan berjumlah 2 pelepah

3. Pelepah yang optimal bagi pertumbuhan kelapa sawit berdasarkan umur tanaman sebagai berikut : pada umur ? 5 tahun pelepah yang optimal berjumlah 57-64 pelepah/tanaman, selanjutnya pada umur ? 10 tahun pelepah yang optimal berjumlah 49-56 pelepah/tanaman, dan pada umur ? 10 tahun pelepah yang optimal berjumlah 42-48 pelepah/tanaman. 4. Rotasi pelaksanaan pemangkasan berdasarkan umur tanaman kelapa

sawit dapat disimpulkan sebagai berikut : rotasi yang didapat untuk tanaman umur ? 5 tahun adalah 6 bulan sekali, selanjutnya umur ? 10 tahun rotasi pemangkasan 6 bulan sekali, dan tanaman umur ? 10 tahun rotasi pemangkasan 8 bulan sekali.

(41)

31

B. Saran

Sebaiknya proses dan faktor yang berpengaruh terhadap pemangkasan kelapa sawit menghasilkan seperti kelengkapan alat pemangkasan dan anggaran biaya pelaksanaan pemangkasan perlu dipahami dan ditinjau kembali untuk mendapatkan tindakan kegiatan pemangkasan yang baik.

(42)

32

DAFTAR PUSTAKA

Fauzi Dkk, 2008. Kelapa Sait Budidaya Pemanfaatan Hasil Dan Limbah Analisis Usaha Dan Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta.

Hartono R. 2008. Agribisnis Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.

Mangoensoekarjo. 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Penebar Swadaya Jakarta.

Pahan I. 2008. Manejemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Penebar Swadaya, Jakarta.

Pardamean M, 2012. Sukses Membuka Kebun Dan Pabrik Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta.

2014. Sukses Membuka Kebun Dan Pabrik Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Sastrosayono. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta. Setyamidjaja D. 2006. Agro Bisnis Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta.

Sunarko. 2014. Budidaya Kelapa Sawit Diberbagai Jenis Lahan. PT Agromedia Pustaka. Jakarta.

(43)

33

(44)

34

Lampiran 1. Tinjauan umum perusahaan PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero)

PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero) kebun Tabara Semuntai didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18 tahun 1996 dengan Akte Pendirian Notaris No. 46 Tanggal 11 Maret 1996. PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero) merupakan hasil penggabungan dari 8 (delapan) eks PTP yaitu : VI, VII, XII, XIII, XVIII, XXIV, XXV, XXVI, dan XXIX. PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero) merupakan misi dari pemerintah untuk mengembangkan perkebunan di wilayah Kalimantan, yaitu Propinsi Kalimantan Barat, Timur, Tengah dan Selatan ; serta berperan sebagai agen pembangunan dalam rangka pengembanan Perkebunan Inti Rakyat (PIR), yaitu melaksanakan pembinaan petani. Khusus di daerah Kalimantan Timur, terdapat tiga kebun yang semuanya terdapat di Kabupaten Paser yaitu : kebun Long kali (Long Kali), kebun Tabara (Samuntai), dan kebun Tajati (Long Pinang), dengan luas seluruhnya (Kelapa Sawit dan karet) 33.306 Ha, luas areal kelapa sawit 27.484 Ha (company profil PT. Perkebunan Nusantara XIII, 31 Desember 1997). Sedang luas seluruh areal PT. Perkebunan Nusantara XIII adalah 141.944 Ha dengan luas areal perkebunan kelapa sawit 72.410 Ha. Sisanya

perkebunan karet (62.647 Ha) dan perkebunan tebu (6 887 Ha). Letak PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero) Kebun Tabara Inti berada didua

Kecamatan yaitu : Kecamatan Kuaro dan Long Ikis tersebar dibeberapa desa masing-masing. Posisi kantor sentral kebun Tabara Inti terletak di Desa Samuntai Kec. Long Ikis memiliki 2 jalan masuk yaitu dari arah Samuntai jalan masuk emplasment depan Madrasah Tsanawiyah (MTS) dari arah Sandeley lewat jalan pabrik minyak sawit Samuntai. Posisi kantor Tabara Inti diapit oleh Sebelah utara kebun sawit, sebelah selatan gedung Sekolah Dasar (SD) 023 Metokuman atau lapangan sepak bola, sebelah timur gereja Pante Kosta dan sebelah barat Taman Kanak-Kanak (TK) Palmasari.

(45)

35

Lampiran 2. Tata letak pelaksanaan pemangkasan kelapa sawit menghasilkan Letak dilakukan pemangkasan panen Letak dilakukan pemangkasan pemeliharaan Letak dilakukan pemangkasan jalan

(46)

36

Lampiran 3. Anggaran biaya pelaksanaan pemangkasan

Sumber : Buku Kerja Afdeling 1 Beringin PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero) 0 5.000.000 10.000.000 15.000.000 20.000.000 25.000.000 30.000.000 1 2 3 4 Series2 2011 2012 2013 2014 Series1 24.730.000 27.742.680 19.675.670 15.000.000 Rupiah

ANGGARAN BIAYA APLIKASI PEMANGKASAN AFDELING 1 BERINGIN DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII

(47)

37

Lampiran 4. Jumlah pelepah yang diturunkan pada blok 108, 121, 123, dan 124 berdasarkan jenis pemagkasan

Nama blok Nomor tanaman Jumlah pelepah Blok 123 1 8 2 8 3 8 4 6 5 4 6 4 7 5 8 7 9 4 10 10 11 7 12 4 13 3 14 7 15 8 Blok 124 16 10 17 12 18 8 19 3 20 4 21 7 22 15 23 9 24 8 25 8 26 4 27 8 28 11 29 5 30 7 Jumlah - 212 Nama blok Nomor tanaman Jumlah pelepah Blok 121 1 14 2 10 3 10 4 4 5 9 6 10 7 13 8 11 9 10 10 8 11 6 12 12 13 14 14 7 15 9 16 9 17 13 18 6 19 7 20 8 21 7 22 5 23 8 24 11 25 10 26 11 27 8 28 6 29 9 30 12 Jumlah - 277

Data pemangkasan jalan Data pemangkasan pemeliharaan

Keterangan : Tahun tanam 1996,

(48)

38 Lanjutan lampiran 4. Nama blok Nomor tanaman Jumlah pelepah Blok 108 1 2 2 4 3 1 4 2 5 2 6 2 7 3 8 2 9 2 10 4 11 5 12 3 13 2 14 2 15 2 16 4 17 3 18 2 19 3 20 2 21 2 22 3 23 2 24 2 25 2 26 2 27 4 28 3 29 3 30 2 Jumlah - 77

Data pemangkasan panen

Keterangan : Tahun tanam 1986,

(49)

39

Lampiran 5. Dokumentasi kegiatan kajian pemangkasan

Gambar 1. Egrek

(50)

40

Lanjutan lampiran 5.

Gambar 3. Aluminium pole (penyangga / stick)

(51)

41

Lanjutan lampiran 5.

Gambar 5. Pengawasan pemangkasan

(52)

42

Lanjutan lampiran 5.

Gambar 7. Pemangkasan pemeliharaan

(53)

43

Lanjutan lampiran 5.

Gambar 9. Penyusunan pelepah

(54)

44

Lanjutan lampiran 5.

Gambar 11. Pelepah yang tidak disusun pada gawangan mati

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Untuk menguji hipotesis yang diaju- kan dalam penelitian ini digunakan teknik analisis data kuantitatif dengan menguna- kan metode analisis regresi berganda tiga prediktor

1  Morel  Jumlah individu, fase tubuh buah  2  Suhu udara  Thermohigrometer digital  3  Kelembaban udara  Thermohigrometer digital  4 

Pemroduksi kapal ikan local mampu bersaing dengan kualitas yang baik, dengan adanya potensi ini penelitian ini dilakukan untuk menganalisa kelayakan usaha usaha kapal ikan di

Gambar 4.5.2 Sketch Karya 5 Desain X-Banner Profil Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2016 Sketsa desain Banner penjurian sebagai konsultasi atau gambaran awal media promosi acara

Jika Carry Flag = 0, maka program akan melompat ke alamat yang disebutkan dalam perintah; jika tidak, maka program akan melanjutkan ke baris berikutnya (tidak terjadi

Hasan Sadikin Bandung penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang  pemeriksaan  Ankle joint  pada kasus trauma dan patah tulang terbuka yang akan disajikan dalam

Namun hasil yang berbeda terjadi ketika kontribusi pertambangan dan penggalian ditiadakan, ketika sektor ini ditiadakan struktur ekonomi Kabupaten Tabalong mutlak didominasi

Untuk kajian QSAR dalam penelitian ini digunakan analisis regresi multilinear dengan data log (1/IC 50 ) sebagai variabel tidak bebas, sedangkan data muatan bersih atom pada