• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa dari kelima perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2006--2011 memiliki kinerja keuangan hasil perhitungan pendekatan Altman Z-score dalam kondisi yang beragam. Kinerja keuangan ini menunjukkan kondisi perusahaan secara kuantitatif. Secara umum kinerja keuangan dari perusahaan telekomunikasi tersebut dibagi dalam 2 kategori yaitu perusahaan yang kondisi keuangannya sehat dan perusahaan dengan kondisi keuangan tidak sehat. Untuk mengetahui rangkuman hasil prediksi kinerja keuangan pendekatan Altman Z-score perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2006--2011 dapat dilihat pada tabel 6 dan tabel 7.

Tabel 6. Rata-rata kinerja keuangan perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2006--2011 berdasarkan metode Altman Z-Score

Sumber: Hasil perhitungan (data diolah)

Tabel 7. Rekapitulasi kinerja keuangan perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2006--2011 berdasarkan metode Altman Z-Score

Sumber: Hasil perhitungan (data diolah)

Tabel 6 dan 7 memperlihatkan bahwa secara keseluruhan hasil prediksi kinerja keuangan perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI selama tahun 2006--2011 dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu:

1. Perusahaan berkinerja keuangan sehat

Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa hanya PT Telkom Indonesia Tbk yang masuk dalam kategori perusahaan berkinerja keuangan sehat dengan nilai rata-rata Z-Score sebesar 4,355. Hal ini dikarenakan kemampuan perusahaan dalam mengelola unsur-unsur keuangannya dengan baik terutama unsur yang terdapat dalam rasio RE/TA, EBIT/TA, MC/TD, dan S/TA dengan dibandingkan keempat pesaingnya. Meskipun demikian, hal yang perlu diwaspadai PT Telkom Indonesia Tbk adalah unsur rasio WC/TA yang selalu negatif selama tahun 2006--2011. Kondisi ini terjadi karena pertumbuhan hutang lancarnya lebih tinggi dari pertumbuhan aktiva lancar yang berakibat pada defisit modal kerja. Untuk mengantisipasi hal tersebut

maka perusahaan perlu menekan aktivitas unsur-unsur hutang lancarnya secara efektif dan efisien guna mencapai surplus modal kerja dalam rangka meningkatkan kinerja keuangannya.

2. Perusahaan berkinerja keuangan tidak sehat

Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa perusahaan yang masuk dalam kategori berkinerja tidak sehat adalah PT Bakrie Telecom Tbk, PT XL Axiata Tbk, PT Indosat Tbk, dan PT Mobile 8 Telecom Tbk. Hal ini secara umum terjadi karena ketidakmampuan keempat perusahaan tersebut dalam mengelola unsur-unsur kinerja keuangannya secara efektif dan efisien, terutama yang ada dalam unsur rasio WC/TA, RE/TA, EBIT/TA, MC/TD, dan S/TA. Bila tidak segera dilakukan perbaikan maka dikhawatirkan keempat perusahaan tersebut diprediksi akan mengalami kebangkrutan di masa mendatang.

PT Bakrie Telecom Tbk dan PT Mobile 8 Telecom Tbk menghadapi kesulitan yang sama dalam mengendalikan aktivitas rasio RE/TA yang selalu negatif akibat defisit laba ditahan yang terus dialami selama tahun 2006-- 2011. Rasio RE/TA merupakan salah satu unsur profitabilitas atau kemampulabaan suatu perusahaan sehingga upaya perbaikan dalam unsur ini menjadi langkah utama yang harus diprioritaskan perusahaan demi menjaga kepentingan pemegang saham maupun investor.

PT Mobile 8 Telecom Tbk juga menghadapi persoalan dalam mengelola aktivitas rasio EBIT/TA yang negatif selama tahun 2008--2011. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan beban operasi yang tidak diikuti oleh peningkatan pendapatan secara proporsional. Bahkan sejak tahun 2008- 2011, perusahaan mengalami defisit laba operasi yang besar seiring dengan terjadinya penurunan pendapatan operasi. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka peningkatan efisiensi dan efektivitas aktivitas penjualan dan beban operasi perlu diutamakan guna mengatasi defisit laba operasi yang terjadi. PT XL Axiata Tbk dan PT Indosat Tbk menghadapi kesulitan yang sama dalam mengelola aktivitas rasio WC/TA yang selalu negatif akibat defisit modal kerja yang dialami secara berturut-turut selama tahun 2006--2011. Hal ini terjadi karena tingginya peningkatan aktivitas hutang lancar dibandingkan dengan aktiva lancar. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka

penekanan aktivitas hutang lancar mutlak diperlukan dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional kedua perusahaan tersebut.

Analisa khusus atas hasil menghitungan metode Altman tahun per tahun pada periode 3 tahun terakhir yaitu 2009—2011 adalah sebagai berikut :

1. PT Bakrie Telekom Tbk

a) Tahun 2009 ditandai dengan menurunnya variabel X1 (WC/TA),Rp 1.083,0 miliar di tahun 2008 karena digunakan untuk membiayai belanja modal pada tahun tersebut.. Kewajiban lancar naik sebesar 93,2% menjadi Rp 2.062,0 miliar di tahun 2009 dari Rp 1.067,5 miliar di tahun 2008. Kenaikan tersebut terutama disebabkan oleh adanya hutang jangka pendek baru sebesar Rp 235,0 miliar ditambah dengan bagian sewa pembiayaan yang jatuh tempo di tahun 2009 sebesar Rp 293,2 miliar akibat penerapan PSAK 30.

b) Tahun 2010 nilai Z score nya naik melebihi tahun 2006 dan hal ini merupakan kontribusi dari kenaikan rasio X4 (MC/TD) dibanding tahun 2009. Kenaikan ini dipicu oleh kenaikan ekspektasi pasar yang tercermin pada harga penutupan (closing price) yang naik dari Rp 147 di tahun 2009 ke Rp. 235 di tahun 2010.

c) Tahun 2011 ditandai dengan menurunnya rasio X3 ( EBIT/TA) yang disebabkan penurunan biaya percakapan dikarenakan adanya kampanye yang mempromosikan talktime tak berbayar untuk mendapatkan pelanggan. Hal ini membuat pendapatan menurun.

2. PT XL Axiata Tbk

a) Tahun 2009 ditandai dengan kenaikan signifikan variable X4 dan X5 dibanding variabel lainnya. Kenaikan X4 dipicu oleh selisih harga penutupan dibanding harga penutupan yang sama pada tahun sebelumnya dengan jumlah saham yang dijual mengalami kenaikan. Sedangkan kenaikan X5 terjadi karena naiknya penjualan dari Rp 9.764 M di tahun 2008 ke Rp, 3,706 di tahun 2009 kenaikan tersebut tidak diimbangin dengan kenaikan total asset yang signifikan.

b) Tahun 2010 kombinasi kenaikan pada variabel X3 dan X4 memberikan kontribusi positif bagi nilai Z score PT XL Axiata Tbk menjadi berkinerja sehat. Sentimen positif pasar pada perusahaan tercermin dari

kenaikan harga penutupan dibanding tahun lalu, selain itu kenaikan penjualan bersih terutama disebabkan kenaikan pendapatan value added services (VAS) yang meningkat sebesar 85% menjadi Rp 2.332 miliar, terutama disebabkan stimulasi penggunaan data melalui berbagai penawaran paket data yang inovatif dan popularitas aplikasi jejaring sosial.

c) Tahun 2011, perusahaan mengalami penurunan Z score menjadi berada di grey area, hal ini disebabkan oleh kenaikan net sales sebesar 7% dibanding tahun lalu namun tidak sebanding dengan kenaikan total aset menjadi 14% yaitu sekitar Rp31.171 miliar pada tahun 2011. Hal ini disebabkan oleh percepatan investasi pembangunan jaringan untuk mendukung bisnis layanan data, peningkatan kas dan setara kas, serta percepatan pembayaran. Selain itu fokus utama penyediaan infrastruktur menyebabkan kenaikan pada hutang usaha sebagai sumber pembiayaan modal kerja bagi XL Axiata. Secara langsung hal ini juga mempengaruhi variable X4 sehingga terjadi penurunan nilai dibanding tahun sebelumnya.

3. PT Indosat Tbk

a) Tahun 2009 terjadi penurunan laba operasi terutama pada jasa percakapan yaitu sebesar 1,4% dibanding tahun lalu. Hal ini merupakan implikasi kebijakan perusahaan untuk meminimalisir pelanggan tipe “lower-value calling card” dan juga karena penurunan ARPU (air rate per usage) perusahaan. Selain itu terjadi peningkatan signifkan pada total asset perusahaan dimana di tahun 2008 berjumlah Rp 51,693 milyar kemudian menjadi 55.041 milyar di akhir tahun 2009, kombinasi kedua kondisi ini membuat variabel X3 juga menurun dibanding tahun sebelumnya.

b) Tahun 2010 ditandai dengan kenaikan nilai z score namun masih berada dalam kinerja tidak sehat. Kenaikan dipicu oleh naiknya semua variabel, namun yang dominan adalah variabel X4, hal ini terjadi karena adanya kombinasi penurunan pada total hutang dan kenaikan nilai kapitalisasi dikarenakan naiknya closing price di akhir tahun 2010.

c) Tahun 2011 meski secara umum masih dikategorikan tidak sehat,, namun terjadi perubahan positif pada nilai z score nya yaitu menjadi 1,428 di tahun 2011 dibanding 1, 3777 di tahun 2010. Kontributor utama perubahan adalah pada variabel X3 dimana terjadi kenaikan penjualan dibanding tahun sebelumnya. Hal ini terjadi karena perusahaan berhasil mengefektifkan Value Added Service dari layanan selulernya.

4. PT Mobile 8 Telekom Tbk

a) Nilai Z score tahun 2009 makin negatif dibanding tahun 2008 dikarenakan makin besarnya nilai kerugian usaha yang terjadi dibanding tahun sebelumnya. Kerugian usaha ini disebabkan penurunan ARPU (air rate per usage) akibat persaingan sangat ketat dari operator telekomunikasi di Indonesia.

b) Pada tahun 2010 nilai Z score dari PT Mobile 8 makin terpuruk hal ini disebabkan oleh makin negatifnya nilai dari variabel X1, X2, dan X3. Penurunan nilai variable X1 disebabkan karena kenaikan jumlah hutang lancar yang digunakan sebagai modal kerja bagi perusahaan sementara nilai asset. Sedangkan penurunan pada variabel X2 dan X3 dikarenakan penurunan nilai retained earning dan nilai operating profit yang cukup besar dibanding tahun 2009.

c) Ada perbaikan kinerja dari perusahaan meski secara umum nilai Z score masih negatif namun terjadi peningkatan signifikan dari variable X4, hal ini dipicu oleh proses akuisisi PT Smart Telekom dimana kemudian sejak April 2011 perusahaan berubah nama menjadi PT Smartfren Telekom Tbk. Proses ini direspon pasar secara positif sebagai bagian perbaikan manajerial sehingga nilai kapitalisasi pasar nya meningkat jika dibandingkan tahun 2010.

5. PT Telkom Indonesia Tbk

a) Pada tahun 2009 kenaikan Z score PT Telkom dipicu kenaikan variable X4 dimana terjadi kenaikan harga penutupan (closing price) dari awalnya Rp 6.900 di tahun 2008 menjadi Rp.9.450 di tahun 2009. b) Di tahun 2010 terjadi penurunan Z score hal ini dipicu oleh penurunan

pembagian dividen kepada para pemegang saham dengan jumlah yang cukup besar dibanding tahun sebelumnya.

c) Secara umum nilai z score di tahun 2011 mengalami kenaikan,hal ini dikarenakan pertambahan nilai pada variabel X2, terjadi kenaikan jumlah laba ditahan yang lebih besar dibanding kenaikan total asset. Hal ini dipicu upaya menjaga kontinuitas perusahaan dengan cara mengurangi jumlah dividen yang dibagikan ke pemegang saham.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Tidak semua perusahaan telekomunikasi go public memiliki kinerja keuangan dalam kategori sehat berdasarkan hasil perhitungan prediksi tingkat kesehatan keuangan yang menggunakan pendekatan Altman Z- score, sehingga hipotesis yang diajukan tidak dapat diterima atau ditolak kebenarannya.

b. Hasil prediksi tingkat kesehatan keuangan perusahaan telekomunikasi go

public dengan menggunakan pendekatan analisis Altman Z-score

diketahui PT Telkom Indonesia Tbk dikategorikan berkinerja keuangan sehat, sedangkan PT Bakrie Telecom Tbk, PT XL AxiataTbk, PT Indosat Tbk, dan PT Mobile 8 Telecom Tbk masuk dalam kategori berkinerja keuangan tidak sehat.

c. Ketidaksehatan kinerja keuangan disebabkan karena ketidakmampuan dalam mengelola dan mengendalikan rasio rasio keuangan yang terdapat dalam rasio keuangan pendekatan Altman yaitu Working Capital to Total Assets Ratio, Retained Earning to Total Assets Ratio, Earning Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio, Market of Equity to Book Value of Total Debt Ratio, Sales to Total Assets Ratio.

d. Secara umum langkah strategis yang perlu diperhatikan oleh masing- masing perusahaan telekomunikasi adalah sebagai berikut :

i. PT Telkom Indonesia Tbk

Sebagai satu-satunya perusahaan berkinerja keuangan sehat dalam periode 2006—2011 PT Telkom hendaknya dapat menjaga kinerja keuangannya di masa depan sehingga tetap memiliki kredibilitas didepan para stakeholder, namun perlu diperhatikan bahwa rasio Modal kerja terhadap aset total memiliki kecenderungan negatif dari tahun 2006- 2011, dan jika dibiarkan tentu akan mengganggu

keseimbangan kinerja keuangan. Hal ini diakibatkan oleh meningkatnya hutang lancar yang tidak dibarengi dengan pertumbuhan aktiva lancar secara signifikan dan jika dibiarkan akan berakibat pada defisit nya modal kerja di masa yang akan datang. ii. PT Bakrie Telekom Tbk

Dalam periode 2006—2011 PT Bakrie Telekom mengalami defisit pada rasio laba ditahan terhadap total asetnya, hal ini mengakibatkan upaya penambahan modal usaha dari laba usaha tahun sebelumnya lebih kecil dibanding total aset yang digunakan. Hal ini mengakibatkan jumlah hutang PT Bakrie Telekom naik tahun ke tahun sedangkan jumlah aset tetap.Untuk itu PT Bakrie Telekom perlu memperhatikan rasio laba ditahan terhadap total asetnya agar tetap konsisten dan tidak mengarah kepada defisit. Selain itu PT Bakrie Telekom juga perlu memperhatikan pos hutang jangka pendek dan beban bunga atas hutang yang timbul akibat kebijakan keuangannya untuk menutupi kelemahan rasio laba ditahan terhadap total asetnya tersebut.

iii. PT XL Axiata Tbk

Tingkat hutang lancar yang tinggi dan tidak dibarengi secara proporsional dengan kenaikan total aset menyebabkan rasio Modal Kerja terhadap Total Aset PT XL Axiata TBk mengalami defisit dalam periode 2006—2011. Kebijakan strategi usaha PT XL Axiata yang menggunakan hutang lancar sebagai sumber dana untuk mendongkrak belanja modal membuat rasio ini mengalami defisit dalam periode penelitian, dan jika hal ini dibiarkan kinerja keuangan PT XL Axiata menjadi tidak sehat karena akan terbebani terutama oleh hutang yang harus dilunasi serta bunga pinjaman apabila tidak dibarengi dengan kenaikan rasio lainnya.

iv. PT Mobile 8 Tbk

Meningkatnya beban operasi yang tidak dibarengi peningkatan peningkatan laba operasi membuat PT Mobile 8 berada dalam posisi terendah kinerja keuangannya jika dibandingkan dengan perusahaan

lain yang ada dalam objek penelitian ini. Defisit pada rasio modal kerja juga menunjukkan bahwa perusahaan belum mampu mengelola modal kerjanya secara maksimal, besarnya beban operasi menunjukkan bahwa perusahaan memiliki masalah serius terutama dalam efisiensi kinerja operasi, dan jika dibiarkan akan berdampak buruk bagi kinerja perusahaan secara keseluruhan.

v. PT Indosat Tbk

PT Indosat Tbk kesulitan dalam mengelola aktivitas rasio WC/TA yang selalu negatif akibat defisit modal kerja yang dialami secara berturut-turut selama tahun 2006--2011. Hal ini terjadi karena tingginya peningkatan aktivitas hutang lancar dibandingkan dengan aktiva lancar. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka penekanan aktivitas hutang lancar mutlak diperlukan dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional kedua perusahaan tersebut.

Dokumen terkait