• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2 Pembahasan

Dari 62 penderita GGK yang menjalani HD reguler di RSUP H. Adam Malik Medan didapatkan 58,1% pasien yang patuh dan 41,9% pasien yang tidak patuh dalam menjaga IDWG normal, angka ini lebih rendah dari penelitian Kamaluddin dan Rahayu yang mengatakan 67,3% penderita tidak patuh menjaga IDWG normal dengan tidak patuh mengurangi asupan cairan. Didapati bahwa pasien patuh lebih banyak daripada pasien yang tidak patuh. Hal ini justru sejalan dengan penelitian Akhmad Sapri (2008), yang mendapati bahwa dari 52 responden yang menjalani hemodialisis sebagian besar responden patuh dalam membatasi asupan cairan yaitu sebesar (67,3%) dan sesuai pula dengan penelitian I Gusti Agung Tresna Wicaksana yang mendapati bahwa sebanyak 58% responden patuh.

Kepatuhan adalah tingkat perilaku penderita dalam mengambil suatu tindakan untuk pengobatan seperti diet, kebiasaan hidup sehat, dan kepatuhan berobat (Sackett, dkk, 1979 dalam Bittikaka, 2011). Dalam penelitian ini peneliti ingin meilihat tingkat kepatuhan berdasarkan cara pasien membatasi jumlah asupan cairannya (diet) sehingga tidak berlebihan yang dihitung berdasarkan IDWG (Interdyalitic Weight Gain). Asupan yang bebas dapat menyebabkan beban sirkulasi menjadi berlebihan, dan edema, sedangkan asupan yang terlalu rendah mengakibatkan dehidrasi, hipotensi, dan gangguan fungsi ginjal (Suharyanto, 2009 dalam Hidayati, 2012). Kepatuhan pada pasien-pasien gagal ginjal kronik sangat penting untuk diperhatikan karena ketidakpatuhan pasien justru dapat memperberat penyakit pasien dan beban ginjal yang sudah hilang kemampuannya untuk berfungsi secara normal serta dapat berujung dengan kematian.

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa pasien GGK yang menjalani hemodialisis reguler dan patuh menjaga IDWG normal terbanyak pada kelompok usia 41-60 tahun yaitu sebanyak (55,6%). Sedangkan pasien GGK yang menjalani hemodialisis reguler dan tidak patuh menjaga IDWG normal terbanyak pada kelompok usia 41-60 yaitu sebanyak (73,1%). Hal ini sejalan dengan penelitian Baraz, Parvardeh, Mohammadi, & Braumand (2009) dalam Hidayati (2012) yang menunjukkan bahwa responden gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisis dilihat dari kepatuhan dalam asupan cairan adalah berkisar 40-50 tahun. Usia berkaitan erat dengan tingkat kedewasaan atau maturitas, semakin meningkat usia seseorang maka akan semakin meningkat pula tingkat kedewasaan atau kematangannya baik secara teknis, psikologis, maupun spiritual, serta akan semakin meningkatkan pula kemampuan dalam mengambil keputusan, berpikir rasional, mengendalikan emosi, toleran dan semakin terbuka terhadap pandangan orang lain termasuk keputusannya untuk mengikuti program-program terapi yang berdampak pada kesehatannya (Siagian, 2001 dalam Syamsiah, 2011). Pada penelitian ini ditemukan bahwa pasien yang tidak patuh cenderung pada kelompok dewasa madya (sekitar 41-60 tahun) dibanding kelompok usia lainnya. Hal ini sejalan dengan penelitian Marantika (2014) yang mendapati bahwa lebih banyak subjek dewasa madya yang tidak mematuhi anjuran medisnya dibanding subjek dewasa awal maupun lansia.

Berdasarkan Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa pasien GGK yang menjalani hemodialisis reguler dan patuh menjaga IDWG normal terbanyak adalah yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak (52,8%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Syamsiah (2011) yang mana meneliti hubungan jenis kelamin dengan tingkat kepatuhan dan didapati pria yang patuh sebanyak (62,4%) dan wanita yang patuh sebanyak (54,2%). Pasien GGK yang menjalani hemodialisis reguler dan tidak patuh menjaga IDWG normal terbanyak adalah yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak (69,2%). Pasien ESRD pada penelitian ini memang didominasi oleh kaum laki-laki. Pada penelitian di Amerika pun menyatakan bahwa angka kejadian ESRD pada kaum laki-laki lebih tinggi dibandingkan pada wanita (Schoolwerth, et al., 2006 dalam Hidayati, 2012). Begitu pula di Jepang angka kejadian ESRD pada kelompok laki-laki lebih besar dibandingkan pada kelompok wanita (Wakai, et al., 2004 dalam Hidayati, 2012).

Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa pasien GGK yang menjalani hemodialisis reguler dan patuh menjaga IDWG normal terbanyak pada kelompok orang dengan pendidikan terakhir SLTA yaitu sebanyak (69,4%). Pasien GGK yang menjalani hemodialisis reguler dan tidak patuh menjaga IDWG normal pun

terbanyak pada kelompok orang dengan pendidikan terakhir SLTA yaitu sebanyak (57,7%). Hal ini sejalan dengan penelitian Husna (2014) yang menilai tingkat kepatuhan pasien hemodialisis terhadap diet yang mana pendidikan SLTA terbanyak sebanyak (55,2%) dan sejalan pula dengan penelitian di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta yang mendapati bahwan pendidikan SLTA yang mendominasi yaitu sebanyak (77,1%).

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti di dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan ke arah yang lebih dewasa lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok, atau masyarakat (Notoadmodjo, 2003).

Pendidikan akan memengaruhi tingkat kepatuhan pasien dalam menjaga IDWG tetap normal. Pada pasien dengan pendidikan lebih tinggi pengetahuannya pun lebih luas sehingga memungkinkan pasien tersebut dapat mengontrol dirinya dalam mengatasi masalah yang dihadapi, mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, berpengalaman, dan mempunyai perkiraan yang tepat bagaimana mengatasi kejadian serta mudah mengerti tentang apa yang dianjurkan petugas kesehatan, akan dapat mengurangi kecemasan sehingga dapat membantu individu tersebut dalam membuat keputusan (Kamaluddin dan Rahayu, 2009). Hal ini diperkuat oleh penelitian Sari (2009) dalam Husna (2014) tentang faktor-faktor yang memengaruhi kepatuhan asupan cairan pasien hemodialisis didapatkan bahwa pasien yang berpendidikan terakhir SLTA mempunyai peluang 3 kali lebih patuh daripada pasien dengan pendidikan terakhir SD. Sarafino & Smith (2011) dalam Marantika (2014) menyatakan bahwa tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan membuat pasien semakin mudah memahami dan mengingat anjuran medis sehingga berdampak pada kepatuhan pasien.

Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa pasien GGK yang menjalani hemodialisis reguler dan patuh menjaga IDWG normal terbanyak pada kelompok orang dengan mata pencaharian sebagai wiraswasta yaitu sebanyak (41,7%). Pasien GGK yang menjalani hemodialisis reguler dan tidak patuh menjaga IDWG normal pun terbanyak pada kelompok orang dengan mata pencaharian sebagai wiraswasta dengan persentase sebesar (34,6%). Hasil ini dapat disebabkan karena

pada penelitian ini dijumpai karakteristik pasien GGK yang menjalani hemodialisis reguler di RSUP H. Adam Malik Medan didominasi oleh orang- orang dengan mata pencaharian sebagai wiraswasta..

Berdasarkan Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa pasien GGK yang menjalani hemodialisis reguler dan patuh menjaga IDWG normal terbanyak pada orang yang sudah menikah yaitu sebesar (80,6%). Demikian pula halnya dengan pasien GGK yang menjalani hemodialisis reguler dan tidak patuh menjaga IDWG normal terbanyak pada kelompok orang yang sudah menikah yaitu sebesar (84,6%). Hasil ini dapat disebabkan karena pada penelitian ini dijumpai karakteristik pasien GGK yang menjalani hemodialisis reguler di RSUP H. Adam Malik Medan didominasi oleh orang-orang yang sudah menikah.

Berdasarkan Tabel 5.6 dapat dilihat bahwa pasien GGK yang menjalani hemodialisis reguler dan patuh menjaga IDWG normal terbanyak pada kelompok orang yang baru menjalani hemodialisis < 1 tahun yaitu sebesar (72,2%). Hal ini sejalan dengan penelitian di RSUD Dr. M. M. Dunda Limboto pada tahun 2012 yang menyatakan bahwa sebanyak (71,4%) pasien hemodialisis yang patuh adalah pada golongan yang telah menjalani hemodialisis < 1 tahun. Pasien GGK yang menjalani hemodialisis reguler dan tidak patuh menjaga IDWG normal terbanyak pada orang yang menjalani hemodialisis reguler < 1 tahun yaitu sebesar (69,2%).

Menurut penelitian Haynes (1976) dalam Sari (2009) menyatakan bahwa pengobatan jangka panjang yang memaksa untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan seperti mengurangi kalori makanan atau komponen tertentu dalam diet sehari-hari yang memberikan kesan atau sikap negatif bagi penderita untuk dilakukan sehingga cenderung untuk tidak patuh. Hal ini bertentangan dengan apa yang didapatkan dalam penelitian ini yang justru pasien tidak patuh merupakan pasien- pasien yang menjalani hemodialisis < 1 tahun.

Dokumen terkait