• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Ampel 01 kelas IVA dan SD Negeri Tanduk 01 kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali sebagai kelas eksperimen dengan melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning berjalan lancar sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan di SD Negeri Ampel 01 kelas IVB dan SD Negeri Tanduk 02 kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali sebagai kelompok kontrol yang melaksanakan pembelajarannya dengan menggunakan model Project Based Learning. Disini guru pada kedua kelompok penelitian sudah melaksanakan sintak pembelajaran dengan runtut. Seperti yang tercantum pada bab 1 yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan keefktifan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran Problem Based Learning dibandingkan dengan model Project Based Learning.

Hasil analisis persyaratan kedua kelompok adalah homogen karena nilai sig adalah 0,757 > 0,05, maka didapat kesimpulan bahawa kedua varian tersebut

(kelas eksperimen dan kelas kontrol) homogen, sehingga kelompok tersebut dapat dilakukan untuk penelitian. dari uji normalitas untuk pretes kelompok eksperimen nilai dari Asyimp.sig (2tailed)adalah 0,757 > 0,05, maka diambil kesimpulan nilai pretes kelompok eksperimen berdistribusi normal. Untuk pretes kelompok kontrol nilai dari Asymp.sig (2tailed) adalah 0,676 > 0,05, maka diambil kesimpulan nilai pretes kelompok kontrol berdistribusi normal, sehingga data dari kedua kelompok tersebut berdistribusi normal.

Analisis deskriptif dari skor hasil belajar siswa setelah pembelajaran diketahuilah bahwa nilai tertinggi yang diperoleh dari kelompok eksperimen SD Inti yaitu 100 dan nilai terendahnya 60, dengan rata-rata skor hasil belajar 79,09. Dan nilai tertinggi yang diperoleh dari kelompok eksperimen SD Imbas yaitu 100 dan 65, dengan rata-rata skor hasil belajar 80,27. Sedangkan nilai tertinggi yang diperoleh pada kelompok kontrol SD Inti adalah 100 dan nilai terendahnya adalah 60 dengan rata-rata skor hasil belajar 82,27. Dan nilai tertinggi yang diperoleh pada kelompok control SD Imbas adalah 100 dan nilai terendahnya adalah 65 dengan rata-rata skor yang diperoleh adalah 86,03. Adapun dari 22 siswa kelompok eksperimen dari Sd Inti terdapat 17 siswa yang tuntas KKM mata pelajaran Matematika kelas IVA di SD Negeri Ampel 01 dengan persentase 77% dan 5 siswa tidak tuntas KKM dengan persentase 23%. Sedangkan pada 18 siswa kelompok eksperimen dari SD Imbas terdapat 17 16 siswa tuntas KKM mata pelajaran Matematika kelas IV SD Negeri Tanduk 01 dengan presentase 94% dan 1 siswa tidak tuntas KKM dengan presentase 6%. Dan pada kelompok kontrol dari SD inti terdapat 19 siswa yang tuntas KKM mata pelajaran Matematika Kelas IVB SDN Ampel 01dengan presentase 86% dan 3 siswa tidak tuntas dengan presentase 14%.Sedangkan pada kelompok control SD imbas terdapat 28 siswa yang tuntas KKM mata pelajaran Matematika kelas IV SDN Tanduk 02 dengan persentase 97% dan 1 siswa yang tidak tuntas dengan presentase 3%.

Hasil dari uji t yang telah dilakukan terhadap nilai posttest dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol SD Gugus Gajah Mada menunjukkan bahwa H0 diterima, karena nilai signifikansi/probabilitas > 0,05 dengan signifikansi/probabilitas 0,058.

H0 diterima, artinya tidak terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan dalam penerapan model pembelajaran problem based learning dan project based learning ditinjau dari hasil belajar Matematika siswa kelas IV SD Gugus Gajah mada Ampel. digunakan dalam pembelajaran Matematika di kelas IV SD Gugus Gajah mada. Dikatakan bahwa kedua model pembelajaran ini sama-sama efektif apabila diterapkan di kelas IV SDN gugus Gajah mada. Hal ini dapat terlihat pada hasil posttest kelas eksperimen dan kontrol secara klasikal telah mencapai 97% ketuntasan diatas KKM yang telah ditentukan di SD.

Model pembelajaran Problem Based Learning dan ProJect Based Learning memiliki sintak yang hampir sama,ini adalah salah satu factor kenapa kedua metode ini dinyatakan sama-sama efektif. Adapun sintak metode Problem Based Learning adalah sebagai berikut :

Sintak yang pertama yaitu Mengorientasi peserta didik terhadap masalah disini Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan saran atau logistik yang dibutuhkan. Guru memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah nyata yang dipilih atau ditentukan

Sintak yang kedua adalah Mengorganisasi peserta didik untuk belajar

Sintak yang ketiga yaitu disini guru berperan Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Sintak yang keempat adalah Mengembangkan dan menyajikan hasil karya dimana Guru membantu peserta didik untuk membagi tugas dan merencanakan atau menyiapkan karya yang sesuai sebagai hasil pemecahan masalah dalam bentuk laporan, video, atau model.

Sintak yang kelima adalah Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah disini Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang dilakukan.

Sedangkan untuk Sintak metode pembelajaran Project Based Learning

adalah sebagai berikut :

Sintak yang berikutnya adalah Perancangan langkah-langkah penyelesaian proyek Peserta didik merancang langkah-langkah kegiatan penyelesaian proyek

dari awal sampai akhir beserta pengolahannya. Kegiatan perancangan proyek ini berisi aturan main dalam pelaksanaan tugas proyek, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung tugas proyek, pengintegrasian berbagai kemungkinan penyelesaian tugas proyek, perencaan sumber/bahan/ alat yang dapat mendukung penyelesaian tugas proyek, dan kerja sama antar anggota kelompok.

Sintak yang ketiga adalah Penyusunan jadwal pelaksanaan proyek peserta didik di bawah pendampingan guru melakukan penjadwalan semua kegiatan yang telah dirancangnya. Berapa lama proyek itu harus diselesaikan tahap demi tahap.

Sintak yang keempat adalah Penyelesaian proyek dengan fasilitasi dan monitoring guru, Langkah ini merupakan langkah pengimplementasian rancangan proyek yang telah dibuat. Aktivitas yang dapat dilakukan dalam kegiatan proyek diantaranya adalah dengan (a) membaca, (b) meneliti, (c) observasi, (d) interview, (e) merekam, (f) berkarya seni, (g) mengunjungi objek proyek, atau (h) akses internet. Guru bertanggung jawab memonitor aktivitas peserta didik dalam melakukan tugas proyek mulai proses hinggga penyelesaian proyek. Pada kegiatan monitoring, guru membuat rubrik yang akan dapat merekam aktivitas peserta didik dalam penyelesaian tugas proyek.

Sintak yang kelima adalah Penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil proyek. Hasil proyek dalam bentuk produk, baik itu berupa produk karya tulis, karya seni, atau karya teknologi/prakarya dipresentasikan dan/atau dipublikasikan kepada peserta didik yang lain dan guru atau masyarakat dalam bentuk pameran produk pembelajaran.

Dan sintak yang terahir adalah Evaluasi proses dan hasil proyek yaitu dimana Guru dan peserta didik pada akhir proses pembelajaran melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas proyek. Proses refleksi pada tugas proyek dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Pada tahap evaluasi, peserta didk diberi kesempatan mengemukakan pengalamannya selam penyelesaian tugas proyek yang berkembang dengan diskusi atau memperbaiki kinerja selama menyelesaikan tugas proyek. Pada tahap ini juga dilakukan umpan balik terhadap proses dan produk yang telah dihasilkan.

Keberhasilan hasil belajar siswa yang menggunakan model problem based learning dan juga Project Based Learning juga tergambarkan pada kerangka pikir. Bahwasanya kedua model pembelajaran ini adalah suatu model pembelajaran yang memanfaatkan masalah, siswa harus melakukan pencarian/penggalian informasi (inquiri) untuk dapat memecahkan masalah tersebut. Dan disini siswa dituntut untuk aktif dalam bekerja kelompok dan mencari/menggali informasi sebanyak-banyaknya dari kelompok lain. Inilah yang membuat siswa terlibat langsung dan aktif dalam pembelajaran sehingga mmereka benar-benar memahami apa yang mereka pelajari.

Dalam pembelajaran yang dilakukan pada kelas eksperimen maupun kontrol terlihat beberapa aktivitas siswa yang menunjukkan bahwa model

Problem Based Learning dan project based learning memberikan pengaruh yang positif terhadap perilaku siswa. Aktifitas yang dimaksud antara lain:

a. Seluruh siswa kelas IVB SDN Ampel 01 mengikuti pembelajaran dengan aktif dan berantusias dalam bekerja kelompok dan menggali informasi dari kelompok lain, sehingga sebagian besar siswa dapat memahami materi yang sedang dipelajari dan mengalami peningkatan hasil belajar serta nilainya mencapai KKM.

b. Konsep yang ada dalam materi lebih konkret karena dengan bantuan model

Problem Based Learning dan project based learning, siswa dapat secara mandiri menemukan hal-hal baru yang berhubungan dengan materi sehingga siswa lebih mudah memahami konsep yang telah disampaikan.

c. Hampir seluruh siswa kelas IV SDN Gugus gajah mada mengerjakan soal kelompok dan project yang disiapkan oleh peneliti dengan baik, hal ini dibuktikan dengan mereka mampu menjawab pertanyaan yang ada diLembar Kegiatan Siswa yang diberikan guru tanpa banyak bertanya.

d. Seluruh siswa mampu mengerjakan soal postes dengan percaya diri dan tenang, terlihat bahwa siswa tidak melihat jawaban teman sebangkunya.

Dari hasil temuan pada saat pembelajaran di SDN Gugus gajah mada mengindikasikan bahwa model Problem Based Learning dan Project Based Learning digunakan dalam menyampaiikan materi pelajaran Matematika dengan

pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat sama-sama memilik pengaruh positif terhadap pembelajaran karena dalam proses pembelajaran mereka melakukan proses pembuatan project yang berhubungan dengan materi secara mandiri. Dan hal itu ternyata berpengaruh pada hasil belajar siswa sehingga hasil belajar siswa dapat tercapai secara maksimal.

Hasil penelitian ini memperkuat penelitian terdahulu yaitu penelitian yang dilakukan oleh Fitri Yuni Astuti (2007) yang berjudul “Model pemeblajaran

Berbasis Masalah (Problem Based Learning) untuk meningkatkan Hasil belajar Siswa kelas VIII Semester II SMP N 5 Semarang Pokok Bahasan Bangun Ruang

Sisi Datar Tahun Pelajaran 2006/2007”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil yang optimal dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Pada siklus 1 belum menunuukkan hasil yang optimal dalam meningkatakan hasil belajar, oleh karena itu dilakukan siklus II. Pada siklus ii menunjukkan adanya peningkatan antara lain: Pada siklus I yang tuntas belajar sebanyak 32 siswa dengan prosentase ketuntasan Klasikal 76,19% dengan nilai rata-rata kelasnya 76,36 dan pada siklus II banyaknya siswa yang tuntas adalah 35 siswa dengan prosentase ketuntasan klasikal 88,1% dengan nilai rata-rata kelasnya 81,7%. Aktivitas siswa selama pembelajaran mengalami peningkatan setiap siklusnya, dari 61,1% pada siklus pertama menjadi 72,2% pada siklus II. Hipotesis tindakan dan indicator kinerja telah tercapai sehingga tidak perlu dilaksanakan siklus selanjutnya. Simpulan dari penelitian ini adalah : (1) Model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP N 5 Semarang sub pokok bahasan bangun ruang kubus dan balok tahun pelajaran 2006/2007, (2) Dengan model pembelajaran berbasis masalah aktivitas siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan. Kelebihan pada penelitian di atas yaitu setiap siklus slalu mengalami peningkatan. Kelemahannya adalah membutuhkan waktu penelitian yang relatif lama. Mendasarkan kelemahan di atas pada penelitian berikutnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbagan untuk melakukan penelitian selanjutnya.

Penelitian Handoko Eko Putro (2010) yang berjudul Penerapan Metode Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Sebagai Upaya Meningkatkan

Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negri 8 Surakarta pada Mata Pelajaran Ekonomi Tahun Ajaran 2009/2010. Penelitian ini menyatakan bahwa sebelum diterapkan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) keaktifan siswa masih rendah terlihat dari keaktifan siswa pada aspek visual activities 35,49%, oral activities 22,58%, listening activities 41,94%, dan writing activities 45,16%. Penelitian siklus I diperoleh peningkatan hasil keaktifan pada aspek visual activities 48,39%, oral activities 45,16%, listening activities 54,84% dan writing activities 58,09%. Penelitian siklus II diperoleh peningkatan hasil keaktifan siswa pada aspek visual activities 74,19%, oral activities 67,73%,

listening activities 77,41% dan writing activities mencapai 70,96%. Sedangkan nilai rata-rata kelas sebelum diterapkan metode pembelajaran problem based learning (PBL) adalah 60,4. Siswa yang sudah tuntas sebesar 51,6% atau 16 siswa, Sedangkan siswa yang belum tuntas sebesar 48,4% atau 15 siswa. Pada prestasi belajar siswa siklus I nilai rata-rata kelas menjadi 71,90 dan 76,32 pada siklus II. Pada pelaksanaan siklus I siswa yang sudah tuntas sebesar 77,42% atau 24 siswa, sedangkan siswa yang belum tuntas sebesar 22,58% atau 7 siswa . pada pelaksaan siklus II siswa yang sudah tuntas sebesar 87,09% atau sebanyak 27 sswa, sedangkan siswa yang belum tuntas sebesar 12,91% atau sebanyak 4 siswa. Kelebihan metode ini adalah PBL dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas pembelajaran dengan baik. Adapun kelemahannya sampe yang digunakan d tingkat pendidikan menengah dan membutuhkan waktu penelitian yang relatif lama. Mendasarkan kelemahan di atas pada penelitian berikutnya dapat digunakan bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian selanjutnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi (2002). Dengan judul

“Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan soal cerita Melalui Penerapan Problem Based Learning dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika sesuai dengan tujuan yang

diharapkan. Dari total nilai yang didapat, siswa dengan nilai ≤ 75 pada kondisi

awal 8 siswa (30,77%) dengan mean 62,20 meningkat menjadi 25 sisa (96,62%) dengan mean 88,34 dan daya serap 96,62%. Peningkatan hasil belajar siswa tersebut karena adanya perubahan aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran

dengan penerapan problem based learning. Kelebihan siswa mampu mengidentifikasi masalah yang diberikan, mencari informasi yang relevan yang digunakan untuk menentukan hipotesis, merencanakan penyelesaian atau solusi masalah, memilih alternative solusi masalah yang paling tepat melalui proses diskusi, dan akhirnya siswa mampu menyampaikan hasil solusi masalah kepada kelompok yang lain. Kelebihannya adalah siswa semakin terbiasa menggunakan logika/penalarannya dalam menyelesaikan soal cerita. Siswa mampu menganalisa soal dengan baik, membuat perencanaan penyelesaian dengan tepat, menyelesaikan soal dengan baik. Kelemahannya yaitu membutuhkan waktu yang cukup lama, karena anak-anak belum terbiasa dengan model pembelajaran yang digunakan. Mendasarkan kelemahan diatas pada penelitian berikutnya dapat digunakan sebagi bahan pertimbangan untuk melakukan penelelitian selanjutnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Aan Hasanah (2005). Dengan judul

“Mengembangkan Kemampuan Pemahaman dan kemampuan Penalaran

Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Berbasis

Masalah yang Menekankan pada Representasi Matematik”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kemampuan pemahaman matematika pada kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah dengan menekankan representasi matematik lebih baik dari matematika kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran biasa; (2) kemampuan penalaran matematik kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah denganmenekankan representasi matemtik lebih baik dari matematika kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran biasa; (3) teradapat korelasi yang signifikan anatar kemapuan pemahaman dan penalaran matematik; (4) sikap siwa pada kelompok eksperimen terhadap pembelajaran berbasis masalah dengan menekankan representasi matematik adalah positif; (5) pada kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah dengan menekankan representasi matematik lebih aktif belajar dari Matematika pada kelompok yang memperoleh pembelajaran biasa. Kelebihannya suasana belajar yang lebih kondusif dibandingkan dengan pembelajaran biasa dalam hal pengembangan kemampuan penalaran dan koneksi matematik, membangun sikap yang positif, meningkatkan keterlibatan siswa, dan

belajar. Kelemahannya tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan model pembelajaran ini. Mendasarkan kelemahan diatas pada penelitian berikutnya digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk melkaukan penelitian selnajutnaya.

Susilawati (2005), dalam penelitiannya tentang “Penerapan PBL Dalam

Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengajukan dan Memecahkan Masalah

Matematika Siswa Sekolah Lanjutan Pertama Negri di Bandung”. Menunjukkan

bahwa kemampuan siswa mengajukan dan meecahkan masalah matematika sebelum pembelajaran dengan pendekatan PBL, telah ada namun masih tergolong rendah, hal ini terlihat dari kecilnya presentase pengajuan dan pemecahan masalah matematika terselesaikan mengandung informasi baru. Melalui penerapan pembelajaran PBL kemampuan siswa mengajukan dan memecahkan masalah matematika mencapai criteria hasil belajar yang baik, secara kualitas terdapat perbedaan signifikan natar siswa yang pembelajarannya dengan pendekatan biasa. Hal ini Nampak dari besranya jumah respon siswa mengajukan dan memecahkan masalah matematika yang berkualitas tinggi. Secara umum siswa memliki sikap positif terhadap pembelajaran dengan pendekatan PBL. Demikian pula sikap terhadap pengajuan dan pemecahan masalahmatematika menunjukkan sikap positif. Sikap positif ini menjadi factor pendukung siswa dalam upaya meningkatkan proses dan keberhasilan dalam belajar matematika. Kelebihannya adalah siswa dpat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah-masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata, hal ini dapa tmeningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa terhadap bahan yang dipelajarai. Kelemahannya adalah sulit mencari masalah yang relevan. Mendasarkan kelemahan di atas pada penelitian berikutnya dapat diguanan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian selanjutnya.

Miftah Arina Harahap dan Puji Prastowo dalam penelitiannya yang berjudul " Perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Project Based Learning dan Problem Based Learning pada materi pencemaran lingkungan. Hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata post-test pada kelas model pembelajaran project based learning adalah 79,30 dengan standar deviasi 10,86. Nilai tertinggi yaitu 97dengan frekuensi 1 (3,03 %), nilai

terendah yaitu 60 dengan frekuensi 4 (12,12 %),dan nilai dengan frekuensi tertinggi yaitu 90 dengan frekuensi 9 (27,27%). Sedangkan nilai rata-rata post-test pada kelas model pembelajaran problem based learning adalah 77,07 dengan standar deviasi 8,59. Nilai tertinggi yaitu 87 dengan frekuensi 6 (18,18 %), nilai terendah yaitu 60 dengan frekuensi 3 (9,09 %), dan nilai dengan frekuensi tertinggi yaitu 83 dengan frekuensi 9 (27,27 %).

Marinda Ditya Putriari (4101409015) dalam penelitiannya yang berjudul

“ keefektifan Project Based Learning pada pencapaian masalah peserta didik

kelas X SMK Materi Program” Berdasarkan hasil observasi aktivitas peserta

didik pada kelas eksperimen, terjadi peningkatan aktivitas belajar peserta didik dari pertemuan pertama ke pertemuan kedua. Pada pertemuan pertama, aktivitas sudah sangat baik, hal itu dimungkinkan karena sebelum pertemuan pertama berlangsung, guru telah memberikan arahan-arahan mengenai proses pembelajaran yang akan berlangsung sehingga peserta didik dapat mempersiapkannya terlebih dahulu. Meskipun begitu, pada saat presentasi hasil proyek masih ada beberapa peserta didik yang terlihat kurang aktif dan sedikit berperan serta dalam kelompok. Pada pertemuan kedua, peserta didik lebih terlihat antusias karena proyek yang dilakukan berkaitan dengan dunia usaha. Pada saat presentasi hasil proyek, peserta didik terlihat bangga akan hasil yang mereka dapat bahkan kebanyakan dari peserta didik yang mayoritas adalah peserta didik putri, tidak ragu mengenakan bros bunga hasil buatannya di seragamnya. Kriteria aktivitas peserta didik pada kelas eksperimen termasuk kriteria sangat baik. Hal ini terlihat dari rata-rata persentase aktivias peserta didik yaitu 80,1%. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai keefektifan model PJPBL pada pencapaian kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas X PM pada materi program linear, diperoleh simpulan sebagai berikut. (1) Kemampuan pemecahan masalah peserta didik yang memperoleh Project Based Learning

mampu mencapai ketuntasan klasikal, yakni sekurang-kurangnya 75% dari peserta didik nilainya mencapai KKM. (2) Peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model Project Based Learning memiliki kemampuan

pemecahan masalah lebih baik dibandingkan peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran ekspositori. (3) Ada pengaruh positif aktivitas belajar peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model Project Based Learning terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada materi program linear. Aktivitas peserta didik mempengaruhi nilai hasil belajar aspek kemampuan pemecahan masalah sebesar 32,26% oleh persamaan regresi. Dari ketiga simpulan di atas diperoleh bahwa model Project Based Learning efektif pada pencapaian kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas X SMK materi program linear.

Yayang Putra Nalagasta (10518244017) Universitas Negri Yogyakarta

dalam penelitiannya yang berjudul “Keefektifan model pembelajaran Project Based Learning” untuk meningkatkan hasil belajar pengukuran besaran listrik

kelas X di SMK N 2 Wonosari” memperoleh hasil Penelitian ini menyimpulkan

bahwa model pembelajaran Project Based Learning (PJPBL) secara signifikan lebih efektif dibandingkan model ceramah untuk meningkatkan hasil belajar kemampuan kognitif dengan nilai thitung sebesar 2,777 lebih besar dari t tabel 2,0003. Hasil penelitian ini memiliki implikasi bahwa model pembelajaran

Project Based Learning (PJBL) hendaknya diterapkan dalam proses pembelajaran praktek di SMK N 2 Wonosari. Dukungan dari pihak sekolah seperti kepala sekolah dan guru sangatlah penting diperlukan, karena dapat membuat proses pembelajaran menjadi kreatif dan aktif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswanya hasil uji t diperoleh nilai thitung sebesar 2,777 dan nilai sig. 0,017, sedangkan nilai t tabel dengan db = 60 pada taraf signifikansi 5% adalah 2,0003. Karena nilai t hitung sebesar 2,777 lebih besar dari t tabel 2,0003 dan nilai sig. Sebesar 0,017 lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran Project Based Learning (PJBL) secara signifikan lebih efektif dibandingkan model ceramah untuk meningkatkan hasil belajar kemampuan kognitif. Untuk melihat hasil uji t independen Uraian di atas terbukti bahwa model pembelajaran Project Based Learning (PJPBL) secara signifikan lebih efektif dibandingkan model ceramah untuk meningkatkan

hasil belajar kemampuan kognitif dari pengujian uji t independen secara satu arah. Hasil penelitian juga didukung oleh teori dan para ahli, serta didukung oleh beberapa hasil penelitian. Untuk itu disarankan siswa harus lebih efektif dan kretif dalam pembelajaran agar pelaksanaan model pembelajaran Project Based Learning (PJPBL) dapat berjalan dengan baik. Disarankan juga untuk guru-guru di SMK N 2 Wonosari hendaknya dalam melakukan pembelajaran praktek menggunakan metode Project Based Learning (PBL) karena membuat siswa lebih aktif dan lebih bersemangat dalam proses pembelajaran praktek ini.

Beberapa hasil penelitian yang telah lalu tersebut memiliki pendapat yang berbeda, ada yang mengatakan bahwa model Problem Based Learning lebih efektif dari model lain, ada juga yang mengatakan bahwa model Project Based Learning tidak lebih efektif dari model lain, kemudian ada juga yang mengatakan bahwa model Project Based Learning lebih efektif dari model konvensional dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Namun, hasil dari penelitian yang dilakukan di SD Gugus Gajah Mada menunjukkan bahwa model Problem Based

Dokumen terkait