• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbandingan Hasil Belajar Menggunakan Model Problem Based Learning dan Project Based Learning dalam Pembelajaran Matematika Kelas IV SD Gugus Gajah Mada Boyolali Tahun Pelajaran 2014-2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbandingan Hasil Belajar Menggunakan Model Problem Based Learning dan Project Based Learning dalam Pembelajaran Matematika Kelas IV SD Gugus Gajah Mada Boyolali Tahun Pelajaran 2014-2015"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

53

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Gugus Gajah mada yang berada di jalan Sukarno Hatta kecamatan Ampel kabupaten Boyolali. Gugus Gajah Mada terdiri dari SD Negeri Ampel 01, SD Negeri Tanduk 01, SD Negeri Tanduk 02, SD Negeri Nyamat 01, SD Negeri Bener 01 dan SD Negeri 02 Bener. Subjek dalam penelitian ini adalah kelas IV, yaitu kelas IVA SD Negeri 01 Ampel 01 sebagai kelas eksperimen dan kelas IVB sebagai kelas kontrol, SD Negeri Tanduk 01 sebagai kelas eksperimen dan SD Negeri Tanduk 02 sebagai kelas kontrol. Latar belakang dari keempat kelas ini adalah mayoritas sama yaitu dari keluarga penjual daging sapi. Penelitian pada ketiga sekolaha ini menggunakan model Problem Based Learning pada kelas eksperimen dan model

Project Based Learning pada kelas kontrol.

Tabel 4.1 Subjek penelitian

N o

Kelas/sekolah Kelompok Laki-laki Perempuan Jumlah siswa 1 Kelas IVA SD Negeri

Ampel 01

Eksperimen 10 12 22

2 Kelas IVB SD Negeri Ampel 01

Kontrol 8 14 22

3 Kelas IV SD Negeri Tanduk 01

Ekperimen 7 11 18

4 Kelas IV SD Negeri Tanduk 02

Kontrol 14 15 29

(2)

Pelaksanaan penelitian di SD Negeri Ampel 01, SD Negeri Tanduk 01 dan SD Negeri Tanduk 02 tahun pelajaran 2014/2015 dilakukan 2 kali pertemuan pada kelas eksperimen dan 2 kali pertemuan pada kelas kontrol. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan beberapa pendekatan kepada siswa yang tujuannya agar peneliti tidak dianggap orang asing. Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti adalah: 1) sebelum melakukan eksperimen peneliti melakukan observasi bersama guru kelas sebanyak 3 kali berturut-turut. 2) peneliti ikut aktif dalam kegiatan siswa pada saat jam istirahat. 3) peneliti melakukan perkenalan dan menjalin keakraban kepada siswa. Pelaksaan penelitian di SD Negeri Ampel 01, SD Negeri Tanduk 01 dan SD Negeri Tanduk 02 Tahun pelajaran 2014/2015 tercantum dalam jadwal kegiatan yang dilaksanakan seperti pada tabel 4.2 berikut

Tabel 4.2

Jadwal kegiatan pembelajaranKelas IV SDN Gugus Gajah Mada Boyolali No Hari/tanggal Uraian kegiatan

1 Rabu, 29 Juli 2015 a) Melakukan perkenalan dengan siswa (kelas eksperimen dan kelas kontrol) pada SD Inti b) Memberikan pretes kepada kelas

eksperimen dan kelas kontrol pada SD Inti 2 Kamis, 30 Juli 2015 a) Melakukan perkenalan dengan siswa (kelas eksperimen dan kelas kontrol) pada SD Imbas

b) Memberikan pretes kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol pada SD Imbas

3 jumat ,31 juli 2015 Kegiatan pembelajaran 1 pada kelas eksperimen dan kontrol SD Inti 4 Sabtu , 1 juli 2015 Kegiatan pembelajaran 2 pada kelas

(3)

5 Selasa, 4 juli 2015 Kegiatan pembelajaran 1 pada kelas eksperimen SD Imbas

6 Rabu, 5 juli 2015 Kegiatan pembelajaran ke 2 pada kelas

eksperimen dan pemberian post test SD Imbas .

7 Rabu, 5 juli 2015 Kegiatan pembelajaran 1 pada kelas kontrol SD Imbas.

8 Jumat, 7 juli 2015 Kegiatan pembelajaran ke 2 pada kelas kontrol dan pemberian post tes pada SD Imbas.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1. Hasil Penelitian Pada Implementasi Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning Sebagai Kelompok

Eksperimen

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen ini terdiri dari dua kali pertemuan dengan masing-masing pertemuan selama 70 menit (2x35 Menit). Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari jumat 31 juli 2015 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 1 juli 2015 pada SD Inti, dan pertemuan pertama pada SD imbas pada hari Selasa 4 agustus 2015 dan pertemuan kedua pada Rabu 5 Agustus 2015.

a. Pertemuan Pertama

Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pembelajran, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, alat peraga, buku pelajaran, lemabar kerja siswa, dan ruangan untuk proses belajar mengajar. Materi pelajaran pada pertemuan ini adalah Enegi. Dengan langkah-langkah pembelajran sebagai berikut:

(4)

Pada tahap kegiatan identifikasi masalah guru memberikan sebuah cerita tentang jual beli yang berkaitan dengan operasi hitung bilangan bulat. Kemudian guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok dan membagikan soal kegiatan kelompok kepada siswa.

Dalam kelompok siswa mendiskusikan dengan kelompoknya bagaimana penyelesaian soal yang telah diberikan oleh guru.

2) Organisasi Penelitian

Pada tahap mengorganisasi siswa dalam pemecahan masalah, dengan melakukan diskusi dengan temannya siswa dapat mengidentifikasi sifat-sifat bilangan bulat dan menyelesaikan soal-soal yang telah diberikan kepada siswa. Guru memantau kegiatan belajar pada saat siswa mengisi lembar kerja.

3) Investigasi Mandiri

Pada tahap ini Setiap anggota kelompok mencari informasi dari buku, atau pengalaman pribadi tentang materi operasi hitung

4) Investigasi Kelompok

Pada tahap investigasi kelompok ini Masing – masing anggota kelompok kembali ke kelompoknya dan mengumpulkan semua data atau informasi yang telah didapatkan dari kelompok lain.

b) Pertemuan Kedua

Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pembelajran, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, alat peraga, buku pelajaran, lemabar kerja siswa, dan ruangan untuk proses belajar mengajar. Materi pelajaran pada pertemuan kedua ini adalah melanjutkan pertemuan sebelumnya. Dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: 1) Menyusun laporan

Pada tahap kegiatan menyusun laporan Masing – masing kelompok mendiskusikan dengan kelompoknya tentang materi operasi hitung bilangan bulat Mengorganisasi siswa dalam pemecahan masalah

(5)

Masing – masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas kepada teman – teman yang lain

3) Menganalisis proses mengatasi masalah

Kelompok yang lain saling bertanya dan menanggapi terhadap kelompok yang sedang presentasi

Berikut ini hasil pengamatan yang digunakan pada saat melaksanakan pembelajaran pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning.

Pada kegiatan awal pembelajaran ada 5 aspek yang diamati diantaranya adalah sebagai berikut : 1) mengkondisikan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran, 2) melakukan apersepsi pembelajaran, 3) menjelaskan tujuan pembelajaran, 4) menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning, 5) melakukan motivasi pembelajaran. Semua aspek tersebut terlaksana dengan runtut.

(6)

membimbing siswa untuk menyusun mempresentasikan hasil laporan kelompoknya. Terlaksana. Menganalisis Proses Mengatasi masalah 11) membimbing siswa untuk saling bertanya dan menanggapi terhadap kelompok yang sedang presentasi meminta siswa untuk mempersentasikan hasil diskusi tiap kelompok. Pada kegiatan penutup aspek yang diamati 1) melakukan refleksi, 2) memberikan soal evaluasi semua terlaksana.

4.2.2. Tingkat Hasil Belajar Kelompok Eksperimen

Deskripsi hasil belajar siswa pada pelajaran Matematika dengan materi Operasi Hitung Bilangan Bulat di SD Negeri Ampel 01 kelas IVA dan SD Negeri Tanduk 01 sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan model Problem Based Learning pretes dan postes dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 4.3

Deskripsi hasil belajar kelas eksperimen SDN gugus gajah mada Boyolali

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pretest_eks_int 22 35.00 90.00 67.7273 18.17424

Post_eks_int 22 50.00 100.00 79.0909 13.59590

Pretest_eks_imb 18 25.00 90.00 59.1667 18.33111

Post_eks_imb 18 65.00 100.00 80.2778 10.91036

Valid N (listwise) 18

(7)

minimalnya adalah 65 dan nilai tertingginya adalah 100. Dengan nilai rata-rata 80,27.

a. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar

Guna mengetahui adanya model pembelajaran Problem Based Learning

perlu dilakukan distribusi frekuensi perolehan hasil belajar siswa kelas eksperimen siswa kelas IV SD Negeri Ampel 01 dan SD N Tanduk 01 kecamatan Ampel kabupaten Boyolali. Melihat distribusi frekuensi perlu dilakukan kategori. Cara untuk menentukan kategori menggunakan rumus 1+ 3,3 log n. dari perhitungan ini diperoleh banyaknya kategori dari 22 siswa kelas eksperimen SD Inti dan 18 siswa kelas Ekperimen Sd imbas adalah lima kategori. Acuan kategori perolehan nilainya adalah sebagai berikut: kurang, hampir cukup, cukup, baik dan sangat baik. Agar mengetahui perolehan hasil belajar siswa kelas IV SD gugus Gajah Mada berada pada kategori apa perlu dilakukan interval terlebih dahulu. Interval nilai siswa menggunakan rumus yaitu skor tertinggi dikurangi skor terendah dibagi dengan banyaknya kategori yang ditetapkan (kurang, hampir cukup, cukup, baik dan sangat baik). Secara visual rumus untuk mencari interval tersebut dirumuskan sebagai berikut adalah interval untuk SD Inti :

Interval = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 −𝑠𝑘𝑜𝑟𝑡𝑒𝑟𝑛𝑑𝑎 ℎ

𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖

Interval = 90−535 = 11

(8)

Tabel 4.4

Distribusi frekuensi hasil belajar siswa kelas IVA SDN Ampel 01

No Interval Kategori Hasil belajar

Pretes Postes

Frekuensi % Frekuensi %

1 35 – 45 Kurang 4 18 - -

2 46 – 56 Hampir cukup

2 9 1 5

3 57 – 67 Cukup 3 14 4 18

4 68 – 78 Baik 7 32 2 9

5 79 – 89 Sangat baik 6 27 15 68

Total 22 100 22 100

Berdasarkan pada tabel 4.4 diatas, diketahui bahwa hasil belajar pretes pada siswa kelas IVA SD Negeri Ampel 01, siswa yang mendapat nilai pada interval 35

– 45 atau berada pada kategori kurang adalah 4 siswa dengan persentase 18,1%. Siswa yang mendapat nilai pada interval 46 – 56 atau berada pada kategori hampir cukup adalah 2 siswa dengan persentase 9,1%. Siswa yang mendapat nilai pada interval 57– 67 atau berada pada interval cukup adalah 3 siswa dengan persentase 13,7%. Siswa yang mendapatkan nilai pada interval 68 – 78 atau berada pada kategori Baik adalah 7 siswa dengan persentase 31,9%. Siswa yang mendapatkan nilai pada interval 79-89 atau berada pada interval sangat baik adalah 6 siswa dengan persentase 27,2%. Dari hasil distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pretes kelas III SD Negeri 02 Bener, sebagian berada pada kategori baik.

(9)

siswa dengan persentase 68,2%. Berdasarkan hasil diatas, maka dapat disimpukan bahwa hasil belajar postes pada kelompok eksperimen masuk dalam Sangat baik.

Grafik 4.7

Berikut Ini Grafik Nilai Pretes Dan Postes Kelompok Eksperimen

SDN Ampel 01

Dan Dibawah ini adalah interval untuk SD Imbas :

Interval = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 −𝑠𝑘𝑜𝑟𝑡𝑒𝑟𝑛𝑑𝑎 ℎ

𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖

Interval = 90−525 = 13

Interval yang didapatkan adalah 13, maka nilai terendah atau kurang berada pada interval 25 – 37, hampir cukup berada pada interval 38- 50, cukup berada pada interval 51 -63, baik berada pada interval 64 – 76, sangat baik berada pada interval 77-89.

0 2 4 6 8 10 12 14 16

35-45 46-56 57-67 68-78 79-89

pretest

(10)

Tabel 4.5

Distribusi frekuensi hasil belajar siswa kelas IV SDN Tanduk 01

No Interval Kategori Hasil belajar

Pretes Postes

Frekuensi % Frekuensi %

1 25 – 37 Kurang 2 11 - -

2 38 – 50 Hampir cukup

5 28 - -

3 51 – 63 Cukup 2 11 - -

4 64 – 76 Baik 4 22 9 50

5 77 – 89 Sangat baik 5 28 9 50

Total 18 100 22 100

Berdasarkan pada tabel 4.5 diatas, diketahui bahwa hasil belajar pretes pada siswa kelas IV SD Negeri Tanduk 01, siswa yang mendapat nilai pada interval 25

– 37 atau berada pada kategori kurang adalah 2 siswa dengan presentase 11,1%. siswa yang mendapat nilai pada interval 38 – 50 atau berada pada kategori hampir cukup adalah 5 siswa dengan presentase 27,77% . Siswa yang mendapat nilai pada interval 51– 63 atau berada pada interval cukup adalah 2 siswa dengan presentase 11,1%. Siswa yang mendapatkan nilai pada interval 64 – 76 atau berada pada kategori Baik adalah 4 siswa dengan persentase 22,22%. Siswa yang mendapatkan nilai pada interval 77-89 atau berada pada interval sangat baik adalah 5 siswa dengan persentase 27,77%. Dari hasil distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pretes kelas IV SD Negeri Tanduk 01, sebagian berada pada kategori hampir cukup dan sangat baik.

(11)

adalah 9 siswa dengan persentase 50%. Dari hasil distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pretes kelas IV SD Negeri Tanduk 01, sebagian berada pada kategori baik dan sangat baik.

Grafik 4.8

Berikut Ini Grafik Nilai Pretes Dan Posttes Kelompok Eksperimen SDN Tanduk 01

b. Rata-Rata Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Ampel 01

Rata-rata hasil belajar adalah nilai perolehan rata-rata keseluruhan baik pretes maupun postes. Pemaparan rata-rata hasil belajar dimaksudkan untuk melihat perubahan perolehan/ peningkatan persentase sebelum dan setelah diberikan perlakuan dengan pembelajaran model Project Based Learning. Adapun rata-rata maupun perubahan peningkatannya, disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.6

Rata-rata hasil belajar dan perubahan rata-rata hasil belajar siswa

kelas IV SDN Gugus gajah Mada kelas ekperimen

(12)

Dari tabel diatas, diketahui bahwa rata-rata hasil belajar pretes SD Inti kelas eksperimen adalah 67,72, kemudian rata-rata hasil belajar postes SD Inti kelas Eksperimen adalah 79,09. Dan rata-rata pretest SD Imbas kelas Eksperimen aalah 59,16 dan rata-rata posttest pada SD Imbas kelas eksperimen adalah 80,27. Itu berarti, setelah diberikan pembelajaran dengan model problem basaed Learning siswa kelas IV SDNAmpel 01 dan SDN Tanduk 01, terjadi kenaikan rata-rata hasil belajar yaitu 11,36 pada SD Inti dan mengalami kenaikan 21,1 pada SD Imbas.

4.3. Hasil Penelitian Pada Implementasi Pembelajaran Sebagai Kelas Kontrol

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen ini terdiri dari dua kali pertemuan dengan masimg-masing pertemuan selama 70 menit ( 2x35 menit). Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari kamis tanggal 4 Maret 2015 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 6 Maret 2015.

a. Pertemuan Pertama

Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pembelajran, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, alat peraga, buku pelajaran, lemabar kerja siswa, dan ruangan untuk proses belajar mengajar. Materi pelajaran pada pertemuan ini adalah Enegi. Dengan langkah-langkah pembelajran sebagai berikut:

1) penentuan proyek

Siswa melakukan mengamati contoh soal yang telah diberikan oleh guru.Dengan beberapa contoh yang telah diberikan oleh guru siswa menyebutkan macam-macam sifat oeparsi hitung pecahan yang akan dipelajari.Siswa dibagi menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 5 siswa. Siswa diberi pengarahan oleh guru mengenai proyek yang akan dibuat sebagai tugas kelompok untuk pendalaman materi lebih lanjut.

(13)

Masing-masing kelompok mengambil undian materi operasi hitung bilangan bulat yang telah disediakan oleh guru. Siswa akan mencari materi dan bahan tentang materi operasi hitung bilangan bulat yang telah didapat kelompoknya dirumah dan siswa akan mendapat soal tentang materi yang telah disediakan oleh guru yang akan dikerjakan dipertemuan selanjutnya

b) Pertemuan Kedua

Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pembelajran, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, alat peraga, buku pelajaran, lemabar kerja siswa, dan ruangan untuk proses belajar mengajar. Materi pelajaran pada pertemuan ini adalah operasi hitung bilangan bulat. Dengan langkah-langkah pembelajran sebagai berikut:

1) Penyelesaian proyek dengan fasilitas dan monitoring

Semua siswa menyiapkan materi yang telah dikumpulkan oleh siswa selama dirumah Siswa duduk berkelompok sesuai kelompoknya.Masing-masing kelompok mulai menyelesaikan tugas yang telah diberikan oleh guru seputar materi yang didapat.

2) Penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil proyek

Salah satu anggota kelompok menuliskan hasil kerja kelompoknya.Semua masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya tentang materi yang telah didapat di depan kelas.Kelompok lain memperhatikan dan mencatat hal-hal penting.

Berikut ini hasil pengamatan yang digunakan pada saat melaksanakan pembelajaran pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran Project Based Learning

(14)

4.3.1. Tingkat Hasil Belajar Kelompok Kontrol

Deskripsi hasil belajar siswa pada pelajaran Matematika dengan materi Operasi Hitung Bilangan Bulat di SD Negeri Ampel 01 kelas IVB dan SD Negeri Tanduk 02 sebagai kelas kontrol dengan menggunakan model Project Based Learning pretes dan postes dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 4.9

Deskripsi hasil belajar kelas kontrol SDN Gugus Gajah Mada

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pretest_knt_int 22 40.00 95.00 70.4545 16.82608

Post_knt_int 22 60.00 100.00 82.2727 12.12311

Pretest_knt_imb 29 40.00 100.00 78.4483 16.74938

Post_knt_imb 29 65.00 100.00 86.0345 10.63848

Valid N (listwise) 22

Dari tabel diatas dapat dilihat nilai minimal pretest kelompok kontrol SD Inti adalah 40 dan nilai tertingginya adalah 95. nilai rata-rata yang diperoleh adalah 70,45. untuk hasil posttest kelompok kontrol SD Inti nilai minimalnya adalah 60, dan nilai tertingginya adalah 100. Untuk nilai rata-ratanya diperoleh adalah 82,27. Sedangkan untuk SD Imbas kelompok kontrol nilai minimal pretest adalah 40 dan nilai tertingginya adalah 100. Nilai rata-rata yang diperoleh adalah 78,44.Untuk hasil posttest kelompok kontrol SD Imbas nilai minimalnya adalah 65 dan nilai tertingginya adalah 100. Dengan nilai rata-rata 86,03.

a. Distribusi frekuensi hasil belajar berdasarkan kategori

Untuk mengetahui adanya model pembelajaran Project based learning

(15)

dilakukan kategori. Untuk menentukan kategori menggunakan rumus 1+ 3,3 log n. Dari perhitungan ini diperoleh banyaknya kategori dari 22 siswa kelas kontrol adalah lima kategori. Acuan kategori perolehan nilainya adalah sebagai berikut: kurang, hampir cukup, cukup, baik dan sangat baik. Agar mengetahui perolehan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Ampel 01 kelas IVB dan SD Negeri Tanduk 02 kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali berada pada kategori apa perlu dilakukan interval terlebih dahulu. Interval nilai siswa menggunakan rumus yaitu skor tertinggi dikurangi skor terendah dibagi dengan banyaknya kategori yang ditetapkan (kurang, hamper cukup, cukup, baik dan sangat baik). Sebagai berikut

Interval = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 −𝑠𝑘𝑜𝑟𝑡𝑒𝑟𝑛𝑑𝑎 ℎ

𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖

Interval = 95−540 = 11

Interval yang didapatkan adalah 11, maka nilai terendah atau kurang berada pada interval 40 – 50, hampir cukup berada pada interval 51- 61, cukup berada pada interval 62 -72, baik berada pada interval 73 – 83, sangat baik berada pada interval 84-94.

Tabel 4.10

Distribusi frekuensi hasil belajar siswa kelas IVB SDN Ampel 01

No Interval Kategori Hasil belajar

Pretes Postes

Frekuensi % Frekuensi %

1 40 – 50 Kurang 3 14 - -

2 51 – 61 Hampir cukup

4 19 2 9

3 62 – 72 Cukup 5 23 3 14

4 73 – 83 Baik 3 14 7 32

5 84 – 94 Sangat baik 7 32 10 45

Total 22 100 22 100

Berdasarkan pada tabel 4.10 diatas, diketahui bahwa hasil belajar pretest pada siswa kelas IVB SDN Ampel 01, siswa yang mendapat nilai pada interval 40

(16)

Siswa yang mendapat nilai pada interval 51 – 61 atau berada pada kategori hampir cukup adalah 4 siswa dengan persentase 19 %. Siswa yang mendapat nilai pada interval 62 – 72 atau berada pada interval cukup adalah 5 siswa dengan persentase 23 %. siswa yang mendapatkan nilai pada interval 73 – 83 atau berada pada kategori baik adalah 3 siswa dengan persentase 14%.Dan siswa yang mendapat nilai pada interval 84-99 atau berada pada kategori sangat baik adalah 7 siswa dengan persentase 32%. Dari hasil distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pretes kelas IVB SD Negeri Ampel 01, sebagian berada pada kategori sangat baik.

Hasil belajar postes siswa kelas IVB SD Negeri Ampel 01, berdasarkan pada tabel distribusi frekuensi diatas, diketahui bahwa tidak ada siswa yang mendapatkan nilai pada interval 40 – 50 atau pada kategori kurang. siswa yang mendapatkan nilai pada interval 51 – 61 atau pada kategori hampir cukup adalah 2 siswa dengan persentase 9%. Sedangkan siswa yang mendapat nilai pada interval 62 – 72 atau masuk pada kategori cukup adalah 3 siswa dengan persentase 14% . Siswa yang mendapat nilai pada interval 73 – 83 yang berada pada kategori baik adalah 7 siswa dengan persentase 32%, dan siswa yang mendapat nilai pada interval 84 – 99 adalah 10 siswa dengan persentase 45%. Berdasarkan hasil diatas, maka dapat disimpukan bahwa hasil belajar postes pada kelompok kontrol masuk dalam kategori sangat baik.

Grafik 4.11

Berikut Ini Grafik Nilai Pretes Dan Posttes Kelompok Kontrol SDN

Ampel 01

0 2 4 6 8 10 12

40-50 51-61 62-72 73-83 84-94

pretest

(17)

Sedangkan untuk interval kelompok kontrol SD Imbas adalah sebagai berikut ini :

Interval = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 −𝑠𝑘𝑜𝑟𝑡𝑒𝑟𝑛𝑑𝑎 ℎ

𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖

Interval = 100−40 5 = 12

Interval yang didapatkan adalah 12, maka nilai terendah atau kurang berada pada interval 40 – 51, hampir cukup berada pada interval 52- 63 cukup berada pada interval 64 -75, baik berada pada interval 76 – 87, sangat baik berada pada interval 88-99.

Tabel 4.12

Distribusi frekuensi hasil belajar siswa kelas IV SDN Tanduk 02

No Interval Kategori Hasil belajar

Pretes Postes

Frekuensi % Frekuensi %

1 40 – 51 Kurang 3 10 - -

2 52 – 63 Hampir cukup

2 7 - -

3 64 – 75 Cukup 6 21 6 21

4 76 – 87 Baik 7 24 10 34

5 88 – 99 Sangat baik 11 38 13 45

Total 29 100 29 100

Berdasarkan pada tabel 4.12 diatas, diketahui bahwa hasil belajar pretest pada siswa kelas IV SDN Tanduk 02, siswa yang mendapat nilai pada interval 40

(18)

bahwa hasil belajar pretes kelas IV SD Negeri Tanduk 02, sebagian berada pada kategori sangat baik.

Hasil belajar postes siswa kelas IV SD Negeri Tanduk 02, berdasarkan pada tabel distribusi frekuensi diatas, diketahui bahwa tidak ada siswa yang mendapatkan nilai pada interval 40 – 51 atau pada kategori kurang dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai pada interval 52 – 63 atau pada kategori hampir cukup. Sedangkan siswa yang mendapat nilai pada interval 64 – 75 atau masuk pada kategori cukup adalah 6 siswa dengan persentase 21% . Siswa yang mendapat nilai pada interval 76 – 87 yang berada pada kategori baik adalah 10 siswa dengan persentase 35%, dan siswa yang mendapat nilai pada interval 88 – 99 adalah 13 siswa dengan persentase 45%. Berdasarkan hasil diatas, maka dapat disimpukan bahwa hasil belajar postes pada kelompok kontrol masuk dalam kategori sangat baik.

Grafik 4.13

Berikut Ini Grafik Nilai Pretes Dan Posttes Kelompok Kontrol SDN Tanduk 02

b. Rata-Rata Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri Gugus Gajah Madakelas kontrol

Rata-rata hasil belajar adalah nilai perolehan rata-rata keseluruhan baik pretest maupun posttest. Pemaparan rata-rata hasil belajar dimaksudkan untuk melihat perubahan perolehan/ peningkatan persentase sebelum dan setelah

0 2 4 6 8 10 12 14

40-51 52-63 64-75 76-87 88-99

pretest

(19)

diberikan perlakuan dengan pembelajaran model Project based learning . Adapun rata-rata maupun perubahan peningkatannya, disajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.13

Rata-rata hasil belajar dan perubahan rata-rata hasil belajar siswa

kelas IV SDN Gugus gajah Mada kelas Kontrol

No Rata-rata Perubahan

Pretest SD Inti

Posttest SD inti

Pretest SD Imbas

Posttest SD Imbas

SD Inti SD Imbas

1 70.45 82.27 78.44 86.03 11.81 7.58

Dari tabel diatas, diketahui bahwa rata-rata hasil bealajar pretes SD Inti kelas kontrol adalah 70,45, kemudian rata-rata hasil belajar postes SD Inti kelas kontrol adalah 82,27. Dan rata-rata pretest SD Imbas kelas kontrol adalah 78,44 dan rata-rata posttest pada SD Imbas kelas kontrol adalah 86,03. Itu berarti, setelah diberikan pembelajaran dengan model Project Based Learning siswa kelas IV SDN Ampel 01 dan SDN Tanduk 02, terjadi kenaikan rata-rata hasil belajar yaitu 11,81 pada SD Inti dan mengalami kenaikan 7,58 pada SD Imbas.

4.4 Diskripsi Komparasi Hasil Pengukuran Hasil Belajar Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol.

(20)

Tabel 4.12

Komparasi Hasil Pengukuran Hasil Belajar Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol

Tahap pengukuran Rerata skor ( mean) Kelompok

Eksperimen Kontrol

Keterangan selisih skor

Awal_int 67,72 70,45 2,73

Akhir_int 79,09 82,27 3,18

Awal_imb 59,16 78,44 19,28

Ahir_imb 80,27 86,03 5,76

Gain skor int 11,36 11,81

Gain skor imb 21,11 7,58

Dari tabel diatas dapat dilihat tahap awal pada kelas eksperimen pada SD inti nilai rata-rata awal yang diperoleh siswa adalah 67,72 dan nilai akhir 79,09 dengan keuntungan yang diperoleh adalah 11,36. Sedangkan pada kelas eksperimen pada SD Imbas nilai awal yang diperoleh adalah 59,16 dan nilai akhir 80,27 dengan keuntungannya adalah 21,16.Sedangkan pada kelas control pada SD Inti nilai rata-rata awal yang diperoleh siswa adalah 70,45 dan nilai akhir 82,27 dengan keuntungan 11,81. Sedangkan pada kelas control pada SD Imbas nilai rata-rata awal 78,44 dan niali rata-rata ahir 86,03 dengan euntungan 7,58. Untuk selisih secara keseluruh antara kelompok eksperimen dan kelompok control SD inti dari tahap awal mendapat 2,73 sedangkan pada tahap akhir 3,18 dengan nilai keuntungannya 0,45. Sedangkan untuk selisih kelompok eksperimen dan control pada SD imbas dari tahap awal mendapatkan 19,28 dan pada tahap ahir 5,76 dengan nilai keuntungan 13,52.

4.5 Hasil Uji Perbedaan

(21)

uji t yang dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 16.0. Uji t dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perbedaan hasil belajar dengan menggunakan model Problem Based Learning pada kelas eksperimen dan Project Based Learning pada kelas kontrol. Sebelum uji t terlebih dahulu sudah dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

Seperti yang telah diuraikan di bab III penggunaan teknik statistik uji t dalam penelitian ini berdasarkan pada kebutuhan dalam melakukan komparasi terhadap dua kelompok penelitian. Menurut Sugiyono dalam Priyatno (2010:32), uji ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok yang tidak berhubungan. Sebelum dilakukan uji t test (Independent Samples T Test) sebelumnya dilakukan uji kesamaan varian (homogenitas) dengan F test (Levena,s Test), artinya jika varian sama, maka uji t menggunakan Equal Variances Assumed (diasumsikan varian sama) dan jika varian berbeda menggunakan Equal Variances Not Assumed (Duwi Priyatno, 2010: 35).

Langkah-langkah uji F sebagai berikut: (1) Menentukan Hipotesis

Ho : Kedua varian adalah sama (varian kelas eksperimen dan kelas kontrol). Ha : Kedua varian adalah berbeda (varian kelas eksperimen dan kelas kontrol).

(2) Kriteria Pengujian (berdasarkan signifikansi) Ho diterima jika signifikansi > 0,05

Ho ditolak jika signifikansi < 0,05 (3) Membandingkan signifikansi

Nilai signifikansi > 0,05, maka Ho diterima dan Nilai signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak.

Langkah-langkah Uji Independent Samples T Test sebagai berikut: (1) Menentukan Hipotesis

Ho : tidak ada perbedaan antara rata-rata skor posttest kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

(22)

(2) Menentukan tingkat signifikansi

Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikansi α = 5% atau

0,05.

(3) Menentukan t hitung

Nilai t hitung (Equal Variances Assumed atau Equal Variances Not Assumed).

(4) Menentukan t tabel

Tabel distribusi t dicari pada α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat

kebebasan (df) n-2. Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi = 0,025). (5) Kriteria Pengujian

Ho diterima jika t hitung < t tabel Ho ditolak jika t hitung > t tabel Berdasarkan signifikansi:

Ho diterima jika signifikansi > 0,05 Ho ditolak jika signifikansi < 0,05 (6) Kesimpulan

Tahap Uji Beda Rata-Rata dengan Uji Independent T Test ini menggunakan program SPSS Statistics 16.0 for windows.

Rumusan hipotesis statistik (Sugiyono, 2010:120) sebagai berikut: Ho: μ1 = μ2

Ha: μ1 ≠ μ2 4.5.1 Uji Prasyarat

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil tes evaluasi setelah pembelajaran (posttest), dianalisislah perbedaan hasil belajar dua kelompok penelitian. Namun, sebelum melakukan uji beda terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, yang dimaksud uji prasyarat yakni uji normalitas dan uji homogenitas.

(23)

Perhitungan uji normalitas pada penelitian ini menggunakan SPSS 16.0. Berikut yaitu hasil uji normalitas hasil belajar postes.

Tabel 4.13

Hasil Uji Normalitas Data Postes SD Inti

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

pretest eksp pretest eksp posttest kon posttest kon

N 22 22 22 22

Normal Parametersa Mean 70.4545 67.7273 82.2727 79.0909

Std.

Deviation 16.82608 18.17424 12.12311 13.59590

Most Extreme

Differences

Absolute .125 .141 .153 .214

Positive .077 .118 .120 .147

Negative -.125 -.141 -.153 -.214

Kolmogorov-Smirnov Z .584 .660 .717 1.002

Asymp. Sig. (2-tailed) .885 .777 .682 .268

a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan uji normalitas tersebut diketahui bahwa nilai probabilitas

Asymp.Sig.(2-Tailed) pada uji Kolmogorov-Smirnov pada kelompok eksperimenan 0,885 dan pada kelompok kontrol nilai probabilitas Asymp.Sig.(2-Tailed) pada uji

Kolmogorov-Smirnov 0,682. Probabilitas signifikansi Kolmogorov-Smirnov

kedua kelompok menunjukkan lebih dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa data berdsitribusi dengan normal.

(24)

Tabel 4.14

Hasil Uji Normalitas Data Postes SD Imbas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

pretest eksp pretest eksp posttest kon posttest kon

N 29 29 29 29

Normal Parametersa Mean 66.7241 78.4483 83.4483 86.0345

Std.

Deviation 20.10134 16.74938 10.78221 10.63848

Most Extreme

Differences

Absolute .125 .158 .134 .180

Positive .099 .099 .132 .095

Negative -.125 -.158 -.134 -.180

Kolmogorov-Smirnov Z .672 .849 .721 .967

Asymp. Sig. (2-tailed) .757 .467 .676 .307

a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan uji normalitas tersebut diketahui bahwa nilai probabilitas

Asymp.Sig.(2-Tailed) pada uji Kolmogorov-Smirnov pada kelompok eksperismenan 0,757 dan pada kelompok kontrol nilai probabilitas Asymp.Sig.(2-Tailed) pada uji Kolmogorov-Smirnov 0,676. Probabilitas signifikansi

Kolmogorov-Smirnov kedua kelompok menunjukkan lebih dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa data berdsitribusi dengan normal.

(25)

Tabel 4.15

Uji homogenitas hasil postes SD Inti

Test of Homogeneity of Variances

Control

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.213 1 42 .647

Dari uji homogenitas tersebut nilai signifikansi 0,647. Maka dapat dikatakan bahwa dua kelompok penelitian ini sama atau homogen. Hal ini ditunjukkan pada nilai probabilitas yang lebih besar dari nilai alpha (α ) 0.05.

Tabel 4.16

Uji homogenitas hasil postes SD Imbas

Test of Homogeneity of Variances

Kontrl

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.076 1 45 .785

Dari uji homogenitas tersebut nilai signifikansi 0,785. Maka dapat dikatakan bahwa dua kelompok penelitian ini sama atau homogen. Hal ini

ditunjukkan pada nilai probabilitas yang lebih besar dari nilai alpha (α ) 0.05.

Sebagai uji prasyarat untuk melakukan uji beda, data hasil posttest pada dua kelompok penelitian ini normal dan homogen.

Jadi kesimpulannya karena uji prasyarat terpenuhi maka dapat dilakukan penelitian.

4.6 Hasil Uji T Test

(26)

keempat kelompok ini, sekaligus melihat apakah model Problem Based Learning

memberikan pengaruh pada hasil belajar. Untuk melakukan uji hipotesis, digunakan Independent Sampel Test, untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dalam meningkatkan hasil belajar siswa.Dan hasil T Test dapat dilihat pada Tabel 4.17.

Tabel 4.17

Analisis Uji postes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T Df

Dari table uji T diatas diketahui bahwa probabilitas sig (2tailed) 0,058 dan 0,060. Probabilitas ini lebih dari 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa kedua kelompok penelitian ini sama atau tidak memiliki perbedaan.

(27)

Adapun kriteria pengujian hipotesis berdasarkan taraf signifikansi yakni jika probabilitas lebih dari 0,05 maka dapat dinyatakan tidak terdapat perbedaan, dan jika probabilitas signifikansinya dapat dikatakan bahwa kurang dari 0,05 maka dapat dinyatakan tidak terdapat perbedaan antara dua kelompok penelitian.

4.7 Uji Hipotesis

Sebelumnya pada hasil uji t test diketahui bahwa nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,058 dan 0,060. Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis berdasarkan probabilitas dapat dikatakan bahwa HO diterima. Karena nilai signifikansi probabilitas pada uji beda lebih dari 0,05. Dengan diterimanya Ho maka ditolaklah Ha. Secara empirik, hasil dari pengujian hipotesis menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang positif dan signifikan hasil belajar Matematika siswa kelas IV SD gugus gajah mada yang menggunakan model problem Based learning dengan siswayang menggunakan model Project Based Learning.

4.8 Pembahasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Ampel 01 kelas IVA dan SD Negeri Tanduk 01 kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali sebagai kelas eksperimen dengan melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning berjalan lancar sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan di SD Negeri Ampel 01 kelas IVB dan SD Negeri Tanduk 02 kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali sebagai kelompok kontrol yang melaksanakan pembelajarannya dengan menggunakan model Project Based Learning. Disini guru pada kedua kelompok penelitian sudah melaksanakan sintak pembelajaran dengan runtut. Seperti yang tercantum pada bab 1 yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan keefktifan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran Problem Based Learning dibandingkan dengan model Project Based Learning.

(28)

(kelas eksperimen dan kelas kontrol) homogen, sehingga kelompok tersebut dapat dilakukan untuk penelitian. dari uji normalitas untuk pretes kelompok eksperimen nilai dari Asyimp.sig (2tailed)adalah 0,757 > 0,05, maka diambil kesimpulan nilai pretes kelompok eksperimen berdistribusi normal. Untuk pretes kelompok kontrol nilai dari Asymp.sig (2tailed) adalah 0,676 > 0,05, maka diambil kesimpulan nilai pretes kelompok kontrol berdistribusi normal, sehingga data dari kedua kelompok tersebut berdistribusi normal.

Analisis deskriptif dari skor hasil belajar siswa setelah pembelajaran diketahuilah bahwa nilai tertinggi yang diperoleh dari kelompok eksperimen SD Inti yaitu 100 dan nilai terendahnya 60, dengan rata-rata skor hasil belajar 79,09. Dan nilai tertinggi yang diperoleh dari kelompok eksperimen SD Imbas yaitu 100 dan 65, dengan rata-rata skor hasil belajar 80,27. Sedangkan nilai tertinggi yang diperoleh pada kelompok kontrol SD Inti adalah 100 dan nilai terendahnya adalah 60 dengan rata-rata skor hasil belajar 82,27. Dan nilai tertinggi yang diperoleh pada kelompok control SD Imbas adalah 100 dan nilai terendahnya adalah 65 dengan rata-rata skor yang diperoleh adalah 86,03. Adapun dari 22 siswa kelompok eksperimen dari Sd Inti terdapat 17 siswa yang tuntas KKM mata pelajaran Matematika kelas IVA di SD Negeri Ampel 01 dengan persentase 77% dan 5 siswa tidak tuntas KKM dengan persentase 23%. Sedangkan pada 18 siswa kelompok eksperimen dari SD Imbas terdapat 17 16 siswa tuntas KKM mata pelajaran Matematika kelas IV SD Negeri Tanduk 01 dengan presentase 94% dan 1 siswa tidak tuntas KKM dengan presentase 6%. Dan pada kelompok kontrol dari SD inti terdapat 19 siswa yang tuntas KKM mata pelajaran Matematika Kelas IVB SDN Ampel 01dengan presentase 86% dan 3 siswa tidak tuntas dengan presentase 14%.Sedangkan pada kelompok control SD imbas terdapat 28 siswa yang tuntas KKM mata pelajaran Matematika kelas IV SDN Tanduk 02 dengan persentase 97% dan 1 siswa yang tidak tuntas dengan presentase 3%.

(29)

H0 diterima, artinya tidak terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan dalam penerapan model pembelajaran problem based learning dan project based learning ditinjau dari hasil belajar Matematika siswa kelas IV SD Gugus Gajah mada Ampel. digunakan dalam pembelajaran Matematika di kelas IV SD Gugus Gajah mada. Dikatakan bahwa kedua model pembelajaran ini sama-sama efektif apabila diterapkan di kelas IV SDN gugus Gajah mada. Hal ini dapat terlihat pada hasil posttest kelas eksperimen dan kontrol secara klasikal telah mencapai 97% ketuntasan diatas KKM yang telah ditentukan di SD.

Model pembelajaran Problem Based Learning dan ProJect Based Learning memiliki sintak yang hampir sama,ini adalah salah satu factor kenapa kedua metode ini dinyatakan sama-sama efektif. Adapun sintak metode Problem Based Learning adalah sebagai berikut :

Sintak yang pertama yaitu Mengorientasi peserta didik terhadap masalah disini Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan saran atau logistik yang dibutuhkan. Guru memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah nyata yang dipilih atau ditentukan

Sintak yang kedua adalah Mengorganisasi peserta didik untuk belajar

Sintak yang ketiga yaitu disini guru berperan Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Sintak yang keempat adalah Mengembangkan dan menyajikan hasil karya dimana Guru membantu peserta didik untuk membagi tugas dan merencanakan atau menyiapkan karya yang sesuai sebagai hasil pemecahan masalah dalam bentuk laporan, video, atau model.

Sintak yang kelima adalah Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah disini Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang dilakukan.

Sedangkan untuk Sintak metode pembelajaran Project Based Learning

adalah sebagai berikut :

(30)

dari awal sampai akhir beserta pengolahannya. Kegiatan perancangan proyek ini berisi aturan main dalam pelaksanaan tugas proyek, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung tugas proyek, pengintegrasian berbagai kemungkinan penyelesaian tugas proyek, perencaan sumber/bahan/ alat yang dapat mendukung penyelesaian tugas proyek, dan kerja sama antar anggota kelompok.

Sintak yang ketiga adalah Penyusunan jadwal pelaksanaan proyek peserta didik di bawah pendampingan guru melakukan penjadwalan semua kegiatan yang telah dirancangnya. Berapa lama proyek itu harus diselesaikan tahap demi tahap.

Sintak yang keempat adalah Penyelesaian proyek dengan fasilitasi dan monitoring guru, Langkah ini merupakan langkah pengimplementasian rancangan proyek yang telah dibuat. Aktivitas yang dapat dilakukan dalam kegiatan proyek diantaranya adalah dengan (a) membaca, (b) meneliti, (c) observasi, (d) interview, (e) merekam, (f) berkarya seni, (g) mengunjungi objek proyek, atau (h) akses internet. Guru bertanggung jawab memonitor aktivitas peserta didik dalam melakukan tugas proyek mulai proses hinggga penyelesaian proyek. Pada kegiatan monitoring, guru membuat rubrik yang akan dapat merekam aktivitas peserta didik dalam penyelesaian tugas proyek.

Sintak yang kelima adalah Penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil proyek. Hasil proyek dalam bentuk produk, baik itu berupa produk karya tulis, karya seni, atau karya teknologi/prakarya dipresentasikan dan/atau dipublikasikan kepada peserta didik yang lain dan guru atau masyarakat dalam bentuk pameran produk pembelajaran.

(31)

Keberhasilan hasil belajar siswa yang menggunakan model problem based learning dan juga Project Based Learning juga tergambarkan pada kerangka pikir. Bahwasanya kedua model pembelajaran ini adalah suatu model pembelajaran yang memanfaatkan masalah, siswa harus melakukan pencarian/penggalian informasi (inquiri) untuk dapat memecahkan masalah tersebut. Dan disini siswa dituntut untuk aktif dalam bekerja kelompok dan mencari/menggali informasi sebanyak-banyaknya dari kelompok lain. Inilah yang membuat siswa terlibat langsung dan aktif dalam pembelajaran sehingga mmereka benar-benar memahami apa yang mereka pelajari.

Dalam pembelajaran yang dilakukan pada kelas eksperimen maupun kontrol terlihat beberapa aktivitas siswa yang menunjukkan bahwa model

Problem Based Learning dan project based learning memberikan pengaruh yang positif terhadap perilaku siswa. Aktifitas yang dimaksud antara lain:

a. Seluruh siswa kelas IVB SDN Ampel 01 mengikuti pembelajaran dengan aktif dan berantusias dalam bekerja kelompok dan menggali informasi dari kelompok lain, sehingga sebagian besar siswa dapat memahami materi yang sedang dipelajari dan mengalami peningkatan hasil belajar serta nilainya mencapai KKM.

b. Konsep yang ada dalam materi lebih konkret karena dengan bantuan model

Problem Based Learning dan project based learning, siswa dapat secara mandiri menemukan hal-hal baru yang berhubungan dengan materi sehingga siswa lebih mudah memahami konsep yang telah disampaikan.

c. Hampir seluruh siswa kelas IV SDN Gugus gajah mada mengerjakan soal kelompok dan project yang disiapkan oleh peneliti dengan baik, hal ini dibuktikan dengan mereka mampu menjawab pertanyaan yang ada diLembar Kegiatan Siswa yang diberikan guru tanpa banyak bertanya.

d. Seluruh siswa mampu mengerjakan soal postes dengan percaya diri dan tenang, terlihat bahwa siswa tidak melihat jawaban teman sebangkunya.

(32)

pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat sama-sama memilik pengaruh positif terhadap pembelajaran karena dalam proses pembelajaran mereka melakukan proses pembuatan project yang berhubungan dengan materi secara mandiri. Dan hal itu ternyata berpengaruh pada hasil belajar siswa sehingga hasil belajar siswa dapat tercapai secara maksimal.

Hasil penelitian ini memperkuat penelitian terdahulu yaitu penelitian yang dilakukan oleh Fitri Yuni Astuti (2007) yang berjudul “Model pemeblajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) untuk meningkatkan Hasil belajar Siswa kelas VIII Semester II SMP N 5 Semarang Pokok Bahasan Bangun Ruang

Sisi Datar Tahun Pelajaran 2006/2007”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil yang optimal dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Pada siklus 1 belum menunuukkan hasil yang optimal dalam meningkatakan hasil belajar, oleh karena itu dilakukan siklus II. Pada siklus ii menunjukkan adanya peningkatan antara lain: Pada siklus I yang tuntas belajar sebanyak 32 siswa dengan prosentase ketuntasan Klasikal 76,19% dengan nilai rata-rata kelasnya 76,36 dan pada siklus II banyaknya siswa yang tuntas adalah 35 siswa dengan prosentase ketuntasan klasikal 88,1% dengan nilai rata-rata kelasnya 81,7%. Aktivitas siswa selama pembelajaran mengalami peningkatan setiap siklusnya, dari 61,1% pada siklus pertama menjadi 72,2% pada siklus II. Hipotesis tindakan dan indicator kinerja telah tercapai sehingga tidak perlu dilaksanakan siklus selanjutnya. Simpulan dari penelitian ini adalah : (1) Model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP N 5 Semarang sub pokok bahasan bangun ruang kubus dan balok tahun pelajaran 2006/2007, (2) Dengan model pembelajaran berbasis masalah aktivitas siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan. Kelebihan pada penelitian di atas yaitu setiap siklus slalu mengalami peningkatan. Kelemahannya adalah membutuhkan waktu penelitian yang relatif lama. Mendasarkan kelemahan di atas pada penelitian berikutnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbagan untuk melakukan penelitian selanjutnya.

(33)

Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negri 8 Surakarta pada Mata Pelajaran Ekonomi Tahun Ajaran 2009/2010. Penelitian ini menyatakan bahwa sebelum diterapkan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) keaktifan siswa masih rendah terlihat dari keaktifan siswa pada aspek visual activities 35,49%, oral activities 22,58%, listening activities 41,94%, dan writing activities 45,16%. Penelitian siklus I diperoleh peningkatan hasil keaktifan pada aspek visual activities 48,39%, oral activities 45,16%, listening activities 54,84% dan writing activities 58,09%. Penelitian siklus II diperoleh peningkatan hasil keaktifan siswa pada aspek visual activities 74,19%, oral activities 67,73%,

listening activities 77,41% dan writing activities mencapai 70,96%. Sedangkan nilai rata-rata kelas sebelum diterapkan metode pembelajaran problem based learning (PBL) adalah 60,4. Siswa yang sudah tuntas sebesar 51,6% atau 16 siswa, Sedangkan siswa yang belum tuntas sebesar 48,4% atau 15 siswa. Pada prestasi belajar siswa siklus I nilai rata-rata kelas menjadi 71,90 dan 76,32 pada siklus II. Pada pelaksanaan siklus I siswa yang sudah tuntas sebesar 77,42% atau 24 siswa, sedangkan siswa yang belum tuntas sebesar 22,58% atau 7 siswa . pada pelaksaan siklus II siswa yang sudah tuntas sebesar 87,09% atau sebanyak 27 sswa, sedangkan siswa yang belum tuntas sebesar 12,91% atau sebanyak 4 siswa. Kelebihan metode ini adalah PBL dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas pembelajaran dengan baik. Adapun kelemahannya sampe yang digunakan d tingkat pendidikan menengah dan membutuhkan waktu penelitian yang relatif lama. Mendasarkan kelemahan di atas pada penelitian berikutnya dapat digunakan bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian selanjutnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi (2002). Dengan judul

“Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan soal cerita Melalui Penerapan Problem Based Learning dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika sesuai dengan tujuan yang

diharapkan. Dari total nilai yang didapat, siswa dengan nilai ≤ 75 pada kondisi

(34)

dengan penerapan problem based learning. Kelebihan siswa mampu mengidentifikasi masalah yang diberikan, mencari informasi yang relevan yang digunakan untuk menentukan hipotesis, merencanakan penyelesaian atau solusi masalah, memilih alternative solusi masalah yang paling tepat melalui proses diskusi, dan akhirnya siswa mampu menyampaikan hasil solusi masalah kepada kelompok yang lain. Kelebihannya adalah siswa semakin terbiasa menggunakan logika/penalarannya dalam menyelesaikan soal cerita. Siswa mampu menganalisa soal dengan baik, membuat perencanaan penyelesaian dengan tepat, menyelesaikan soal dengan baik. Kelemahannya yaitu membutuhkan waktu yang cukup lama, karena anak-anak belum terbiasa dengan model pembelajaran yang digunakan. Mendasarkan kelemahan diatas pada penelitian berikutnya dapat digunakan sebagi bahan pertimbangan untuk melakukan penelelitian selanjutnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Aan Hasanah (2005). Dengan judul

“Mengembangkan Kemampuan Pemahaman dan kemampuan Penalaran

Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Berbasis

(35)

belajar. Kelemahannya tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan model pembelajaran ini. Mendasarkan kelemahan diatas pada penelitian berikutnya digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk melkaukan penelitian selnajutnaya.

Susilawati (2005), dalam penelitiannya tentang “Penerapan PBL Dalam

Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengajukan dan Memecahkan Masalah

Matematika Siswa Sekolah Lanjutan Pertama Negri di Bandung”. Menunjukkan

bahwa kemampuan siswa mengajukan dan meecahkan masalah matematika sebelum pembelajaran dengan pendekatan PBL, telah ada namun masih tergolong rendah, hal ini terlihat dari kecilnya presentase pengajuan dan pemecahan masalah matematika terselesaikan mengandung informasi baru. Melalui penerapan pembelajaran PBL kemampuan siswa mengajukan dan memecahkan masalah matematika mencapai criteria hasil belajar yang baik, secara kualitas terdapat perbedaan signifikan natar siswa yang pembelajarannya dengan pendekatan biasa. Hal ini Nampak dari besranya jumah respon siswa mengajukan dan memecahkan masalah matematika yang berkualitas tinggi. Secara umum siswa memliki sikap positif terhadap pembelajaran dengan pendekatan PBL. Demikian pula sikap terhadap pengajuan dan pemecahan masalahmatematika menunjukkan sikap positif. Sikap positif ini menjadi factor pendukung siswa dalam upaya meningkatkan proses dan keberhasilan dalam belajar matematika. Kelebihannya adalah siswa dpat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah-masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata, hal ini dapa tmeningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa terhadap bahan yang dipelajarai. Kelemahannya adalah sulit mencari masalah yang relevan. Mendasarkan kelemahan di atas pada penelitian berikutnya dapat diguanan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian selanjutnya.

(36)

terendah yaitu 60 dengan frekuensi 4 (12,12 %),dan nilai dengan frekuensi tertinggi yaitu 90 dengan frekuensi 9 (27,27%). Sedangkan nilai rata-rata post-test pada kelas model pembelajaran problem based learning adalah 77,07 dengan standar deviasi 8,59. Nilai tertinggi yaitu 87 dengan frekuensi 6 (18,18 %), nilai terendah yaitu 60 dengan frekuensi 3 (9,09 %), dan nilai dengan frekuensi tertinggi yaitu 83 dengan frekuensi 9 (27,27 %).

Marinda Ditya Putriari (4101409015) dalam penelitiannya yang berjudul

“ keefektifan Project Based Learning pada pencapaian masalah peserta didik

kelas X SMK Materi Program” Berdasarkan hasil observasi aktivitas peserta

didik pada kelas eksperimen, terjadi peningkatan aktivitas belajar peserta didik dari pertemuan pertama ke pertemuan kedua. Pada pertemuan pertama, aktivitas sudah sangat baik, hal itu dimungkinkan karena sebelum pertemuan pertama berlangsung, guru telah memberikan arahan-arahan mengenai proses pembelajaran yang akan berlangsung sehingga peserta didik dapat mempersiapkannya terlebih dahulu. Meskipun begitu, pada saat presentasi hasil proyek masih ada beberapa peserta didik yang terlihat kurang aktif dan sedikit berperan serta dalam kelompok. Pada pertemuan kedua, peserta didik lebih terlihat antusias karena proyek yang dilakukan berkaitan dengan dunia usaha. Pada saat presentasi hasil proyek, peserta didik terlihat bangga akan hasil yang mereka dapat bahkan kebanyakan dari peserta didik yang mayoritas adalah peserta didik putri, tidak ragu mengenakan bros bunga hasil buatannya di seragamnya. Kriteria aktivitas peserta didik pada kelas eksperimen termasuk kriteria sangat baik. Hal ini terlihat dari rata-rata persentase aktivias peserta didik yaitu 80,1%. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai keefektifan model PJPBL pada pencapaian kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas X PM pada materi program linear, diperoleh simpulan sebagai berikut. (1) Kemampuan pemecahan masalah peserta didik yang memperoleh Project Based Learning

(37)

pemecahan masalah lebih baik dibandingkan peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran ekspositori. (3) Ada pengaruh positif aktivitas belajar peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model Project Based Learning terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada materi program linear. Aktivitas peserta didik mempengaruhi nilai hasil belajar aspek kemampuan pemecahan masalah sebesar 32,26% oleh persamaan regresi. Dari ketiga simpulan di atas diperoleh bahwa model Project Based Learning efektif pada pencapaian kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas X SMK materi program linear.

Yayang Putra Nalagasta (10518244017) Universitas Negri Yogyakarta

dalam penelitiannya yang berjudul “Keefektifan model pembelajaran Project Based Learning” untuk meningkatkan hasil belajar pengukuran besaran listrik

kelas X di SMK N 2 Wonosari” memperoleh hasil Penelitian ini menyimpulkan

bahwa model pembelajaran Project Based Learning (PJPBL) secara signifikan lebih efektif dibandingkan model ceramah untuk meningkatkan hasil belajar kemampuan kognitif dengan nilai thitung sebesar 2,777 lebih besar dari t tabel 2,0003. Hasil penelitian ini memiliki implikasi bahwa model pembelajaran

(38)

hasil belajar kemampuan kognitif dari pengujian uji t independen secara satu arah. Hasil penelitian juga didukung oleh teori dan para ahli, serta didukung oleh beberapa hasil penelitian. Untuk itu disarankan siswa harus lebih efektif dan kretif dalam pembelajaran agar pelaksanaan model pembelajaran Project Based Learning (PJPBL) dapat berjalan dengan baik. Disarankan juga untuk guru-guru di SMK N 2 Wonosari hendaknya dalam melakukan pembelajaran praktek menggunakan metode Project Based Learning (PBL) karena membuat siswa lebih aktif dan lebih bersemangat dalam proses pembelajaran praktek ini.

Beberapa hasil penelitian yang telah lalu tersebut memiliki pendapat yang berbeda, ada yang mengatakan bahwa model Problem Based Learning lebih efektif dari model lain, ada juga yang mengatakan bahwa model Project Based Learning tidak lebih efektif dari model lain, kemudian ada juga yang mengatakan bahwa model Project Based Learning lebih efektif dari model konvensional dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Namun, hasil dari penelitian yang dilakukan di SD Gugus Gajah Mada menunjukkan bahwa model Problem Based Learning dan Project Based Learning sama-sama efektif digunakan dalam pembelajaran Matematika. Sehingga hal ini dapat menyatukan berbagai perbedaan pendapat di atas dengan dibuktikannya hasil penelitian di SD Gugus Gajah Mada yang menunjukkan tidak adanya perbedaan hasil belajar Matematika yang signifikan dalam penerapan model Problem Based Learning dan Project Based Learning.

(39)

tidak ada pengaruh model pembelajaran PBL terhadap prestasi belajar siswa kelas V di SD Gugus Kartini Salatiga.

Tidak adanya perbedaan yang signifikan pada penerapan kedua model tersebut dapat juga disebabkan oleh kelemahan metodologis, seperti kurang pahamnya pengajar dalam menerapkan sintak model Problem Based Learning dan

Project based Learning yang berbeda, pengajar adalah orang asing bukan guru kelas siswanya sehingga perhatian siswa kurang, kesalahan dalam pengambilan sampel, dan penggunaan alat ukur yang kurang tepat dalam mengukur tingkat hasil belajar siswa. Oleh karena itu kepada peneliti selanjutnya diharapkan untuk lebih jeli dan teliti dalam menentukan hal-hal metodologis penelitian.

4.9 Keterbatasan Penelitian

Gambar

Tabel 4.1 Subjek penelitian
Tabel 4.2 Jadwal kegiatan pembelajaranKelas IV SDN Gugus Gajah Mada Boyolali
Tabel 4.3 Deskripsi hasil  belajar kelas eksperimen SDN gugus gajah mada
Tabel 4.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

telah dilakukan oleh siswa dengan kemampuan matematika tinggi sudah mampu memberikan jawaban yang benar dan alasan yang diberikan juga sudah tepat. Berdasarkan

Farmakope Herbal Indonesia Edisi I, Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.. ‘Pengaruh ekstrak beberapa tanaman antidisentri dan antidiare terhadap

Hal ini ditujukan untuk menganalisis struktur ekspor baik produk maupun negara tujuan ke dalam marjin ekspor yang membagi pertumbuhan ekspor menjadi tiga kategori

Nilai moral yang terkandung dalam karya seni, atau dalam bentuk cerita rakyat, langsung maupun tak langsung, bertujuan untuk mendidik manusia agar mengenal

Assalamualaikum Wr.Wb Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat mengerjakan dan

Seluruh material yang dipergunakan harus baru dan dipasang dengan cara penem patan yang benar atau dari material bangunan lama yang masih layak/ baik dapat dipasang dengan

Nursyabani dan Mahfud (2016) menggunakan variabel Cash Flow, Fund Size, Family Size, Expense Ratio, Stock Selection Ability, Load Fee. Penelitian ini mengkombinasikan variabel

Pemasangan instalasi listrik dan tata letak titik lampu/stop kontak serta jenis armature lampu yang dipakai harus dikerjakan sesuai dengan gambar instalasi listrik, sedangkan