• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini berupa penggunaan media koran untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman anak tunarungu kelas dasar V di SLB B Karnnamanohara. Kemampuan membaca pemahaman sangat penting bagi semua anak, terutama pada anak tunarungu, mengingat hambatan yang dimiliki anak tunarungu menyebabkan pada saat membaca terkadang penerimaan informasi melalui tulisan seringkali tidak sesuai dengan kenyataan yang tertulis pada bacaan, sehingga kemampuan pemahaman anak tunarungu cenderung masih kurang maksimal. Anak tunarungu dapat dilatih membaca pemahaman agar pada saat membaca anak dapat menyerap informasi pada bacaan dengan benar. Pembelajaran membaca pemahaman dapat menggunakan media yang bervariasi agar proses pembelajaran tidak membosankan, salah satunya dengan menggunakan media koran anak akan tertarik untuk mengikuti pembelajaran membaca, anak juga dapat belajar berdiskusi tentang isi bacaan. Hal ini sesuai dengan pendapat ahli yaitu Daryanto (2010: 24-25) surat kabar atau koran merupakan media komunikasi masa dalam bentuk cetak yang mengandung cerita menarik perhatian, sebagai sarana belajar

86

dalam meningkatkan kemampuan membaca kritis dan keterampilan berdiskusi.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus pertama, anak diberikan tes kemampuan awal untuk mengetahui hasil belajar sebelum diberikan tindakan sebagai tolok ukur keberhasilan pada siklus pertama. Setelah mengetahui hasil tes kemampuan awal, anak diberikan tindakan berupa proses pembelajaran dengan menggunakan media koran sebanyak 3 kali pertemuan. Diakhir tindakan kemudian anak diberikan tes pasca-tindakan siklus I untuk mengetahui hasil belajar anak setelah diberikan tindakan dengan media koran. Perbandingan hasil tes kemampuan awal dengan hasil tes pasca-tindakan semua anak mengalami peningkatan prestasi belajar, namun tidak semua anak memiliki nilai di atas KKM, sehingga hasilnya belum optimal.

Tindakan dalam penelitian ini berupa penggunaan media koran sebagai media pembelajaran membaca pemahaman dengan tujuan anak dapat memahami tentang isi bacaan, ide pokok bacaan, peristiwa, dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan tujuan membaca pemahaman menurut Mulyono Abdurrahman (2003: 212) tujuan membaca pemahaman yaitu: mengenal ide pokok suatu bacaan, mengenal secara rinci dan detail isi bacaan yang penting, mengembangkan imajinasi visual, meramalkan hasil, dan membaca kritis. Proses pembelajaran dilakukan dengan menggunakan media koran sebagai bahan bacaan, media koran ini digunakan agar anak membaca secara cermat dan teliti mengenai peristiwa nyata yang telah

87

tertuang dalam tulisan. Anak juga dapat memanfaatkan koran sebagai sumber belajar di kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Departemen Pendidikan USA (Pramila Ahuja dan G.C. Ahuja) bahwa “para siswa yang memanfaatkan surat kabar di dalam kelas menjadi pembaca yang lebih analitis dan paham dibanding yang tidak”. Pembelajaran membaca pemahaman dilakukan dengan cara guru dan anak mempercakapkan tentang isi bacaan koran secara diskusi atau tanya jawab antara guru dan anak, hal ini dilakukan agar anak tanggap dan dapat memahami tentang isi bacaan yang telah dibaca. Guru memancing berbagai pertanyaan yang berhubungan dengan isi bacaan. Memancing berbagai pertanyaan adalah cara yang tepat untuk membangkitakan suasana belajar yang aktif sehingga akan terjadi tanya jawab antara guru dengan anak untuk mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan, namun ketika anak merasa belum memahami isi bacaan guru akan menjelaskan secara detail dan diulang hingga anak memahami isi bacaan. Setelah selesai pembelajaran, setiap pertemuan anak diberi soal agar guru mengetahui hasil setelah diberikan tindakan, namun soal ini hanya bersifat mencoba sehingga tidak masuk dalam hitungan penilaian, karena yang dihitung adalah nilai tes kemampuan awal, nilai pasca-tindakan siklus I, dan nilai pasca-tindakan siklus II.

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman anak tunarungu kelas dasar V di SLB B Karnnamanohara dilakukan dalam dua siklus. Perbandingan hasil

88

belajar kemampuan awal dengan pasca-tindakan siklus I masih belum maksimal, sebab dari 5 subjek hanya 3 subyek yang mengalami peningkatan prestasi belajar sesuai KKM. Adapun hasil persentase yang diperoleh oleh masing-masing subjek yaitu AL mengalami peningkatan namun belum memenuhi KKM dari persentase awal 36% menjadi 56%, subjek YH mengalami peningkatan dari persentase awal 38% menjadi 74% dan sudah memenuhi KKM, subjek HS mengalami peningkatan dari persentase awal 46% menjadi 79% dan sudah memenuhi KKM, subjek IB mengalami peningkatan prestasi belajar namun belum memenuhi KKM dari persentase awal 43% menjadi 58%, subjek ST mengalami peningkatan dari persentase awal 56% menjadi 79% dan sudah memenuhi KKM. Hasil data di atas dapat diketahui peningkatan prestasi belajar belum maksimal dan belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 65%. Oleh karena itu perlu diberikan tindakan siklus II.

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus II diberikan untuk memperbaiki kelemahan dan hambatan pada siklus I dan memperjelas kelebihan yang ada pada siklus I. Perbaikan yang dapat dilakukan yaitu; guru pada saat memberi penjelasan materi secara lebih detail, berulang, dan pelan sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh anak serta memberi motivasi kepada anak untuk mendorong anak untuk lebih aktif dan lebih percaya diri dalam menjawab pertanyaan dan berani bertanya apabila belum memahami materi. Tindakan pada siklus II ini dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan dan setelah dilakukan tindakan pada siklus II ini semua

89

subjek mengalami peningkatan prestasi belajar dan memperoleh nilai di atas KKM yang telah ditetapkan. Hal ini dapat terlihat dari persentase perolehan hasil belajar siklus II yaitu AL memperoleh hasil 71%, YH memperoleh hasil 87%, HS memperoleh hasil 94%, IB memperoleh hasil 71%, dan ST memperoleh hasil 87%.

Peningkatan hasil belajar anak tidak terlepas dari perilaku anak pada saat mengikuti pembelajaran. Perilaku anak pada siklus II ini cenderung lebih baik dibanding siklus I. Anak menjadi lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran, dapat berkonsentrasi dengan baik, aktif dan lebih percaya diri dalam bertanya dan menjawab pertanyaan. Hal ini tidak terlepas juga dari faktor guru, guru lebih memberi motivasi belajar kepada anak dan guru juga saat menjelaskan lebih pelan dan detail sehingga anak mudah memahami materi. Berdasarkan pencapaian hasil belajar subjek dalam penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan media koran dalam pembelajaran membaca pemahaman pada mata pelajaran Bahasa Indonesia memuaskan bagi guru dan peneliti, karena indikator keberhasilan sudah tercapai. Prestasi belajar membaca pemahaman pada mata pelajaran Bahasa Indonesia anak tunarungu kelas dasar V di SLB B Karnnamanohara dapat meningkat melalui penggunaan media koran dalam pembelajaran.

Dokumen terkait