• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI MEDIA KORAN PADA ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR V DI SEKOLAH LUAR BIASA B KARNNAMANOHARA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI MEDIA KORAN PADA ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR V DI SEKOLAH LUAR BIASA B KARNNAMANOHARA."

Copied!
220
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEM PADA ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR

H LUAR BIASA B KARNNAMANOHARA

SKRIPSI

ajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Ratna Putri Wijayanti NIM. 11103241008

AM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA RUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN VERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

MEI 2015

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

“Jangan pernah berhenti membaca, karena dengan membaca ilmu dan pengalaman baru akan terus didapat untuk referensi menuju sebuah kesuksesan”

(6)

vi

PERSEMBAHAN

1. Kedua orangtuaku: Bapak Wiji Santoso dan Ibu Binti Saropah. 2. Almamaterku, Universitas Negeri Yogyakarta.

(7)

vii

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI MEDIA KORAN PADA ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR V DI

SEKOLAH LUAR BIASA B KARNNAMANOHARA Oleh

Ratna Putri Wijayanti NIM. 11103241008

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pelaksanaan pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan media koran pada anak tunarungu kelas dasar V di SLB B Karnnamanohara dan apakah penggunaan media koran pada anak tunarungu kelas dasar V di SLB B Karnnamanohara dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart yang terdiri dari empat tahapan yakni perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilakukan pada dua siklus. Subjek penelitian yaitu siswa tunarungu kelas dasar V di SLB B Karnnamanohara yang berjumlah lima siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan tes kemampuan membaca pemahaman, observasi, dan wawancara sebagai pelengkap data penelitian. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskripsi kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media koran dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada anak tunarungu kelas dasar V di SLB B Karnnamanohara. Kelima subjek cukup bersemangat dan aktif bertanya kepada guru saat pembelajaran membaca pemahaman. Subjek dan guru melakukan diskusi tanya jawab tentang isi dari bacaan koran, guru memancing anak dengan pertanyaan-pertanyaan tentang isi bacaan, sehingga anak mampu memahami tentang pokok-pokok penting dari isi bacaan. Hal ini terbukti dengan meningkatnya hasil tes membaca pemahaman yang telah memenuhi KKM yaitu 65. Peningkatan kemampuan membaca pemahaman dapat dilihat dari persentase pencapaian hasil tes kemampuan awal, hasil tes tindakan siklus I dan pasca-tindakan siklus II. Perolehan hasil tes kemampuan membaca pemahaman meningkat dari sebelum tindakan dan pasca-tindakan. Hasil tes kemampuan awal menunjukkan bahwa kelima subjek mendapatkan nilai di bawah 65. Tindakan yang dilakukan dalam siklus I, kelima subjek mengalami peningkatan hasil belajar, namun dua subjek yaitu AL dan IB masih belum memenuhi KKM yaitu 65. Pada siklus II, hasil belajar kelima subjek menunjukkan adanya peningkatan dan telah memenuhi KKM yang ditentukan.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, innayah, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Melalui Media Koran Pada Anak Tunarungu Kelas Dasar V Di Sekolah Luar Biasa B Karnnamanohara” tahun ajaran 2014/2015 dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Penulisan tugas akhir skripsi ini dilaksanakan guna melengkapi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan tugas akhir skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan izin, kesempatan dan fasilitas kepada penulis selama menimba ilmu dari masa awal study sampai dengan terselesaikannya tugas akhir skripsi ini.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan izin penelitian.

(9)

ix

4. Bapak Dr. Ibnu Syamsi, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Nurdayati Praptiningrum, M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberikan bimbingan, arahan serta motivasi selama penyusunan tugas akhir skripsi ini.

5. Ibu Dr. Mumpuniarti, M.Pd. selaku Pembimbing Akademik yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan study.

6. Bapak dan Ibu dosen PLB FIP UNY yang telah mendidik, memberikan bimbingan, ilmu, , pengalaman serta wawasan terkait anak berkebutuhan khusus.

7. Bapak dan Ibu karyawan-karyawati serta seluruh staf Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah membantu memberikan fasilitas untuk memperlancar study.

8. Kepala Sekolah SLB B Karnnamanohara yang telah memberikan izin dan kemudahan selama penelitian.

9. Ibu Lintang Sekar Sandy, S.Pd selaku guru kelas dasar V di SLB B Karnnamanohara yang telah memberikan bantuan, kerjasama serta memberikan saran selama proses penelitian.

(10)

x

11. Siswa-siswi SLB B Karnnamanohara, terutama kelas dasar V yang menjadi subjek penelitian.

12. Kedua orangtua tercinta, Bapak Wiji Santoso dan Ibu Binti Saropah, kakekku dan nenekku mbahkung Syarif dan mbah putri Maryamah, adikku tersayang Afif Budi Utomo, setra ponakanku tersayang Ahmad Fariz Ali Wafa Romadhoni yang telah memberikan nasehat, kasih sayang, doa, motivasi dan dukungan untuk penyelesaian tugas akhir.

13. Sahabat-sahabatku tersayang dan seperjuangan Melina, Nina, Inike, Eni, Yunita, Okta, Anis yang telah banyak memberi saran, motivasi, semangat, doa, dan saling berdiskusi tentang pelajaran maupun pengalaman masing-masing selama menempuh pendidikan di jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

14. Muh. Rizal Wahyu Widodo, yang selalu memberi nasehat, memberikan semangat, menjagaku, selalu mendo’akanku, dan membantu saat sedang kesulitan. Terimakasih untuk semua kebaikannya.

15. Teman-teman seperjuangan PLB A 2011, terimakasih atas dukungan, kebersamaan dan kenangannya selama ini. Semangat meraih cita-cita selanjutnya teman-teman.

16. Teman-teman KKN-PPL PLB 2011, terimakasih atas kebersamaan dan kenangannya selama ini.

(11)

xi

Saran dan kritik konstruktif sangatlah penulis harapkan. Semoga bantuan yang telah diberikan dapat menjadi amal baik dan mendapatkan imbalan pahala dari Allah SWT serta hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.

Yogyakarta, April 2015 Penulis,

Ratna Putri Wijayanti

(12)

xii DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN...ii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN ...iii

HALAMAN PENGESAHAN...iv

HALAMAN MOTTO ...v

HALAMAN PERSEMBAHAN...vi

ABSTRAK...vii

KATA PENGANTAR...viii

DAFTAR ISI ...xii

DAFTAR GAMBAR ...xv

DAFTAR LAMPIRAN...xvi

DAFTAR TABEL ...xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi masalah ...5

C. Batasan Masalah ...…………6

D. Rumusan Masalah ...………...…6

E. Tujuan Penelitian ...6

F. Manfaat Penelitian ...7

(13)

xiii BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian tentang Anak Tunarungu………..………9

1. Pengertian Tunarungu………...………...9

2. Klasifikasi Anak Tunarungu ………..………….10

3. Karakteristik Anak Tunarungu………...12

B. Kajian tentang Media Koran ...15

1. Pengertian Media Pembelajaran ...15

2. Manfaat dan Fungsi Media ...17

3. Pengertian Media Koran (Surat Kabar) …………..………19

4. Pentingnya Media Koran (Surat Kabar) ………..……….………….21

5. Kekurangan Media Koran (Surat Kabar)………..….…………...21

C. Kajian tentang Kemampuan Membaca Pemahaman…………..…………...22

1. Pengertian Membaca Pemahaman………...22

2. Prinsip-prinsip Membaca Pemahaman ...23

3. Aspek Membaca Pemahaman………...24

(14)

xiv

B.Desain Penelitian………...32

C.Subyek Penelitian……….………...37

D.Tempat dan Waktu Penelitian ...37

E.Teknik Pengumpulan Data………..………..39

F.Pengembangan Instrumen………...41

G.Validitas Instrumen………...46

H.Analisis Data………...47

I. Kriteria Keberhasilan………48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian………..…….………...49

B. Uji Hipotesis……….…..……..…..…….81

C. Pembahasan Penelitian……….…………..………..85

D. Keterbatasan Penelitian………..……….89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan………..…….………...91

B.Saran……….………...92

DAFTAR PUSTAKA………...……….…….………..93

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 1. Siklus Model Kemmis dan Mc.Taggart………...33 Gambar 2. Diagram Tes Kemampun Awal Membaca Pemahaman Anak

Tunarungu Kelas Dasar V ...50 Gambar 3. Diagram Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman

pada Anak Tunarungu Kelas Dasar V………....64 Gambar 4. Diagram Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman

pada Anak Tunarungu Kelas Dasar V……….66 Gambar 5. Diagram Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman

pada Anak Tunarungu Kelas Dasar V Pasca-tindakan

Siklus II……….…………...77 Gambar 6. Diagram Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman

pada Anak Tunarungu Kelas Dasar V Pasca-tindakan

Siklus II………...……….79

Gambar7. Diagram Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman

pada Anak Tunarungu Kelas Dasar V Tes Kemampuan Awal, Tes Pasca-tindakan Siklus I, dan Tes Pasca-tindakan

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Pedoman Observasi ……….…..96

Lampiran 2. Hasil Observasi Anak ……….…………...97

Lampiran 3. Pedoman Wawancara Guru………..………..122

Lampiran 4. Hasil Wawancara Guru………..………....123

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I……….125

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II…………...137

Lampiran 7. Soal Tes Kemampuan Awal………...145

Lampiran 8. Soal Tes Siklus I (Per-pertemuan)………...…...147

Lampiran 9. Soal Tes Pasca-tindakan Siklus I………153

Lampiran 10. Soal Tes Siklus II (Per-pertemuan)………….. …………155

Lampiran 11. Soal Tes Pasca-tindakan Siklus II………...….159

Lampiran 12. Hasil Tes Kemampuan Awal………..………..161

Lampiran 13. Hasil Tes Siklus I (Per-pertemuan)………… …………..169

Lampiran 14. Hasil Tes Pasca-tindakan Siklus I………187

Lampiran 15. Hasil Tes Siklus II (Per-pertemuan)……….…….190

Lampiran 16. Hasil Tes Pasca-tindakan Siklus II………...196

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 1. Rincian Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ...38 Tabel 2. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Membaca Pemahaman ...43 Tabel 3. Kisi-Kisi Panduan Observasi Kinerja Anak dalam Penerapan

Media Koran...45 Tabel 4. Kisi-Kisi Panduan Wawancara Guru………...46 Tabel 5. Nilai Tes Kemampuan Awal Membaca Pemahaman

Anak Tunarungu Kelas DasarV ... .49 Tabel 6. Kemampuan Membaca Pemahaman Anak Tunarungu Kelas

Dasar V pada Pasca-tindakan Siklus I...63 Tabel 7. Kemampuan Membaca Pemahaman Anak Tunarungu Kelas

Dasar V pada Tes Kemampuan Awal dan Pasca-tindakan

Siklus I………...65 Tabel 8. Kemampuan Membaca Pemahaman Anak Tunarungu Kelas

Dasar V Pasca-tindakan Siklus II……….………...76 Tabel 9. Kemampuan Membaca Pemahaman Anak Tunarungu Kelas

Dasar V Pasca-tindakan Siklus I dan Pasca-tindakan

Siklus II………...……..78 Tabel 10. Kemampuan Membaca Pemahaman Anak Tunarungu Kelas

Dasar V Tes Kemampuan Awal, Tes Pasca-tindakan Siklus I

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan saat ini sangat penting dan dibutuhkan oleh semua

masyarakat, terutama pada anak berkebutuhan khusus. Anak-anak berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan pendengaran juga sangat membutuhkan pendidikan khusus untuk menunjang prestasinya serta menjadi bekal untuk bekerja ketika sudah terjun ke masyarakat. Dengan demikian anak-anak berkebutuhan khusus dengan hambatan pendengaran dapat memperoleh pendidikan di Sekolah Luar Biasa (SLB).

(19)

2

yang disampaikan kepadanya, informasi yang disampaikan dan yang diterima oleh anak tidak sama. Hal tersebut dapat menghambat anak dalam memahami materi pembelajaran di dalam kelas. Anak tunarungu dapat menyerap suatu informasi dari indra visualnya, misalnya melihat gambar atau membaca. Namun, tidak semua informasi dapat diterima dengan baik. Permasalahan yang di temui di lapangan, terlihat bahwa pada saat anak tunarungu kelas dasar V melakukan aktivitas membaca hasil percakapan dan guru memberikan pertanyaan kepada anak, terkadang anak belum memahami isi bacaan. Hal ini tentu akan berdampak pada proses pembelajaran di kelas, anak akan mengalami kesulitan dalam menerima dan memahami materi pembelajaran, materi yang disampaikan oleh guru dengan materi yang diterima anak akan berbeda pemahamannya. Oleh karena itu, pembelajaran tentang membaca pemahaman untuk anak tunarungu perlu ditingkatkan dan dilatihkan secara dini agar ketika pembelajaran anak mampu menyerap semua materi pembelajaran dengan baik. Anak masih memerlukan latihan dalam memahami isi bacaan secara terus-menerus, agar kosa-kata baru yang diperoleh anak juga dapat bertambah dan memudahkan anak dalam memahami bacaan.

(20)

3

dari suatu teks bacaan. Membaca yaitu salah satu aspek yang harus dikuasai anak dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

Menurut Mumpuniarti (2007: 83) “kemampuan membaca adalah sebagian kebutuhan dasar didalam masyarakat modern dan program pembelajaran membaca diusahakan menjadi program akademik untuk kehidupan sehari-hari dilingkungan masyarakat”. Kemampuan membaca sangat penting bagi anak dan masyarakat luas, sebab kemampuan membaca dapat menjadikan bekal untuk kehidupan sehari-hari dilingkungan sekitar maupun lingkungan masyarakat.

(21)

4

menarik serta belum digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Pengertian media pembelajaran sendiri menurut Arief S. Sadiman, dkk. (2005: 6) “media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan”. Media berarti suatu alat yang digunakan untuk mentransfer pesan atau informasi dari pengirim ke penerima informasi.

Pembelajaran dengan menggunakan media akan lebih menarik anak untuk semangat belajar. Jenis-jenis media yang digunakan dapat bervariasi, misalnya dapat berupa media gambar, media buku cerita, dan media cetakan. Media cetak terdapat bermacam-macam jenisnya yaitu dapat berupa majalah, Koran, tabloid, buku, dan atlas. Azhar Arsyad (2002: 85) menyatakan bahwa “materi pengajaran berbasis cetakan yang paling umum dikenal adalah buku teks, buku penuntun, jurnal, majalah, dan lembaran kertas”. Maka media pembelajaran dapat berupa media cetakan yang dapat menunjang dan menjadi alat pada proses pembelajaran. Peneliti memilih media Koran untuk digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman anak tunarungu kelas dasar V. Media Koran merupakan media dalam bentuk cetakan yang di dalamnya berisikan infomasi dan berita terbaru yang tidak ketinggalan zaman. Di dalam media Koran terdapat banyak bacaan-bacaan yang menarik dan bervariasi sehingga tidak akan membosankan untuk dibaca serta isi dari bacaannya sendiri mengandung banyak pengetahuan yang baru.

(22)

5

kelas dasar V dan dapat memberikan pengetahuan dan informasi baru untuk anak. Selain itu, media Koran belum belum digunakan oleh guru untuk pembelajaran di dalam kelas. Dengan demikian peneliti tertarik untuk meneliti mengenai “peningkatan kemampuan membaca pemahaman melalui media koran pada anak tunarungu kelas dasar V di SLB B Karnnamanohara”.

Peningkatan kemampuan membaca pemahaman melalui media koran pada anak tunarungu kelas dasar V di SLB B Karnnamanohara perlu diteliti, karena media koran belum pernah digunakan di SLB B Karnnamanohara. Media koran merupakan bacaan yang menarik sehingga anak akan tertarik ingin mengetahui isi bacaan dan anak akan berusaha memahami isi bacaan yang dibaca.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan untuk memudahkan memahami masalah-masalah yang ada diatas, antara lain:

1. Anak masih kesulitan membaca secara cermat dan teliti.

2. Anak belum mampu menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan isi bacaan dengan benar.

3. Kemampuan anak tunarungu dalam memahami bacaan masih rendah. 4. Media yang digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman

(23)

6 C. Batasan Masalah

Berdasarkan dari identifikasi masalah yang telah diuraikan, terdapat permasalahan yang ada, maka peneliti melakukan pembatasan masalah yang akan diteliti agar lebih terfokus. Batasan masalah pada penelitian ini yaitu dibatasi pada poin nomor 2 dan nomor 3 yaitu anak belum mampu menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan isi bacaan dengan benar dan kemampuan anak tunarungu dalam memahami bacaan masih rendah. D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran kemampuan membaca pemahaman melalui media Koran pada anak tunarungu kelas dasar V di SLB B Karnnamanohara?

2. Apakah penggunaan media koran pada anak tunarungu kelas dasar V di SLB B Karnnamanohara dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

(24)

7

2. Untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan menggunakan media koran pada anak tunarungu kelas dasar V di SLB B Karnnamanohara dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman?

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan tentang pengembangan ilmu pengetahuan pada bidang Pendidikan Luar Biasa yang berkaitan dengan pembelajaran membaca pemahaman pada anak tunarungu.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan terutama dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada anak tunarungu kelas dasar V di SLB B Karnnamanohara.

b. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat membantu meningkatkan kemampuan membaca pemahaman melalui media koran.

c. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tentang penggunaan media koran sebagai alat pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman membaca pada anak tunarungu.

(25)

8 G. Definisi Istilah

1. Media Koran

Media Koran atau dapat disebut surat kabar adalah media pembelajaran berupa kertas cetak yang berisi berita atau fenomena alam yang terjadi di Indonesia atau di lingkungan sekitar. Media Koran ini dapat membantu anak tunarungu dalam memahami isi dari bacaan dengan baik dan benar. Kelebihan dan manfaat media Koran yaitu membantu anak yang masih kesulitan untuk memahami isi suatu bacaan, selain itu isi bacaan dari Koran yang bervariasi akan menumbuhkan rasa ingin tahu anak, sehingga anak akan semangat membaca dan berusaha memahami isi dari bacaan yang di baca.

2. Kemampuan Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman merupakan salah satu dari aspek belajar bahasa bagi anak tunarungu. Membaca pemahaman adalah membaca dengan teliti dan cermat serta memerlukan konsentrasi yang baik agar dapat memahami isi dari bacaan yang telah dibaca.

3. Anak Tunarungu

(26)

9 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian tentang Anak Tunarungu

1. Pengertian Tunarungu

Seseorang yang mengalami ketunarunguan akan mengalami

ketidakmampuan dalam penyampaian maupun penerimaan informasi melalui indera pendengarannya, sehingga mereka mengalami kesulitan dalam memperoleh bahasa. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Daniel P. Hallahan dan James M. Kauffman (2006: 322) bahwa anak tunarungu adalah: “a deaf person it one whose hearing disability precludes successful processing of linguistic information through

audition, with or without a hearing aid.”

Berdasarkan kutipan diatas dapat diartikan bahwa seseorang dinyatakan tuli apabila seseorang tersebut tidak mempunyai kemampuan untuk mendengar sehingga mengalami hambatan dalam proses penyampaian informasi secara linguistik melalui indera pendengaran baik menggunakan alat bantu dengar atau tidak.

(27)

10

kerusakan pada indera pendengaran sehingga menyebabkan tidak bisa menangkap sebagai rangsang suara.”

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu merupakan anak yang mengalami hambatan atau kerusakan pada indera pendengarannya, sehingga anak mengalami kesulitan dalam memperoleh maupun penyampaian informasi melalui indera pendengaran. Hal ini dapat mempengaruhi perkembangan anak dalam kemampuan berbahasa lisan.

2. Klasifikasi Anak Tunarungu

Klasifikasi anak tunarungu dapat dilihat dari berbagai aspek. Menurut Mohammad Efendi (2006: 63-64), mengemukakan bahwa klasifikasi anak tunarungu berdasarkan lokasi terjadinya ketunarunguan ada tiga hal yaitu:

a. Tunarungu konduktif adalah ketunarunguan disebabkan karena beberapa organ telinga yang berfungsi sebagai penghantar suara di telinga luar, yang terdapat di telinga bagian dalam dan dinding-dinding labirin mengalami gangguan.

b. Tunarungu perseptif adalah ketunarunguan disebabkan karena terganggunya organ-organ pendengaran di belahan telinga bagian dalam.

(28)

11

Ketunarunguan campuran terjadi oleh gabungan antara ketunarunguan konduktif dan ketunarunguan perspektif.

Wardani, dkk. (2008: 56-57) menyatakan mengenai klasifikasi anak tunarungu berdasarkan tingkat kehilangan pendengaran, yaitu sebagai berikut:

1) Tunarungu kategori ringan yaitu anak tunarungu mengalami kehilangan pendengaran antara 27-40 dB. Anak sulit mendengar suara yang jauh sehingga membutuhkan tempat duduk yang berada di depan atau yang strategis.

2) Tunarungu kategori sedang yaitu anak tunarungu mengalami kehilangan pendengaran antara 41-55 dB. Anak dapat mengerti percakapan dari jarak 3-5 feet secara berhadapan.

3) Tunarungu kategori agak berat yaitu anak tunarungu mengalami kehilangan pendengaran antara 56-70 dB. Anak hanya dapat mendengar suara dari jarak dekat.

4) Tunarungu kategori berat yaitu anak tunarungu mengalami kehilangan pendengaran antara 71-90 dB. Anak masih mungkin bisa mendengarkan suara keras dari jarak dekat.

5) Tunarungu kategori berat sekali yaitu anak tunarungu mengalami kehilangan pendengaran lebih dari 90 dB.

(29)

12

berat. Pemberian layanan pendidikan untuk setiap anak tunarungu berbeda-beda, tergantung bagaimana kondisi kelainan pendengaran pada anak tunarungu. Layanan pendidikan yang akan diberikan untuk anak tunarungu harus memperhatikan kebutuhan anak. Anak tunarungu sering mengalami kesalahan persepsi atau salah pemahaman ketika membaca maupun berkomunikasi dengan orang lain, sehingga pesan yang disampaikan oleh orang lain tidak dapat terserap dengan baik. Dengan hal ini maka anak tunarungu perlu dilatih untuk memahami apa yang di sampaikan orang lain maupun memahami bacaan yang dia baca agar tidak terjadi kesalahan penerimaan pesan oleh anak tunarungu.

3. Karakteristik Anak Tunarungu

Menurut Permanarian Somad dan Tati Hernawati (1995: 35-39)

ada tiga macam karakteristik anak tunarungu, antara lain: a. Karakteristik dalam segi inteligensi

(30)

13

b. Karakteristik dalam segi bahasa dan bicara

Kemampuan berbicara dan bahasa anak tunarungu berbeda dengan anak normal. Perkembangan bahasa sangat berkaitan dengan kemampuan mendengar. Perkembangan bahasa dan bicara pada anak tunarungu sampai masa meraban tidak mengalami hambatan, namun setelah meraban perkembangan bahasa dan bicara anak tunarungu terhenti.

c. Karakteristik dalam segi emosi dan sosial

Akibat ketunarunguan yang dialami oleh anak, dapat menimbulkan sikap dan sifat negatif, yaitu egoisentrisme yang melebihi anak normal, mempunyai perasaan takut terhadap lingkungan yang lebih luas, ketergantungan dengan orang lain, perhatian anak sulit dialihkan, memiliki sifat polos, sederhana dan tanpa banyak masalah, serta lebih mudah marah dan cepat tersinggung.

(31)

14

dan kematangan biologisnya berkembang sejalan dengan perkembangan motoriknya”.

Edja Sadjaah (2005: 109-113) menyatakan bahwa karakteristik anak tunarungu meliputi empat macam yaitu:

a. Karakteristik dalam aspek bahasa

Anak tunarungu mengalami hambatan pendengaran serta aspek bahasa, sehingga anak miskin dalam perbendaharan kosa kata, kesulitan memahami kata-kata yang bersifat abstrak, kesulitan memahami kata-kata yang mengandung arti kiasan, serta irama dan gaya bahasanya cenderung monoton.

b. Karakteristik dalam aspek Emosi-Sosial

Anak tunarungu mengalami kesulitan dalam bersosialisasi dengan orang lain karena keterbatasan dalam berbahasa/berbicara sebagai alat untuk bersosialisasi. Keterbatasan dalam mendengar/menggunakan bahasa-bicara dalam bersosialisasi berdampak pada dirinya untuk menarik diri dari lingkungannya.

c. Karakteristik dalam aspek Motorik

(32)

15

d. Karakteristik dalam aspek Kepribadian

Anak tunarungu mengalami keterbatasan dalam mempersepsi rangsang emosi seperti rasa sedih, keadaan marah atau gembira. Anak tunarungu sering memperlihatkan sikap-sikap curiga terhadap orang didekatnya. Anak memiliki sifat ingin tahu yang tinggi, agresif, mementingkan diri sendiri dan kurang mampu dalam mengontrol diri sendiri, kurang kreatif, kurang mempunyai empati, emosinya kurang stabil bahkan memiliki kecemasan yang tinggi.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa ada beberapa karakteristik anak tunarungu yaitu karakteristik dari segi inteligensi, segi bahasa dan bicara, segi emosi dan sosial, segi motorik, dan aspek kepribadian. Beberapa karakteristik tersebut dapat dijadikan acuan pada anak tunarungu untuk mendapatkan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak atau sesuai dengan kebutuhan anak dengan melihat karakteristik dari segi yang berbeda-beda.

B. Kajian tentang Media Koran

1. Pengertian Media Pembelajaran

(33)

16

Sedangkan menurut Arief S. Sadiman, dkk. (2005: 6) “media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan”.

Ashar Arsyad (2011: 6-7) mengemukakan bahwa ciri-ciri umum yang terkandung dalam media pendidikan yaitu ciri umum media meliputi (a) media memiliki arti fisik dewasa yang diketahui sebagai perangkat keras yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan pancaindera, (b) media memiliki pengertian non fisik diketahui sebagai perangkat lunak, yaitu pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada anak, (c) media menekankan pada indera visual dan audio, (d) media juga memiliki arti alat bantu pada proses pembelajaran di dalam maupun di luar kelas, (e) media dapat digunakan untuk berinteraksi antara guru dengan anak pada proses pembelajaran di kelas, (f) media dapat digunakan secara kelompok besar maupun kelompok kecil, (g) dengan adanya media dapat memiliki sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.

(34)

17

Pemilihan media pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik anak. Media pembelajaran yang digunakan haruslah mengandung unsur yang terkait dengan materi pembelajaran yang diajarkan kepada anak, begitu juga untuk anak tunarungu.

2. Manfaat dan Fungsi Media

Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2010: 2) manfaat media pembelajaran antara lain:

a. Dengan adanya media dapat membantu pengajaran lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi dan semangat belajar siswa.

b. Alat atau bahan pembelajaran akan lebih jelas artinya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa.

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, guru tidak hanya selalu berbicara atau berceramah di depan kelas, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga dalam menjelaskan materi kepada anak.

d. Dengan adanya media siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan guru, melainkan siswa dapat mengamati, melakukan, dan mendemonstrasikan kegiatan pembelajaran.

(35)

18

a. Media dapat memperjelas pesan atau materi sehingga tidak terlalu verbalistis.

b. Media dapat mengatasi keterbatasan atau kekurangan pada ruang kelas, waktu, tenaga, dan daya indera.

c. Media dapat menimbulkan semangat belajar, interaksi dan komunikasi secara langsung antara murid dan guru dengan sumber belajar.

d. Anak akan dapat belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori, dan kinestetiknya.

e. Dapat memberi rangsangan yang positif yaitu mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.

Menurut Daryanto (2010: 8-9) “fungsi media pembelajaran adalah sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Fungsi media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran”. Sedangkan menurut Ahmad Rohani (1997: 9) “media pendidikan mempunyai fungsi untuk memberikan pengalaman-pengalaman yang tidak diberikan guru, serta membuka cakrawala yang lebih luas, sehingga pendidikan bersifat produktif, dan mendorong terjadinya interaksi langsung antara peserta didik, pendidik, maupun dengan lingkungan”.

(36)

19

proses pembelajaran dapat lebih menarik, siswa juga akan termotivasi untuk belajar dan dengan adanya media proses pembelajaran dapat bersifat variasi serta tidak membosankan anak. Adanya media pembelajaran dapat memberi pengaruh positif terhadap proses pembelajaran, sebab media merupakan alat yang membantu proses pembelajaran. Selain itu dengan adanya media pembelajaran, informasi atau materi yang disampaikan oleh guru akan lebih mudah diterima oleh anak sebab anak lebih sering melakukan kegiatan dan aktif dengan media pembelajaran yang digunakan, dan tidak hanya mendengarkan ceramah dari guru saja.

3. Pengertian Media Koran (Surat Kabar)

Menurut Sudarwan Danim (2010: 28) “bahan bacaan (buku, jurnal, majalah, koran, manual instruction, brosur, dan lain-lain) lebih menguntungkan, karena dapat dibaca ulang dan dijadikan bahan acuan ilmiah”. Pernyataan di atas merupakan kelebihan dari bahan bacaan yang bersifat cetakan, seperti bahan bacaan koran dapat dibaca berulang-ulang, sehingga tidak hanya dibaca dalam satu kali saja.

Menurut Pramila Ahuja dan G.C. Ahuja (2010: 181):

(37)

20

dengan mata pelajaran yang diajarkan disekolah. Pembelajaran membaca koran akan mengembangkan daya tangkap siswa agar mengetahui informasi atau peristiwa yang terjadi pada hari ini.

Farida Rahim (2008: 96) menyatakan bahwa “surat kabar merupakan bahan bacaan yang efektif dalam pembelajaran membaca”. Media koran merupakan media yang sesuai untuk pembelajaran membaca pemahaman, selain informasi yang disajikan terbaru media koran juga memiliki bacaan yang menarik dan bervariasi sehingga pembaca akan berusaha membaca dan memahami isi dari bacaan. Hal ini juga diungkapkan oleh Daryanto (2010: 24-25) surat kabar atau koran adalah media komunikasi masa dalam bentuk cetak yang mengandung cerita menarik perhatian, sebagai sarana belajar dalam meningkatkan kemampuan membaca kritis dan keterampilan berdiskusi. Kossach dan Sulivan (Farida Rahim, 2008: 96) menyatakan bahwa surat kabar merupakan sumber bahan bacaan tambahan yang memungkinkan guru membawa komunitas bahasa ke dalam kelas. Surat kabar dapat menjadi bahan bacaan yang hidup untuk pengetahuan sosial sebab melalui surat kabar anak dapat belajar tentang peristiwa yang terjadi hari ini.

(38)

21

merupakan media yang efektif untuk pembelajaran membaca, sebab media koran berisi cerita yang bervariasi sehingga para pembaca tidak mudah bosan dan mereka akan berusaha membaca dengan pemahaman yang baik agar dapat mengetahui isi dari bacaan.

4. Pentingnya Media Koran (Surat Kabar)

Departemen Pendidikan USA (Pramila Ahuja dan G.C Ahuja, 2010: 184) menyatakan bahwa “para siswa yang memanfaatkan surat kabar di dalam kelas menjadi pembaca yang lebih analitis dan paham dibanding yang tidak”. Pramila Ajuha dan G.C Ahuja (2010: 190) menyatakan bahwa “koran membawa informasi dari berbagai bidang ilmu yang luas. Seperti sejarah, geografi, ekonomi, sastra, sains, dan lain-lain. Surat kabar menjadi bacaan menarik, bagian fitur dan suplemen berisi bahan-bahan penting baik informasi maupun pengetahuan”.

Penggunaan surat kabar dalam pembelajaran membaca tentunya sangat menarik bagi anak, hal ini ditunjukkan dari pendapat ahli di atas bahwa surat kabar memiliki manfaat dalam pengajaran membaca di dalam kelas, surat kabar juga berisi informasi dari berbagai bidang ilmu pengetahuan, yaitu: sejarah, geografi, ekonomi, sastra, sains, dan lain-lain.

5. Kekurangan Media Koran (Surat Kabar)

(39)

22

koran menggunakan tulisan yang cenderung kecil, maka akan menyulitkan anak yang indera penglihatannya mengalami minus, media koran bersifat media cetakan sehingga akan sulit untuk menampilkan gerakan pada media cetak. Hal ini juga diungkapkan oleh Sukiman (2012: 38-39) adapun keterbatasan media Koran antara lain:

a. Sulit menampilkan gerak dalam halaman media cetakan dan tulisan pada surat kabar cenderung kecil, sehingga akan mempersulit siswa yang mempunyai gangguan pada mata.

b. Biaya percetakan akan mahal apabila ingin menampilkan ilustrasi, gambar, atau foto yang berwarna-warni.

c. Proses percetakan media seringkali memakan waktu lama.

C. Kajian tentang Kemampuan Membaca Pemahaman

1. Pengertian Membaca Pemahaman

(40)

23

Soedarso (2005: 58) menyatakan bahwa “membaca pemahaman adalah kemampuan membaca untuk mengerti: ide pokok, detail yang penting, dan seluruh pengertian.” Sedangkan Menurut Mulyono Abdurrahman (2003: 212) Membaca pemahaman merupakan membaca yang dikenal dengan membaca dalam hati. Membaca dalam hati pada hakikatnya sama dengan membaca pemahaman. Menurut Murni Winarsih (2007: 172) membaca reseptif mempunyai tujuan yang sama dengan pemahaman, yaitu merayap atau memahami isi bacaan. Isi bacaan menceritakan tentang pengalaman orang lain yang mungkin belum pernah dialami anak, sehingga dapat menambah pengalaman baru bagi anak tunarungu.

“Pemahaman adalah salah satu unsur penting membaca. Pemahaman membaca bukanlah satu-satunya unsur, tetapi merupakan serangkaian proses yang berkaitan” (Pramila Ahuja dan G.C Ahuja, 2010: 156). Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman adalah membaca dalam hati yang mempunyai tujuan anak dapat memahami isi bacaan yang ditunjukkan kemampuan anak dalam menjawab pertanyaan yang sesuai dengan isi dalam bacaan.

2. Prinsip-prinsip Membaca Pemahaman

McLaughlin dan Allen (Farida Rahim, 2008:3-4) menyatakan bahwa prinsip-prinsip membaca pemahaman antara lain:

(41)

24

b. Keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikulum yang membantu perkembangan pemahaman.

c. Guru membaca suatu materi pelajaran secara professional dan tepat akan mempengaruhi belajar siswa menjadi lebih baik.

d. Bagi pembaca yang berperan aktif dalam proses membaca akan memiliki pemahaman yang baik.

e. Dalam membaca sebaiknya terjadi dalam suatu konteks yang bermakna.

f. Siswa banyak menemukan manfaat kegiatan membaca dari berbagai teks bacaan pada berbagai tingkat kelas.

g. Perkembangan penguasaan kosakata siswa dalam suatu pembelajaran mempengaruhi pemahaman membaca.

h. Pengikutsertaan adalah suatu faktor penting pada proses pemahaman.

i. Strategi dan keterampilan membaca harus diajarkan secara baik dan benar.

j. Asesmen yang dinamis dapat memberi informasi pembelajaran membaca pemahaman.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip membaca pemahaman meliputi: pemahaman harus dibangun sejak dini agar membantu proses sosial, ketika guru menyampaikan materi dengan cara membaca yang baik akan dapat mempengaruhi belajar anak, banyak manfaat yang didapat oleh anak pada saat membaca dan anak akan menemukan kosakata baru yang sebelumnya belum diketahui oleh anak, serta strategi dan keterampilan membaca harus diajarkan agar membantu anak lebih cepat paham pada saat membaca.

3. Aspek Membaca Pemahaman

Henry Guntur Tarigan (2008: 12) mengemukakan bahwa aspek membaca pemahaman meliputi:

a. Memahami pengertian sederhana.

b. Memahami makna (maksud dan tujuan pengarang, relevansi/keadaan budaya, dan reaksi pembaca).

(42)

25

d. Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.

Adapun aspek membaca pemahaman yang telah dikemukakan oleh ahli di atas dapat disimpulkan bahwa aspek membaca pemahaman yaitu anak memahami pengertian bacaan sederhana, anak memahami makna yang tersirat pada bacaan, evaluasi membaca pemahaman, dan kecepatan membaca pemahaman secara fleksibel.

4. Tujuan Membaca Pemahaman

(43)

26 5. Manfaat Membaca Pemahaman

Adapun manfaat membaca pemahaman menurut Farida Rahim (2008: 39) yaitu:

a. Siswa dapat meningkatkan dan termotivasi dalam membaca teks bacaan.

b. Mendorong siswa membaca bacaan tambahan.

c. Akan memperkuat keterampilan dalam membaca, menulis, dan berpikir kritis.

d. Akan mendorong minat siswa dalam membaca sehingga siswa akan merasa senang pada saat membaca dan tidak merasa terpaksa Manfaat dari membaca pemahaman yaitu dapat menumbuhkan minat, motivasi, memperkuat keterampilan membaca serta anak juga dapat berpikir kritis. Pembaca tidak hanya melakukan kegiatan hanya sekedar membaca saja melainkan membaca dengan mengetahui dan memahami isi dari bacaan, sehingga bacaan tersebut dapat memberi kesan dan tanggapan kepada pembaca.

6. Kemampuan Membaca Pemahaman

(44)

27

membaca dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memahami informasi yang disampaikan pihak lain melalui sarana tulisan”.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca pemahaman merupakan kemampuan membaca yang dapat mengimbangi pemahaman informasi yang telah didapat dari tulisan, sehingga pembaca akan menunjukkan bahwa anak telah memperoleh kemampuan membaca.

D. Langkah-Langkah Membaca Pemahaman Menggunakan Media

Koran

Terdapat beberapa langkah dalam pelaksanaan pembelajaran membaca pemahaman melalui media koran pada anak tunarungu kelas dasar V di SLB B Karnnamanohara. Berikut ini langkah-langkah penerapan media koran untuk pembelajaran kemampuan membaca pemahaman anak tunarungu:

1. Guru memberi bacaan koran kepada anak tunarungu.

2. Guru bersama anak bersama-sama membaca isi bacaan yang terdapat dalam koran.

3. Guru bersama anak melakukan diskusi tanya jawab mengenai isi bacaan.

(45)

28

5. Diakhir kegiatan pembelajaran guru memberi soal tes kepada anak untuk mengetahui hasil belajar anak setelah diberikannya tindakan.

E. Kerangka Berpikir

Anak tunarungu memiliki hambatan dalam kemampuan dengar, sehingga mengalami kesulitan memperoleh informasi melalui indera pendengaran. Anak tunarungu dapat memperoleh informasi melalui indera visualnya melalui membaca, dengan membaca pemahaman anak akan memperoleh ilmu pengetahuan dan menambah pengalaman membaca. Namun, tidak semua anak tunarungu memiliki pemahaman yang sama pada saat membaca buku, anak tunarungu sering mengalami kesulitan atau salah pemahaman pada saat membaca. Kegiatan membaca pemahaman dilakukan agar ketika membaca, anak juga dapat mengerti serta memahami isi cerita yang dia baca, namun pada kenyataannya anak masih belum memahami isi bacaan. Hal ini mengakibatkan kegiatan membaca akan sia-sia karena anak tidak mengetahui isi bacaan yang dia baca. Maka diperlukan usaha untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman untuk anak tunarungu sebagai rasa kepedulian, agar permasalahan yang terjadi tidak berkelanjutan. Oleh karena itu, peneliti memilih media koran (surat kabar) untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada anak tunarungu.

(46)

29

dibaca, serta informasi dari koran selalu terbaru dan tidak membosankan, sehingga anak tunarungu akan senang membacanya, hal ini akan menumbuhkan rasa keingintahuan anak untuk membaca serta memahami isi dari bacaan koran tersebut. Penelitian tentang kemampuan membaca pemahaman melalui media koran untuk anak tunarungu perlu dilakukan sebab anak tunarungu cenderung masih rendah untuk pemahaman membaca, sehingga dengan dilakukannya penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman anak tunarungu agar menjadi lebih baik dan anak tunarungu lebih mampu memahami bacaan yang telah dibaca.

F. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Media Koran dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada anak tunarungu kelas dasar V di SLB B Karnnamanohara”.

G. Definisi Operasional

1. Kemampuan Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman merupakan salah satu dari aspek belajar bahasa bagi anak tunarungu. Membaca pemahaman adalah membaca dengan teliti dan cermat serta memerlukan konsentrasi yang baik agar dapat memahami isi dari bacaan yang telah dibaca.

2. Media Koran

(47)

30

alam yang terjadi di Indonesia atau di lingkungan sekitar. Media Koran ini dapat membantu anak tunarungu dalam memahami isi dari bacaan dengan baik dan benar. Kelebihan dan manfaat media Koran yaitu membantu anak yang masih kesulitan untuk memahami isi suatu bacaan, selain itu isi bacaan dari Koran yang bervariasi akan menumbuhkan rasa ingin tahu anak, sehingga anak akan semangat membaca dan berusaha memahami isi dari bacaan yang di baca.

(48)

31 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas (classroom action research), dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk memperoleh data dengan melihat peningkatan kemampuan membaca pemahaman dari suatu tindakan melalui media koran pada anak tunarungu kelas dasar V di SLB B Karnnamanohara. Menurut E. Mulyasa (2011: 10) “Penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses hasil belajar sekelompok peserta didik”.

“Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama” (Suharsimi Arikunto, dkk, 2008: 3). Wina Sanjaya (2011: 26) menyatakan bahwa “penelitian tindakan kelas adalah proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut”.

(49)

32

belajar. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan memecahkan permasalahan mengenai rendahnya kemampuan membaca pemahaman dengan menggunakan media koran pada anak tunarungu kelas dasar V di SLB B Karnnamanohara. Penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan bersifat kolaboratif dan partisipatif dengan melibatkan mahasiswa sebagai peneliti dan guru kelas dasar V SLB sebagai kolaborator sekaligus pengajar. Dalam menyusun perencanaan dan persiapan tindakan yang akan diberikan, pelaksanaan tindakan serta melakukan refleksi, guru kelas berpartisipasi dan bekerja sama dengan peneliti.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini menggunakan model spiral (action research spiral) yaitu model tindakan yang dikembangkan Kemmis dan Mc Taggart (H.M.Ansori,dkk, 2009:81). Model penelitian ini dilakukan dalam beberapa siklus, dengan setiap siklusnya yaitu tahapan planning (perencanaan), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Pertama-tama peneliti

melakukan observasi sebelum dilakukan penelitian untuk mengetahui kondisi dan karakteristik anak. Berdasarkan hasil observasi, kemudian diterapkan tindakan pembelajaran menggunakan media koran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

Bentuk model penelitian tindakan kelas oleh Kemmis dan Mc Taggart yang menggambarkan empat tahapan (dan pengulangannya), yang

(50)

33 Gambar 1.

Siklus model Kemmis dan Mc Taggart dalam Pardjono, dkk (2007: 22) Keterangan:

Siklus I Siklus II

1. Perencanaan 1. Perencanaan

2. Perlakuan dan pengamatan 2. Perlakuan dan pengamatan

(51)

34

Berikut ini adalah tahapan pelaksanaan siklus dalam penelitian tindakan kelas antara lain:

1. Siklus I

a) Perencanaan (Planning)

Tahap perencanaan, peneliti mulai menentukan fokus permasalahan untuk diamati, kemudian menentukan instrumen observasi untuk mempermudah peneliti mengamati fakta yang terjadi pada saat proses tindakan berlangsung. Peneliti dan kolaborator bekerjasama dalam merencanakan apa saja yang akan dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada dikelas sesuai dengan hasil pengamatan awal. Tahap perencanaan kegiatan yang dilakukan antara lain:

1) Menyusun soal tes kemampuan awal.

2) Mengkomunikasikan soal tes kemampuan awal dengan guru kelas. Soal tes kemampuan awal dijadikan sebagai alat untuk mengetahui prestasi hasil belajar kemampuan membaca pemahaman sebelum dilakukan tindakan.

3) Melakukan diskusi dengan guru kelas tentang penggunaan media koran sebagai media pembelajaran membaca pemahaman.

(52)

35

5) Menyusun RPP Bahasa Indonesia tentang pembelajaran kemampuan membaca pemahaman dengan guru kelas.

6) Membuat lembar observasi untuk mengamati aktivitas anak dalam mengikuti pembelajaran.

7) Menentukan tema bacaan dan mengkonsultasikan dengan guru kelas.

b) Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Tahap pelaksanaan tindakan ini merupakan penerapan rancangan pembelajaran yang telah disusun untuk memperbaiki atau menyelesaikan permasalahan. Pelaksanaan tindakan kepada anak tunarungu dengan menggunakan media koran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dengan materi bacaan yang terdapat pada koran. Berikut ini adalah langkah-langkah kegiatan yang dilakukan, antara lain:

1) Kegiatan awal

Guru mengkondisikan anak untuk siap dalam mengikuti pembelajaran di dalam kelas.

2) Kegiatan inti

(a) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran kepada anak.

(53)

36

(c) Guru bertanya kepada anak tentang isi dari bacaan yang telah dibaca.

(d) Guru bersama anak membahas isi dari bacaan yang telah di baca.

(e) Guru dan anak merefleksikan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

3) Kegiatan penutup

Guru mengulang materi yang telah dipelajari bersama anak.

Kegiatan pertemuan selanjutnya dilakukan sama seperti pertemuan pertama, namun perbedaannya terletak pada materi, hasil evaluasi, dan refleksi. Hasil evaluasi yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu adanya peningkatan prestasi dalam kemampuan membaca pemahaman setelah diberikannya tindakan dengan menggunakan media koran.

c) Pengamatan (Observing)

(54)

37 d) Refleksi (Reflecting)

Kegiatan refleksi dilakukan setelah seluruh tindakan diberikan kepada anak dengan menggunakan media koran. Kegiatan refleksi dilakukan dengan evaluasi refleksi untuk mempertimbangkan pedoman mengajar yang dilakukan adalah:

1) Pengaruh pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media koran untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman anak tunarungu kelas dasar V di SLB B Karnnamanohara.

2) Hambatan yang ditemui guru dalam proses pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan media koran.

3) Merencanakan kegiatan yang akan dilakukan pada siklus II apabila tindakan pada siklus I belum terlaksana dengan baik.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian di kelas V SLB B Karnnamanohara terdapat satu perempuan dan lima laki-laki. Subyek dalam penelitian ini ditentukan dengan melihat beberapa kriteria sebagai berikut: (1) anak tunarungu kelas dasar V di SLB B Karnnamanohara Sleman Yogyakarta, (2) kemampuan membaca pemahaman kelas dasar V pada mata pelajaran Bahasa Indonesia belum optimal, (3) anak tunarungu kelas dasar V sudah dapat membaca. D. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

(55)

38

Depok, Sleman, Yogyakarta. Peneliti memilih sekolah ini sebagai tempat penelitian sebab di kelas dasar V terdapat permasalahan yaitu kemampuan anak tunarungu dalam memahami bacaan masih rendah. Permasalahan tersebut diketahui pada saat melakukan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) sehingga dapat memberikan gambaran tentang karakteristik sekolah, subyek penelitian, media pembelajaran yang telah digunakan, serta guru yang mengajar di sekolah tersebut. 2. Waktu penelitian

Waktu penelitian dilakukan selama lima minggu, pertama yang dilakukan yaitu mengurus perizinan, pelaksanaan tindakan, kegiatan setelah tindakan, serta pengolahan data. Adapun rencana kegiatan penelitian tindakan kelas sebagai berikut:

Tabel 1. Rincian Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas Waktu Kegiatan penelitian

Minggu 1 Mengurus perizinan penelitian, melakukan observasi, melakukan konsultasi dengan guru kelas mengenai pelaksanaan tes kemampuan awal dan tindakan yang akan dilakukan, dan pelaksanaan tes kemampuan awal

Minggu 2 Pelaksanaan tindakan pada siklus I, pelaksanaan tes setelah tindakan siklus I dan refleksi.

Minggu 3 Melaksanakan siklus II, kemudian tes dilakukan setelah tindakan pada siklus II.

(56)

39 E. Teknik Pengumpulan Data

Suharsimi Arikunto (2006: 222) mengungkapkan bahwa metode pengumpulan data adalah “suatu cara yang digunakan seseorang untuk mengumpulkan data yang digunakan sebagai sumber, dari apa yang akan ditulisnya”. Pengumpulan data adalah bagian penting dari suatu penelitian, dalam pelaksanaan pengumpulan data menggunakan alat atau metode untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan penelitian.

Hamzah B. Uno, dkk (2011: 89) menyatakan bahwa ada beberapa alat yang dapat dipakai untuk membantu indera manusia dalam penelitian yaitu observasi, interview, dan tes. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu tes, observasi, dan wawancara. Tujuannya agar data yang diperoleh oleh peneliti lebih akurat dan terpercaya. Berikut ini adalah penjabaran dari metode penelitian yang digunakan oleh peneliti, antara lain:

1. Tes

(57)

40

Indonesia untuk mengetahui pencapaian anak sebelum diterapkannya media koran dan sesudah diterapkannya media koran. Hasil tes kemampuan awal dan tes setelah diberikannya tindakan kemudian dianalisis dengan nilai presentasi sebagai hasil kemampuan setiap anak.

2. Observasi

Menurut Sugiyono (2010: 310), bahwa “peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang diamati atau sumber penelitian, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data. Panduan observasi digunakan ketika penelitian sedang berlangsung untuk memperoleh data dengan checklist”. Observasi merupakan cara untuk mengumpulkan data yang dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran di kelas. Teknik observasi penelitian ini menggunakan observasi partisipan, yaitu peneliti terlibat langsung dengan aktivitas yang sedang diamati (saat proses pembelajaran berlangsung). Observasi partisipan digunakan untuk mengambil data tentang kegiatan belajar mengajar di kelas.

(58)

41

mengenai hal-hal yang penting dan terjadi saat proses pengamatan berlangsung.

3. Wawancara

Menurut Hamid Darmadi (2011: 264) wawancara merupakan teknik pengambilan data dengan berhadapan muka langsung kepada responden atau subjek yang ditelitui dan hasilnya dicatat sebagai informasi penting dalam penelitian. Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan guru kelas mengenai hasil belajar kemampuan membaca pemahaman anak sebelum dan sesudah dilakukan tindakan dengan menggunakan media koran yang menggunakan instrumen wawancara, manfaat dari media koran dan hambatan yang ditemui pada saat pembelajaran, serta peningkatan yang telah dicapai oleh anak. Hasil wawancara dapat memperkuat informasi juga sebagai pelengkap data yang didapat dari penelitian.

F. Pengembangan Instrumen

Suharsimi Arikunto (2006:160) menyatakan bahwa instrument penelitian adalah “alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan mudah dalam mengolahnya”. Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data.

(59)

42

dilakukan oleh guru dan anak pada saat proses pembelajaran menggunakan media koran. Instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu berupa tes, observasi, dan wawancara.

2. Tes kemampuan membaca pemahaman

(60)

43

Tabel 2. Kisi-kisi Tes Kemampuan Membaca Pemahaman.

No. Variabel Aspek Indikator pemahaman Alat

pengambil

a. Anak membaca koran pada setiap paragraf

masalah yang terjadi pada bacaan

Tes lisan

d.Anak menceritakan kembali isi bacaan dengan bahasa sendiri

Tes lisan

e. Anak menemukan kata-kata baru

Tes lisan

1.2 Pemahaman Mengungkapkan isi bacaan a. Anak dapat menjawab

pertanyaan apa

Tes tertulis

b.Anak dapat menjawab pertanyaan berapa

Tes tertulis c. Anak dapat menjawab

pertanyaan dimana

Tes tertulis

d.Anak dapat menjawab pertanyaan kapan

Tes tertulis

e. Anak dapat menjawab pertanyaan bagaimana, siapa

Tes tertulis

1.3 Pemahaman Menuliskan kembali isi dalam bacaan koran

Anak dapat menuliskan kembali isi bacaan menurut kalimatnya sendiri

Tes tertulis

(61)

44

jika anak mampu menceritakan sesuai isi bacaan mendapat skor 10, namun jika tidak dapat menceritakan sesuai dengan isi bacaan mendapat skor 0 dan untuk soal nomor 5 jika anak mampu menyebutkan kata baru lebih dari 9 kata anak mendapat skor 10, jika anak mampu menyebutkan kata baru lebih dari 5 mendapat skor 5, namun jika anak hanya mampu menyebutkan kata baru kurang dari 5 mendapat skor 0, skor kemampuan menjawab soal-soal essay yang mencakup ide pokok bacaan, peristiwa yang terjadi, penyebab terjadinya peristiwa, tema pada bacaan yaitu 100 skor dan soal yang dikerjakan sebanyak 10 soal, satu soal jika benar akan mendapatkan 10 skor dan jika salah mendapat skor 0, menuliskan kembali isi cerita atau soal uraian yaitu 45 yang mencakup (15 skor langkah-langkah cerita pada bacaan, 15 skor peristiwa didalam bacaan, 15 skor isi cerita pada bacaan) salah mendapat skor 0, sehingga total skor maksimal yang dapat diperoleh yaitu 195.

3.Panduan Observasi

(62)

45

Tabel 3. Kisi-kisi Panduan Observasi Kinerja Anak dalam Penerapan Media Koran

No. Komponen Indikator Jumlah

Item 1. Ketertarikan subyek

terhadap media koran

a. Anak membaca bacaan koran 2 b. Memahami isi bacaan yang

dibaca

1

c. Tertarik dalam melakukan pembelajaran dengan

b. Melaksanakan pembelajaran dengan baik

1

c. Tanggapan terhadap pertanyaan dari guru

1

4.Wawancara

(63)

46

Tabel 4. Kisi-kisi Panduan Wawancara Guru

G. Validitas Instrumen

Instrumen pada penelitian ini yaitu tes kemampuan membaca pemahaman, panduan observasi, dan panduan wawancara. Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan validitas isi dan validitas logis. Validitas isi digunakan untuk validasi tes kemampuan membaca pemahaman yang dilakukan oleh ahli yaitu guru, sedangkan validitas logis digunakan untuk validasi pedoman observasi dan pedoman wawancara.

Validitas isi untuk validasi tes kemampuan membaca pemahaman dilakukan oleh guru kelas V SLB B Karnnamanohara. Validasi tes kemampuan membaca pemahaman dengan materi bacaan pada koran dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia. Validasi logis untuk validasi pedoman observasi dan pedoman wawancara dilakukan oleh ahli yaitu dosen pembimbing.

No. Poin-poin Wawancara Jumlah

Item 1. Hasil belajar kemampuan membaca pemahaman anak

sebelum dilakukan tindakan dengan menggunakan media koran.

1

2. Hasil belajar kemampuan membaca pemahaman anak setelah tindakan dengan penggunaan media koran.

1

3. Ketercapaian tujuan pembelajaran. 2

4. Kebermanfaatan media koran dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman anak.

3

5. Keaktifan anak dalam mengikuti pembelajaran kemampuan membaca pemahaman.

1

6. Peningkatan hasil belajar anak. 1

(64)

47 H. Analisis Data

Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa analisis data deskripsi kuantitatif. Teknik analisis data deskripsi kuantitatif digunakan untuk menganalisis hasil tes yang diperoleh anak. Suharsimi Arikunto (2006: 267) mengatakan bahwa “keuntungan menggunakan persentase sebagai alat untuk menyajikan informasi adalah dengan persentase tersebut pembaca laporan penelitian akan mengetahui seberapa jauh sumbangan tiap-tiap aspek di dalam keseluruhan konteks permasalahan yang sedang dibicarakan”.

Rumus yang digunakan menurut Ngalim Purwanto (2006: 102), sebagai berikut:

NP = R/SM x 100 % Keterangan:

NP :nilai persen yang dicari/diharapkan R :skor mentah yang diperoleh siswa

SM :skor maksimum dari tes yang bersangkutan 100% : bilangan tetap

Nilai yang diperoleh dari rumus tersebut dikategorikan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Menurut Ngalim Purwanto (2006: 103), patokan kriteria yang digunakan adalah:

1. Nilai 86 – 100% termasuk kategori sangat baik 2. Nilai 76 – 85% termasuk kategori baik

(65)

48

4. Nilai 55 – 59% termasuk kategori kurang 5. Nilai ≤54% termasuk kategori kurang sekali

Hasil penelitian akan disajikan dengan deskriptif naratif, tabel dan grafik sebagai pelengkap, sedangkan data hasil observasi kegiatan pembelajaran menggunakan analisis data deskriptif kualitatif sebagai pendukung terhadap analisis data kuantitatif.

I. Kriteria Keberhasilan

(66)

49 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Kemampuan Membaca Pemahaman Anak Tunarungu Kelas

Dasar V Sebelum Pelaksanaan Tindakan

Jumlah subjek dalam penelitian ini berjumlah 5 orang siswa yang merupakan siswa kelas dasar V yang beranggotakan 4 siswa laki-laki dan 1 siswa perempuan. Sebelum peneliti melakukan tindakan terhadap subjek penelitian, peneliti melakukan kegiatan pra tindakan yaitu berupa tes kemampuan awal atau pre test. Tahap pra tindakan dilakukan untuk memperoleh data awal tentang kemampuan awal siswa tunarungu kelas dasar V dalam kemampuan membaca pemahaman sebelum dilakukan tindakan. Tes kemampuan awal dilakukan dengan memberikan tes membaca pemahaman pada pelajaran Bahasa Indonesia yang terdiri dari 16 soal berupa tugas membaca, essay, dan uraian. Gambaran awal kemampuan membaca pemahaman kelas dasar V dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 5. Nilai Tes Kemampuan Awal atau Pre test Membaca Pemahaman Anak Tunarungu Kelas Dasar V

No. Nama Skor Nilai Persentase

(67)

50

kedua diperoleh YH dengan skor 75 dengan nilai 3,84 atau persentase sebesar 38%, kemudian HS mendapat skor 90 dengan nilai 4,61 atau persentase sebesar 46%, IB mendapat skor 85 dengan nilai 4.35 atau persentase 43% dan skor tertinggi diperoleh ST mendapat skor 110 dengan nilai 5,64 atau persentase 56%. Berdasarkan pengamatan guru dan peneliti kemampuan membaca pemahaman anak masih kurang. Mengingat hasil skor kelima anak masih belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu nilai 6,50 dengan persentase 65% maka kelima anak perlu ditingkatkan kemampuan membaca pemahaman dengan menggunakan media koran. Untuk lebih jelasnya pencapaian nilai kemampuan awal dapat dilihat dalam gambar diagram berikut ini:

Gambar 2. Diagram Tes Kemampuan Awal Membaca Pemahaman Anak Tunarungu Kelas Dasar V

(68)

51 2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Kegiatan pada siklus I meliputi kegiatan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Adapun rincian kegiatan yang dilakukan yaitu:

a. Perencanaan

1) Rencana pelaksanaan pembelajaran

Membuat rancangan pembelajaran yang telah dituliskan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tentang materi yang diajarkan. Materi yang diajarkan pada pertemuan 1,2 dan 3 pada siklus I yaitu tema bacaan mengenai peristiwa rumah rusak tertimpa pohon, tabrakan, dan kebakaran. Pada pertemuan 1 anak akan diajarkan tentang bacaan rumah rusak tertimpa pohon, pada pertemuan 2 akan diajarkan bacaan tentang peristiwa tabrakan, dan pertemuan 3 akan diajarkan bacaan tentang peristiwa kebakaran.

2) Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi mengenai proses pembelajaran

(69)

52 3) Mempersiapkan soal tes

Soal tes untuk anak akan diberikan pada akhir siklus. Soal tes pada akhir siklus I berjumlah 16 soal yang terdiri dari 5 tugas membaca, 10 soal essay, dan 1 soal uraian. Tes siklus I diberikan pada akhir siklus I untuk mengetahui sejauh mana anak memahami isi bacaan. Hasil yang harus dicapai oleh anak yaitu anak mampu memahami 65% isi bacaan dari 16 soal. Anak harus mencapai nilai KKM yaitu 65%.

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Tahap kedua dari penelitian ini yaitu pelaksanaan tindakan yang merupakan penerapan dari isi rancangan yang telah dibuat. Berikut ini uraian pelaksanaan tindakan dalam siklus I.

1) Pertemuan pertama siklus I

Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama terdiri dari 3 kali pertemuan. Setiap pertemuan dilaksanakan selama 1 jam pelajaran. Pelaksanaan tindakan menggunakan media koran diikuti oleh siswa kelas dasar V. Pertemuan pertama ini dilaksanakan pada hari rabu tanggal 04 maret 2015. Pertama dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Kegiatan awal

(70)

53

(2)Anak dikondisikan duduk dengan rapi membentuk setengah lingkaran.

(3)Cek ABM untuk memastikan anak sudah memakainya dan terpasang dengan benar.

(4)Memberi salam kepada guru.

(5)Guru memotivasi anak dengan menanyakan sesuatu kepada anak.

b) Kegiatan inti

(1)Guru menjelaskan tujuan pembelajaran pada anak. (2)Guru meminta anak membaca teks bacaan koran yang

berjudul “Rumah Rusak Tertimpa Pohon”. Bacaan koran ini di ambil dari koran “Kedaulatan Rakyat” pada tanggal 15 Januari 2015 tentang peristiwa hujan yang deras disertai angin kencang yang menyebabkan rumah seorang warga rusak akibat tertimpa pohon.

(3)Guru dan anak melakukan percakapan tentang isi bacaan.

(4)Guru memancing anak dengan pertanyaan pada bacaan. (5)Guru memberi penjelasan kepada anak apabila anak

belum memahami isi bacaan koran.

(71)

54

Guru mengevaluasi hasil pembelajaran. 2) Pertemuan kedua siklus I

Pelaksanaan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari kamis 05 maret 2015, pembelajaran dilakukan di dalam kelas. Berikut ini adalah langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan kedua:

a) Kegiatan awal

(1)Guru mengkondisikan anak agar siap dan konsentrasi untuk mengikuti proses pembelajaran.

(2)Anak dikondisikan duduk dengan rapi membentuk setengah lingkaran.

(3)Cek ABM untuk memastikan anak sudah memakainya dan terpasang dengan benar.

(4)Memberi salam kepada guru.

(72)

55 b) Kegiatan inti

(1)Guru menjelaskan tujuan pembelajaran pada anak. (2)Guru meminta anak membaca teks bacaan koran yang

berjudul “Menabrak, Bus Agung Dirusak”. Bacaan koran ini di ambil dari koran “Kedaulatan Rakyat” pada tanggal 21 Februari 2015 tentang peristiwa sebuah bus yang dirusak massa dikarenakan menabrak sebuah sepeda motor yang dikendarai oleh dua orang.

(3)Guru dan anak melakukan percakapan tentang isi bacaan.

(4)Guru memancing anak dengan pertanyaan pada bacaan. (5)Guru memberi penjelasan kepada anak apabila anak

belum memahami isi bacaan koran.

(6)Guru memberi pertanyaan sesuai isi bacaan koran

Gambar

Gambar 1. Siklus model Kemmis dan Mc Taggart
Tabel 1. Rincian Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 2. Kisi-kisi Tes Kemampuan Membaca Pemahaman.
Tabel 3. Kisi-kisi Panduan Observasi Kinerja Anak dalam Penerapan Media Koran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji hipotesis antara variabel prokrastinasi dan self efficacy menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan namun kurang memadai antara

Oleh karena itu, sosialisasi dan edukasi yang telah dilakukan oleh bank syariah terkait kemanfaatan produk dan jasa layanan bank syariah harus diberikan dengan lebih

Dermatitis seboroik adalah penyakit papuloskuamosa kronis yang menyerang bayi dan orang dewasa sering ditemukan pada bagian tubuh dengan konsentrasi folikel sebaseus

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Dengan adanya perancangan sistem informasi penjadwalan preventive maintenance mesin ini, diharapkan bagian maintenance perusahaan dapat mengantisipasi kapan terjadinya

Setiap media massa, redaksional sangat andil dalam menentukan pelaporan mendalam, apakah penting atau tidak untuk menjadi suatu pelaporan mendalam, telah dijadikan berita

mengetahui informasi protein Mga pada tingkat molekul diperlukan protein Mga rekombinan murni dalam jumlah yang cukup besar, karena protein Mga rekombinan murni akan digunakan

EKSPLORASI MEDIA UNCONVENTIONAL DALAM KAMPANYE KEKERASAN SEKSUAL DI RUMAH TANGGA... Gambar 3 : Foto Media