• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan teknologi akupunktur dalam dunia kedokteran hewan saat ini yang dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas ternak adalah teknologi akupunktur yang menggunakan sinar laser sebagai metode rangsangan yang disebut dengan teknologi Laserpunktur. Teknologi ini digunakan sebagai pemberi rangsangan/stimulus melalui titik akupunktur dan dapat mempengaruhi organ terkait menjadi lebih aktif/optimal sehingga tercapai peningkatan kapasitas dan efisiensi yang memberikan peningkatan prestasi biologi hidup (Adikara, 1998).

Laser yang digunakan sebagai pengganti jarum akupunktur ditembakkan ke titik – titik akupunktur pertumbuhan pada ayam yaitu titik hu men, bei ji, wei gen dan gou hou. Titik akupunktur merupakan suatu wilayah dengan luas area yang umumnya terletak di permukaan tubuh makhluk hidup dan mempunyai sifat kelistrikan yang spesifik seperti potensial tinggi dan tegangan rendah sehingga sangat peka terhadap rangsangan listrik yang kecil bahkan rangsangan biofisika seperti cahaya, fisik, gelombang elektromagnet dan laser. Rangsangan biofisika tersebut akan menghasilkan energi yang dialirkan menuju suatu sistem meridian tubuh dan sistem lainnya. Cara kerja laserpunktur sama seperti akupunktur yaitu menembakkan laser pada titik akupunktur ayam broiler yang akan memberikan efek pada tempat perangsangan maupun di tempat yang jauh dari tempat perangsangan melalui jalur persyarafan (syaraf tepi dan syaraf pusat), neurohumoral dan meridian.

Titik akupunktur dicari dengan menggunakan pointer akupunktur. Alat tersebut berfungsi untuk mendeteksi titik akupunktur sehingga energi yang akan dikeluarkan dari laser dapat dengan tepat masuk ke titik akupunktur dan mengenai target. Cara mengetahui titik akupunktur terdeteksi oleh alat ini adalah alat tersebut akan berhenti beberapa detik pada lokasi titik akupunktur.

Pada penelitian ini teknologi laserpunktur digunakan untuk mengetahui pengaruh penembakan laserpunktur terhadap laju pertumbuhan pada ayam broiler dengan memberikan dosis yang berbeda yaitu 0,1 joule, 0,2 joule dan 0,4 joule pada tiga kelompok ayam (P1, P2 dan P3) dan ditembakkan ke titik – titik akupunktur untuk pertumbuhan ayam kemudian dibandingkan dengan kelompok ayam kontrol (P0). Dosis yang digunakan dalam penelitian ini merupakan dosis stimulasi yang merupakan dosis untuk produksi sedangkan dosis yang biasanya digunakan untuk pengobatan adalah dosis sedasi yaitu dosis yang lebih dari 0,5 joule.

Data yang diperoleh dan diolah secara statistik dengan menggunakan uji MANOVA (Multivariate Analysis of Variance) yang dicantumkan pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa ayam kelompok perlakuan P1, P2 dan P3 tidak signifikan terhadap ayam kelompok kontrol (P0).

Gambar 4.1 dan gambar 4.2 menunjukkan titik infleksi pada minggu kedua dan ketiga yang merupakan titik optimal suatu pertumbuhan. Pada titik infleksi, kecepatan pertumbuhan melaju seimbang dengan besarnya penghambatan pertumbuhan. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa anabolisme bekerja seimbang dengan katabolisme tubuh. Beberapa kejadian yang spesifik dapat dicatat pada

titik infleksi yaitu: (1) Pada titik tersebut, peningkatan kecepatan pertumbuhan terhenti; (2) Penurunan kecepatan pertumbuhan belum dimulai (baru akan dimulai); (3) Pertambahan bobot atau masa (gain) mencapai titik yang paling tinggi; (4) Dapat diperkirakan perhitungan yang paling ekonomis; (5) Laju pertumbuhan (change in turn of growth) atau perubahan waktu pertumbuhan sama pada semua hewan atau populasi hewan; (6) Pada titik infleksi terjadi fase fisiologis yang mengarah pada pubertas.

Beberapa hal penting yang dapat diketahui dengan adanya titik infleksi yaitu: (1) Terdapat kecepatan pertumbuhan yang maksimal; (2) Merupakan saat terjadinya pubertas; (3) Tercatat mortalitas yang paling rendah; (4) Ekuivalensi umur hewan atau populasi atas dasar pertimbangan geometrik dan (5) Tetapan tubuh.

Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan hewan yaitu faktor dari dalam tubuh (internal) dan faktor dari luar tubuh (eksternal). Faktor internal dari tubuh ayam yaitu gen dan hormon sedangkan faktor eksternal dari tubuh ayam yaitu nutrisi, suhu, cahaya, air dan kelembapan. Adapun faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan pada hewan setelah sapih adalah potensi pertumbuhan masing – masing individu ternak dan pakan yang tersedia. Potensi pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh faktor bangsa, heterosis (hybrid vigour) dan jenis kelamin. Pola pertumbuhan ternak tergantung pada sistem manajemen (pengelolaan) yang dipakai, tingkat nutrisi pakan yang tersedia, kesehatan dan iklim. Adapun penggunaan laser pada ternak seperti pada unggas yang digunakan untuk meningkatkan produksi telur dan daging/pertumbuhan telah

berhasil dilakukan dengan kapasitas dan prosentase keberhasilan tertentu tergantung dari beberapa faktor yaitu faktor sumber daya manusia, faktor manajemen dan faktor teknis lainnya (Adikara, 2014). Kondisi tubuh individu juga dapat mempengaruhi prosentase keberhasilan penggunaan laserpunktur. Sesuai dengan konsep dasar keseimbangan dalam akupunktur bahwa perlakuan akupunktur akan memberikan reaksi apabila individu tersebut dalam kondisi abnormal/patologis.

Pada penelitian ini kondisi ayam broiler, terkait dengan filsafah akupunktur mengenai konsep keseimbangan (Yin Yang) yaitu akupunktur akan memberikan pengaruh apabila kondisi individu tersebut tidak stabil atau dalam kondisi Yin Yang tidak seimbang. Ayam broiler strain Cobb yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai Yin Yang dalam tubuh yang seimbang atau sehat. Hal ini menyebabkan penembakan laserpunktur tidak memberikan pengaruh.

Ayam broiler merupakan hewan yang bersifat homeotermik atau hewan berdarah panas dan mampu mempertahankan suhu tubuh pada rentangan yang sempit juga mempunyai kemampuan mendisipasi panas menurun saat suhu lingkungan meningkat (Yahav et al., 2005). Hal ini menyebabkan ayam broiler dapat selalu mempertahankan suhu tubuh menjadi konstan dengan fungsi fisiologis normal. Pengaturan suhu yang tidak normal pada ayam broiler dapat menyebabkan penurunan produksi daging (Cahya dkk., 2014).

Menurut Rasyaf (1995) dalam Cahya dkk (2014) bahwa ayam broiler akan memiliki pertumbuhan yang optimal pada suhu 19 - 21ºC. Lingkungan yang bersuhu tinggi akan menimbulkan heat stress sehingga menyebabkan

penghambatan keluarnya thyroxyn releasing hormone (TRH) dari hipotolamus. Peningkatan hormon thyroxyn dalam darah akan meningkatkan metabolisme di dalam sel – sel tubuh dan merangsang penggunaan oksigen serta meningkatkan produksi panas.

Penelitian yang dilakukan pada bulan Maret sampai bulan April di Surabaya mengalami kondisi iklim yang tidak dapat diprediksi yaitu pada pagi hari terkadang cerah atau hujan sedangkan pada siang hari tiba – tiba cuaca menjadi sangat panas. Kondisi iklim di Surabaya yang cukup ekstrim dengan suhu yang panas dan tiba – tiba hujan atau sebaliknya yang hampir setiap hari tersebut membuat kelembaban dan suhu kandang ayam broiler berubah drastis. Kondisi tersebut akan mempengaruhi fisiologis ayam broiler dan mempengaruhi pertumbuhannya. Hal ini dapat mempengaruhi prosentase keberhasilan laserpunktur serta mempengaruhi laju pertumbuhan ayam broiler tersebut.

Dokumen terkait